Ayahku menikah lagi dengan seorang gadis berambut merah panjang, serta mempunyai wajah yang cantik rupawan, alasan dia menikah lagi adalah agar aku ada yang merawat. Seperti yang diketahui, aku hanyalah seorang pemuda yang bekerja paruh waktu di sebuah minimarket untuk memenuhi uang jajanku sendiri, sementara ayah adalah seorang Manager di sebuah perusahaan yang berjalan dibidang industri pangan.
Dan ibu baruku ini adalah Mahasiswi yang umurnya lebih tua tiga tahun daripada aku, namanya Kushina Uzumaki, Mahasiswi yang baru saja lulus menjadi seorang Sarjana di Universitas Tokyo. Sementara aku hanya menunggu skripsi yang beberapa bulan ini sedang kukerjakan.
Tak ada yang aneh di dalam keluarga kita, terlebih Kushina-san yang baru beberapa minggu ini tinggal di kediaman kami. Namun, ada sebuah hal yang mungkin akan mengejutkan Ayah jika dia melihatnya.
Aku dan Kushina-san tanpa sadar berhubungan badan.
..
.
Naruto by Masashi Kishimoto!
Warning: Inseki, Incest, OOC, AR, Typo, Smut, Lemon, etc.
Pairing: Naruto x Kushina.
...
..
Enjoy it!
Pagi ini, kami berdua bangun dengan wajah terkejut. Suasana canggung menyelimuti kami berdua, beruntung Ayah tak ada dirumah karena sebuah tugas yang dia emban selama satu minggu di luar kota, dan meninggalkan kami berdua sendirian. Kushina-san langsung beranjak dari tempat tidurku, serta mengambil beberapa pakaiannya yang berserakan di atas lantai, dia dengan segera pergi dari kamarku tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Aku sendiri masih merenung di atas kasur, selimut yang kupakai pun kusibak, bercak darah bisa kulihat di atas kasurku tanda bahwa Kushina-san melepas keperawanannya pada anak tirinya ini. Aku memang menghormati Kushina-san sebagai istri baru ayahku, tapi kenapa bisa berakhir seperti ini.
Aku mencoba untuk mengingat kejadian semalam sebelum hal ini terjadi, namun tak ada ingatan yang bisa aku ingat, semua ingatanku semalam seolah di hilangkan oleh sesuatu. Apa karena kami mabuk semalam? Atau ada hal lain yang membuatku tak ingat akan kejadian tadi malam? Aku berdecak kesal, lalu beranjak dari tempat tidurku untuk mengambil pakaian yang berserakan di lantai.
Segera aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku dari keringat serta cairan yang menempel, lalu aku berencana untuk mengambil kain yang menutupi kasur milikku itu untuk dibuang ke tempat sampah. Helaan napas keluar dari mulutku, kepalaku terasa pening setelah membersihkan tubuhku, segera aku turun ke lantai bawah untuk pergi ke dapur.
Di ruangan tersebut, Kushina-san menyiapkan sarapan untuk kami berdua, dia bersenandung ria seolah tak ada apapun yang terjadi barusan, dia seolah tak ingat apa yang telah kami perbuat semalam. "Anu, Kushina-san..."
Gerakannya terhenti sejenak, dia meletakkan beberapa alat memasak yang dipakainya barusan. "Ada apa Naruto-kun?" tanya Kushina-san, suara yang dia keluarkan seolah sangat dingin dan tak memiliki perasaan sama sekali.
"Aku minta maaf tentang kejadian tadi malam, aku... kita..."
"Aku memaafkanmu, tapi ini adalah yang pertama dan terakhir bagi kita, ingat itu Naruto-kun."
Aku terpaksa mengangguk mengiyakan perkataannya, aku juga berharap itu adalah yang pertama dan terakhir bagi kita, karena kami berdua sekarang adalah Ibu tiri dan anak tiri, status itu akan menjadi sebuah dinding pembatas antara kami berdua. Kami berdua pun menikmati sarapan pagi dengan damai, tak ada obrolan sama sekali setelah aku menyelesaikan sarapanku.
Seperti rencanaku tadi pagi, aku mengambil kain putih yang menjadi alas bagi kasurku dan menggantinya dengan yang baru, aku berencana untuk membuangnya sekalian pergi ke tempat kerja karena shiftku adalah pagi sampai sore hari. Aku berpamitan pada Kushina-san yang sedang membersihkan ruang tamu, dia mencoba untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik bagi ayah.
Setidaknya untuk saat ini, aku takut jika gejolak nafsuku menyerangnya saat itu juga, sejujurnya di usia Kushina-san saat ini, dia sangat cantik dan punya tubuh proposional layaknya seorang model, aku menyesal karena tak ingat bagaimana rasanya bersetubuh dengan Kushina-san tadi malam. Sial, saat itu pasti benar-benar nikmat.
Aku menggelengkan kepalaku setelah membuang kain itu di tempat sampah, segera aku melangkahkan kaki ke tempat kerja untuk menggantikan pekerja lainnya yang telah menyelesaikan shift malamnya.
"Senpai, sepertinya kau sedang dalam masalah?"
Dia adalah Kiba Inuzuka, seorang pemuda pecinta anjing yang juga menjadi adik kelasku saat itu, dia pemuda yang suka main wanita, terlebih beberapa sugar mommy pernah dia kencani untuk menambah uang jajannya. Helaan napas kembali keluar untuk yang kesekian kalinya. "Inuzuka-kun, sopankah begitu pada seniormu?"
"Ah, maaf senpai, aku hanya khawatir dengan kantung mata yang terlihat mengerikan di bawah mata biru bule-mu itu."
"Ah, jangan khawatir, aku hanya memakai sebuah kosmetik."
Kiba mengangguk, dan tak melanjutkan pembicaraannya lagi. Dia pun berpamitan padaku serta dua rekanku yang baru saja datang, dia adalah yang terakhir setelah shift malamnya itu.
"Naruto, tumben? Pakai celak?" salah satu rekanku bertanya, dia terlihat heran dengan sebuah coretan hitam yang berada tepat di bawah mataku, seperti sebuah kantung mata. "Kau mau menjadi pria gothic?"
"Tidak Lee, aku hanya ingin mencobanya, karena aku mendengar bahwa ini bagus untuk kesehatan mata." Aku menjawab pertanyaan dari rekanku yang bernama Lee ini, dia adalah pemuda yang terlihat sangat penasaran dengan beberapa kegiatan yang dilakukan oleh rekan kerjanya yang lain.
Aku pun kembali pada tugasku yang saat ini tengah kulakukan, meninggalkan Lee yang berjalan keluar dari gudang penyimpanan stock. Beberapa barang kutulis di sebuah buku yang akan dikirim ke pusat. Pikiranku masih diselimuti oleh kejadian tadi pagi, dimana Kushina-san tiba-tiba beranjak dari kasurku dan pergi meninggalkanku.
Kushina-san, aku tak tahu apa yang ada di dalam pikirannya saat menerima pinangan ayah, entah kenapa dia seolah terpaksa menerimanya karena suatu hal, atau ada masalah lain yang sedang dia hadapi saat ini? Aku benar-benar tak mengerti jalan pikiran seorang wanita.
"Senpai, ada beberapa barang yang akan datang nanti siang, tolong nanti di cek!"
"Aku mengerti, tolong beritahu Lee untuk membantuku mengangkatnya masuk ke dalam," ujarku sambil mengangkat tangan dan melihat arloji yang ada di pergelangan tanganku. Masih ada waktu beberapa jam sebelum barang tersebut datang, dan aku akan berada di sini untuk sementara waktu. "Kau boleh pergi, Tenten."
"Baiklah senpai."
Gadis itu pun pergi meninggalkanku, dan aku sendiri kembali dengan pekerjaanku yang agak membosankan ini. Helaan napas kembali keluar dari mulutku, jika saja aku tak mabuk tadi malam, maka aku tak akan memperkosa Kushina-san saat itu. Aku tak tahu apa reaksi yang akan dikeluarkan oleh ayah jika aku mengatakan bahwa aku memperkosa istri barunya.
Mungkin aku akan di usir.
Tawa miris aku keluarkan, benar-benar diluar dugaanku.
-o0o-
Malam hari pun tiba, aku pulang karena shiftku selesai digantikan dengan beberapa pegawai lainnya. Malam ini begitu sunyi, dibanding dengna malam-malam lainnya, tapi aku harus lebih was-was jika saja ada perampokan yang akan menimpaku. Berharap saja tak ada perampok yang mengambil barang-barang tak berguna milikku ini.
Ayah beberapa hari lagi akan pulang, aku masih khawatir jika Kushina-san akan mengatakan hal yang sebenarnya terjadi terhadapku.
"!"
Kedua mataku menatap sosok perempuan yang aku kenal sedang berjalan dengan seorang pemuda berambut coklat yang sangat kukenal. Aku mengerutkan dahi menatap keduanya, ini jalanan yang sepi, dan mereka malah jalan berdua ke suatu tempat yang sepi juga. Aku harus mengikuti mereka berdua, kupercepat langkah kakiku untuk mengikuti mereka berdua.
Setelah sampai pada sebuah taman yang sepi, aku mencari tempat untuk bersembunyi dan mudah untuk mendengarkan percakapan mereka berdua, sayup-sayup aku mendengar jika lelaki yang bersama dengan wanita itu marah terhadapnya.
"Bagaimana bisa kau bersetubuh dengan bedebah itu?!"
"Aku tak tahu, saat itu kami berdua hanya minum saja dan entah kenapa esoknya aku bangun dengan keadaan telanjang, da-dan keperawananku hilang olehnya!"
"Ck, kau wanita tak berguna! Kita mengincar ayahnya, tapi kau malah bersetubuh dengan anaknya! Kau juga berjanji jika kau akan menyimpan keperawananmu sampai kau mengambil semua harta mereka dan menikah denganku!"
"Ma-maafkan aku Kiba, tapi—"
"Tak ada tapi-tapian Kushina!"
Ah, iya, itu motifnya. Aku melihat Kushina-san yang dipojokkan oleh Kiba, wanita itu mengerang kesakitan saat punggungnya menabrak tembok dibelakangnya. Kali ini, pemuda itu memasukkan tangannya ke dalam celana panjang yang dikenakan oleh istri baru ayahku ini.
"Sialan! Aku akan menghapus jejak pirang bedebah itu dari tubuhmu!"
"Ja-jangan kumohon!"
"Oh, sekarang kau malah membelanya? Kau keenakan saat berhubungan seks dengan dia? Si senpai pirang brengsek itu? Hingga kau lupa akan tujuanmu?"
Aku melihat Kushina-san diam tak berkata apapun, dia benar-benar terpojok saat ini. Lebih dari itu, Kiba adalah orang yang brengsek sedari dulu, dia memang selalu memanfaatkan beberapa wanita untuk keegoisannya sendiri saat berada di kampus, aku pernah memergokinya berhubungan badan dengan beberapa wanita di sebuah ruangan klub, lalu beberapa kali menyuruh wanita untuk mengincar harta mahasiswa lain, serta beberapa hal keji yang dia lakukan.
Lalu ini, dia menyuruh Kushina-san untuk mengambil semua harta ayah dan pergi bersamanya. Janji dari Kiba adalah, dia akan menikahi Kushina-san setelah berhasil mengambil semuanya, namun Kushina-san gagal karena aku perkosa saat kami mabuk.
Begitu ya.
Aku pun beranjak dari tempatku untuk mendekati keduanya, Kushina-san masih menutup kedua matanya dengan kemeja miliknya yang telah rusak akibat dirobek oleh Kiba, lalu tangan pemuda brengsek itu masih bermain di dalam celana dalam Kushina-san. Mungkin membuat Kushina-san menjadi mainanku akan jadi lebih baik daripada memberitahukannya pada ayah.
Saat ini, aku sampai dibelakang Kiba, tanganku sangat gatal untuk menggenggam kepala coklat bocah yang berbeda tiga tahun dariku ini. "Malam yang sunyi kan, Kiba Inuzuka?" setelah dia menoleh kebelakang, aku langsung mencengkram wajahnya.
"Le-lepaskan sialan! Ka-kau! Siapa kau!? Lepaskan!"
Kedua mata biruku menatap Kushina-san yang saat ini tengah menutupi tubuhnya, pandanganku begitu datar saat ini, dan Kushina-san seolah tak mau menatap balik diriku. Apa dia masih tak berani menatapku? Atau ada hal lainnya?
"Kiba Inuzuka, kau pasti mengenali suaraku." Kiba tak menggubrisnya, dia terus memberontak sembari mengeluarkan sumpah serapahnya padaku. "Memang anak anjing kau ya." Aku pun menghempaskan kepalanya ke dinding toilet taman itu, dia berteriak kesakitan saat kepalanya kubenturkan ke dinding. Aku pun menarik tanganku membiarkan tubuh Kiba yang merosot kebawah.
Aku melepas jaket yang melekat di tubuhku, lalu memberikannya pada Kushina-san. "Kau bisa menjelaskannya di rumah setelah ini!"
"..."
Tak ada jawaban sama sekali, Kushina-san benar-benar takut akan hal ini sekarang. Lalu sekarang pandanganku beralih ke Kiba Inuzuka ini, dia memang kouhai yang tengil, terlebih beberapa teman wanitaku pernah dia tiduri. Entah sudah berapa wanita yang telah dia tiduri, tidak termasuk Kushina-san, karena dia sudah kutiduri.
Aku berjongkok tepat di depan Kiba, tanganku menepuk pipinya yang terkena percikan darah dari dahinya yang sengaja kubenturkan di tembok. "Oi, anak anjing, bangun!"
"Ugh! Si-sial!" dia membuka kedua matanya, tatapannya masih mengabur setelah kepalanya berdarah. "Ka-kau! Namikaze-senpai!?"
"Ya, Naruto Namikaze, orang yang tadi dengan sengaja membenturkan kepalamu ke dinding, jadi ceritakan semuanya sekarang, anak anjing!"
Wajahnya pucat, dia mundur beberapa langkah. "Ce-cerita apa?! Me-memangnya aku punya cerita?!"
"Saksi mata banyak, termasuk Kushina-san. Terlebih beberapa wanita yang telah kau tiduri juga sudah kuketahui, kau dengan enaknya menyuruh mereka untuk mengambil uang dari lelaki yang mereka kencani dan memberikan harta mereka padamu. Heh, playboy kampungan!"
Aku pun kembali melihat Kushina-san, tak ada respon dari dia, sama sekali tak ada. Bahkan setelah Kiba menceritakan tentang dirinya sendiri, Kushina masih tak merespon apapun, dia pasti trauma karena akan diperkosa oleh Kiba tadi.
"Ck, pergilah anjing kampung! Pergi menjauh dari kehidupan Kushina-san!"
Kiba langsung beranjak pergi dari taman, pandanganku kembali pada Kushina-san, aku pun berjongkok di depannya—lebih tepatnya memberikan punggungku. Kushina-san mendongak melihatku menyodorkan sebuah tumpangan padanya, dia dengan pelan beranjak dari tempatnya lalu kedua tangannya memeluk leherku.
Aku sendiri menyangga kedua kakinya supaya tak jatuh, lalu mengangkat tubuh mungilnya itu. "Kau saat ini tak punya tujuan, semua rencanamu juga sudah hancur karena Kiba serta kebetulan yang ada, lalu sekarang apa yang akan kau lakukan Kushina-san?" wanita itu tak menjawabnya, dia mengeratkan pelukannya pada leherku, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leherku. "Baiklah, kau akan menceritakan semuanya di rumah!"
Aku membawa Kushina-san ke rumah, di perjalanan aku terus membuka pembicaraan tentang Kiba dan rencananya, namun tak ada tanggapan dari Kushina-san, dia seolah menutup mulutnya untuk melindungi Kiba dari segala tuduhannya. Helaan napas kembali kuhembuskan, dia pun kubiarkan diam untuk sementara hingga kami sampai di kediaman Namikaze, di dalam ruang tamu aku meletakkan Kushina-san lalu membuatkan secangkir teh hangat untuknya.
Dia menerima cangkir teh tersebut, kedua tangannya masih bergetar saat kulihat. "Kau trauma?"
Anggukan kecil menjadi jawabannya, aku pun duduk disebelahnya dan memeluk tubuhnya. Tak ada penolakan dari Kushina-san saat aku memeluk tubuhnya, dia seolah pasrah akan dirinya yang dipeluk olehku. "Jika kau ingin aku menutup mulutku, kau harus berhubungan badan denganku."
Dia langsung mendorongku, wajahnya sangat terkejut saat aku memasang wajah datar dengan tatapan dingin. "Ka-kau pasti bercanda!?"
"Tidak, aku serius."
Kushina-san seolah tak percaya dengan ucapanku barusan, wajahnya pucat pasi setelah mendengarnya. Namun, aku sendiri tak akan menarik kata-kataku saat ini, karena memang ini kesalahan yang dilakukan oleh Kushina-san, dan kebetulan ketahuan olehku.
"Jadi, kau mau?"
Dia menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya meremas jaket yang menutupi tubuh atasnya. "Ba-baikla, a-aku mau!"
"Oke, syarat lainnya adalah, kau harus menuruti semua perintahku."
"Ka-kau memerasku!?"
"Tentu, aku tak akan membiarkanmu bebas disini setelah apa yang kau rencanakan dengan si brengsek anak anjing itu." Aku menyeringai setelahnya, dia pun berdiri dan membuka jaket yang menutupi tubuhnya, satu persatu pakaiannya dia buka hingga telanjang bulat. Ayah beruntung memilih wanita itu sebagai istrinya, namun sayang sekali ayah tak bisa menikmatinya.
Benar-benar disayangkan.
-oo00oo-
Author Pov:
Naruto mengangkat kedua tangannya, dia menyentuh puting susu Kushina yang berwarna merah jambu. Tubuh wanita itu bergetar saat putingnya di sentuh oleh Naruto, pemuda itu bergerak mendekati Kushina lalu menjulurkan lidahnya. Tangan kiri Naruto meremas payudara kanan Kushina dengan lembut, sementara bagian kiri akan dia lahap dengan mulutnya.
Kushina menggigit bibir bawahnya, wajah cantik itu berubah menjadi merah pekat, ia melakukan ini dengan terpaksa karena dia sendiri sudah tak punya tempat tinggal lagi setelah meninggalkan rumah orang tuanya yang berada jauh di desa. "Ahh~" desahan kecil lolos dari mulut Kushina, tubuhnya terus bergetar, lalu kedua tangan wanita itu terangkat dan menggapai kepala pirang putra tirinya itu.
Naruto masih terus menjilati puting susu Kushina, dia sesekali melahapnya serta meremasnya pelan. Naruto menarik mulutnya, dia kemudian kembali mendekatkan bibirnya pada payudara Kushina, kali ini ia menciumi permukaan kulit Kushina. Ciuman itu naik ke atas hingga sampai pada leher Kushina, kedua tangan Naruto terus meremas payudara Kushina.
Pemuda itu menarik tubuh wanita berambut merah itu untuk duduk di pangkuannya, Naruto menyesap aroma yang menguar dari tubuh Kushina, sesekali dia memberikan kecupan ringan pada leher Kushina. Wanita itu sebenarnya tak tahan dengan foreplay yang diberikan Naruto, dia seolah menginginkan hal yang lebih dari ini. Tubuh Kushina melengkung saat merasakan kecupan itu, dia pun mendorong kepala Naruto dari lehernya, lalu mencium bibirnya dengan sensual.
Naruto memasukkan lidahnya ke dalam mulut Kushina, lidah Naruto bergerak liar di dalam mulut wanita itu. Tangannya beranjak naik hingga sampai pada kepala merah Kushina, lalu dia menekan kepala Kushina, ciuman tersebut benar-benar membuat gairah Kushina naik, tubuhnya mulai panas saat vaginanya bergesekan dengan gundukan celana Naruto.
Kushina juga merasakan bagian bawahnya sudah mulai basah akan cairannya, dia ingin segera di masuki seperti waktu itu, terlebih dia belum pernah merasakan penis Naruto. Memang benar, mereka pernah melakukan hubungan seks, namun keduanya saat itu masih dalam pengaruh alkohol. Kedua tangan Kushina mulai turun ke bawah hingga sampai pada gundukan celana Naruto.
Dia menarik resleting celana jeans yang dikenakan pemuda itu, lalu mengambil sebuah benda yang tersimpan di dalam celana tersebut, penis Naruto keluar dari sangkarnya dan sekarang sedang di genggam oleh Kushina. Wanita itu terkejut saat merasakan ukuran benda yang tengah dia genggam saat ini, dia menarik bibirnya lalu menatap ke bawah untuk melihat benda itu.
Wajahnya merona saat melihat benda besar yang tengah dia genggam, Naruto menyeringai saat melihat wajah Kushina yang tengah merona. "Jadi mau di pandang terus atau di masukkan?"
Kushina terkejut, dia pun mengangguk kecil dan mengangkat pinggulnya ke atas, dia mengarahkan penis Naruto ke liang senggamanya. Kushina menurunkan pinggulnya pelan, dia merasakan penis besar Naruto mulai masuk ke dalam tubuhnya, wanita itu menggigit bibir bawahnya saat merasakan benda itu masuk. Dia dengan susah payah meneguk ludahnya.
"Uhhh, kau sempit sekali Kushina-san, aku menyesal karena tak bisa merasakanmu saat kita berdua sedang mabuk."
"Diam!"
Naruto hanya tertawa, kedua tangannya mulai meraba bongkahan pantat Kushina, dia meremasnya pelan di saat Kushina memasukkan penisnya ke dalam tubuhnya. "Lihat pantatmu yang sintal ini, sungguh aku ingin memakannya Kushina-san."
"Ahhnn..."
Desahan itu membuat Naruto semakin terangsang, seringainya semakin melebar saat melihat wajah Kushina yang sudah sangat merah serta sedang menahan sebuah kenikmatan. Wanita itu kemudian menggerakkan pinggulnya naik turun dengan tempo pelan, napasnya tertahan saat penis itu keluar masuk di dalam tubuhnya, kedua tangan Kushina bertumpu pada bahu Naruto.
Kushina membuka kedua matanya dan melihat anak tirinya itu menyeringai pada dirinya, ada sebuah sentilan di dalam hatinya saat melihat seringai yang dikeluarkan Naruto saat ini, ada pula sebuah perasaan aneh di dalam hati Kushina.
"Naruto-kun..."
"Hm? Ada apa Kushina-san? Apa kau merasakan kenikmatan? Apa kau masih menginginkan penis si anjing liar itu?" Tidak, Kushina tak menginginkan penis lainnya selain milik Naruto, dia sudah mulai terbiasa dengan ukuran besar itu. Kushina menggeleng pelan. "Jadi sudah kau putuskan untuk menerima penisku?" Wanita itu mengangguk kecil menjawab pertanyaan Naruto.
Kushina pun mendekatkan wajahnya pada wajah Naruto, napasnya menerpa wajah Naruto dan dia pun mencium bibir Naruto, pinggul rampingnya terus bergerak naik turun.
Naruto yang merasakan ciuman itu pun membalasnya, dia menekan kepala merah Kushina dengan tangan kanannya, sementara itu tangan kirinya berkutat dengan pantat seksi Kushina, pemuda itu meremas pantat Kushina dengan lembut sembari menggerakkannya naik turun.
Kushina menarik ciumannya, dia meletakkan dagunya pada bahu Naruto, wajahnya sudah sangat merona, sementara pinggulnya terus bergerak dengan tempo yang cepat. Wanita itu menggigit bibir bawahnya sembari memeluk Naruto dengan erat, klimaksnya yang pertama keluar di saat penis Naruto berada di dalam tubuhnya.
Tubuh Kushina lemas di atas tubuh Naruto, dia mengambil napas sebanyak mungkin setelah klimaksnya tersebut. "Sudah keluar kah?"
"..."
Kushina tak menjawab sama sekali, dia lelah karena klimaksnya yang pertama dan ingin beristirahat sebentar, namun Naruto tak membiarkannya beristirahat. Pemuda itu malah menggerakkan pinggul Kushina naik turun, membuat wanita itu terkejut serta memekik pelan, kedua tangannya secara reflek memeluk leher Naruto dengan dagunya yang diletakkan pada bahu pemuda itu.
Kushina merasakan sesak di dalam tubuhnya. 'Ti-tidak, pi-pikiranku jadi kosong...' wanita itu meringis saat lehernya kembali di gigit oleh Naruto, dia juga merasakan pantatnya di remas oleh Naruto. 'Anak ini... a-aku dibuat gila jika terus seperti ini...'
"Ada apa Kushina-san?"
Kedua tangan Naruto merambat ke atas mengikuti lekuk tubuh seksi Kushina hingga sampai pada kedua payudara menggoda milik wanita itu, Naruto mendorongnya pelan, lalu meremasnya. Dia juga memainkan puting susu berwarna merah jambu itu, sembari menggerakkan pinggulnya naik turun. Naruto mendekatkan bibirnya pada salah satu puting Kushina, dia membuka mulutnya dan melahap puting susu Kushina.
Pemuda itu juga menggigit kecil puting Kushina membuat sang empunya memekik nikmat. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh Kushina, dia benar-benar ingin berhenti, namun libidonya masih ingin terus melanjutkan pergumulan itu.
Naruto sendiri mulai menjilati puting susu Kushina, jilatan itu naik ke atas hingga sampai pada leher wanita itu, dia melihat beberapa bercak merah yang dia berikan pada Kushina. Pemuda itu tersenyum kecil melihat pekerjaannya, dia lalu menarik tangan Kushina ke atas serta menguncinya. Jilatan Naruto semakin buas, hingga tubuh Kushina menggelinjang karena jilatan tersebut.
"Naruto..." Kushina bergumam memanggil nama anak tirinya itu, dia tak bisa berbuat apa-apa sekarang karena kedua tangannya sedang di angkat oleh Naruto. "Eh! Naruto, di sana kotor ja-jangan! Ahhnn... be-berhenti!" Kushina terkejut saat Naruto mulai menjilati ketiaknya, tubuh Kushina menegang saat itu juga, dia dibuat tak berdaya sama sekali oleh Naruto.
Napas Kushina begitu memburu, wajahnya sudah sangat merona, sementara jilatan Naruto tak mau berhenti, Kushina dengan sendirinya menggerakkan pinggulnya naik turun, desahan nikmat terus dia keluarkan saat penis Naruto keluar masuk di dalam tubuhnya.
-o0o-
Kushina memposisikan dirinya menungging di depan Naruto, wajahnya terlihat merona saat dirinya memperlihatkan liang senggamanya serta pantat sintal miliknya pada Naruto. Dia meneguk ludahnya kasar saat Naruto mulai memainkan pantatnya, meremasnya dengan lembut lalu membukanya. "Na-naruto di sana kotor... ja-jangan!"
"Huh?"
Naruto seolah tak peduli, dia mengambil sebuah botol yang berisi cairan pelumas, lalu memberikannya pada liang belakang Kushina. Tubuh wanita itu menegang saat ada sebuah cairan yang dingin melewati liang duburnya. "Na-naruto!" dia memekik saat salah satu jari Naruto masuk ke dalam liang duburnya, sementara dua buah jari Naruto yang lain memasukki vaginanya.
Kedua tangan Kushina meremas sofa tersebut, dia menahan desahan nikmat yang akan keluar dari mulutnya. Namun dia harus kecewa saat tangan Naruto ditarik oleh pemuda itu, Kushina menoleh ke belakang untuk melihat apa yang dilakukan Naruto saat ini. Wanita itu terkejut saat Naruto menyiapkan penisnya yang sudah dilumuri oleh pelumas.
"Na-naruto ka-kau tak bercanda kan?"
"Tidak, pastinya ini pertama kalinya bagi Kushina-san," balas Naruto, dia mengarahkan penisnya untuk di masukkan ke dalam liang dubur Kushina.
"Tu-tunggu...akkhh!" Kushina mencengkram sofa tersebut, dia merasakan benda besar itu masuk ke dalam liang belakangnya. Tubuh Kushina menegang saat itu juga, kedua kakinya bergerak tak beraturan saat penis Naruto mencoba menerobos liang duburnya. "He-hentikan! Akkhh! Na-naruto!" pemuda itu mencengkram pantat sintal Kushina, dia terus mendorong pinggulnya hingga semua penisnya masuk semua.
Tubuh Kushina bergetar hebat saat dia merasakan penis Naruto berada di liang duburnya, napasnya terengah-engah seolah dia telah berlari ratusan kilometer, Naruto sendiri mendekatkan dirinya, dia memeluk tubuh Kushina dari belakang. Kedua tangannya merayap untuk meremas buah dada Kushina, sementara bibirnya berada tepat di telinga Kushina, dia menggigit kecil daun telinga Kushina.
"Putingmu berdiri, kau sudah sangat terangsang saat ini."
Hanya hembusan napas yang bisa dikeluarkan Kushina saat ini. "Engghh... ahh..." Kushina mendesah saat Naruto menggerakkan pinggulnya pelan bersamaan dengan dia meremas payudara Kushina, kedua tangan Kushina masih meremas sofa yang ada di depannya. Tubuhnya seperti disengat oleh listrik saat penis Naruto bergerak di liang belakangnya.
"Cium aku!"
Kushina menoleh kesamping, dia mendekatkan bibirnya pada bibir Naruto dan mereka saling berciuman sembari kedua tangan Naruto meremas payudara Kushina. Wanita itu sendiri merasakan jika vaginanya sudah sangat basah akan cairannya yang keluar akibat gesekan penis Naruto di dalam duburnya.
Lidah Naruto merangsek masuk ke dalam mulut Kushina, pinggulnya masih terus bergerak maju mundur dengan penisnya yang menggesek di dalam lubang duburnya, kedua tangan Naruto bergerak serta jemarinya mulai mencubit puting susu Kushina dengan lembut. Desahan tertahan keluar dari mulut Kushina saat puting susunya di cubit Naruto.
Tubuhnya kembali menegang saat itu juga, sementara ciuman Naruto mulai berada di leher Kushina. "Ahhh... Naruto..." ciuman dari pemuda itu turun ke bawah hingga ke punggung putih Kushina lalu memberikan beberapa bercak merah di punggung wanita tersebut.
Kedua tangan Naruto masih setia dengan meremas payudara Kushina, Naruto pun menarik dirinya serta kedua tangannya, dia kembali meremas pantat Kushina serta menambah tempo gerakan pinggulnya. Tubuh Kushina menegang sesaat setelah menerima sebuah sodokan yang menusuk dirinya dari lubang duburnya.
"Ku-kumohon Naruto..."
"Ada apa hm?"
"Angghh! Hen-hentikan..."
"Tidak akan!"
Naruto menyiapkan kedua jarinya, tangannya itu merayap ke depan tepat pada vagina Kushina, dia memasukkan kedua jarinya ke dalam vagina Kushina yang sudah sangat basah akan cairannya. Kushina tak kuasa untuk mendesah saat kedua lubangnya di masuki oleh benda asing, Naruto terus memainkan kedua lubang Kushina.
"Aku keluar!"
Tubuh Kushina menegang saat Naruto terus menggerakan jari serta pinggulnya, namun dia tak menghentikan kegiatan tersebut dan terus menggerakkan tubuhnya.
Naruto menggigit bibir bawahnya, setelah beberapa saat dia melakukan persetubuhan itu bersama Kushina, akhirnya dia akan klimaks untuk pertama kalinya. Dia pun menarik penisnya dan mengarahkannya pada vagina Kushina, wanita itu sontak terkejut dan menatap Naruto yang ada di belakangnya, dia kembali merasakan sesak di vaginanya karena Naruto kembali memasukkan penisnya ke dalam tubuhnya.
"Sto-stop!"
"Tidak! Aku belum keluar, sialan!"
Kushina hanya pasrah dengan desahan-desahan nikmatnya saat Naruto menggenjotnya terus dengan tempo cepat, hingga pemuda itu menancapkan dalam-dalam penisnya ke tubuh Kushina, Naruto mengeluarkan semua spermanya hingga memenuhi rahim Kushina.
Cairan putih kental itu meluber keluar dari vagina Kushina, dan Naruto mengeluarkan penisnya dari dalam vagina tersebut.
-o0o-
"Aku pulang!" Minato baru saja pulang dari perjalanannya beberapa hari, dia datang dengan seorang wanita berambut merah panjang. "Uhh, melelahkan sekali."
Suara derapan kaki terdengar dari arah ruang tamu, Kushina keluar dari ruang tamu untuk menyambut suaminya datang dari perjalanannya. Wanita yang tadinya tersenyum pun langsung menghilangkan senyumannya setelah melihat sosok Minato yang datang bersama dengan seorang wanita berambut merah lainnya. "Mi-minato?"
"Ya? Oh, apa kau bersenang-senang dengan Naruto, Kushina?"
"Bersenang-senang?"
Minato mengangguk kecil, dia tersenyum ramah pada wanita merah di depannya itu. "Ya, bersenang-senang. Seperti bersetubuh atau melakukan apa yang dilakukan oleh suami istri?" wajah Kushina memucat saat itu juga, dia menatap Minato takut. "Huh? Sepertinya kau masih belum mengerti?"
Naruto keluar dari pintu ruang tamu. "Ah, tousan, kaasan sudah pulang. Selamat datang!" ujar Naruto, dia memeluk bahu Kushina.
Kushina sendiri mulai berontak saat Naruto memeluk bahunya, wajahnya merona saat dia dipeluk oleh Naruto. "Le-lepaskan, a-ada ayahmu!"
"Mengapa dilepas Kushina? Kau kan istri dari Naruto."
"..."
"..."
"..."
"Istri Naruto? Mi-minato-san a-apa maksudnya?"
Minato mengambil selembar kertas formulir pernikahan dan itu adalah duplikat dari formulir pernikahan Kushina. "Ini, tertulis namamu dan nama Naruto."
"Huh?!" Kushina langsung mengambil kertas tersebut, dia membaca kertas itu mulai dari atas sampai bawah. "Ba-bagaimana bisa?"
Minato menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Sebenarnya, Naruto merencanakan hal ini, dia menyuruhku untuk memberikan kertas itu padamu dan mengaku jika aku tak punya istri serta hanya memiliki seorang anak, awalnya kau percaya pada kata-kataku lalu bersedia untuk menuliskan namamu, tapi aku tak menulis namaku di sana," Kushina menatap Naruto yang sedang mengalihkan wajahnya ke arah lain. "Dan ya, aku berbohong akan hal tersebut, sebenarnya aku punya istri dan dia sedang berada di rumah orang tuanya, perkenalkan ibu mertuamu, Sara Namikaze."
Wanita yang berada dibelakang Minato tersenyum, lalu membungkukkan badannya sedikit. "Sara Namikaze, mohon rawat Naruto dengan sepenuh hati ya Kushina-chan."
"..."
Kushina ambruk tepat di pelukan Naruto saat itu juga.
Beberapa saat kemudian, wanita itu bangun di kamar milik pemuda pirang tersebut, dia tertidur tepat di atas paha Naruto. Kushina pun beranjak bangun, dia menatap pemuda yang statusnya saat ini menjadi suaminya itu, ada sebuah perasaan menggelitik saat dia tahu jika Naruto sekarang menjadi suaminya. Senyuman manis terpatri di wajahnya, dia mendekatkan bibirnya pada bibir Naruto.
Kushina mencium sekilas bibir Naruto, membuat pemuda itu membuka matanya. "Ohayou! Baka!"
Naruto tersenyum, dia membalas ciuman Kushina. "Sudah mulai menerimanya?" Kushina mengangguk kecil. "Selain aku mengincarmu, aku juga ingin menyelamatkanmu dari anjing sialan itu, dia benar-benar brengsek."
"Aku berterima kasih saat kemarin kau menyelamatkanku Naruto, mungkin jika tak ada kau, aku sudah diperkosa olehnya."
Naruto menarik Kushina untuk duduk di atas pahanya. "Ya, sama-sama, aku senang bisa menyelamatkanmu dari anjing sialan itu." Kushina tersenyum, dia lalu mengalungkan kedua tangannya pada leher Naruto, sementara pemuda itu memeluk pinggul ramping Kushina.
"Um, bisakah kalian lanjutkan kegiatannya nanti? Kita belum makan malam loh."
Keduanya melihat Sara yang mengintip melalui pintu kamar, mereka saling tatap lalu tertawa kecil. "Kami akan segera kesana." Sara tersenyum, lalu pergi dari kamar tersebut. "Baiklah, kita makan malam bersama, Kushina-chan."
"Tentu, Naruto-kun."
...
..
.
END
