"Nih, Tisu!"
Starlight
Boboiboy Animonsta
College AU, One-shot, ooc.
Summary :
Ketika Kaizo merasa lelah dan ingin menangisi hidupnya yang berat, seorang gadis berjilbab merah muda datang sambil berkata,
"Kak, aku jualan tisu, nih. Barangkali kakak butuh."
Kalau dibilang seperti ini sih, bukannya ingin nangis, ingin geplak yang ada! AU! One-shot
"Haaahhh.."
Entah keberapa kalinya, pemuda tampan ini mendesah. Hari-harinya sebagai mahasiswa begitu melelahkan, walaupun semua mahasiswa juga pasti lelah dengan kuliah mereka sih.
Tapi rasanya sangat lelah sampai ia ingin menangis. Kenapa? Laki-laki tidak boleh menangis?
Pandangan orang-orang terhadapnya membuat ia terbebani. Walaupun seharusnya ia tidak perlu hidup bergantung pada pendapat orang lain, tapi tetap saja secara tidak sadar ia terbawa dan lama-lama dirinya pun merasa kalau ia hampir sempurna juga.
Ia lupa kalau dirinya juga manusia. Yang bisa merasa tertekan dan lelah. Apalagi manusia penyendiri macamnya, mencari tempat curhat saja sulit.
Ya sudahlah, tempat yang ia duduki saat ini juga sedang sepi. Apalagi angin sepoi-sepoi yang mendukung suasana sedih, membuatnya ingin menangis walau hanya untuk sejenak.
Ia tidak pandai mengeluarkan air mata, tetapi ketika ia sudah benar-benar lelah, matanya akan berkaca-kaca. Ia harap ada seseorang yang menghiburnya entah dengan cara seperti apa. Kalau saja ia sedikit lebih baik dalam berurusan dengan perempuan seperti adiknya, mungkin ia tidak akan melajang selama ini. Tidak akan merasa sesepi ini.
Padahal ia memiliki paras yang tampan, tubuh yang kuat dan sehat, serta suara yang bagus. Tapi karena kepribadiannya, para gadis lari duluan bahkan sebelum menyapanya.
(Salah sendiri galak.)
Kalau dipikir-pikir menyedihkan juga, ya. Adiknya bahkan sudah berkali-kali ganti pacar, tapi abangnya tidak pernah sekalipun punya pacar. Miris.
Ketika air mata mulai menumpuk di pelupuk matanya, terdengar suara langkah sepatu di belakangnya. Ia segera menyeka air matanya dengan lengan.
"Permisi, Kak. Aku jualan tisu, nih. Barangkali kakak butuh."
Pemuda itu menoleh ke arah sumber suara. Ternyata si penjual tisu ini adalah seorang gadis cantik berjilbab merah muda yang berpakaian casual. Berbeda dengan anggota-anggota danus yang membawa banyak barang. Gadis itu tidak membawa apa-apa selain tasnya dan sebungkus tisu.
Pemuda itu mulai berpikir. Sebenarnya gadis ini menyindirnya atau benar-benar tidak tahu keadaan? Bukannya ia jadi ingin menangis, malah jadi ingin geplak. Menyebalkan sekali.
"Berapaan?"
"Tiga ribu aja, Kak."
Tapi pemuda bernama Kaizo itu merasa ada yang aneh. Ia beli di supermarket saja harganya lima ribu, tapi gadis ini menjualnya tiga ribu? Niat jualan gak sih?
Kaizo mengeluarkan selembar uang sepuluh ribuan.
Sebelum gadis itu berkata sesuatu, Kaizo sudah menyelanya duluan.
"Ambil aja kembaliannya."
"Oh, iya deh. Makasih, Kak."
Gadis itu menyodorkan sebungkus tisu serta menyelipkan sesuatu dan Kaizo menerimanya.
"Saya duluan, Kak. Maaf mengganggu, ya.."
Setelah gadis itu pergi, Kaizo menyadari ada sesuatu di balik bungkus tisu itu. Sebuah sticky notes dan sebungkus biskuit.
Semoga masalahnya cepat selesai ya, Kak. Jangan nangis di situ, ada kuntinya.
P.s. Kakak ganteng banget kalo lagi nangis.
Kaizo yang tadi sedih tiba-tiba tertawa. Ternyata ada juga gadis yang berani mengatakan hal itu secara terang-terangan.
Setelah itu ia membuka bungkus biskuit itu, dan menggigit biskuitnya. Dan reaksinya adalah,
"Cih, ga enak."
Tapi walaupun rasanya benar-benar aneh, ia tetap memakan biskuit itu sampai habis.
"Siapa namanya, ya?"
Owari
Hai! Hai! Hai! Hai semuaa! Salken ya, ini fic keduaku di fandom BBB. Moga suka yaa!
Sebenar-benarnya aku bukan KaiYa shipper. Aku itu seorang penganut Yaya-centric jadi Yaya dan siapapun sepertinya aku suka! Aku buat banyak cerita Yaya dan yang lain, kok! Ditunggu yaa.. barangkali ada yang mau request juga boleh, aku usahakan.
Omake
Gadis berjilbab merah muda itu sedang duduk di bangku taman sendirian. Ia sedang menunggu sahabatnya yang pergi mengumpulkan tugas.
Angin sepoi-sepoi yang sejuk ini akan sangat menenangkan apabila ia memakai baju hangat. Bodohnya ia tidak membawa jaket miliknya, apalagi ketika ia sedang terserang flu. Saat ini sangat membutuhkan tisu. Tetapi tisunya habis.
Tiba-tiba seorang pemuda yang menurutnya tidak asing datang. Pemuda ini kan kakak tampan yang dua minggu lalu ia beri tisu? Kok ada di sini?
"Nih, tisu!"
Gadis bernama Yaya itu mulai mengerti. Tapi kan waktu itu Yaya menjualnya? Untuk apa balik memberi tisu padanya?
"Makasih, Kak. Jualan juga?"
"Engga, itu gratis."
"Makasih lagi, Kak."
"By the way, biskuitnya ga enak. Gue gak suka."
Yaya tertohok. Tidak ada yang terang-terangan mengatakan biskuitnya tidak enak. Ia jadi malu. Pasti rasanya sangat aneh. Tapi kejam juga mulut si kakak tampan ini!
"Tapi kalau yang ngasihnya, gue suka."
Yaya mematung, ia masih mencerna perkataan kakak tampan itu.
Tunggu, tunggu!
"Tapi kalau yang ngasihnya, gue suka."
Lima—eh enam kata itu terus terngiang-ngiang di kepalanya. Ketika ia sadar, Kaizo sudah pergi. Meninggalkan sebungkus tisu dengan sticky notes yang tertempel.
Bosen jomblo, ya? Silahkan hubungi nomor di bawah, dijamin langsung taken.
08xxxxxxxx (Aa Kaizo)
Yaya menutupi wajahnya yang merah. Ada-ada aja si kakak ganteng ini! Yaya jadi bersyukur ia pura-pura menjual tisu pada kakak yang sedang sedih itu.
Sebenarnya waktu itu bukan pertama kali Yaya bertemu Kaizo. Yaya sering melihatnya, tetapi tidak berani mengajak kenalan. Namanya pun Yaya tidak tahu. Tapi yang jelas Kaizo selalu menarik perhatian Yaya.
Nah, kalau sudah begini, pikiran Yaya jadi kacau, kan?
Sementara itu, Kaizo berjalan santai dengan senyum ganteng di wajahnya. Tidak salah ia meminta saran dari adiknya itu.
