"NARUTO MILIK MASASHI KISHIMOTO. TIDAK ADA KEUNTUNGAN MATERIAL YANG SAYA DAPATKAN DARI PEMBUATAN FANFIC INI."
.
.
.
"That Child's Father"
.
.
.
Naruto sangat mencintai ibunya melebihi apapun. Bahkan rasa cintanya sudah melebihi rasa cinta seorang anak kepada ibunya. Ketika Minato lebih mementingkan pekerjaannya daripada istrinya sendiri, Kushina pun memutuskan untuk menerima rasa cinta anaknya. Tak peduli dengan norma masyarakat di luar sana, Kushina akhirnya menjalin hubungan dengan anak kandungnya sendiri. Masa bodoh dengan dunia, yang terpenting adalah Kushina dan Naruto mendapatkan kebahagiaan.
Hingga akhirnya hubungan itu membuahkan hasil.
Seperti bulan lalu, hari ini pun Naruto yang mengantar ibunya untuk pergi ke dokter kandungan. Untung saja kuliahnya hari ini dibatalkan, sehingga Naruto bisa leluasa mencurahkan semua perhatiannya pada wanita tercintanya itu.
"Ayah tidak curiga kan, Bu?" tanya Naruto tiba-tiba saat mereka sudah berada di dalam mobil untuk kembali ke rumah.
"Tidak. Dia bahkan sangat bahagia saat tahu aku hamil lagi," sahut Kushina sambil mengusap perutnya yang masih datar.
Naruto tertawa kecil. "Baguslah. Aku berjanji akan selalu menyayangimu, Bu, tidak seperti ayah."
Wajah Kushina memerah mendengar ucapan Naruto. "Terima kasih, Naruto."
Tak beberapa lama, sebuah decakan keluar dari mulut Naruto. "Ah, sial, sepertinya mobilku hanya berjalan sepuluh centimeter sejak tadi," ucap Naruto sambil menarik rem tangan mobilnya.
"Kau berlebihan sekali. Mana mungkin cuma berjalan sepuluh centimeter," balas Kushina. "Tapi jalannya memang macet sekali. Apa di depan terjadi kecelakaan ya?"
Naruto menghela napas panjang sambil bersandar ke kursinya.
Lima belas menit setelahnya, Naruto dan Kushina masih terjebak di tempat yang sama dengan suara klakson mobil dan motor yang saling bersautan di luar sana.
"Aku bosan sekali," celetuk Kushina.
"Benarkah?" balas Naruto sambil menoleh ke arah Kushina. Satu tangannya melepas sabuk pengamannya kemudian ia mencondongkan tubuhnya ke arah Kushina.
Kushina hanya diam melihat Naruto yang mendekatinya hingga akhirnya bibir mereka bertemu. Melumat, menghisap, dan menyesapi rasa satu sama lainnya. Selagi mencumbu bibir ibunya, Naruto bahkan sudah berhasil melepas sabuk pengaman Kushina.
"Kemari, Sayang, aku merindukanmu," bisik Naruto di telinga Kushina.
"Hm? Maksudmu?"
Naruto tersenyum miring kemudian mengecup ujung bibir Kushina. "Duduk di pangkuanku. Kita belum pernah melakukannya di dalam mobil, kan?"
Kedua mata Kushina membesar. Bulu kuduknya merinding mendengar bisikan Naruto yang sangat menggoda. Belum sempat Kushina memprotes, Naruto sudah lebih dulu menarik tubuhnya hingga ia kini benar-benar duduk di pangkuan Naruto dengan kedua kakinya yang mengangkang.
"Rokmu mengganggu," ucap Naruto sambil melipat rok Kushina di pangkal paha Kushina. Berkat hal itu, Kushina bisa duduk semakin rapat dengan Naruto.
"Bagaimana kalau ada yang melihat?"
Wajah Naruto mendekat ke leher Kushina. Kushina sudah sangat yakin kalau Naruto sangat ingin menyetubuhinya sekarang. Napas panas Naruto menggelitik lehernya. "Mobilku berkaca gelap. Ibu tahu itu, kan?"
"Hmmm!" Kushina meremas baju kemeja Naruto saat anaknya itu menghisap lehernya. "Sshhh ... ahhh."
Selagi menghisap dan menjilat leher Kushina. Jari-jemari tangan Naruto membuka satu per satu kancing kemeja Kushina. Berikutnya Naruto menjauhkan wajahnya dari leher Kushina dan beralih menghisap payudara Kushina yang sudah terlepas dari branya.
Kushina makin tidak bisa menahan desahannya saat Naruto memainkan putingnya hingga mengeras. "Apa sudah basah, Sayang?"
Mata Kushina menatap Naruto. "A-aku tidak tahu," sahutnya akhirnya.
"Kita sudah sering melakukan ini. Aku yakin ibu sadar kalau sekarang ibu sudah sangat basah," balas Naruto sambil satu jarinya menyelip di antara celana dalam Kushina. "Benar kan?"
"Uhhh~ Jahh nhh ngan menghhh goda kuhh~" ucap Kushina sambil merusaha menahan desahannya saat Naruto mengocok lubang peranakannya dengan jari-jarinya yang lihai itu.
Sekarang bahkan sudah ada tiga jari Naruto yang berada di dalam lubang vagina Kushina. "Na ... Naruto ..."
Mengerti dengan maksud Kushina, Naruto segera melumat bibir Kushina kembali. Tangannya yang lain menekan kepala ibunya agar ia bisa lebih memperdalam ciumannya. Naruto dengan sengaja menghisap lidah Kushina sambil memompa vagina Kushina dengan makin kencang.
"HNGG! HNG!" Tubuh Kushina bergetar saat klimaksnya semakin mendekat. Dengan sedikit paksaan, akhirnya ia berhasil melepas kuluman Naruto hingga akhirnya ia dapat mendesah lantang ketika cairannya membasahi tangan Naruto. "AAHHHKK~"
Saat Kushina masih menstabilkan napasnya, Naruto menarik turun resleting celananya hingga ia dapat dengan mudah mengeluarkan kejantanannya. Kushina sudah sering melihat penis milik Naruto tapi ia masih saja malu. Ditambah keadaan mereka yang saat ini sedang berada dalam mobil membuat Kushina cukup gugup.
"Tenang saja, mobil kita masih belum bisa maju sama sekali," ucap Naruto sambil memposisikan ujung kejantanannya di lubang Kushina. "Masukkan, Sayang."
Kushina mengangguk kemudian mengangkat tubuhnya. Satu tangannya memegang penis Naruto agar berada di posisi yang tepat. "AKH!" pekik Kushina saat kejantanan Naruto sudah masuk setengahnya.
JLEB!
"Enghh!" Kali ini giliran Naruto yang mendesah. Naruto mengernyitkan dahinya saat merasakan dinding vagina Kushina terlalu meremas kejantanannya.
"Uhh uhhh sa-kit. UKH!"
Barulah saat itu Naruto sadar kalau Kushina terlihat sangat kesakitan. Wanita itu memejamkan matanya sambil meremas roknya. "Akhh! Huungg!"
"Ibu? Kau tidak apa-apa?" Naruto sedikit menggoncang tubuh Kushina.
Mata Kushina perlahan terlihat. "Perutku sakit, sepertinya kram," sahut Kushina sambil meraba perut bagian bawahnya.
Naruto juga ikut meraba perut bagian bawah Kushina dan mengusapnya pelan. "Sudah baikan?"
"I-iya, sudah tidak apa-apa. Dokter bilang kandunganku sudah stabil, jadi seharusnya sudah boleh melakukan intim. Aku hanya terlalu tegang karena kita sudah lama tidak melakukannya."
Memang semenjak mengetahui Kushina sedang hamil, Naruto tidak pernah menidurinya sama sekali. Karena itulah, Naruto berusaha memanfaatkan kesempatan sekecil apapun untuk menyetubuhi Kushina karena sekarang kandungan ibunya tersebut sudah dalam kondisi stabil.
"Ahh! Ahh! Uh! Uhh~" Kushina akhirnya mulai menggerakkan tubuhnya yang dimulai dengan perlahan. Seiring berjalannya waktu, tempo pergerakan tubuh Kushina pun semakin cepat.
"Ibu pintar sekali menggerakkan tubuh," puji Naruto yang juga ikut menghentak-hentakkan penisnya.
Selain menggerakkan tubuhnya, Kushina juga sengaja meremas kedua payudaranya. Naruto pun menghisap salah satu payudara Kushina.
"Ah! Ah! Ah! Ah!" desahan Kushina semakin menggila karena hentakannya yang kencang. Sebentar lagi ia akan merasakan orgasme keduanya. Ketika titik kenikmatan itu makin terasa, Kushina memeluk kepala Naruto yang berada di belahan dadanya sambil melengkungkan tubuhnya. "AAAHHHNNN~"
Tubuh Kushina bergetar hebat karena banyaknya cairan orgasmenya yang keluar. Wanita berambut merah itu menarik napas panjang-panjang.
"Curang," celetuk Naruto. Laki-laki itu mendadak merebahkan tubuh Kushina pada stir kemudi.
"E-eh? Naru ..." Ucapan Kushina terputus karena Naruto segera menggenjot tubuh Kushina dengan tidak sabaran seakan tidak ingin kehilangan momennya yang sebentar lagi juga akan merasakan klimaks.
TIN! TIN! TIN!
Karena tubuh Kushina dihentak-hentakan di atas stir kemudi, hal itu mau tak mau membuat klakson mobil Naruto terus berbunyi. Klakson mobil Naruto berbunyi beriringan dengan hentakkan Naruto pada tubuh Kushina. Bahkan suara desahan Kushina pun juga ikut tenggelam karena suara klakson mobil Naruto.
TIN! TIN! TIN!
Makin lama suara klakson mobil Naruto semakin cepat. Beberapa orang sudah ada yang menoleh ke arah mobil Naruto. Tapi beberapa saat kemudian, suara klakson itu berhenti bersamaan dengan klimaks Naruto.
"Hngh!" desah Naruto.
"UUHHHH ... Naruto ..." Kushina juga ikut mendesah kembali.
Naruto masih menghentakkan penisnya dengan pelan seiring dengan tembakan spermanya di dalam rahim Kushina.
"Terima kasih, Sayang," ucap Naruto kemudian membawa Kushina kembali duduk di pangkuannya.
Laki-laki berambut pirang itu membantu ibunya untuk merapikan bajunya. Setelah Kushina terlihat rapi, Naruto kembali mengecup bibirnya beberapa kali sebelum akhirnya mengulumnya. Di tengah cumbuannya itu, tangan Naruto diam-diam mengusap perut bawah Kushina seakan memastikan keadaan kandungan ibunya.
"Tadi cukup menegangkan," celetuk Kushina setelah ciuman mereka terlepas.
"Tapi ibu suka, kan?" balas Naruto diiringi dengan tawaan. Setelahnya Kushina segera kembali ke kursi penumpang.
.
.
.
Kushina adalah wanita yang haus akan kasih sayang. Setelah Minato lebih memilih mementingkan pekerjaannya, Kushina mencari pelampiasan ke banyak hal. Sampai akhirnya ia bertemu dengan sahabat putranya sendiri.
Sasuke Uchiha.
Laki-laki berambut hitam dengan matanya yang tajam itu berhasil mengenalkannya pada hubungan yang membuat jantungnya kembali berdebar. Sasuke adalah orang yang mengajarkannya bahwa ia boleh egois dengan menginginkan cinta dari banyak orang. Bahkan hubungannya dengan Sasuke sudah terjalin jauh sebelum ia memutuskan untuk menerima hati Naruto.
Laki-laki itu pulalah yang meyakinkan Kushina untuk menerima hati Naruto.
Hingga pada akhirnya cinta itu tumbuh menjadi janin yang sekarang sedang dikandung oleh Kushina. Kushina bahkan tidak tahu janin siapa yang sedang ia kandung. Ia tidak peduli, asalkan ia bisa terus mendapatkan cinta dari ketiga lelaki tersebut.
Suaminya, Minato, walau lebih mementingkan pekerjaannya, tapi terkadang ada waktu di mana laki-laki itu mendadak memberikannya cinta.
Anak kandungnya, Naruto, yang seakan terobsesi terhadap dirinya. Ia selalu berhasil mengisi hari-hari Kushina dengan penuh kehangatan.
Dan Sasuke, laki-laki yang jarang ditemuinya. Tapi sekali bertemu, Kushina seakan merasakan cinta membara yang sangat diinginkannya.
Tepat saat kandungannya berusia enam bulan, Kushina akhirnya dapat menemui Sasuke kembali. Minato sedang pergi ke luar kota sedangkan Naruto sedang mengurus penelitiannya di sebuah desa.
Kushina pun akhirnya memutuskan bertemu dengan Sasuke di sebuah hotel.
.
.
.
Saat Sasuke masuk ke dalam kamar hotel yang menjadi tempat pertemuannya dengan Kushina, ia tidak berhasil menemukan wanitanya itu. Hanya suara shower yang terdengar di telinganya. Ia pun segera tahu kalau Kushina sedang mandi.
"Kebetulan sekali aku juga harus mandi," putus Sasuke sebelum menanggalkan semua pakaiannya. Tanpa pikir panjang ia masuk ke dalam kamar mandi yang memang tidak terkunci tersebut.
Pemandangan Kushina dengan rambut basahnya yang tergerai menyambut Sasuke. Wanita yang sedang berdiri di bawah shower itu pun segera membalik tubuhnya saat mendengar suara pintu terbuka. "Sasuke?"
"Ya, Sayang, kau menggoda sekali." Tak menunggu lama, Sasuke segera mendekati Kushina dan menghimpitnya ke dinding.
Kushina tersenyum jahil. "Bagaimana kalau kubangunkan dulu?"
"Cih! Tidak perlu, dia sudah berdiri," geram Sasuke kemudian menaikkan salah satu kaki Kushina ke pinggangnya. "Pegang yang erat."
Kushina memeluk leher Sasuke dan membiarkan laki-laki itu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya.
JLEB!
"HNGG!" Kushina sedikit memekik karena lubangnya belum basah sama sekali.
"Ah!" Sasuke bahkan ikut mendesah begitu dinding vagina Kushina menghimpit penisnya. Ia kemudian mulai bergerak maju mundur dengan tempo sedang agar tidak menyakiti perut Kushina.
Satu tangan Sasuke bertengger dengan setia di perut Kushina sambil terus mengusapnya pelan.
"Akh! Ahh! Uuuhh Sas-Sasuuuu ..."
Sasuke mengunci bibir Kushina dengan lumatannya sambil terus menghentak tubuh Kushina. Memang tubuh wanita hamil terasa lebih nikmat bagi Sasuke. Apalagi di saat ia dapat merasakan gerakan-gerakan bayi yang berada dalam kandungan Kushina.
"Sepertinya dia suka kalau aku bergerak dengan keras," ucap Sasuke setelah selesai mengecup rasa bibir Kushina.
"AHH AHH AHH Terus~ UUHH AAHHHH~" Kushina berteriak lantang saat ia mencapai orgasmenya. Pelukannya di leher Sasuke semakin mengencang. "Uhhh ..." Kushina masih terus melenguh karena anaknya bergerak heboh di dalam perutnya.
Berkebalikan dengan Kushina yang merasa tidak nyaman, Sasuke malah sangat suka saat telapak tangannya dapat merasakan tendangan-tendangan kecil di beberapa tempat di perut Kushina.
Sasuke kemudian meraih salah satu kaki Kushina yang semula masih menapak di lantai agar memeluk pinggangnya juga. "Uh! Jangan seenaknya klimaks sendiri."
"UKH! Ahh! Hmm ..."
Kushina kembali mendesah keras saat hujaman Sasuke semakin menggila. Gerakan anak yang berada di dalam perutnya juga ikut menggila.
"Ah! GHH!"
Sasuke terus mempercepat gerakannya. Bahkan ia sengaja menempelkan perutnya dengan perut Kushina agar sensasi gerakan bayi Kushina dapat dirasakannya dengan lebih mudah.
Seakan tidak ingin membiarkan Kushina beristirahat, Sasuke kembali mengulum bibirnya dengan beringas. Kedua tangannya sudah tidak berada di perut Kushina. Ia menggunakan kedua tangannya untuk meraba seluruh bagian tubuh Kushina dan sengaja membuat gerakan sensual di punggung wanita tersebut.
"AKH!"
Kushina terhentak saat penis Sasuke berhasil mengenai titik paling sensitif di vaginanya. Ciuman mereka pun terputus.
"Uh! Uh! Engghh~" Kushina sudah merasakan orgasme keduanya.
Sasuke pun sudah mulai merasakan akan mencapai titik puncaknya. Ia semakin mempercepat gerakannya saat titik itu semakin mendekatinya.
"Eng ... A-AAHH!"
Sperma Sasuke akhirnya menembaki rahim Kushina. Rahim Kushina yang sudah terasa penuh karena anaknya semakin terasa penuh karena terus menerus mendapat tembakan sperma Sasuke.
"Kenapa banyak sekali?"
Sasuke hanya tertawa mendengar pertanyaan Kushina. Laki-laki itu mendekatkan bibirnya di telinga Kushina. "Kita lanjutkan di kasur, aku tidak akan membiarkanmu istirahat."
"Tapi aku lapar," protes Kushina.
Sasuke memiringkan kepalanya, sejenak berpikir. "Kau bisa makan di meja makan sambil menungging, kan?"
Kushina mengerutkan dahinya.
"Kalau begitu masalah terselesaikan. Kau bisa makan sedangkan aku bisa menikmati tubuhmu dan perut besarmu ini," ucap Sasuke sambil menepuk-nepuk perut Kushina.
"Ugh!"
Tepukan Sasuke membuat bayi Kushina menendang dengan cukup keras.
"Lihat? Dia menyukaiku. Sepertinya dia adalah anakku, Kushina."
Kushina masih menggeram sembali mengusap perutnya agar anaknya berhenti menendang. "Aku tidak peduli dia itu anak Minato, Naruto, atau dirimu. Aku hanya ingin kau memuaskanku, Sasuke."
"Dengan senang hati," balas Sasuke kemudian melumat bibir Kushina.
.
.
.
FIN
