Pemilik Nama © Baby Pandaxx

Naruto © Masashi Kishimoto

AU | Romance | Oneshot

Note : Sebuah fic yang tersimpan dalam dokumen selama berbulan-bulan, maafkan alur yang nggak jelas~ T-T

.

.

Dia pernah mengejarku.

Dia pernah tergila–gila padaku.

Dia pernah membuatku merasa menjadi wanita paling beruntung sejagat raya.

Dia pernah membawaku terbang ke angkasa, sebelum akhirnya jatuh terluka.

Dia pernah, dan kini sudah sudah sirnah.

Hey, bagaimana rasanya saat tau kenyataan bahwa dia yang raganya duduk disampingmu ternyata hatinya masih terpaku pada masalalu?

Bagaimana rasanya saat dia yang kemarin membuatmu istimewa, ternyata hanya dusta belaka?

Aku baru tau. Selama ini, aku hanya menggenggam raganya, bukan hatinya.

Aku baru tau. Selama ini, aku hanya dijadikan bayang–bayang karna wajahku serupa dengan yang lalu.

Aku baru tau, selama ini dia tak pernah mencinta.

Mungkin, aku yang terlalu buta.

Aku yang terlalu menutup mata dan telinga.

Aku yang terlalu mencinta, sedangkan dia tidak.

Aku terpaku menatap ukiran nama yang tertulis di kepala pusara. Nama ini, yang membuat lelaki ku tak mampu melupa. Pada pemilik nama ini, lelaki ku memberi seluruh cinta hingga habis tak tersisa.

Sebuket bunga mawar putih yang masih segar berdiri bersandar disana. Lelaki ku baru saja berkunjung kesini, hanya untuk mengganti buket bunga kemarin dengan yang baru. Hal yang selalu dilakukan setiap hari, dan hal yang baru–baru ini ku tahui.

Aku cemburu, pada pemilik nama yang sudah tidak bernyawa. Orang bilang aku egois, karna tidak mengerti perasaan lelaki ku. Apa mereka tau, bagaimana sakitnya berdiri berdampingan tapi hanya sebagai bayangan?

Aku merendahkan diri menekuk lutut. Berjongkok disamping pusara, agar mataku bisa jelas membaca deretan nama. Aku mengambil buket bunga yang wanginya masih menguar, ternyata ini alasan lelaki ku selalu memberiku bunga mawar putih. Lagi–lagi, karna pemilik nama ini.

Hey, pemilik nama. Memangnya, apa yang kamu lakukan pada lelaki ku diwaktu dulu? Kamu tau, sampai sekarang kamu masih menjadi nama nomor satu dalam hidupnya. Kamu tau, sampai sekarang cintanya masih tetap untukmu. Kamu tau, aku hanya hidup sebagai bayanganmu.

Lelaki ku bilang, mata ku sama sepertimu.

Lelaki ku bilang, suaraku sama sepertimu.

Lelaki ku bilang, kamu cinta pertama nya.

Terakhir, lelaki ku bilang,

Cintanya sudah dibawa terbang denganmu, tidak ada lagi sisa untuk diberi pada seseorang setelah kamu.

Hey, pemilik nama.

Beritahu padaku, bagaimana rasanya dicintai sepenuhnya oleh lelaki itu?

Beritahu padaku, bagaimana cara agar lelaki itu bisa mencintaiku tulus adanya.

Beritahu padaku, bagaimana aku mengambil cinta lelaki itu yang sudah kau bawa terbang?

Beritahu padaku, bagaimana cara untuk membuatnya menghargai aku sebagai seseorang yang bukan kamu.

Kita tidak saling kenal.

Aku belum pernah melihatmu.

Maukah kamu menunjukkan diri dihadapanku sekarang?

Aku mau melihat seberapa sama diriku denganmu.

Aku ingin merubah hal yang membuat kita sama.

Aku tidak mau hidup sebagai bayangan.

Aku mau hidup sebagai diriku, dan dicintai sebagai diriku sendiri.

Aku juga pantas untuk dicintai.

"Hinata?" Suara bariton memasuki indra pendengaranku, aku tau pemilik suara itu. Aku menoleh padanya, dalam bola matanya aku tau dia terkejut melihatku ada disini. Aku hanya tersenyum sebagai jawaban, lalu mengalihkan pandangan pada ukiran nama di kepala pusara.

Pemilik suara merendahkan diri disampingku, matanya juga menatap ukiran nama disana. Sebelah tangannya terangkat, mengusap ukiran nama –meng-eja perbaris. Dia tersenyum, seakan kepala pusara yang dia usap adalah kepala si pemilik nama.

Kamu lihat sendiri, kan? Sampai detik ini kamu tetap nomor satu dalam hidupnya. Aku saat ini ada di sampingnya, tapi tidak diperdulikan. Aku tidak dianggap ada, karna aku hanya bayangan dirimu.

Saat yang asli ada, bukankah bayangan tidak lagi diperhatikan?

"Bagaimana menurutmu?" Aku menatap si pemilik suara. Dia bertanya tanpa menghadap padaku.

Apa kamu seindah itu, sampai–sampai dia enggan menatapku?

"Dia cantik, kan?" Tangannya masih mengusap pusara. Aku menatapnya dari samping, berharap dia menatapku walau sedetik. Aku hanya ingin dianggap ada, aku hanya ingin dia tau bahwa aku disini –disampingnya-, selalu.

Hey, pemilik nama. Dengar, kan? Barusan dia meminta pendapatku tentangmu. Apa aku harus berbohong demi menyenangkan hatinya yang dengan sadar menyakiti hatiku? Apa memang tidak ada tempat untukku bahagia disini? Apa aku hanya akan terus menjadi bayangan yang hanya bisa menyaksikan sampai kalian bersatu lagi di surga?

Jawab aku, pemilik nama.

Aku menatap lurus tangan yang perlahan mengarah ke arahku. Hatiku berdesir saat sebuah genggaman melingkar dilengan kananku. Pemilik suara menggenggamku tanpa mengalihkan pandangan.

Sekali lagi ku tanya, apa kamu tau rasanya menggenggam tangan yang hatinya masih bertaut pada masalalu?

"Dia sangat mirip denganmu, tau," Ya, aku tau itu. Beberapa minggu lalu kamu sudah memberitahu padaku, kan. "Shion, terimakasih sudah pernah mencintaiku sehebat itu. Sekarang, izinkan Hinata yang melakukannya. Terimakasih, sudah mengembalikan cintaku yang sempat kau bawa terbang."

Aku mencoba mencerna ucapannya. Tadi, maksudnya apa?

Pemilik suara menatapku, netra birunya tertutup kelopak mata karna kedua sudut bibirnya tertarik lebar. Senyuman ini, tidak pernah aku lihat sebelumnya.

Hey, Shion. Apa artinya ini?

"Maafkan aku, Hinata. Selama ini, ku kira aku mencintaimu karna wajah kalian serupa. Ternyata, setelah hari itu," Kelopak matanya terbuka perlahan, menampilkan netra sebiru laut yang selalu menenggelamkanku, "Aku baru sadar, bahwa yang aku cinta adalah dirimu yang sebenarnya, bukan dirimu yang menjadi bayang–bayang Shion."

Aku merasa mataku memanas. Apa aku sedang berhalusinasi? Hey, Shion. Jelaskan padaku!

"Aku, Naruto Uzumaki. Dibawah langit senja yang berwarna jingga, mengaku mencintai Hinata Hyuuga murni tanpa terbayang siapapun. Hinata, wanita hebat yang pernah aku sakiti," Dia menggantung kalimat, menatap netraku dalam untuk menyalurkan kehangatan, "Apa masih mau menerimaku, dan mengulang semuanya dari awal? Sebagai kamu yang baru, sebagai aku yang baru?"

Lambat laun Naruto memudar dimataku, semakin memudar dan memudar. Lalu kembali jelas saat bulir-bulir cairan bening turun dari pelupuk mata. Aku masih belum bisa menguasai tubuhku, aku tidak bisa apa–apa selain menatap kedalam netra biru yang sangat menghangatkan.

Lelaki ku kembali, Shion.

Lelaki ku, barusan mendeklarasikan diri dihadapanmu.

Lelaki ku, mengakui keberadaanku.

Lelaki ku, mencintaiku bukan lagi sebagai bayang–bayangmu.

Lelaki ku, sudah seutuhnya menjadi lelaki ku.

Shion, terimakasih.

Terimakasih sudah mengembalikan cinta Naruto yang kau bawa terbang.

Shion, istirahatlah dengan tenang.

Aku, Hinata Hyuuga, berjanji akan menemani Naruto.

Berjanji akan terus disampingnya.

Berjanji akan menjaganya.

Tugasmu sudah selesai.

"Naruto," Hanya itu. Hanya itu yang sanggup keluar dari mulutku, hanya mampu mengucap nama yang bola matanya selalu menenggelamkanku. Aku memeluk erat tubuh Naruto saat kedua tangannya terbentang, menumpahkan tangis bahagiaku. Sekarang, bukan hanya raganya yang ada disampingku, tapi hatinya juga milikku.

"Ayo, kita pulang."

Aku menarik tubuhku, menatap ukiran nama dipusara yang bertulis Shion Yamanaka. Aku mengusapnya sejenak sebelum dituntun Naruto untuk berdiri, kami memandang pusara Shion yang tergeletak sebuket bunga dengan asal. Naruto mengambil buket itu dan membenarkan posisinya seperti semula.

"Shion, ini bunga terakhir untukmu. Mulai besok, mawar putih kesukaanmu akan ku beri pada Hinata," Aku masih belum percaya, mendengar kalimat itu keluar dari mulut Naruto, "Sekali lagi, terimakasih.. Yamanaka."

Shion Yamanaka, aku tidak tau apa yang membuat Naruto mencintaimu begitu hebat. Tapi yang pasti, aku akan menjadi diriku sendiri, dan akan membuat Naruto mencintaiku sehebat dia mencintaimu.

Aku memang bukan cinta pertamanya, tapi aku pasti akan jadi cinta terakhirnya.

Sampai jumpa, Shion.

FIN_