Seperti biasa, menjelang Hari Raya adalah hari-hari dimana Gempa berbelanja segala kebutuhan untuk menyambut datangnya hari yang dinanti-nanti setelah sebulan penuh berpuasa. Karena tidak ada orang lain, jadilah Taufan, Blaze dan Thorn diajak Gempa berbelanja. Akankah misi Gempa berhasil?
Disclaimer Dan Author Note
-Boboiboy dan seluruh karakter yang terkandung di dalamnya adalah milik pemegang hak cipta, saya hanya pinjam karakter-karakternya. Tidak ada keuntungan materi yang saya dapatkan dari fanfic ini.
-BUKAN YAOI, BUKAN SHOUNEN-AI. Elemental sibblings, AU, tanpa super power, OOC (mungkin ?).
-Dalam fanfic ini umur karakter utama adalah sebagai berikut dari yang tertua:
-BoBoiBoy Halilintar: 18 tahun
-BoBoiBoy Taufan: 18 tahun.
-BoBoiBoy Gempa: 18 tahun.
-BoBoiBoy Blaze: 17 tahun.
-BoBoiBoy Thorn: 17 tahun.
-BoBoiBoy Ice: 16 tahun.
-BoBoiBoy Solar: 16 tahun.
-BoBoiBoy FrostFire: 13 tahun.
-BoBoiBoy Glacier: 13 tahun.
-BoBoiBoy Supra: 13 tahun.
.
.
.
Menjelang Hari Raya
Entah sudah keberapa kalinya Gempa menghela napas panjang. Ia tengah berbelanja keperluan untuk menyambut hari H Ramadhan yang akan tiba. Sebetulnya berbelanja seperti itu bukan hal yang asing atau yang merepotkan bagi seorang Gempa yang biasa dianggap seperti mama oleh keenam saudara-saudaranya, dan juga oleh ketiga orang sepupunya yang sedang menginap selama bulan puasa.
Masalahnya tiga orang saudaranya yang menemani Gempa siang hari itu bukanlah yang paling bisa diandalkan dalam urusan berbelanja...
Seperti kakak Gempa yang bernetra biru safir, yang tidak lain adalah Taufan. "Sudahlah, Gem... Beli makanan yang sudah dimasak saja. Nanti tinggal kita panaskan waktu Lebaran," saran Taufan selagi Gempa mencari bumbu masak di dalam sebuah pasar pra modern.
"Mana enak, Fan. Rasanya pasti sudah ngga segar lagi," protes Gempa yang masih saja menyusuri kios-kios penjual bumbu masakan.
Taufan menggeram dengan tidak sabarnya. Ia sendiri heran mengapa dirinya mengikuti dan menemani Gempa belanja. 'Ah ya, Ice lagi ada kerjaan ...,' keluh Taufan di dalam batinnya selagi ia mengingat-ingat kejadian yang telah berlalu. "Yang praktis saja lah, Gem. Toh makanannya pasti itu-itu saja... Rendang, opor, kari, atau kalio. Bosan-"
Taufan tidak sempat menyelesaikan kata-katanya karena Gempa mendadak terdiam. Perlahan-lahan Gempa memutar kepalanya dan kedua netra cokelatnya menatap sendu kepada Taufan.
"Ja-jadi... Masakanku selama ini... Membosankan?" lirih Gempa dengan suara yang tercekat. Bibirnya bahkan terlihat bergetar.
Taufan merasa udara di dalam paru-parunya seakan ditendang keluar seluruhnya oleh Halilintar. "Ngga kok Gem!" ujar Taufan yang panik karena melihat Gempa yang bersedih. "Ma-masakanmu enak!"
"Hiks... Seharusnya aku... Hiks... Ngga memasak lagi... Hiks." lirih Gempa lagi diantara sesegukan napasnya. "Aku... Memang ngga... Berbakat..."
Memucatlah Taufan, apalagi setelah dua orang adiknya lagi yang ikut menemani menyaksikan bagaimana Gempa berduka karena kata-kata Taufan.
"Kak Ufan jahat... Kak Gempa sampai nangis tuh ...," celetuk Thorn dengan berbisik kepada Blaze yang berjalan di sebelahnya.
"Memang Kak Ufan ngga punya perasaan ...," desis Blaze sembari menatap tajam ke arah Taufan yang semakin salah tingkah.
"Hisssh!" Taufan yang semakin gugup kini menggaruki bagian belakang kepalanya. "Kamu bukannya bantuin aku!" ketus Taufan sembari memelototi Blaze dan Thorn.
"Percuma... Hiks... Rasanya aku masak... Buat kalian..." Gempa melangkah menjauh dari Taufan, Blaze dan Thorn.
"Aaah! Ja-jangan nangis Gem!" Taufan yang kalap langsung berusaha menghibur Gempa. "Masakanmu enak kok! Sini biar kubantu mencari bumbunya!"
"Hiks... Ini ..,." bisik Gempa sembari menyerahkan secarik kertas kepada Taufan.
"Jahe, bawang, lengkuas, kunyit, ketumbar, lada..." Kedua netra biru safir Taufan bergerak-gerak membaca tulisan daftar belanjaan Gempa.
"Ayo, kalian berdua ikut aku!" seru Taufan sembari melirik pada Blaze dan Thorn.
Sayangnya Blaze dan Thorn langsung memggelengkan kepala. "Ngga ah ..,." ucap Blaze sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Kak Ufan pelit."
"Malas aku ikut Kak Ufan kalau ngga dijajanin." Bahkan Thorn pun menolak ajakan Taufan.
"Astaga ...," keluh Taufan. "Ayolah Blaze, Thorn. Kita kan pasukan Trio Troublemaker, haruslah kompak."
Mengembanglah senyum lebar Thorn yang dibarengi dengan kedua matanya yang membulat nyaris sempurna. "Bagi tiga puluh Ringgit boleh?"
"Aku juga!" sambut Blaze yang terlihat sangat antusias.
Kalau saja ini anime, Taufan bersumpah kalau ia bisa melihat simbol Ringgit di mata Blaze dan Thorn.
Baru saja Taufan membuka mulutnya, hendak menolak permintaan Blaze dan Thorn itu namun kembali Taufan melihat Gempa yang berwajah muram.
"Kamu ngga mau... Nolong aku?" tanya Gempa sembari menatap sendu kepada Taufan.
"Alamak! Iya, iya! Aku mau." Taufan semakin panik. Ia tidak ingin melihat seorang Gempa yang begitu baik hatinya bersedih seperti itu. Namun Taufan lebih tidak ingin Halilintar atau Ice mengetahui bahwa ia telah membuat Gempa bersedih. 'Bisa disuruh tidur di luar rumah ngga pakai sahur aku nanti ...,' keluh Taufan dalam batinnya.
"Lima puluh ringgit berdua ya?" pinta Taufan pada Blaze dan Thorn. "Uang THRku dari kedai sudah hampir habis."
Blaze dan Thorn saling bertatapan. Sebelah alis mata mereka sama-sama mengangkat. Sebuah bahasa tak terucap terhubung di antara keduanya.
"55 Ringgit ya?" tawar Blaze sembari mengedip-ngedipkan kedua kelopak matanya.
"Astaga uangku-"
"Hiks... Taufan lebih sayang uang... Daripada aku." Gempa membenamkan wajahnya ke dalam telapak tangannya.
"Alamak. Iya, iya! 55 Ringgit!" Terpaksalah Taufan menyetujui jumlah yang diminta Blaze. Tanpa membuang waktu, Taufan langsung bergerak mencari bumbu-bumbu yang diminta Gempa.
Setelah Taufan menghilang dari pandangan...
"Sukses!" desis Blaze sembari tersenyum lebar. Sebuah tos dilayangkan kepada Thorn.
"Sukses..." Mendadak tangisan Gempa berhenti. Bahkan ia ikutan tersenyum lebar. "Jadi 'kan kalian dapat uang tambahan tanpa minta ke aku?" ucap Gempa sembari terkekeh geli.
"Iyaaap." Bahkan Thorn pun tidak bisa tidak tersenyum melihat sandiwara kakaknya. "Terbaiklah Kak Gempa." Mengacunglah jempol Thorn.
"BLAAAZE, THOOORN! AYO BURUAN!" teriak Taufan ditengah hiruk-pikuk pasar. "TEMANI AKUUU!"
Gempa harus membalikkan badannya supaya tawa gelinya tidak tetlihat oleh Taufan. "Sana kalian susul Taufan," perintah Gempa kepada Blaze dan Thorn sembari melambaikan tangan.
"Okee. Ayo Thorn! Kita beli itu!" seru Blaze kepada Thorn sembari mengedipkan sebelah mata.
Entah mengapa, mimik wajah Thorn langsung ceria berseri-seri. "Ayooooo!" sahut Thorn sembari menyusul Blaze berlari mendekati Taufan.
Setelah Blaze dan Thorn berlalu dari hadapannya, Gempa langsung menyungging senyum penuh kepuasan. "Gini 'kan enak... Aku ngga perlu capek-capek belanja..."
Hanya saja Gempa tidak tahu apa yang hendak dibeli oleh Blaze dan Thorn...
.
.
.
Tamat.
Terima kasih juga sudah meluangkan waktumu untuk membaca, semoga berkenan. Mohon maaf apabila ada yang menyinggung atau kurang berkenan bagi pembaca.
