TERDAMPAR
Sebuah buku yang tidak terlalu tebal mengisi waktu selagi taksi online belum muncul. Panjangnya rambut dipermainkan angin sore yang berhembus menyejukkan kulit. Ransel besar berisi pakaian, dokumen pribadi, dan benda-benda kenangan semasa berperang. Tiba-tiba bergetarlah ponselnya.
"Belum tiba kau di bandara, Johnny?"
"Belum."
"Kau yakin akan pergi dari negara ini?"
"Kenapa tidak?"
"Lalu setelah ini kau mau apa?"
"Biar waktu yang menjawabnya."
"Semoga berhasil dengan kehidupan barumu."
"Terima kasih, Pak."
Telepon singkat itu menyudahi pula bacaannya, taksi sudah tiba di depan mata, dan dua kakinya langsung mengantarnya masuk ke dalam. Mengantarnya ke bandara di mana pesawatnya sebentar lagi akan memberangkatkan ratusan penumpang termasuk dirinya. Matahari kian redup sinarnya.
Satu per satu berbaris melewati pemeriksaan sebelum menumpangi penerbangan yang akan lepas landas tepat pukul 4 sore. Rambo memeriksa ponsel, mencari foto seorang perempuan cantik yang sedang tersenyum di bawah cerahnya langit, bibirnya ikut tersenyum tapi hanya untuk sesaat saja.
Sungguh sayang...
Media massa di seluruh dunia ramai tidak lama kemudian membawakan kabar celakanya pesawat yang membawa 100 penumpang dari New York ke Berlin. KLM 1822 kelas ekonomi itu tidak lagi terdeteksi keberadaannya begitu melintasi langit Romania. Malang, Rambo adalah salah satunya.
Veteran Operasi Pembebasan Irak itu sedang damai dalam tidurnya tanpa mengetahui bagaimana bisa dirinya terbangun dalam kungkungan badan pesawat yang sudah hancur. Ratusan jenazah di sekitarnya memberi penjelasan secara sederhana, takdir menunda kematian seorang John Rambo.
Layar ponselnya sedikit retak di dalam ransel namun semua bawaannya masih lengkap. Mengalir darah dari luka di pelipis, kening, dan hidungnya. Tertatih-tatih dia berdiri merasakan nyeri serta pusing tidak tertahankan ingin keluar dari sini. Hutan bersalju melingkupi seluruh pandangannya.
Api berkobar membakar beberapa bagian pesawat termasuk tubuh para penumpang yang sebagian tidak mungkin bisa dikenali lagi. Dia periksa mereka semua bermodalkan senter ponsel agar dapat menemukan benda-benda yang berguna untuk bertahan hidup. Tidak ada lagi tersisa, dia minggat.
Namun dari jauh dia bisa lihat rombongan orang berkuda membawa obor bergerak kemari dengan perlahan. Segera dia bersembunyi di balik pepohonan berbekal sebilah pisau yang selalu diasahnya setiap hari. Dia tidak bisa percaya kepada siapapun saat ini, instingnya berkata untuk mengamati.
Wajah mereka samar-samar tersinarkan api obor, Rambo hampir tidak mempercayai penglihatan miliknya, belum pernah dia lihat orang-orang seperti mereka. Dia teringat sosok manusia serigala di video klip salah satu lagu termasyhur milik Michael Jackson begitu jelas melihat wajah mereka.
Mereka tidak menggunakan bahasa tapi geraman sebagai bentuk komunikasi satu dengan lainnya selagi mengangkut mayat-mayat penumpang ke dalam gerobak besar. Sepertinya mereka memang sudah mengetahui apa yang sedang terjadi. Namun Rambo belum pernah melihat yang seperti ini.
"Sebenarnya... mereka itu apa? Suku kanibal? Lalu ada di mana aku?"
