This is a work of fan fiction using characters from the Gintama world, which is trademarked by Hideaki Sorachi.
A/N: This story content might be OOC, lack of language, background story and timeline does not match with actual manga or anime.
.
.
"KYAAAAA!"
Sakamoto Tatsuma masih terpejam di kasurnya ketika pagi itu terdengar suara teriakan istrinya yang seketika membuatnya terjaga.
"Mutsu! Apa yang terjadi?!"
"Tatsuma.. Aku hamil!"
Trimester pertama
"Jadi begitulah, ahahaha hahaha!"
Yorozuya, sedang kedatangan tamu sekarang. Di hadapan trio itu duduklah seorang wanita cantik yang memegang bingkisan buah dan seorang pria yang hanya bisa tertawa.
"Tunggu, jelaskan dulu Tatsuma" ujar Gintoki sang presiden Yorozuya.
"Ahaha, sudah kubilang, mulai sekarang kita bertetangga hahaha!"
"Tidak mungkin tanpa sebab kan, tiba-tiba kau tinggal di bumi, bukankah kau suka tinggal di pesawat?"
"Eh, aku belum bilang ya? Jadi, Mutsu hamil dan kami—"
"HEEEE?!" saking kagetnya, trio Yorozuya pun menggebrak meja tamu diruang itu.
"APA? MUCCHI HAMIL?"
"Benarkah itu Mutsu-san? Gin-san, kenapa kita menerima kriminal seperti Sakamoto-san disini?"
"Oi Tatsuma teme! Aku tahu kau memang idiot natural, tapi tak kusangka kau kau bajingan seperti ini!"
Trio itu pun saling bersahut-sahutan dan tak mau kalah berbicara. Sampai akhirnya, wanita itu—Mutsu—angkat bicara.
"Dengar dulu kalian! Oke, aku memang hamil, dan ini legal karena kami sudah menikah"
Trio Yorozuya pun terdiam namun masih pada posisi mereka yang tak beraturan. Beberapa detik berlalu begitu saja selama mereka memproses informasi dalam otaknya.
"Jadi.. Sakamoto-san dan Mutsu-san sudah menikah? Lalu Mutsu-san hamil, oleh sebab itu kalian tinggal sementara di Bumi?" tanya si kacamata bernyawa, Shinpachi, yang berhasil menata informasi dengan benar.
"Yap, begitulah, dan ini bingkisan tetangga baru dari kami untuk kalian" ujar Mutsu sambil menyerahkan buah-buahan yang sedari tadi dipegangnya di tangan.
"Ahahaha, begitu aku tahu Mutsu hamil aku segera mendarat di Bumi dan minta tolong seorang teman untuk mencarikan rumah kontrakan, tak kusangka tepat di depan rumahmu Kintoki, hahaha"
"Tunggu, jadi kalian menikah? Sejak kapan? Dan mengapa kau mau menikahi manusia tak berotak seperti dia, asisten-san?" tanya Gintoki
Mutsu pun menghela napasnya, dia tahu pasti akan ada orang yang menanyakan hal ini suatu saat nanti.
"Ma... Kupikir akan lebih mudah untuk menjalankan bisnis jika menikah dengannya, rupanya sama saja. Sudah dua tahun kami menikah, dan pria ini tetap saja bodoh"
"Hiks hiks.." terdengar isak dari dua anggota Yorozuya yang lain.
"Mucchi.. hiks.. Kau harus kuat demi anak-anakmu nanti, hiks"
"Mutsu-san dan adek bayi Mutsu-san, kuharap kalian senantiasa bahagia hiks"
Shinpachi dan Kagura dengan bersamaan memberi pelukan untuk Mutsu agar dia tegar menghadapi rumah tangganya. Mutsu pun ikut terharu dan membalas pelukan mereka dengan berkata "kalian, terima kasih sudah mengerti". Tinggallah Sakamoto yang merasa tidak berguna di sana.
"Yah, pokoknya selamat untuk kehamilan pertama kalian, semoga lancar sampai persalinan nanti. Oh ya, terima kasih buah-buahannya ya!" ujar Gintoki pada pasangan Sakamoto itu.
"Ahaha, tak masalah Kintoki, kami pamit dulu ya, tetangga di rumah pohon itu belum kami sapa"
"Rumah pohon? Tatsuma! Kusarankan kau harus berhati-hati" ucap Gintoki dengan raut wajah yang tiba-tiba menjadi horor.
"Eh? Memangnya kenapa?"
XXX
Berdirilah di sana Sakamoto Tatsuma dengan tubuh mematung dan kepala mendongak ke atas mengamati betapa tingginya pohon-atau-rumah itu yang seolah menembus atmosfer bumi. Melihat hal ini saja, dirinya teringat peringatan Gintoki dan menjadi enggan untuk menyapa sang pemilik rumah.
"Mengapa diam saja Tatsuma? Ayo kita sapa tetangga kita"
Mutsu dengan santainya melengos dan mulai mengetuk pintu ruma-pohon itu.
Tok tok tok, tak ada jawaban.
Tok tok tok, pintu masih belum terbuka. "Hmm, mungkin pemiliknya tidak ada di rumah" gumam Mutsu.
Tok, dan keluarlah sesosok amanto bertubuh tinggi besar berbadan hijau dengan rambut gondrong dan dua tanduk besar di kepala.
"Siapa yang berani mengetuk rumahku?" tanya amanto itu dengan suara berat dan menyeramkan.
"Si-siapa monster ini? Apa dia klan dakini? Gawat, yato dan dakini kan bermusuhan, aku harus melindungi Mutsu!" gumam Tatsuma dalam hati.
"Mutsu, berlindung di belakangku!"
Terlambat, Mutsu sudah lebih dulu berbicara dengan amanto itu.
"Selamat siang, apa anda Hedoro-san? Salam kenal, kami Sakamoto, baru pindah di rumah depan sana"
"Ohh, selamat datang di tempatku Sakamoto-san, mari silakan masuk"
Diluar dugaan, Mutsu dan Hedoro tampak akrab. Ternyata dibalik tampang Hedoro yang menyeramkan sebenarnya dia baik hati, ramah dan bersahabat. Namun tetap saja Tatsuma masih menahan takut berada di dekatnya, lain seperti istrinya yang tidak terlihat takut sama sekali.
Rupanya, Mutsu cukup terkesan dengan kemampuan berkebun Hedoro. Maklum, seumur hidup tinggal di kapal membuatnya tidak mungkin untuk merawat tanaman. Karena itu, saat akan pamit dari rumah Hedoro, Hedoro memberinya sebuah pot berisi bibit bunga anyelir putih yang sudah bertunas. Mutsu terlihat senang dan bersemangat untuk merawatnya.
XXX
Beruntung, di Kabuki-cho terdapat sebuah rumah sakit besar dan bisa menangani amanto, jadi Tatsuma dan Mutsu pun tidak kesulitan untuk mencari dokter kandungan yang bagus. Pemeriksaan pertama, kandungan Mutsu sudah berusia enam minggu. Pada tahap ini, janin masih belum terlalu terlihat dari mesin USG namun tali pusar sudah mulai terbentuk. Mutsu pun terkekeh melihat suaminya yang takjub sampai menempelkan muka di depan layar USG.
Sejatinya Mutsu sangat bahagia, ini pengalaman pertama dalam hidupnya, kehamilan pertama. Apalagi melihat suaminya yang juga begitu bersemangat menjadi calon ayah membuat dirinya merasa sempurna. Dia tidak kenal banyak Yato perempuan, kebanyakan Yato hidup dan mati di medan perang, karena itu dia bersyukur bisa menjalani hidup sampai tahap ini.
Dokter memberikan beberapa saran untuk trimester pertama ini, seperti makanan yang sebaiknya dimakan atau dihindari, istirahat cukup, juga kemungkinan morning sickness yang akan mengganggu. Juga dokter mengingatkan untuk tidak lupa meminum suplemen yang sudah diresepkan.
XXX
Mungkin kalian akan bertanya, bagaimana Kaientai akan berjalan jika dua pimpinannya sedang berada di bumi? Hal ini sudah dipikirkan oleh mereka berdua. Kairinmaru, kapal utama Kaientai tetap beroperasi seperti biasa sebagai kapal dagang luar angkasa, hanya ada satu kapal yang diparkirkan di bumi untuk jaga-jaga jikalau ada kepentingan mendadak dan harus digunakan. Bisnis tetap berjalan seperti biasa, hanya saja Kaientai tidak banyak membuat penawaran dagang baru melainkan memperlebar perdagangan yang sudah ada sehingga tidak membebankan pasangan yang sedang berbahagia ini.
Mutsu masih belum terbiasa dengan kehidupan di luar kapal, apalagi dalam keadaan hamil muda begini. Memang dasar Mutsu yang pekerja keras, jika sehari saja dia tidak menangani dokumen atau barang-barang dagang, rasanya dia akan stres karena tidak ada kerjaan. Seharian ini sudah berkali-kali Tatsuma memperingatkan Mutsu untuk tidak terlalu capek, namun wanita itu tetap bersikeras. Alhasil, esoknya Mutsu demam dan harus istirahat total sampai tiga hari ke depan.
XXX
Menjadi ibu rumah tangga sementara ternyata tidak terlalu buruk. Meskipun benar setiap pagi Mutsu akan diganggu oleh morning sickness juga nafsu makan yang berubah-ubah, tapi hal itu tidak memotong semangatnya untuk mencoba hal baru. Akhir-akhir ini, berkat bunga dari Hedoro, Mutsu mencampurkan beberapa bunga ke dalam teh dan menghasilkan kreasi teh bunga yang enak. Ya, meski tidak selalu berhasil dan suaminya yang harus menjadi kelinci percobaan.
Tidak jarang pula Mutsu bertamu ke rumah Hedoro untuk mempelajari cara berkebun. Meskipun Tatsuma masih takut dan ngeri melihat penampilan Hedoro yang garang, dia tetap dengan sabar menemani istrinya di sana.
Nenek Otose, ibu kos Gintoki juga sangat baik dan ramah kepada pasangan yang berbahagia ini. Bahkan tak jarang Mutsu bertukar resep masakan dengan nenek satu ini, juga nenek ini sering berbagi bahan makanan kepada Mutsu, tentu saja Mutsu sangat berterima kasih padanya.
XXX
Pada kunjungan berikutnya ke dokter, usia kandungan Mutsu mencapai minggu ke sembilan. Kali ini janin sudah mulai terlihat jelas, dan kabar bahagianya, ternyata Mutsu mengandung anak kembar. Meski belum bisa teridentifikasi dengan jelas jenis kelamin dan lain-lain, dokter sudah memastikan terdapat lebih dari satu detak jantung di sana. Tatsuma sampai menangis tersedu mendengar hal ini.
Sepulang dari rumah sakit, Mutsu dan Tatsuma melewati kawasan perbelanjaan.
"Tatsuma, sepertinya mulai sekarang aku butuh baju hamil"
"Ahaha, tentu saja! Mau mampir dulu?"
Mereka pun memasuki salah satu toko yang ada di sana. Toko itu menjual perlengkapan khusus ibu hamil dan bayi, selain baju hamil, baju-baju bayi dan anak juga peralatan bayi pun tersedia di sana. Namun, kali ini Mutsu hanya fokus mencari baju untuknya saja. Toh, dia belum tahu jenis kelamin anaknya nanti.
Mutsu pun asyik memilih-milih baju hamil yang ada. Cukup banyak koleksi toko ini, dan Mutsu juga terlihat cukup excited. Katanya memang saat hamil, wanita akan mengeluarkan pesona tersendiri, yang juga sering disebut pregnancy glow.
Saat sedang mencoba baju di ruang ganti, entah mengapa Tatsuma tiba-tiba menghilang. Padahal, Mutsu ingin dengar pendapatnya tentang baju yang dicobanya.
"Wah baju itu terlihat cocok sekali anda pakai" ujar seorang pegawai toko yang berada di dekat situ.
"Begitukah? Jaa, aku akan membelinya"
Mutsu segera membayar baju yang dipilihnya di kasir. Ia memilih untuk langsung memakai baju tadi. Namun sampai selesai membayar pun, Tatsuma masih entah di mana. Selangkah sebelum keluar toko, akhirnya Mutsu menemukan sosok suaminya. Dia melihat Tatsuma yang sedang berbincang dengan dua perempuan yang terlihat tak asing. Sepertinya itu..
"Danna-san" panggil Mutsu tiba-tiba saat menghampiri Tatsuma.
"Ahaha, Mutsu! Sudah ya Oryo-chan, Otae-san, istriku sudah memanggil, sampai ketemu lagi!"
Dua perempuan tadi membalas lambaian tangan Tatsuma dan ia pun segera menghampiri istrinya untuk berjalan pulang. Namun selama perjalanan sampai di rumah, Mutsu terlihat kesal dan mengabaikan Tatsuma.
"Mutsu, piring dan sumpit di mana ya?"
"Cari saja sendiri!"
"Mutsu, aku lupa menaruh kacamataku, apa kau melihatnya?"
"Cari saja sendiri!"
Memang dasar Tatsuma yang tidak peka, sampai menjelang tidur pun dia baru sadar bahwa ada yang aneh dengan istrinya.
"Mutsu, kau ada masalah apa? Sembelit?"
"Otakmu yang sembelit!"
Tatsuma lalu memeluk istrinya dengan lembut dari belakang, juga memberinya kecupan singkat di kepalanya. Dia paling tahu kalau istrinya suka diperlakukan seperti ini.
"Ayolah.. Kalau kau tak bilang, aku tak akan mengerti.."
"Ughh.."
Mutsu memang masih cemberut, namun perlahan dia mulai berbicara.
"Kau, meninggalkanku saat belanja, ternyata malah bertemu Oryo"
"Ahaha, ternyata itu.. Maaf ya Mutsu.." lagi-lagi satu kecupan lembut dihadiahkan untuk Mutsu.
"Kau ini kenapa masih bertemu perempuan itu sih?"
"Memangnya kenapa? Aku hanya tidak sengaja bertemu dan cuma mengobrol sebentar kok"
"Tapi kan.. Itu Oryo!"
"Jadi istriku ini cemburu rupanya.. hahaha"
"Tentu saja! Kau dulu begitu tergila-gila dengannya, huh aku tak akan lupa tiap datang ke barnya kau selalu menggodanya dengan ajakan menikah, dasar playboy"
"Ahaha, jangan marah Mutsu, itu kan masa lalu. Sungguh, aku tidak ada apa-apa dengan Oryo. Lagi pula, mana bisa aku meninggalkan istri yang sedang mengandung dua anakku sekaligus. Mutsu, aku mencintaimu" sekali lagi Tatsuma mengeratkan pelukan pada istrinya itu sembari mengelus perut Mutsu yang tak lagi rata.
"Jangan diulangi lagi, nanti aku marah" ujar Mutsu dengan berbalik badan agar dia berhadapan dengan suaminya.
"Hahaha, aku janji" ujar Tatsuma sembari menangkup kedua pipi istrinya. Satu tangannya ditaruhnya di kepala Mutsu dan dibelainya surai karamel lembut milik istrinya itu.
Cukup lama ia memandangi wajah ayu istrinya itu. Terkadang ia masih tidak percaya bahwa wanita yang sebelumnya hanya rekan kerjanya itu kini menjadi istrinya dan tengah mengandung buah hatinya. Perlahan, Tatsuma mendekatkan wajahnya lalu mencium dengan lembut bibir ranum milik Mutsu sembari menarik perlahan ikat rambut yang Mutsu kenakan hingga rambutnya tergerai bebas.
"Mutsu.. Apa saat hamil kita boleh berhubungan intim?" tanya Tatsuma sesaat setelah melepas pagutan mereka.
"Selama dokter tidak melarang, kurasa boleh saja.."
Dan malam itu, pasangan Sakamoto kembali merasakan betapa hangatnya cinta mereka.
XXX
Hari ini, Mutsu mendapat hadiah sebuah payung dari Kagura. Katanya, agar Mutsu tidak kepanasan jika harus keluar di siang hari. Mutsu sangat berterima kasih karenanya, Kagura juga seorang Yato, dia pasti tahu betapa sakitnya kulit seorang Yato jika terkena sinar matahari. Sesekali jika waktunya luang, Kagura juga akan menemani Mutsu berkeliling jalan-jalan keliling Kabuki-cho sebentar.
Di masa-masa ini pula, nafsu makan Mutsu cukup memburuk, berat badannya menurun drastis hingga sempat hampir pingsan saat berbelanja sayur di pagi hari. Beruntung Tatsuma suami yang siaga hingga Mutsu tidak sempat jatuh dan bisa segera tertolong. Lagi-lagi dokter pun menyuruhnya memperbanyak istirahat dan memberinya beberapa suplemen tambahan.
Hampir setiap hari Mutsu terbangun tengah malam tanpa sebab dan tak bisa kembali tidur hingga satu dua jam ke depan. Terkadang jika Tatsuma tidak terlalu lelah, ia akan menemani istrinya sampai tertidur kembali. Namun jika tidak, Mutsu biasanya akan membaca buku hingga matanya lelah dan mengantuk.
XXX
Akhir-akhir ini, Mutsu sudah jarang mengalami morning sickness dan nafsu makannya pun berangsur kembali membaik. Yang berbeda adalah hidung Mutsu terasa sensitif sekali sampai-sampai dia harus membuang semua parfum dan wewangian miliknya dan Tatsuma, karena Mutsu bisa sangat pusing sekali jika mencium bau yang menyengat. Namun, memiliki hidung sensitif ternyata menguntungkan jika berkunjung ke rumah Hedoro, karena akhirnya Mutsu bisa membedakan wangi bunga berdasarkan jenisnya.
Mutsu akhir-akhir ini juga memiliki keinginan makan yang aneh-aneh. Orang biasa menyebutnya ngidam. Pernah sekali waktu tengah malam Mutsu terbangun dan merengek ingin makan parfait buatan Gintoki. Ya, memang tidak ada yang bisa mengalahkan kesempurnaan rasa dessert buatan si maniak gula itu memang. Meskipun tengah malam, tidak ada pilihan lagi untuk Tatsuma selain pergi menggedor sarang Yorozuya. Untungnya, Gintoki mau membuatkannya meskipun Tatsuma sempat di semprot karena mengganggu waktu tidurnya.
Pada kunjungan dokter berikutnya, USG sudah bisa menunjukkan dengan jelas bahwa ada dua makhluk kecil tumbuh di perut Mutsu. Kepala, kaki dan tangan mereka sudah terlihat jelas, dan lucu sekali ketika mereka terlihat saling tendang di dalam sana. Tapi kata dokter, ada sesuatu yang lain di dalam kandungan Mutsu. Meski dokter belum berani memastikan, namun beliau meminta Mutsu untuk berhati-hati dan meminta untuk seminggu sekali periksa agar dokter bisa cepat mengidentifikasi hal itu.
Trimester Kedua
Tibalah momen yang ditunggu selama kehamilan, tendangan bayi pertama !
Pagi itu Mutsu sedang santai menyirami halaman rumah ketika dia tiba-tiba berteriak dan membuat Tatsuma yang semula berada di dapur menjadi berlari ke arahnya.
"Mutsu, ada apa?!"
"Tatsuma! Bayi kita menendang!"
"Mana, mana" Tatsuma sangat kegirangan ingin segera merasakan tendangan bayinya. Ia pun menempelkan telinga dan telapak tangannya pada perut Mutsu yang membesar. Ia menunggu datangnya tendangan makhluk kecil itu. Ditunggunya beberapa saat dan DUK! Sebuah tendangan kecil namun sangat, sangat bertenaga muncul di daerah pelipis Tatsuma. Saking kuatnya, kepala Tatsuma sampai terpental sedikit jauh dan merasa pusing.
Tatsuma masih memegangi kepalanya yang nyut-nyutan tapi Mutsu malah terkikik geli melihat reaksi suaminya.
"Kau tahu Tatsuma, wanita bumi biasanya berkata mungkin anaknya nanti calon pemain bola saat merasakan tendangan pertama. Apa menurutmu anak kita nanti juga jadi pemain bola?"
"Uhh.. Kurasa kemampuannya nanti lebih dari itu Mutsu.. Belum lahir saja bapaknya sudah dibuat begini"
"Pfft, hahaha, ah! Dia menendang lagi" Tatsuma pun cepat-cepat kembali menaruh tangannya di perut Mutsu untuk ikut merasakan tendangan-tendangan kecil itu.
XXX
"Selamat Sakamoto-san! Istri anda mengandung bayi triplet!"
"He? Tunggu, dokter, apa saya tidak salah dengar?"
"Yap, tidak salah lagi, benda asing beberapa waktu lalu sudah teridentifikasi jelas bahwa itu janin ketiga anda"
Pasangan Sakamoto itu masih tidak percaya, memang mereka senang, tapi di samping itu, mereka juga memikirkan hal lain karena ini jauh di luar rencana mereka. Bayi kembar saja sudah cukup mengejutkan apalagi sekarang tiga.
Karena ini merupakan kasus yang jarang terjadi, jadi dokter memberi perhatian khusus pada kehamilan Mutsu. Memberi pengawasan ekstra dan Tatsuma diminta untuk benar-benar siaga dalam hal apa pun.
Meski dokter belum bisa memastikan jenis kelamin bayi mereka nanti, dokter tetap menyarankan untuk pasangan Sakamoto itu menyiapkan perlengkapan bayi sesegera mungkin karena hari kelahiran akan datang lebih cepat dari kelahiran normal.
Sekembalinya dari rumah sakit, entah mengapa Mutsu merasa lelah sekali. Mungkin masih efek terkejut dengan kabar kehamilannya. Banyak hal yang tiba-tiba dipikirkannya. Sebagian besar adalah kecemasannya saat melahirkan nanti, apa mungkin dia sanggup menghadapinya? Apa bisa dia menjadi ibu yang baik untuk tiga anaknya nanti? Dan banyak lagi.
Tatsuma yang melihat istrinya seperti itu pun berusaha menenangkan suasana hatinya. Meskipun dirinya sendiri juga memiliki kecemasan yang sama, namun yang terpenting istrinya harus bisa tenang dulu sekarang. Ibu hamil tidak boleh stres.
XXX
Hari berikutnya, Mutsu dan Tatsuma menyempatkan diri untuk berbelanja kebutuhan bayi. Seperti memesan ranjang bayi, membeli baju bayi, membeli stroler, dan lain-lain. Tentu saja biayanya membengkak jadi tiga kali lipat perkiraan awal. Beruntung, kalau masalah ekonomi keluarga Sakamoto tak kan kebingungan.
"Duduk di kursi goyang sepertinya nyaman" ujar Mutsu di suatu siang.
"Ahaha, kau mau? Aku akan mencarikannya"
"Tidak usah, toh kita cuma mengontrak di sini, kursi goyang tidak cocok di kapal"
"Kau yakin?"
"Kita cari ayunan bayi saja"
Setelah berkeliling sebentar, Mutsu pun merasa lelah dan akhirnya mereka mengakhiri perburuan perlengkapan bayi hari ini. Sesampainya di rumah, karena terlalu lelah Mutsu sampai tidak sanggup untuk menyiapkan makan malam. Beruntung Tatsuma cukup dapat diandalkan dalam hal ini, jadi dia bisa menggantikan Mutsu sementara.
Tengah malam, lagi-lagi Mutsu tidak bisa tidur nyaman. Bukan hanya terbangun tiba-tiba tanpa alasan, kali ini dia bermimpi buruk. Mutsu bermimpi kalau-kalau perutnya nanti akan sangat membesar dan menyeramkan seakan bisa saja meledak. Ini cukup mengganggu untuk kesehatan mental ibu hamil. Tatsuma pun harus lebih ekstra memperhatikan istrinya kalau sudah begini. Bisa gawat jika karena stres hingga memperburuk kondisi kehamilannya.
Suatu hari, Tatsuma menjumpai Mutsu yang sedang menangis sesenggukan di kamar.
"Mutsu, kenapa kau menangis?"
"Tatsuma.. hiks"
Mutsu segera menghambur ke pelukan suaminya, sedang Tatsuma dengan lembut mengusap bulir air mata yang membasahi pipi istrinya.
"A-aku takut.."
"Apa yang kau takutkan sayangku? Cup, sudahlah jangan menangis.."
"Bagaimana kalau aku tidak sanggup nanti? Makin hari perutku semakin membesar, kakiku semakin sering bengkak, aku tidak kuat lagi.. hiks"
"Mutsu, Mutsu tenanglah, kau pasti bisa, kau ini wanita terkuat yang pernah ada, aku yakin kau bisa"
"Tatsuma.. Apa aku bisa menjadi ibu yang baik untuk mereka?"
"Apa yang kau katakan Mutsu! Kau ini wanita paling sempurna yang pernah ada, kau pasti bisa jadi ibu terbaik di dunia, aku akan pastikan itu Mutsu"
"Ta-tapi.."
"Sudah, sudah.. Jangan terlalu dipikirkan, lebih baik kau segera istirahat saja, ya?"
Mutsu pun mengangguk dan segera membaringkan dirinya di kasur.
XXX
Sayang sekali, pagi ini Tatsuma mendapat panggilan telepon dari para pegawainya bahwa ada masalah pada kapal, sehingga pengiriman terhambat. Sebagai pimpinan, Tatsuma tidak bisa hanya diam dan menunggu. Meski berat, dia terpaksa meninggalkan istrinya selama tiga hari untuk menangani ini.
Yorozuya pun menjadi punya pekerjaan, menjaga Mutsu selama Tatsuma pergi. Kagura, sebagai satu-satunya anggota perempuan memilih untuk menginap di rumah Sakamoto agar bisa lebih tanggap jika terjadi sesuatu.
Beruntunglah tidak ada kejadian buruk selama Tatsuma tak ada. Kehadiran Kagura benar-benar membantu Mutsu. Selain ada teman perempuan, sebagai sesama Yato mereka memiliki banyak kesamaan sehingga mereka bisa saling mengerti tanpa harus menerangkan.
Sebagai sesama Yato yang memiliki perut karet, stok makanan yang seharusnya bisa bertahan untuk dua minggu pun ludes dalam waktu tiga hari. Bagaimana tidak, setiap Mutsu memasak sebanyak apa pun porsinya, di hadapan Kagura makanan-makanan itu pasti terlahap habis olehnya. Mengetahui hal ini, Tatsuma pun bergidik ngeri membayangkan bagaimana jika nantinya anak-anaknya juga memiliki nafsu makan sebesar itu, berapa biaya makan yang akan dikeluarkan tiap harinya.
Namun justru dengan ini, Tatsuma menjadi punya motivasi besar untuk lebih keras bekerja.
XXX
"Mutsu! Lihat apa yang kudapatkan!"
Setelah tiga hari meninggalkan Mutsu bekerja, Tatsuma pulang dengan membawa buah tangan untuk istri tercintanya. Disodorkannya sebuah kotak berbalut kertas pembungkus merah kepada Mutsu, Tatsuma menunggu istrinya untuk membuka kotak itu dengan wajah berseri-seri. Dengan hati-hati dibukanya kotak itu takut-takut jikalau keisengan Tatsuma belaka.
Setelah terbuka, isinya adalah sebuah headset putih dihias telinga kelinci dan juga lengkap dengan pemutar musiknya.
"Waaw.. Aku tidak menyangka.." ujar Mutsu yang masih takjub memandangi benda pemberian suaminya.
"Coba kau pasang di perut Mutsu! Setahuku di usia kandunganmu sekarang, bayi seharusnya sudah bisa mendengar suara-suara dari luar, ahaha! Kudengar membiarkan janin mendengar musik klasik akan baik untuk pertumbuhannya, jadi—"
CHU! Tak sampai Tatsuma menyelesaikan kalimatnya, Mutsu sudah menyingkatnya dengan sebuah kecupan pipi untuknya seraya mengucapkan "Arigatou danna".
Tak lama setelahnya, Mutsu mencoba memasang headset itu di perutnya dan memutarkan sebuah musik dari pemutarnya. Dan benar saja, janin dalam perutnya memberikan reaksi beberapa tendangan kecil. Mutsu pun dibuat gemas karenanya.
Saat Mutsu masih asyik menikmati reaksi bayinya, diam-diam Tatsuma memasangkan sebuah bando bertelinga kelinci juga yang seiras dengan headset yang diberikannya. Mutsu yang terkejut pun memandangi suaminya yang tiba-tiba wajahnya memerah dan menutupi separuh wajahnya dengan tangan.
"Gawat, benar-benar gawat.."
"Tatsuma apa ini? Kenapa wajahmu memerah?"
"Terlalu imut, aku tidak kuat."
"A-aho! (/)"
Pasangan itu pun menjadi saling gemas satu sama lain.
Trimester ketiga
Kagura berlari tergesa-gesa menuju rumah Sakamoto. Pintu rumah itu pun digedornya dengan irama tak beraturan. Tatsuma yang mendengar itu segera berlari membukakan pintu. Di hadapannya, Kagura dengan wajah pucat dan panik berkata pada Tatsuma.
"Gawat Mossan! Mucchi pingsan di depan rumah Hedoro!"
"Apa?!"
Tatsuma dan Kagura segera berlari menuju tempat yang di maksud. Di sana sudah datang ambulans darurat yang dipanggil oleh Hedoro. Tatsuma pun segera masuk ke ambulans dan ikut menuju rumah sakit.
Kronologinya, hari itu Mutsu kehabisan pupuk dan berniat meminta sedikit kepada Hedoro. Karena dekat, maka ia berjalan ke sana sendiri. Namun sesampainya di sana, entah mengapa tiba-tiba Mutsu merasa amat pusing dan kehilangan keseimbangannya. Memang sempat Mutsu mengeluh perutnya sedikit sakit sejak pagi namun tak dihiraukannya. Kagura yang kebetulan lewat pun akhirnya ikut membantu Hedoro dan langsung lari memanggil Tatsuma.
Sesampainya di rumah sakit, Mutsu langsung ditangani oleh para dokter. Di ruang tunggu, ditemani Gintoki yang datang menyusul, Tatsuma harap-harap cemas dengan keadaan istrinya. Setelah beberapa saat, dokter yang menangani Mutsu pun muncul dan memanggil Tatsuma ke ruangannya.
Di dalam ruangan, dokter menjelaskan keadaan Mutsu.
"Jadi Sakamoto-san, istri anda mengalami braxton hicks atau kontraksi palsu, sebenarnya ini hal yang umum terjadi pada ibu hamil"
"Lalu kenapa istri saya sampai pingsan dok?"
"Yang berbeda, kondisi istri anda saat ini juga mengalami pendarahan akibat peregangan ukuran rahim sehingga menyebabkan beberapa pembuluh darah pecah. Ini sudah kami tangani, tapi istri anda harus bedrest total selama dua minggu sampai satu bulan dan saya minta agar anda membeli kursi roda untuknya. Ini bisa mengurangi beban kaki pada istri anda"
"Apa istri saya baik-baik saja dok?"
"Istri anda wanita yang sangat kuat Sakamoto-san" ujar dokter itu dengan senyuman yang memberi semangat pada Tatsuma.
"Oh ya Sakamoto-san, saya sudah memperkirakan kelahiran bayi anda. Diprediksi bayi akan lahir antara minggu ke-32 sampai ke-36, jadi menurut analisa saya di minggu ke 34 kita akan lakukan operasi c section pada istri anda. Itu berarti sekitar dua bulan lagi. Saya harap anda bisa bicarakan ini dengan istri jadi kita bisa tentukan tanggalnya"
"Waah.. Sebentar lagi ya dok, ughh aku tidak sabar"
"Benar Sakamoto-san, saya harap kita bisa secepatnya menentukan tanggalnya setelah kondisi istri anda membaik. Sebentar lagi istri anda bisa pulang setelah infusnya habis"
"Terima kasih banyak dokter, saya merasa sangat terbantu!"
Setelah keluar dari ruangan dokter, Tatsuma menghampiri Gintoki untuk menjelaskan kondisinya dan meminta agar dicarikan kursi roda untuk Mutsu. Setelah kursi roda yang diminta telah tersedia dan infus Mutsu sudah habis, dokter pun memperbolehkan Mutsu untuk pulang.
XXX
Tatsuma harus lebih ekstra lagi dalam menjaga istrinya sampai tiba waktunya bersalin. Semenjak kejadian hari itu, Mutsu memang harus bedrest dan tidak lagi disarankan untuk berjalan. Sebagai gantinya ia mengenakan kursi roda untuk bepergian.
Mutsu juga sudah tidak mengerjakan pekerjaan rumah lagi. Semuanya telah digantikan Tatsuma mulai dari bersih-bersih sampai memasak. Demi istri dan anaknya Tatsuma tak mungkin keberatan. Toh, ia tidak mau istrinya lebih menderita dari ini.
Hari-hari Mutsu memang menjadi sedikit membosankan. Dengan duduk di kursi roda ruang geraknya menjadi terbatas. Dia pun hanya bisa membaca buku, menyiram tanaman, mendengarkan musik dan menonton TV saja untuk menghilangkan kesuntukan. Tak jarang, dia juga mengajak bayi dalam perutnya berbicara bahkan membacakan buku untuk mereka seolah bayi-bayi itu sudah mengerti.
Meskipun sulit, Mutsu dan Tatsuma harus bisa bertahan sedikit lebih lama lagi sampai hari di mana mereka akan bertemu malaikat-malaikat kecilnya.
Hari kelahiran
Setelah dirundingkan bersama, hari di mana Mutsu akan menjalani operasi c section sudah di tetapkan. Pasangan Sakamoto itu semakin tak sabar menghitung hari menunggu kapan akan tiba. Sebuah kamar dengan dekorasi anak-anak dan tiga ranjang bayi pun sudah selesai disiapkan, berkat bantuan Yorozuya juga tentunya.
Meskipun senang, Mutsu juga semakin mencemaskan bagaimana nanti saat dia melahirkan. Untuk menghindari istrinya stres berlebihan, biasanya Tatsuma akan mengajaknya berkeliling taman kota untuk menyegarkan suasana.
Kurang satu minggu lagi, hari kelahiran anak-anaknya tiba. Kala itu Mutsu sedang memasuk-masukkan perlengkapan bersalin ke dalam tas supaya nanti tidak panik saat akan menuju rumah sakit. Semenjak pagi, perut Mutsu memang mengeluarkan kontraksi-kontraksi kecil seperti yang biasa dialaminya. Namun entah mengapa, semakin lama kontraksinya semakin kuat.
Mutsu juga sudah beberapa kali mengutarakan ketidaknyamanannya pada suaminya dan sudah banyak cara dilakukannya untuk mengurangi efek kontraksi, tapi tetap saja rasa itu semakin parah.
Puncaknya ketika Mutsu sedang mengambil air minum, tiba-tiba saja dirinya merasakan kram yang sangat parah pada perutnya sampai-sampai gelas yang dipegangnya terjatuh. Mendengar suara gelas pecah membuat Tatsuma segera berlari ke sumber suara dan yang didapatinya adalah istrinya yang merintih kesakitan.
Tatsuma segera memanggil ambulans dan membawa Mutsu ke rumah sakit. Dokter pun menyatakan harus segera melakukan operasi saat itu juga karena ketuban sudah pecah. Tatsuma diperbolehkan ikut menyaksikan proses istrinya melahirkan oleh dokter.
Selang satu jam kemudian, tangis bayi pertama terdengar, diikuti dengan tangis bayi kedua dan ketiga. Tak lama kemudian, Tatsuma keluar ruang operasi dan di luar telah ada trio Yorozuya yang menunggu kabar darinya.
"Tatsuma, bagaimana?" Gintoki langsung menghampiri Tatsuma diikuti dengan dua anggota Yorozuya yang lain.
"Kintoki.. Minna.."
Tatsuma menarik napas dalam-dalam saat Gintoki menepuk pundaknya.
"Telah lahir, tiga anak dari Tatsuma dan Mutsu, dua laki-laki dan satu perempuan, dengan berat masing-masing 2,1 kilogram, dengan keadaan prematur dan fisik yang sempurna. Kintoki, AKU SEORANG AYAH!"
Trio Yorozuya pun tersenyum bangga melihat Tatsuma yang mengucapkan kalimatnya dengan tangis haru. Gintoki, Shinpachi dan Kagura pun bersamaan mengelilingi Tatsuma dan memberinya ucapan selamat secara bergantian.
"Omedetou, tou-san" ucap Gintoki.
"Omedetou, Sakamoto-san" ucap Shinpachi.
"Huwaa Mossan omedetou!" ucap Kagura dengan ekspresi riangnya.
Setelah dipindahkan ke ruang rawat inap, akhirnya mereka bisa bertemu Mutsu dan melihat tiga bayi mungil anak pasangan Sakamoto itu. Mereka sangat mirip orang tuanya, benar-benar seperti versi mini Tatsuma dan Mutsu.
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit akhirnya Mutsu dan bayi-bayinya boleh dibawa pulang. Banyak teman dan kenalan mereka yang datang berkunjung dan memberi selamat. Bahkan orang-orang jauh seperti Umibozu pun menyempatkan mampir ketika berkunjung ke bumi.
Tak luput, teman sekawan Tatsuma pun, Gintoki, Katsura dan Takasugi juga datang di waktu yang bersamaan.
"Oi Chibi! Jauhkan kiseru itu dari anakku!"
"Zura! Anakku jangan kau ajari menggunakan bom!"
"Kintoki! Jangan kau beri permen terus anakku!"
Tatsuma menjadi ayah yang protektif sekali sekarang. Disisi ruang yang lain, Mutsu dan tamu-tamu perempuan lainnya hanya bisa pasrah melihat kelakuan para lelaki itu.
"Lihat kelakuan para lelaki bodoh itu Mucchi" ujar Kagura.
"Yah, mau gimana lagi.." Mutsu hanya bisa menjawab seadanya.
"Syukurlah anak-anakmu semua sehat meskipun prematur" ujar nenek Otose.
"Aku juga bersyukur Otose-san, rasanya masih tidak percaya aku benar-benar melahirkan tiga bayi sekaligus"
"Demo nee Mucchi, aku kaget sekali waktu tahu kau mengandung kembar tiga, mami dulu melahirkan cuma satu bayi saja aru"
"Entahlah, aku sering dengar klan kita sering disebut sebagai kelinci malam, tak kusangka kalau benar-benar seperti kelinci"
"Aku jadi takut hamil.." ujar Kagura dengan memasang ekspresi horor.
"Sudah sudah, omong-omong Mutsu, anak-anakmu namanya siapa saja?"
"Si perempuan Saori, lalu si duo keriting Satoshi dan Shohei"
Selama beberapa lama, Tatsuma dan Mutsu masih menetap di Kabuki-cho sampai usia anak mereka bisa dikatakan cukup untuk hidup dan tinggal di kapal. Setiap hari merawat, mengawasi tumbuh kembang putra putri kecilnya membuat hidup pasangan Sakamoto itu terasa sangat berwarna. Suara tangis dan tawa terdengar saling bergantian di siang dan malam. Tanpa kenal lelah, Mutsu dan Tatsuma menikmati setiap momen suka dan duka mereka sebagai orang tua.
Tibalah hari di mana mereka harus kembali tinggal di kapal. Berkemas dan membereskan semua barang di rumah kontrakan memang hal yang paling menyulitkan saat berpindah tempat tinggal, apalagi dengan adanya tiga bocah cilik yang bisa saja sewaktu-waktu mengacaukan peralatan.
Setelah memastikan barang-barang terkemas rapi di mobil pindahan, akhirnya mereka pun berpamitan kepada tetangga-tetangga sekitar. Dengan membawa serta ketiga anaknya, dimulai dari rumah paling ujung, Hedoro. Sebagai kenang-kenangan dia memberikan sebuah bunga aster artifisial yang sangat terlihat alami, supaya bisa selalu terpajang indah di kapal. Selanjutnya kedai Otose, tak banyak yang nenek tua itu bisa berikan pada mereka selain doa supaya mereka senantiasa sehat selalu. Dan yang terakhir, Yorozuya. Kagura dan Shinpachi menangis bombai saat harus berpisah dengan bayi-bayi lucu itu. Maklum, hampir setiap hari mereka menyempatkan diri untuk bermain dengan si kecil Sakamoto. Gintoki, sebagai sahabat Tatsuma, juga tak banyak bisa memberikan apa-apa. Hanya doa dan harapan untuk keluarga kecil mereka.
Selesai berpamitan dengan para tetangga, mereka pun segera melesat pergi menuju tempat diparkirnya kapal armada Kaientai. Setelah memastikan semua beres, kini saatnya kapten dan wakilnya memberi perintah.
"Kaientai"
"Berangkat!"
Fin
