Disclaimer
Rainbow Bridge (c) Ros and Fox
Warning
Head-canon, contains LGBT
Saat ini, suasana lantai 2 Klinik Halim sudah sepi. Hanya terlihat Eira dan Bayu yang sedang berbincang di ruang keluarga. Sebenarnya, juga ada Mantra yang juga duduk di sofa, tetapi hanya Eira dan Cotton saja yang bisa melihatnya. Cole baru saja pulang karena sudah ditelepon berkali-kali Kieran. Padahal, dia ingin sekali menemani Eira karena ada 'orang asing' di rumahnya. Namun, Eira meyakinkan Cole kalau Bayu bukan lah orang jahat.
"Jadi, Mas Bayu beneran mau kerja di sini?" tanya Eira.
"Um... iya, saya mau kerja apa pun, selama saya mampu," jawab Bayu.
"Baiklah, kalau begitu, aku ambil kontrak kerjanya dulu, ya," kata Eira sambil beranjak dan menuju kamarnya.
Mantra sedang terlihat bermain dengan Cotton di dimensi lain. Bayu, yang tidak bisa melihat Mantra, mengira kalau Cotton sedang asyik bermain sendiri. Tak lama, Eira pun keluar dari kamarnya sambil membawa selembar kertas dan sebuah pena.
"Nah, Mas Bayu, silakan dibaca dulu," ucap Eira sambil menyerahkan kertas dan pena tersebut.
Bayu pun mengambil kontrak kerja dan membacanya dengan seksama.
"Bos Ei," ujar Bayu.
"Ya, kenapa, Mas?"
"Um... saya harus menuliskan data saya sesuai KTP?" tanya Bayu.
"Iya, Mas," jawab Eira, "kenapa, Mas?"
"Saya ... saya enggak bisa."
"Loh? Ada apa emangnya?" tanya Eira.
"Itu karena ... saya ... saya," Bayu menggigit bibir bawahnya.
Bayu pun menundukkan kepalanya. Sebelum Bayu menundukkan kepalanya, Eira sekilas melihat kalau Bayu mulai meneteskan air matanya. Eira pun melirik ke arah Mantra dan mengisyaratkannya untuk pergi terlebih dahulu. Mantra mengerti dengan maksud Eira dan beranjak menuju balkon. Cotton pun mengikuti Mantra, tetapi tidak dapat ikut ke luar balkon karena Mantra menembus pintu balkon.
"Meong ... meong ... meong," Cotton mengeong ke Mantra untuk memintanya membukakan pintu balkon.
"Ada apa, Mas? Coba ceritakan ke saya," ucap Eira sambil meletakkan satu tangannya di atas tangan Bayu.
"Saya takut Bos Ei ga mau terima saya," jawab Bayu.
"Loh? Emangnya kenapa?"
"So-soalnya saya ..."
Hening.
"Saya ... perempuan," jawab Bayu dengan suara yang lebih lembut.
Eira pun membelalakkan matanya. Dirinya terlihat terkejut, sebelum tersenyum tipis.
"Apa yang membuat Mas Bayu berpikir kalau Mas Bayu itu perempuan?" tanya Eira.
"Di KK, KTP, SIM saya semuanya tertulis 'perempuan'," jawab Bayu.
"Lalu, Mas Bayu merasa perempuan atau lelaki?" tanya Eira lagi.
"Saya merasa kalau saya ini lelaki," jawab Bayu lagi.
"Nah, kalau gitu, berarti Mas Bayu itu laki-laki, dong!"
"Ta-tapi, yang tertulis ..."
"Mas, apa yang tertulis di KK, KTP, atau pun SIM itu ga menggambarkan diri Mas Bayu yang sebenarnya. Yang menggambarkan Mas Bayu ya Mas bayu sendiri," ujar Eira, "jadi, walaupun yang tertulis di sana itu 'perempuan', tetapi yang Mas Bayu rasakan adalah laki-laki, berarti itu artinya Mas Bayu itu laki-laki."
"Tapi, saya masih harus menulis kontrak sesuai data KTP saya 'kan?"
"Gapapa, Mas. Tulis aja sesuai data KTP-nya Mas Bayu, tapi saya bakal tetep manggil dengan sebutan 'Mas Bayu'. Gimana? Oke 'kan?"
Bayu pun meneteskan air mata harunya, "iya, Bos Ei. Makasih banyak."
Eira pun menyeka air mata Bayu dan memeluk Bayu agar Bayu merasa lebih baik.
END
Author's note: muncul ide fanfic ini karena kepikiran kalo Masbay itu terlihat imut dan *uhuk* pendek untuk seorang cis man. Tapi, ya, ini cuma head-canon aja. Kemungkinan buat jadi canon itu tipis banget, lebih tipis dari kertas, karena readers webtoon Indonesia pikirannya kebanyakan belum terbuka. Nanti jadi heboh kalau ternyata Masbay itu beneran trans man.
