...
...
...
Sebuah wajah sedih
"Jangan pernah lupakan kami"
Ucap seorang wanita dengan tubuh kecil menangis kearahku, dia menggenggam kedua tanganku banyak dari mereka juga menangis sedih
"Hick...hick... Berjanjilah kau tidak akan pernah melupakan kami!"
"A...a.a..aku tidak akan pernah memaafkan kau jika kau lupa dengan kami!"
Mereka semua mendekat seolah-olah tidak membiarkan aku kemanapun
'Jangan bersedih'
"Hick...hick... S...sampai jumpa... di dunia lain..."
-0-
"Ugh..."
"Dimana ini?"
Sakit, itulah yang kurasakan. Bagaikan di hantam benda tumpul, kepalaku terasa sakit sekali, aku hanya bisa memegang kepala ku selama beberapa menit sebelum aku sepenuhnya melihat ke sekeliling ku.
'Dimana ini?'
Pikirku saat melihat suasana hutan suram aneh yang tak pernah ku lihat seumur hidupku.
"Apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa disini?"
Entah kenapa ingatanku agak buram soal bagaimana aku bisa disini.
Yang aku lihat dari diriku sendiri, aku hanyalah pria normal dengan pakaian normal? kurasa.
'Sebaiknya aku mencari bantuan'
Aku berjalan gontai menelusuri hutan suram ini berharap bisa menemukan tempat untuk meminta pertolongan.
Satu persatu ranting, dedaunan mulai melekat di baju kemejaku. Aku terus berjalan tak terasa waktu berjalan tanpa ku sadari senja pun datang.
'Ini bisa jadi masalah'
Pikirku saat melihat perlahan hutan suram ini menjadi sedikit mencekam.
Saat pikiranku mulai kacau karena panik di tengah hutan gelap, suram dan menyeramkan ini, aku mulai mengumpulkan informasi yang bisa aku dapatkan dari situasiku saat ini.
Perlahan aku mulai melihat cahaya di ujung hutan ini.
Saat langkah kakiku mulai ku percepat, aku menemukan ujung hutan gelap ini.
Untuk sesaat aku mendesah lega ketika melihat aliran sungai tenang di depanku. 'Apa ini aman di minum?'
Pikirku saat melihat air ini.
Entah kenapa pikiranku yang tak mampu berpikir lurus lagi memaksaku untuk langsung melepas dahaga akibat berjalan selama entah berapa jam menelusuri hutan itu.
'Setidaknya aku masih selamat dari tempat itu'
Pikirku lagi saat melihat goresan di lenganku akibat duri-duri tajam di ranting rumput-rumputan.
(wuuush)
Hembusan angin membuat suasana terasa mencekam, perasaanku mengatakan kalau aku harus segera pergi dari sini atau sesuatu yang mengerikan akan melukaiku
"..."
Melihat keadaan semakin mencekam aku langsung berlari kearah pepohonan dimana aku bersembunyi di balik rerumputan tebal.
"Fufufu..."
Sebuah tawa
"Fufufu"
Tawa yang membuatku merinding
"Fufufu... "
Aku langsung berlari dari tempat itu, dari tatapan berbahaya yang membuat ku merinding ketakutan.
Aku berlari dan terus berlari menyusuri hutan berkabut ini berharap menemukan ujung dari hutan ini hingga sebuah cahaya di kejauhan dapat aku lihat
Semakin dekat dan semakin dekat hingga cahaya itu menunjukkan tempat yang tak pernah aku lihat.
Sebuah lembah dimana di bawah lembah itu terdapat pedesaan kecil.
'uh...huh...huh...hufh...'
Rasa lelah mulai merasuki tubuh dan pikiranku. Saat ini yang bisa aku pikirkan adalah mencari tempat beristirahat dan berharap kalau penduduk setempat mau menerimaku.
Malam gelap di jalanan pedesaan aku berusaha mencari rumah yang bisa aku datangi, namun karena semua rumah terlihat tertutup rapat aku hanya bisa berharap jika ada kuil yang bisa aku jadikan tempat beristirahat sementara.
Berjalan selama beberapa menit terasa bagaikan seumur hidup, aku berjalan hingga sampai di sebuah kuil sunyi
'akhirnya'
Aku langsung merebahkan tubuhku di lantai kuil ini berharap rasa lelahku bisa menghilang dengan tidur sejenak.
-0-
"urgh"
'Dimana aku?'
Aku yang terbangun dengan tubuh terasa sedikit kaku mulai melihat ke sekeliling.
'Dimana ini?'
Ruangan aneh, aku tak pernah ingat aku ada disini semalam.
'Perban? siapa yang merawat lukaku?'
Tangan kiri ku yang terluka akibat berlari menerjang hutan yang penuh dengan duri dan banyak ranting tajam terlihat di rawat dengan baik.
"Ara, apa anda telah bangun Tuan"
Sebuah suara datang, ketika aku menatap ke sebelahku, aku melihat sosok wanita yang nampaknya memiliki tubuh kecil. Dia tersenyum sambil mengganti perban di kaki ku yang sepertinya terluka
Apa yang sebenarnya terjadi kemarin?
"Bisa katakan, siapa dan dimana aku?"
"HM. Anda berada di desa terpencil, kemarin saya menemukan anda di kuil dalam keadaan terluka. Sepertinya anda tidak datang darisini, apa yang terjadi dengan anda, tuan pendatang"
"... Aku tidak ingat"
"Begitu"
Keheningan kembali datang, dan dia masih merawat lukaku dengan sangat baik.
Nona ini kemudian pergi meninggalkan ruangan ini meninggalkan aku sendirian yang hanyut dalam pikiranku.
-0-
Aku tetap diam di kamar ini, belum ada satu hari namun waktu terasa sangat lama sekali berjalan.
Aku di rawat oleh wanita dengan rambut silver berpakaian maid, ia juga membawakan makanan untukku dan tetap tersenyum lembut sambil merawatku dengan sabar.
Hari berlalu dan aku masih tetap di rawat disini.
Lukaku perlahan mulai membaik dan aku berhutang budi pada maid itu. Saat di awal pagi aku ingin bergerak, aku justru malah bangkit dari tempat tidur dan berjalan melihat-lihat sekitar rumah ini.
Rumah tradisional ini memiliki banyak pintu dan aku hampir saja tersesat di rumah ini
"..."
Aku berjalan menyusuri rumah ini hingga langkah kakiku membawaku ke sebuah taman dimana banyak bunga indah sedang mekar.
'Sungguh indah'
Ucapku saat menatap bunga tersebut
Namun saat aku menyentuh bunga itu sesuatu terasa aneh di tulang belakangku.
Sesuatu yang membuatku merinding.
"Tak pernah ku sangka kalau tamu yang di bawa olehnya malah tidak sopan"
Sebuah sentuhan sesuatu yang tajam menyentuh leherku, saat itu aku tahu jika itu adalah sebilah pedang yang siap memotongku.
"Katakan apa yang kau lakukan disini sebelum aku mengakhiri hidup mu"
Ucap wanita itu dengan intonasi yang sangat dalam. "T..tunggu, a..aku cuma..."
Aku berusaha membela diri namun setiap kata-kata ku mendadak terasa sangat kaku, ketika aku berbalik badan menatap kearah siapa itu, aku hanya bisa terdiam sedikit takut akan pedang yang ditodongkan ke leherku.
"Hmp, Kau sepertinya tidak berbuat sesuatu yang aneh. Aku akan meninggalkan mu, tapi lain kali jika kau ketahuan membuat sesuatu yang tidak aku suka, kau akan berujung di meja bundar"
Ancam wanita itu sambil berjalan menjauh dariku.
Aku yang terduduk diam di tanah hanya bisa bergetar dalam takut ketika ancaman wanita itu berhasil menggema di kepalaku.
Melihat tak ada gunanya mencari masalah, aku memilih untuk kembali ke kamarku dan berusaha melupakan hal itu.
Di futon aku merasa aneh, entah kenapa aku merasa diriku melupaka banyak hal penting yang aku ingin ingat
'Siapa sebenarnya aku?'
Tanyaku saat menatap tangan kiri ku, rambutku berwarna hitam, ya aku tahu itu. Tapi bagaimana dengan keadaan wajahku? Apa aku terlihat normal?
Aku bertanya-tanya saat berbaring di tempat tidur ini membiarkan pikiranku melayang-layang.
-0-
Sehari berlalu dan aku mulai bisa merasakan kalau tubuhku sepenuhnya sudah pulih.
'Sebenarnya ini dimana? Bagaimana bisa aku sampai disini'
Tanyaku dalam pikiranku saat melihat-lihat ruangan ini. Wanita maid rambut silver itu selalu merawatku dengan baik dan sesekali wanita dengan pakaian Miko yang kemarin aku lihat saat aku terbangun, juga datang menjenguk ku.
Perlakuan mereka padaku sangat baik aku bahkan merasa sedikit segan dengan sikap mereka padaku.
"Urgh"
"Sebaiknya anda jangan memaksakan diri anda, Tuan"
Ucap Maid itu berusaha mencegahku bangun. Namun karena tubuhku terasa kaku karena terlalu lama berbaring aku memaksakan diri untuk bangkit dari tempat tidur ini.
"Erhm... Maaf jika saya terlalu merepotkan Anda, nona"
"Fufufu... Jangan sungkan-sungkan dengan saya, Tuan. Anda sudah di terima dengan baik oleh Nyonya pemilik kuil dan rumah ini. Jadi anda adalah tamu terhormat bagi saya"
"B...baik..."
Aku hanya tergugup ketika wanita itu tertawa kecil saat menatapku.
"Apa anda sudah bisa bangun?"
Tanya maid itu lagi saat melihatku duduk di futon, aku menjawabnya dengan mengangguk.
"Hei, Nona Maid"
"Ara? Panggil saja saya Rossweisse. Saya hanya seorang maid disini, jadi anda tidak perlu terlalu formal dengan saya Tuan asing"
"Urk"
Aku masih belum mengingat jelas siapa namaku, aku berusaha mengingat keras siapa namaku hanya menemukan diriku nyaris di serang sakit kepala yang luar biasa.
"T...touma... Touma namaku"
"Ara, begitukah? Baiklah Tuan Touma-sama, apa ada lagi yang perlu saya lakukan pada anda sebelum saya melanjutkan pekerjaan saya?"
"Tidak ada, terima kasih banyak atas bantuan anda Nona Rossweisse-san"
"Fufufu"
Maid itu kemudian pergi dari kamar meninggalkan aku sendirian disini.
Aku yang masih hanyut dalam pikiranku hanya bisa menatap langit-langit berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi denganku.
'Semoga dia tidak membunuhku' Pikirku saat mulai bangkit dan berjalan melihat-lihat lagi rumah ini.
Di lorong rumah yang sangat luas ini, aku nyaris saja tersesat hingga aku berhasil menemukan pintu keluar yang ternyata bukan pintu keluar malah pintu itu membawaku ke balkon lantai dua.
Di sana aku melihat seorang wanita yang semalam mengancam ku, dia adalah wanita dengan rambut putih pendek dengan tinggi yang mungkin hanya sebahuku.
Mengenakan gaun yang nampak tradisional namun terlihat menawan. Dia berdiri dalam diam dengan pedang tersarung dengan baik di pinggangnya.
Aku berusaha mendekat karena penasaran apa yang sebenarnya di lakukan gadis ini.
'Semoga dia tidak membunuhku'
Entah kenapa aku merasakan kalau kesialan akan menimpaku.
Saat aku beberapa meter lagi darinya dia langsung berbalik badan yang spontan mengejutkanku.
"Kau lagi?"
'Argh!'
Aku tersandung!
"Awas!"
Teriakku padanya namun gadis itu yang juga terkejut tak bergerak sama sekali.
"Kyah!"
Jeritnya ketika aku menabraknya.
"Augh... Eh?!"
Aku membelalakkan mataku ketika melihat situasi ini.
"Hrghh"
"B... beraninya kau! Hentai!"
Jerit gadis ini ketika aku menindihnya, yang spontan langsung berdiri dengan panik berusaha menjelaskan situasi namun "Ma...maaf!"
Aku justru berlari ketika gadis ini mengeluarkan pedangnya dan menatapku dengan tatapan membunuh.
"Kemari kau!"
Amukan wanita itu membuatku semakin ketakutan, aku hanya bisa menambah kecepatan berlariku berharap ia tidak menangkap ku.
Namun sayang disitu aku salah
stab, sebuah suara benda tajam tertancap, ketika aku melirik ke dinding pisau tajam tertancap dan semakin mendekat kearah ku.
Saat aku menoleh sedikit aku melihat wanita itu dengan wajah mengerikan memegang pisau dan melemparkannya kearahku!
"Sialan'!".
Aku berteriak mengumpat kesialanku
'Eh? Kesialan?'
"Urgh!"
Sebuah serangan sakit kepala berhasil membuatku berhenti sepenuhnya dari upaya melarikan diri dari pembunuh menyeramkan ini.
"Urgggh!"
Aku memegang kepalaku karena sakit yang tak bisa ku tahankan lagi.
"Urrrgh!"
"Kesialan?... Touma... D...dimana ini?..."
Aku terus menggumam hal-hal yang terlintas di benak ku.
"Akhirnya kau siap menerima hukumanmu"
Ucap wanita itu ketika melihat orang yang di kekarnya sekarang berhenti namun ada yang aneh. "H..hey? Apa kau baik-baik saja?... a...apa aku melukaimu?!"
Gadis ini mulai panik ketika melihat laki-laki ini terduduk di lantai memegang kepalanya. Ia langsung jongkok di sebelah laki-laki ini menatapnya dengan khawatir
"H..hey?"
"Aku... Kamijou Touma, siswa Kota Akademi, Esper level 0"
"Hey, apa yang kau bicarakan?"
Tanya wanita itu saat tidak mengerti sama sekali apa yang di bicarakan laki-laki ini.
Saat dia menoleh kearah gadis ini, wajah laki-laki itu terlihat sangat shock akan sesuatu.
"Nona, sudah berapa lama aku disini?"
"Eep"
Laki-laki itu mendadak memegang bahunya dan menatapnya dengan tatapan frustrasi.
"Katakan dimana ini! Kenapa aku bisa disini! Bagaimana caraku kembali ke Tokyo?!"
"Eek"
"J...jangan!"
Teriak gadis ini dan hal berikutnya yang dia tahu dia terlempar dengan kekuatan yang sangat kuat.
"Urgh!"
Sebelum pingsan ia sempat melihat sekilas wajah gadis itu yang nyaris menangis menatapnya dengan tatapan jijik.
'P...Pink?!'
Yap, dia masih bisa melihat sekilas ke dalam rok gadis itu sebelum pingsan sepenuhnya.
...
...
...
"Apa anda sudah sadar, Tuan pengintip?"
Sebuah suara menggoda terdengar, butuh beberapa saat untuk bisa membuka matanya. Saat ia terbangun hal pertama yang ia lihat adalah seorang maid dengan senyuman yang sepertinya menghinanya.
"Apa anda sudah puas melihat ke dalam rok seorang gadis?"
"Itu tidak sengaja!"
Bantahnya langsung pada maid itu
"Fufufu... Jangan khawatirkan itu, saya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saya cuma ingin menggodamu" Balas maid itu sambil mengusap dahinya
"Jadi? Apa anda ingat sesuatu sampai-sampai anda membuat dia menjerit ketakutan?"
"Mengenai itu..."
Dia tak bisa menjelaskan dengan kata-kata karena entah kenapa apa yang ia lihat itu hanyalah sebuah mimpi.
'Atau mungkinkah aku memang terjebak di dunia lain?'
Ia berpikir keras namun bagi maid itu, laki-laki ini terlihat sedang melamunkan sesuatu yang menurutnya sangat menarik.
"Ara~"
Ia meletakkan tangannya di kepala laki-laki ini dan mengusap pelan rambutnya. "Jangan terlalu memaksakan dirimu untuk mengingatnya, Tuan"
"Anda pasti bisa mengingatnya"
Ucapnya dengan nada lembut yang spontan membuatnya merasa tenang.
"Terima kasih banyak, Rossweisse-san"
"Fufufu..."
"Jadi, apa yang akan anda lakukan hari ini, Touma-sama? Saya yakin anda pasti bosan di dalam terus, kan?"
"Erhm..."
Touma terlihat kebingungan harus menjawab apa karena memang kenyataannya dia bosan sejak kemarin di kamar terus. Namun mengingat hari masih siang menjelang sore, setidaknya ada banyak hal yang ingin ia ketahui tentang tempat ini
"Apa aku bisa berkeliling tempat ini?"
"Apa anda mau jalan-jalan di sekitar desa, atau cuma di rumah ini saja. Touma-sama?"
"Apa aku di ijinkan berkeliling sekitar desa?"
"Tentu saja~"
"Baiklah, kalau begitu..."
Touma mulai berdiri dan berjalan kearah pintu keluar, maid itu hanya duduk diam menatapnya pergi keluar dengan senyuman masih tidak lepas dari wajahnya.
Sepertinya Touma, Maid itu mulai melirik kearah lain dimana ia merasakan kehadiran seseorang.
"Apa anda masih marah dengan dia, Koneko-sama?"
"Hump"
Seorang gadis dengan rambut putih pendek hanya menjawab dengan ekspresi merengut setelah Touma pergi.
"Ara~ Ara~"
-0-
Aku berjalan menyusuri jalanan desa yang anehnya sangat terasa sepi, seolah-olah di desa ini tidak ada satu penghuninya sama sekali.
Ketika aku berjalan menyusuri sebuah jalan setapak yang mengarah ke bukit aku kembali melamun soal apa yang ku ingat
'Apa sebenarnya yang terjadi padaku?'
Ia menatap tangan kirinya yang ia sangat tahu sekali apa yang mampu tangan ini lakukan.
'Imagine Breaker'
Kemampuan dimana ia bisa memecahkan kekuatan esper maupun kekuatan sihir dan berkat kekuatan ini juga semua berkah Tuhan ikut menjauh dan hanya kesialan yang selalu datang.
Di bukit ia melihat kearah lembah dimana desa ini dapat terlihat dengan sangat jelas.
Desa yang sangat kecil dan sangat tenang seolah-olah tak ada penghuninya.
Aku kembali menghela nafas panjang.
Sebuah hembusan angin lembut seolah-olah mengelus wajahku, saat aku berbalik badan aku melihat sebuah kabut yang di tiup angin, kabut itu seolah-olah sedang mengatakan sesuatu padaku
Aku berjalan kearah pepohonan dimana kabut itu mulai bergerak setiap kali aku mendekatinya
'Apa benda ini ingin menunjukkan sesuatu?'
Aku berjalan dan terus berjalan membiarkan diriku di bawa olehnya, hingga aku menemukan diriku di dalam hutan lebat yang sangat mencekam.
'Kemana aku pergi?'
Pikirku saat membiarkan diriku berjalan mengikuti kabut itu. Saat aku menoleh ke sebelah kiri ku aku melihat sosok rubah kecil yang bergerak mengikuti langkah kakiku.
Satu persatu hewan-hewan mulai dapat aku lihat mengikutiku dari belakang.
'Darimana mereka datang?'
Pikirku saat kembali berjalan, rubah kecil, serigala, kucing, burung-burung hingga domba pun mulai berdatangan mengikutiku.
Saat aku terus berjalan sebuah cahaya terlihat di kejauhan.
'Apa itu?'
Pikirku saat melihat sesuatu disana. Aku berjalan dan terus berjalan mendekati itu hingga aku melihat apa itu
'Pedang?'
Sebilah pedang sangat indah tertancap di sebuah batu. Aku mendekati pedang itu dan anehnya hewan-hewan yang tadi mengikutiku mulai berhenti di belakangku seolah-olah mereka menunggu sesuatu.
Aku merasakan sesuatu, sesuatu yang asing namun sangat familiar dimana aku pernah melakukan ini.
Tanganku langsung memegang gagang pedang itu dan seketika kilasan kehangatan yang pernah ku rasakan kembali menyerang pikiranku.
'Master'
"Uh?"
Aku mendengar sebuah suara, saat aku menoleh ke belakang yang ku lihat adalah binatang yang bertambah banyak namun mereka semua duduk di rerumputan seolah-olah sedang menungguku.
'...'
Tanganku seolah memiliki pikirannya sendiri ketika aku sedikit menambah kekuatan di genggaman gagang pedang itu.
Pedang pun berhasil ku tarik dengan mudah, Kilauan pedang itu bersinar seolah-olah menunjukkan auranya pada dunia.
Pedang berwarna silver dengan tingkat ketajaman dan keanggunan luar biasa itu ada di genggaman tanganku.
"Eh? Bagaimana bisa?!"
Tiba-tiba sebuah suara datang dari belakangku, ketika aku menoleh aku melihat seorang wanita dengan rambut berwarna putih bagaikan salju dengan aura dewasa terpancar darinya
"HM?"
Aku hanya menggumam tidak jelas ketika ia menatapku dengan wajah shock.
"B...bagaimana... k...kau..."
Dia terbata-bata
Aku masih diam tak bersuara maupun bergerak dari posisiku, namun ketika aku sedikit bergerak kearahnya dia tiba-tiba berlutut di depanku bukan hanya dia tapi semua hewan bahkan ikut berlutut di depanku.
"Apa yang terjadi?"
Tanyaku dengan heran melihat wanita itu berlutut di depanku
"My Hero, akhirnya anda yang terpilih telah menunjukkan diri anda"
"Hero?"
'Eh?'
