Against the World
Naruto by Masashi Kishimoto
One Piece by Eichiro Oda
Summary : Peperangan telah merenggut apa yang dia perjuangkan selama ini. Namun di balik semua itu dia menyadari bahwa semua yang dia lakukan hanya untuk hidup dengan tenang dan damai.
Warning : Author pemula yang mencoba menuangkan imajinasinya. Mungkin masih terasa kaku, kosa kata berantakan, dsb... OOC!, Smart!Naru, Strong!Naru.
Chapter 1 : End to beginning
"Menyerahlah reinkarnasi Ashura. Semuanya sudah berakhir."
Naruto terdiam dalam kondisi penuh luka lebam dan sayatan yang masih mengeluarkan darah segar, menatap sosok Otsutsuki Kaguya yang melayang di langit dengan perasaan yang campur aduk.
Pandangan mata kanannya kian kabur, sedangkan mata kirinya masih terus mengalirkan darah segar.
'Dasar Teme. mata iritasi ini tidak membantu sama sekali.' Naruto tersenyum getir mengingat kematian sahabatnya.
Mayat dari orang-orang yang ingin dilindunginya tergeletak di sekitarnya dalam kondisi memprihatinkan. Teman-temannya, bahkan sahabatnya, Uchiha Sasuke berada di antara mereka.
'Tidak kusangka hari ini adalah hari di mana semuanya berakhir.'
Melihat itu semua ditambah tubuhnya yang sudah sulit digerakan, membuat wajah yang biasanya terlihat konyol dan penuh semangat kini terlihat sebaliknya. Naruto menatap sendu teman-temannya maupun shinobi desa lain yang ikut berjuang bersamanya, semuanya telah mati di depan mata.
'Masih ada satu hal yang harus kulakukan.'
Dengan seluruh cakranya yang tersisa, Naruto berusaha menggerakan tangannya untuk melakukan handseal yang menjadi rencana terakhirnya. Ia belum boleh mati sebelum memenuhi harapan teman-temannya.
"Aku tidak menyesal menjadi partner orang bodoh sepertimu, gaki."
'Diamlah bola bulu! aku sedang berkonsentrasi.' meski sedikit kesal, tapi Naruto tidak memiliki tenaga untuk meladeni Partnernya.
"Heh! akan kuberikan semua cakra yang kumiliki." 'Kau sudah berubah, Naruto.' meski Kurama berusaha menahannya, namun setitik air mata masih menetes melihat Partnernya yang tidak pernah menyerah dalam keadaan apapun.
'Arigato, Kurama.'
Naruto tersenyum saat merasakan lonjakan energi dalam dirinya meskipun tidak besar tetapi sudah lebih dari cukup, dengan begitu energi emas kembali menyelimuti tubuh Naruto.
Kaguya yang merasakan firasat buruk setelah mengamati apa yang dilakukan Naruto segera mengambil tindakan dan mengarahkan tombak dari tulang miliknya ke arah Naruto.
"Matilah, reinkarnasi Ashura!"
Celah dimensi terbentuk tepat di depan tangan Kaguya.
[Tomogoroshi no Haikotsu]
Ia melesatkan jutsunya ke arah celah dimensi tersebut sebelum menghilang dan kembali muncul tepat di depan wajah Naruto.
Sleb!
Tepat sebelum jutsu Kaguya bersarang di kepalanya, Naruto sudah menghilang disertai kilat kuning sehingga jutsu milik Kaguya hanya mengenai udara kosong dan menancap di tanah.
Naruto memfokuskan pandangannya ke arah celah dimensi yang hampir menutup dan melemparkan kunai dengan presisi yang tepat ke celah dimensi tersebut.
"Semoga rencanamu berhasil."
Kurama menyeringai melihat kunai yang dilemparkan Naruto masuk ke dimensi milik Kaguya.
'Berhasil atau tidak, kita tetap akan mati.' balas Naruto datar.
Kurama mendengus mendengar jawaban pasrah dari Partnernya.
"D-dia menghilang?! Tidak, dia, sejak kapan?!" mata Kaguya terbelalak melihat Naruto yang masih mampu bergerak secepat itu, hanya terlihat percikan sinar emas yang sedang.. mendekat kearahnya!
"Maafkan aku telah membuatmu menderita, Naruto."
'Apa aku tidak salah dengar? Kurama. Sejak kapan kucing liar berubah menjadi jinak.'
Naruto tersenyum meskipun mulutnya senantiasa memuntahkan darah. Ah, mungkin ini kali terakhir dirinya berdebat dengan sosok yang sudah menemaninya sedari bayi hingga saat ini.
"Aku seekor rubah, dasar duren busuk!, cih." Dengan senyum yang lebih mirip seperti seringaian, Kurama menyiapkan rencana tanpa sepengetahuan Naruto. 'Hanya ini yang bisa kulakukan untuk membantumu, Naruto. Semoga kau tetap hidup.'
Tidak butuh waktu lama bagi Naruto menjangkau tempat Kaguya dengan kecepatannya saat ini.
"MENYERAHLAH ASHURA!"
Kaguya menyiapkan celah dimensi untuk menjauh dari jangkauan Naruto. Namun belum sempat Kaguya memasuki celah dimensi tersebut, muncul bunshin Naruto yang keluar dari celah dimensi dan mengunci pergerakan Kaguya yang terlihat tidak siap.
Kini pergerakan Kaguya terkunci oleh bunshin Naruto, sementara Kaguya tersentak kecil mengingat ada benda yang dilemparkan Naruto ke dalam dimensinya sebelumnya. Sungguh ia begitu ceroboh karena meremehkan lawannya.
"ki-kisamaa! Lepaskan aku!" Kaguya berusaha lolos dari cengkraman bunshin Naruto dengan menumbuhkan tulang di punggungnya, namun sudah terlambat.
"Jika aku mati! KAU HARUS IKUT MATI, KAGUYA!"
"Naruto, biar aku yang melakukannya." tanpa menunggu jawaban, Kurama langsung mengambil alih tubuh Naruto tanpa kesulitan yang berarti, karena kondisi mental inangnya sedang kelelahan.
"Tu–"
Naruto berniat menolaknya, akan tetapi ia sudah kehilangan kontrol tubuhnya.
"Semoga saja ini berhasil." Kurama segera saja merapal ulang handseal yang sedikit berbeda menggunakan tubuh Naruto.
[Hakke Fuin : Shiki Fujin]
.
.
.
Di antara lebatnya pepohonan, terdapat air terjun yang bercipratan saat menabrak bebatuan di bawahnya. Butiran air tersebut berhamburan hingga ke tepi sungai dan membasahi seorang anak kecil yang terbaring tak sadarkan diri. Dengan sekujur tubuh yang dipenuhi luka dan hanya mengenakan celana pendek.
"Ugh~"
Ia memiliki paras tampan dengan surai kuning jabrik tanpa tanda kumis kucing di pipinya yang menghilang entah kemana. Ia segera terbangun tatkala tubuhnya merasa kedinginan.
"Kepalaku... sakit sekali. d-di mana ini?"
Iris berbeda warna miliknya menatap sekeliling dengan kebingungan. Ia berusaha mengingat hal terakhir sebelum dirinya berada di sini. Perlahan-lahan ingatan tentang bocah berisik, shinobi, peperangan muncul satu persatu dan berputar acak di kepalanya.
"Arkhh!"
Dia menggeliat kesakitan merasa kepalanya seolah akan pecah. Hingga akhirnya dirinya kehilangan kesadaran lantaran tidak kuat menahan rasa sakit yang dideritanya.
Matahari mulai terbenam. Burung-burung beterbangan menuju sarangnya masing-masing, diiringi kicauan merdu serta angin pelan yang menggerakan dedaunan.
"Ugh..."
Naruto membuka matanya perlahan dan menjumpai pemandangan yang sama hanya saja langit lebih gelap dari sebelumnya. Ia mencoba duduk meskipun sedikit kesulitan tapi akhirnya berhasil.
"Sudah sore, ya."
Menyadari sudah tertidur terlalu lama, ia segera berjalan ke sungai untuk membasuh wajahnya.
'Kakiku masih sedikit mati rasa. Haa~'
Ia memperhatikan baik-baik pantulan wajahnya di aliran air sungai. Meskipun aliran air membuyarkan bayangannya tapi ia yakin jika wajahnya terlihat seperti anak kecil.
"Ah, aku baru sadar tubuhku kembali ke umur 7 tahun."
Meski mengetahui fakta tersebut ia hanya menganggapnya angin lalu. Terbukti dengan wajahnya yang tidak berekspresi apapun.
Naruto kemudian menangkup air menggunakan tangan dan meminumnya sampai rasa hausnya benar-benar hilang. Setelah selesai ia melakukan sedikit peregangan. Dirasa cukup, ia kemudian berbaring menatap langit yang diterangi bulan untuk menenangkan pikirannya.
"Teman-teman, Tou-san, Kaa-san. Kenapa aku masih hidup?" Ia kembali dapat mengingat semuanya. Namun, ketika Naruto mengingat saat terakhir pertarungannya dengan Kaguya, ia merasa begitu kehilangan.
"Kurama?"
Tidak ada jawaban.
"Oyy Kurama!"
Ia mencoba memanggil teman terdekatnya akan tetapi berapa kalipun mencoba ia tetap tidak mendapati jawaban. Tidak kehabisan akal, Naruto pergi ke alam bawah sadarnya hanya untuk mendapati kekosongan di sana.
"Tidak! jangan bilang kalau..."
Tangan Naruto terkepal erat. Kini, dirinya benar-benar sendirian. Jika saja dirinya lebih kuat! Neji, Sasuke, Kurama tidak perlu sampai mengorbankan nyawanya hanya untuk melindunginya. Seharusnya ia menyerah saja sedari awal.
Bugh!
"KUSOOOO!"
Mentari pagi bersinar terik menembus sela-sela dedaunan pohon di hutan yang tak diketahui ini. Membuat Naruto terbangun dari tidurnya akibat cahaya yang mengenai matanya.
"Sudah pagi." gumaman datar keluar dari mulutnya. Ia kemudian berjalan pelan ke bawah air terjun dan mengambil posisi meditasi.
"Aku tidak boleh menyia-nyiakan pengorbanan yang mereka berikan. Aku harus tetap hidup meskipun harus memulainya dari awal di tempat asing ini. Dan menceritakan apa saja yang kutemui kepada mereka kelak."
Ia bertekad di tengah guyuran air terjun yang seolah memijatnya.
"Saa, kumulai dari kontrol cakra terlebih dahulu."
Ia kemudian bermeditasi dengan maksud merasakan energi alam yang menenangkan, tidak untuk memasuki Sage mode. Dengan begini ia dapat lebih mudah mengontrol aliran cakra dalam dirinya yang perlahan mulai terkendali.
Beruntung Naruto terlahir sebagai seorang Uzumaki. Meskipun Kurama sudah tidak bersamanya, ia masih memiliki cakra yang besar.
"Fyuh~" menghembuskan napasnya perlahan, ia terus melanjutkan meditasinya.
Kryuhrrk
"hah..."
Akibat rasa lapar yang tiba-tiba menyerang, Naruto mau tidak mau harus mencari sesuatu yang dapat dimakan. Mengingat dirinya berada di hutan seharusnya ada binatang yang lewat, bahkan binatang buas yang biasa mencari mangsa tidak terlihat sejak awal ia di sini.
Tapi, bukankah itu bagus? Jika ada beruang yang menemukannya sedang sekarat sudah pasti dirinya akan mati bukan? Yah, mungkin Naruto bersyukur akan hal ini.
Jika dipikir-pikir lagi, Naruto merasa ada yang berubah dari dirinya. Dulu ia tidak suka terlalu banyak berpikir, namun sekarang? entahlah. Lelah dengan pikirannya, Naruto memutuskan untuk menggunakan jutsu andalannya.
[Kagebunshin]
Poof!
"Aye bos!/Hn/Ada apa?/..."
Muncul kepulan asap bersama empat bunshin yang memandang dirinya. Sedangkan Naruto sendiri terdiam sambil memejamkan matanya. Entah kenapa ia merasa cakranya berkurang terlalu banyak.
'Hanya empat ya.'
Padahal tadinya ia ingin menciptakan ratusan bunshin, tapi apa boleh buat. Kontrol cakranya masih jauh dari kata sempurna. Tanpa menunggu lagi, Naruto memerintahkan dua bunshinnya untuk mencari informasi dan sisanya membantunya mencari makanan.
Tanpa waktu lama, dua bunshinnya sudah kembali sambil membawa buah-buahan yang terlihat segar.
"Ini Bos!"
"Kerja bagus." Naruto menerima buah-buahan dengan gembira dan duduk dengan khidmat di tepi sungai.
"Apa aku boleh memakannya?"
Mendengar bunshinnya juga kelaparan, Naruto menghentikan mulutnya yang baru saja ingin menggigit sebuah apel.
"Ambilah." Ia menyodorkan buah apel di tangannya sambil tersenyum.
"Bos baik sekali! Terim–"
Poof!
Sebelum dua bunshinnya menerimanya, mereka sudah menghilang terlebih dahulu. Haha, bunshin yang malang.
Krauk!
Naruto melanjutkan acara makannya yang tertunda dan hanya dalam beberapa detik, semua buah-buahan tersebut sudah habis tak bersisa.
"Tinggal menunggu infor–ugh~"
Tiba-tiba kepalanya menjadi pusing bersama sejumlah ingatan yang muncul tak lama setelahnya.
"Laut... dan pulau tak berpenghuni ya."
2 tahun kemudian
Hari demi hari ia lalui dengan berlatih menguasai kontrol cakra dan kemampuan fisiknya. Bahkan saat ini Naruto sudah mencapai tahap dimana ia tidak menduganya, jutsu tanpa handseal. Akan tetapi untuk Sharingan pemberian Sasuke, Naruto masih belum melatihnya sama sekali, atau lebih tepatnya masih belum mengerti bagaimana cara melatihnya.
Soal penampilan, Naruto mengalami perubahan yang cukup signifikan dengan tinggi 165cm di umurnya yang menginjak 9 tahun. Tubuhnya menjadi kekar dipenuhi otot yang tidak berlebihan, serta wajah tampan dengan sorot mata santai dan terakhir rambut kuning yang sedikit memanjang dengan poni yang hampir menutupi mata kirinya.
Dua tahun ini Naruto gunakan untuk berlatih habis-habisan, tidak ada kata istirahat selagi dirinya masih mampu berdiri. Pengalamannya selama menjadi shinobi ia manfaatkan sebaik mungkin.
"Dengan menjadi kuat, tidak ada lagi yang berani menggangguku." desisnya sambil melangkahkan kaki menuju pesisir pantai.
Hari ini Naruto berniat untuk meninggalkan pulau tak berpenghuni ini menggunakan rakit buatannya. Ia juga membutuhkan pakaian dan perlengkapan, untuk itulah Naruto pergi berpetualang dengan tujuan mengetahui berada dimana dirinya saat ini.
(A/N : Rakit Naruto kayak rakit biasa, cuma ditambah layar kecil ditengahnya.)
Setelah meninggalkan pulau, Naruto berada di tengah lautan di atas rakit kecil yang pas untuk satu orang dan juga beberapa buah apel yang ia bawa.
"Hoaamz... membosankan sekali. Sudah cukup lama hanya ada air sejauh mata memandang." ucapnya lesu sambil berbaring dan memakan buah apel. Ia sendiri tidak takut akan tenggelam karena berjalan di atas air tidak mustahil baginya.
Rencana awalnya, Naruto ingin pergi ke tempat yang terdapat pemukiman penduduk namun inilah yang terjadi, ia hanya mengikuti kemana arah angin dan ombak membawanya. Tidak ada yang bisa Naruto lakukan karena dirinya buta arah dan kekurangan informasi.
"Haa~ tidur sajalah."
Pada akhirnya, Naruto pun tertidur di atas rakitnya.
Beberapa saat setelah Naruto tertidur, terlihat sebuah kapal besar yang mendekati rakit Naruto. Sedangkan Naruto sendiri masih tertidur pulas.
Di tempat lain. Seorang pria yang sedang mengawasi lautan di sekitarnya, secara tidak sengaja melihat seseorang yang tertidur di atas rakit lewat teropongnya. Ia kemudian turun dan memberitahu yang lainnya.
"Lapor Kapten! ada seseorang yang mendekati kapal kita menggunakan rakit."
Orang yang dipanggil Kapten terlihat berpikir sejenak. "Di mana?"
"Orang itu berada cukup jauh di arah barat." setelah menjawab, pria itu menyerahkan teropong di tangannya kepada Kaptennya.
Sang Kapten segera saja menggunakan teropong untuk melihat ke arah yang dimaksud.
"Seorang bocah? Tidak, dia seorang budak. Ghahahaha! cepat putar arah ke barat! kita akan menjualnya."
""Siap Kapten!"" semua orang yang ada di kapal menjadi bersemangat setelah mendengar hal tersebut.
Back to Naruto
Tentu saja orang lain yang melihat Naruto akan menganggapnya seperti seorang budak. Lihat saja pakaian yang Naruto pakai, begitu kotor dan lusuh.
Di saat Naruto masih terlelap dalam tidurnya, sebuah peluru meriam dilesatkan menuju ke arahnya.
Whuiiingg
Buumm
Byuuurrr!
Bola meriam itu mengenai tepat sisi rakit milik Naruto, membuat permukaan air di sekitarnya menjadi bergelombang ketika meriam tersebut meledak, bahkan Naruto sudah basah kuyup karenanya. Namun anehnya rakit Naruto tidak terbalik maupun hancur.
"hoamz... berisik sekali." ia masih belum sadar jika sedang dijadikan sasaran empuk oleh bajak laut.
.
.
.
.
Tbc..
Yohoho, masih awal dimulai dengan pelan dulu :v masih belajar.
See you next chap~
