Present By GoodMornaing

THE HOSTESS

Part I

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

Dengan memakai T-shirt oversize berwarna putih dan celana jeans berwarna khaki yang hanya sepanjang lutut, Baekhyun tampak seperti anak sekolahan yang sedang liburan musim panas sehingga dapat berkeliaran di sekitar gedung- gedung perkantoran Distrik Jung pusat kota Seoul ini. Baekhyun tampak muda dan segar walau sebenarnya umur pria imut tersebut sudah lama memasuki kepala tiganya.

Menggenggam sebuah kotak sebesar case pencil berwarna hitam yang dihiasi pita kecil berwarna hijau lumut itu, dan Baekhyun tampak berdiri dengan gugup menggenggamnya. Beberapa kali Baekhyun memeriksa jam tangannya, lalu menatap gedung tinggi menjulang didepannya. Hal itu dirinya lakukan berulang- ulang sejak 15 menit yang lalu.

Beberapa kali sudah satpam penjaga kantor itu menawarkan Baekhyun untuk masuk saja dan menunggu di lobi. Namun Baekhyun menolak halus dengan alasan dirinya hanya ingin memberikan sebuah hadiah, lalu pergi. Tak ingin terlalu mengganggu jam kerja dalihnya.

Hingga akhirnya pintu kaca itu terbuka secara otomatis, dan seorang pria tinggi nan tampan yang berbalut setelan mahal keluar dari dalamnya. Menciptakan senyuman cerah dari Baekhyun.

Pria itu membalas senyuman Baekhyun dengan sama cerahnya.

"Hai! Astaga, sudah lama tak berjumpa, kenapa menunggu disini? Harusnya masuk saja." Dengan langkah lebar dan mantap pria tersebut mengatakan semua itu seraya mendekati Baekhyun.

Baekhyun menggeleng sambil tersenyum. Mengisyaratkan dirinya tak apa menunggu di luar.

"Aku hanya ingin mampir sebentar." Ujarnya ceria.

"Ada apa ini Baekhyunnie?" Akhirnya pria itu bertanya tentang apa maksud Baekhyun mendatanginya di musim semi yang cerah ini.

Baekhyun menghela napas sekali. Seolah sedang mengumpulkan keberaniannya, kemudian menyodorkan kotak hitam berpita kecil warna hijau lumut yang sedari tadi di genggam oleh tangan lentiknya ke hadapan pria didepannya.

Mata Sehun melebar.

"Ini.." Dirinya menjadi bingung harus mengatakan apa.

"Selamat Ulang Tahun Kak Sehun, aku tahu ini murah, dan mungkin bukan seleramu, kau pasti bisa membeli ratusan dari merek yang sama. Tapi, emm... aku akan senang sekali bila kau mau menerimanya." Ujar Baekhyun dengan pandangan mata dan suara yang sangat hati- hati, dan tentu saja semua orang dari jarak 10 meter di antara mereka dapat mendengar dengan jelas sebuah ketulusan dari setiap patah kata itu.

Sehun menampilkan ekspresi yang seolah dirinya bingung harus tersenyum bahagia atau menangis terharu.

"Ak- Aku- Wah.. Aku sungguh senang sekali menerimanya. Terima kasih Baekhyun. Aku sungguh terharu, bagaimana kau masih mengingat hari ulang tahunku?" Suara dari Direktur Utama perusahaan penerbangan SH Airlane itu hampir pecah. Seolah dirinya tak pernah mendapat hadiah ulang tahun seumur hidupnya.

Dan itu sukses menciptakan warna pink lembut pada kedua pipi putih pria mungil didepannya. Sehun menahan rasa ingin mencium pria didepannya ini, merasa gemas dengan melihat bagaimana Baekhyun menutupi gugupnya dengan sebuah senyuman manis.

"Aku senang kau suka hadiahku. Padahal kau belum membukanya. Kau pasti tak sebahagia ini kalau melihat isinya." Ujar Baekhyun lagi.

Sehun mengerlingkan matanya jenaka. "Kau berkata seperti itu agar aku membukanya sekarangkan? Jadi kau dapat melihat reaksiku secara langsung, entah aku suka atau tidak suka dengan hadiahmu akan ketahuan olehmu."

Baekhyun tertawa geli. Tampak sangat manis dimata Sehun, sebab Baekhyun tertawa dengan ringannya. Mata puppy itu melengkung dan mulutnya melebar membentuk segi empat yang lucu, membuat Sehun melihat gigi- gigi kecil Baekhyun yang sedikit tak rata. Sungguh imut. Dirinya suka saat Baekhyun tertawa lepas seperti itu, tanpa menutupi mulutnya ataupun menundukkan kepalanya. Seolah tak ada yang perlu ditutupi diantara mereka berdua.

"Aku ketahuan ehehe. Ayo cepat dibuka!" Dan sekarang Baekhyun tampak sangat bersemangat menyuruh Sehun membuka hadiahnya.

Sehun tersenyum tipis. Hingga akhirnya membuka kotak ditangannya. Lalu tertegun memandang isinya.

Itu sebuah Pulpen.

Tampak sungguh mewah dan mahal. Persis seperti pena yang sering di pakai banyak businessman untuk menandatangani perjanjian- perjanjian jutaan Dollar.

Dengan melihatnya saja Sehun jadi ingin bekerja lebih rajin dan membubuhkan tanda tangan dalam dokumen- dokumen menumpuk di kantornya yang sebelum ini tampak sungguh menyebalkan.

Baekhyun lamat- lamat memperhatikan ekspresi Sehun. Karena perbedaan tinggi mereka, membuat pria Byun itu harus mendongak.

"Bagaimana, kau menyukainya?"

Sehun tak mengatakan apapun selama beberapa saat, hingga membuat ekspresi Baekhyun berubah menjadi kecewa. Berpikir bahwa Sehun tak menyukai hadiah darinya.

Menyadari kesalahannya. Sehun langsung mendongak menghadap wajah Baekhyun yang awalnya menunduk menatap pulpen ditangannya.

"Ah maafkan aku, aku melamun tadi, hadiahmu sungguh bagus hingga membuatku memikirkan banyak hal menakjubkan yang bisa aku lakukan dengan pena ini. Aku sungguh menyukainya, sekali lagi terima kasih Baekhyunnie." Sehun tersenyum penuh penghargaan akan kebaikan pria yang lebih muda didepannya.

Ucapan Sehun berhasil mengembalikan ekspresi bahagia Baekhyun. Lalu pria mungil itu mengangguk semangat sebagai respon untuk ucapan terima kasih Sehun.

"Syukurlah Kakak menyukainya. Terima kasih sudah menerima hadiahku. Sekali lagi Selamat Ulang Tahun Kak Sehun." Baekhyun maju ke depan selangkah mendekati pria yang lebih tua. Lalu keduanya berpelukan. Sangat natural hingga siapapun yang melihat akan tahu bahwa keduanya sungguh akrab.

Hanya beberapa menit keduanya menikmati pelukan akrab itu. Si yang lebih muda lebih dulu melepaskan pelukan keduanya, "Baiklah, waktunya aku pergi. Aku tak ingin menyita lebih banyak waktu dari seorang CEO yang sibuk." Ada nada jenaka Baekhyun selipkan diakhir kalimatnya, menciptakan kekehan dari pria tinggi didepan Baekhyun.

"Ahaha.. kau benar, meski rasanya aku harus mengajakmu setidaknya minum kopi di kafe terdekat sebagai tanda terima kasih. Namun sayang sekali, aku tak memiliki waktu istirahat sebanyak itu. Maafkan aku." Sehun berucap penuh penyesalan.

Baekhyun berdecak tak suka akan Sehun yang terlihat sungguh menyesal pada keadaannya sendiri didepannya.

"Tsk, sudahlah, tak usah kau jelaskan pun aku sudah paham. Dan lagi, aku juga sibuk tahu! Aku perlu mempersiapkan audisi besok, tahu berapa orang? 700 orang! Bayangkan itu." Baekhyun berbicara dengan nada menyombongkan diri.

Bukannya kesal akan nada congkak dari pria didepannya, Sehun justru menjadi gemas. Dirinya bak melihat anak TK yang sedang menyombongkan dirinya karena telah bisa menghitung satu sampai sepuluh.

"Aigoo.. Baekhyunnieku sudah sukses sekarang hu um.." Ujarnya sambil mengusak gemas rambut hitam nan lembut milik Baekhyun.

Baekhyun tak menyingkirkan tangan besar Sehun yang menghancurkan tatanan rambutnya sesuka hati pria itu. Dirinya justru tersenyum cerah terlihat amat bahagia telah dimanjakan.

"Kau sudah mau pergi sekarang?" Tanya Sehun memastikan saat dirinya melihat Baekhyun terus melirik jam dipergelangan tangannya.

"Hu um." Gumam Baekhyun mengiyakan.

"Baiklah, saatnya berpisah. Ayo berikan aku pelukan terakhir." Ujar Sehun seraya merentangkan tangannya.

Dengan senyuman manis dan sikap manja yang sama sekali tak tampak berlebihan, Baekhyun masuk dalam rengkuhan Sehun yang sudah menunggu untuk memeluknya. Keduanya kembali berbagi pelukan hangat.

"Terima kasih ya Baekhyunnie. Aku sendiri tak sadar akan betapa aku merindukanmu sebab terlalu sibuk bekerja. Nanti aku akan berusaha meluangkan waktuku untuk mengunjungimu ya.., sekali lagi terima kasih sudah ingat ulang tahunku dan datang kesini hari ini. Sungguh kejutan yang menyenangkan. Kau tak tahu betapa berartinya kehadiranmu hari ini untukku." Suara berat milik Sehun terasa menenangkan untuk didengar oleh Baekhyun yang berada dipelukannya.

Baekhyun merespon itu dengan anggukan dua kali. Dan pria mungil itu tersenyum merasakan Sehun mencium puncak kepalanya sebanyak tiga kali, dengan sebuah ciuman dalam nan lama diciuman terakhirnya.

"Oke, sampai jumpa." Dengan nada ceria, Baekhyun mengucapkan salam perpisahan mereka. Sehun mengangguk dengan senyuman tipis, seakan enggan untuk berpisah dari makhluk Tuhan yang mampu menguarkan aura nyaman dan tenang didepannya.

Saat bersama Baekhyun, semua orang akan merasa nyaman dan tenang. Seolah seluruh masalah apapun ada jalan keluarnya. Dan seluruh dunia hanya diisi dengan kebaikan dan canda tawa.

"Kau pulang pakai apa?" Tanya Sehun perhatian.

"Bus." Ujar Baekhyun singkat.

"Ah.. karena itulah dia selalu melihat jam. Untuk mengetahui kapan waktu bus selanjutnya." Pikir Sehun.

"Tak perlu. Akan kusuruh sopirku mengantarkanmu pulang. Tak usah merasa terbebani, toh aku meng-gaji dia dengan mahal ya untuk tugas seperti ini." Dengan entengnya Sehun mengatakan semua itu, sambil merogoh ponsel pintar dari kantung celana mahalnya, mengetikkan sesuatu di dalamnya selama beberapa menit.

Dan selanjutnya, hanya dalam hitungan menit sebuah mobil mewah sudah terparkir sempurna di depan mereka. Seorang pria dengan setelan serba hitam keluar dari pintu kursi pengemudi, mengitari mobil, lalu membukakan pintu kursi penumpang persis di depan Baekhyun.

Baekhyun menatap itu semua dengan kedipan beberapa kali. Seolah kepala kecilnya sedang berusaha memproses apakah yang sedang terjadi.

"Silahkan masuk Baek." Ujar Sehun seraya mengantarkan Baekhyun memasuki mobil. Melindungi kepala Baekhyun dengan telapak tangannya agar tak terantuk bagian atas pintu mobil, lalu menutupkan pintu mobil itu untuk Baekhyun.

Kaca jendela mobil itupun terbuka.

Senyum Baekhyun yang manis terpatri dan dengan lucunya pria mungil itu melambai- lambai adalah yang pertama Sehun saksikan setelah jendela mobil terbuka sepenuhnya.

Sehun mengangkat tangannya membalas lambaian itu dengan pelan.

"Bye. Hati- hati dijalan." Ujarnya lembut dan ramah.

Dan akhirnya kedua pria itu berpisah setelah mobil yang Baekhyun naiki mulai pergi membelah jalanan Seoul.

.

.

.

.


Happiness Delight

Bar and Club


Mobil mewah itu berhenti di depan sebuah gedung lantai 4 yang tampak mewah dan megah walau sedang sepi, hal yang wajar sebab sebuah Bar dan Klub hanya akan ramai setelah matahari tenggelam. Sekarang masih siang hari menjelang sore.

Baekhyun keluar dari mobil mewah tersebut setelah supir milik Sehun membukakan pintu untuknya. Baekhyun akhirnya sampai pada tujuan dengan selamat seperti yang Sehun harapkan.

"Terima kasih Kak Supir, hati- hati dijalan." Ujar Baekhyun dengan manisnya sebelum akhirnya mobil itu meninggalkannya sendiri.

Sesaat setelah mobil mewah milik Sehun tersebut telah menghilang di perempatan jalan, ekspresi tenang, ceria, manis, dan sopan diwajah Baekhyun menghilang seketika. Berganti dengan ekspresi datar dan tampak sedikit lelah.

"Akhirnya selesai juga konsep anak kuliahan itu." Ucap Baekhyun dalam hati.

"Kau tampak lelah sekali."

Baekhyun tersentak seraya dengan refleks memegang dada tepat diatas jantungnya.

"Astaga jantungku. Kau membuatku terkejut, sejak kapan kau disitu?!" Ujar Baekhyun dengan suara tinggi dan sedikit cempreng.

"Sejak kau melamun menatap ujung jalan sana. Habis dari mana Bos Kecil?" Chanyeol bertanya seraya dengan santai memasukkan kedua tangan pada kantung depan celananya.

Mendengar pertanyaan itu membuat Baekhyun menghela napas lelah.

"Habis dari tempat pemilik puluhan pesawat terbang. Kita sudah tak memiliki pelanggan VIP selama seminggu. Kenapa kau kesini seawal ini, latihan lagu baru?" Ujar Baekhyun menjelaskan, lalu bertanya diakhir kalimatnya seraya mengambil langkah menuju pintu masuk Klub miliknya tersebut.

Chanyeol mengikuti langkah Bos Kecilnya seraya mengenggam kedua tali gendongan tas gitar akustiknya.

"Iya latihan lagu baru. Aha.. Pesawat terbang kau bilang tadi kan? Hemm.. SH Airlane? Willis Oh, Sehun? CEO bujangan akhir 30-an keturunan British-Korean itu? Dia masih member VIP kita ternyata." Tebak Chanyeol tepat sasaran.

"Kau menebaknya dengan sungguh mudah. Yahh.. aku rasa karena ketajaman otakmu itulah kau akhirnya terpilih menjadi penyanyi tetap Bar milikku. Masih menjadi misteri mengapa kau justru menjadi penyanyi Bar dan DJ Club, mengapa kau tak menjadi anggota Boyband saja? Pastinya banyak agensi yang mencari bakat sepertimu." Baekhyun berjalan cepat menuju arah lift. Dan Chanyeol masih setia mengekorinya.

"Boyband? Oh tidak terima kasih. Hidup dengan diikuti banyak penggemar gila seperti itu? Maaf saja aku tak mau. Lagipula menjadi penyanyi bar milikmu memberikanku uang yang hampir sama seperti seorang penyanyi papan atas. Hidup mudah, uang mudah. Hidupku sempurna." Dengan entengnya Chanyeol berucap, sudut bibir Baekhyun tertarik ke atas mendengar itu.

Keduanya memasuki lift bersamaan, lalu menekan Baekhyun menekan tombol bertuliskan B4, seraya menampilkan kartu pengenal miliknya. Lift pun akhirnya bergerak, menuju ke ruang bawah tanah, lantai khusus milik Baekhyun.

Segalanya dimulai dari bawah.

Itulah prinsip Baekhyun, sebab itulah kantor miliknya berada di ruang bawah tanah, bukannya di lantai paling atas.

Ding.

Pintu lift terbuka, keduanya bersamaan keluar dari kotak besi tersebut. Lalu berjalan melewati beberapa lorong.

"Kau benar, bisnis ini sungguh mudah. Aku hanya memberi hadiah ulang tahun berupa Pulpen seharga 140,00 US Dollar (Read : Sekitar 2 jutaan rupiah), dan dia akan datang menjadi pelanggan VIP kita, lalu menghabiskan waktu disini selama 3 jam, sambil membuka banyak botol Champagne seharga puluhan ribu US Dollar." Dengan ringannya Baekhyun mengatakan itu semua.

Chanyeol mengangguk- angguk paham.

"Ternyata seorang Oh Sehun Ulang Tahun di tanggal 12 April. Dari mana kau tahu itu Bos?" Tanya Chanyeol.

Kening Baekhyun menyerngit seraya membuka pintu salah satu ruangan miliknya. Dan ruangan yang sebenarnya mirip walk in closet dengan banyak sekali kostum di dalamnya itu tersuguh di depan kedua pria yang baru saja masuk ke dalamnya.

"Kenapa kau bertanya untuk hal semudah itu? Tentu saja aku melihat dari dari data- data VIP yang tentu saja ada Kartu Identitas mereka di dalamnya. Atau lebih mudahnya aku tinggal mengetik nama mereka di kolom pencarian internet, mereka terlalu terkenal hingga memiliki halaman biodata di Wikkipediaaa." Baekhyun berjalan menuju salah satu section kostum miliknya, sedangkan Chanyeol menuju sofa panjang berwarna maroon yang berada disalah satu sudut ruangan. Tampak kentara sekali bahwa bukan sekali dua kali Chanyeol masuk ke ruangan ini.

"Tetap saja, kau mengingat seluruh nama, alamat, hobi, dan sifat dari mereka semua. Itu bukan hal mudah." Ujar Chanyeol, sambil membuka tas gitarnya, tak perlu waktu lama pria itu mulai mengeluarkan suara petikan- petikan gitar yang tengah di stem.

Baekhyun menghela napas. Lalu membuka T-Shirtnya, tanpa merasa canggung untuk bertelanjang dada di depan Chanyeol.

Dan luput dari penglihatan Baekhyun yang tengah membelakangi Chanyeol. Dirinya melewatkan bagaimana tangan kiri Chanyeol sedikit meremas bagian neck gitarnya, dan menghela napas pelan, berusaha untuk tak mendongak demi menatap tubuh indah milik sang Bos Kecil.

"Member VIP kita sekarang hanya sekitar 15 orang, cukup mudah menghapalnya. Tak perlu menjadi jenius untuk tahu semua itu. Aku hanya berusaha bekerja sekeras yang aku bisa. Pekerjaanku adalah memuaskan hati pelanggan, dan itulah yang aku lakukan." Baekhyun mengambil salah satu gaun hitam yang tampak sungguh cantik nan anggun.

Gaun itu berlengan panjang dengan kerah seperti gaun tradisional chinese, di bagian dadanya terdapat beberapa permata berkilau bagai bintang di gelap malam, dan dari pinggang hingga ke bawah yang mencapai pertengahan betis Baekhyun gaun itu jatuh dengan ringan sebab kainnya yang berbahan shifon. Tak terlalu mengembang, juga tak terlalu tipis. Cukup untuk memperlihatkan bagaimana indahnya lekukan pinggang Baekhyun dan sintalnya pantat si pemakai gaun.

Kali ini Chanyeol tak dapat menahan diri lagi untuk terus menunduk menghadap gitarnya. Dirinya meneguk liur memandang penampilan pria cantik di depannya.

"Jadi konsep hari ini, dia menjadi gadis dengan gaun segelap langit malam." Pikir Chanyeol.

"Di antara 15 orang VIP itu, kenapa harus Oh Sehun? Apakah karena dia yang termuda dan tampan?" Tanya Chanyeol dengan suara serak.

Dan mata Baekhyun sedikit melebar mendengar nada suara itu. Dirinya sudah menjadi seorang pemilik Bar selama hampir satu dekade, dirinya bahkan dapat menebak isi kepala seseorang hanya dengan sorot mata, gerak- gerik, dan suara. Bahkan bila itu berusaha untuk di sembunyikan, Baekhyun sudah terlampau jeli untuk mengetahuinya. Pengalaman adalah guru terbaik.

Seringaian tipis tersemat di bibir Baekhyun. Sebelum akhirnya ekspresi tenang itu kembali Baekhyun tampilkan, lalu berbalik menghadap salah satu pegawai Bar miliknya ini.

"Bagaimana? Cocok untukku?" Tanya Baekhyun.

Chanyeol terdiam sebentar. Memilah sebentar pertanyaan Baekhyun, apakah pria itu bertanya tentang cocokkah gaun hitam sialan cantik yang dipakai olehnya? Atau bertanya tentang cocokkah Oh Sehun yang muda dan tampan itu dengannya?

"Gaun ini, Park." Chanyeol berkedip sekali, lalu memandang Baekhyun yang tersenyum padanya.

Selanjutnya kekehan ringan terdengar dari Chanyeol. Merasa geli akan dirinya yang berhasil terjebak dalam teka-teki ambigu dari pola Baekhyun bertutur kata.

"Iya, kau tampak sangat cantik memakainya. Kau jadi perempuan malam ini? Apa konsepnya?" Tanya Chanyeol ingin tahu.

Baekhyun berjalan mendekati cermin besar dan meja rias di samping sofa yang Chanyeol duduki.

"Konsepnya adalah seorang penyanyi lagu Ballad yang sedang depresi karena albumnya gagal total, dan dia ingin meminum segelas wine untuk terakhir kalinya, dan tahu mengapa dirinya meminum Wine itu dengan pelan dan perlahan? Dirinya sendiri telah meracuni Wine tersebut. Walau tragis, setidaknya dirinya mati dalam keadaan seksi. Mungkin dokter gila yang mengatopsinya nanti tak tahan untuk mencabuli mayatnya ruang mayat yang dingin seperti seorang sakit jiwa."

Bulu kuduk Chanyeol meremang mendengar itu. Dan kontras dengan seluruh konsep ceritanya yang mengerikan, Baekhyun justru tampak elegan memasang anting di kedua telinganya, lengkap dengan sepasang gelang dan cincin yang walau tampak bling- bling, anehnya terlihat pas dan tak berlebihan.

"Aku merasa ingin menangis." Komentar Chanyeol akan cerita Baekhyun.

Baekhyun terkekeh dibuatnya.

"Itu bagus, setidaknya nafsumu untuk meniduriku dengan gaun hitam ini telah sirna." Baekhyun mengatakan itu dengan enteng, namun Chanyeol menganggapinya dengan gelagapan.

Lalu akhirnya pria Park itu tertawa malu.

"Bukan salahku untuk tergoda bila kau secantik itu, oke?" Ujarnya meminta pengertian.

Baekhyun mengangguk paham.

"Tak apa, selama dirimu tak menyentuh, mencium, atau meniduriku dengan paksa, aku tak akan marah." Baekhyun berucap sambil mengusap Toner pada wajah mulusnya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku tentang Oh Sehun." Chanyeol kembali mengingatkan, tak membiarkan Baekhyun melewati pertanyaannya begitu saja.

"Tsk. Walau sudah aku alihkan, kau masih saja bisa mengingatnya. Aku sudah melakukan riset. Oh Sehun baru saja putus cinta, kau tahu Idol China Lu Han. Mereka seharusnya bertunangan tanggal 16 April nanti. Namun Idol Lu justru memutuskan hubungan mereka awal bulan kemarin. Oh Sehun sudah menghabiskan waktunya di dalam tumpukan pekerjaan untuk mengobati hatinya beberapa minggu ini. Bila Oh Sehun bisa didorong untuk lebih memilih ke club untuk menghilangkan penyakit hati daripada ke psikolog, maka dia akan menghabiskan waktu setidaknya 6 bulan untuk apapun hal yang membuat hatinya sembuh setelah dihancurkan. Sebelum seorang teman-temannya merekomendasikan Psikolog padanya, lebih baik aku mendatanginya menawarkan teman mengobrol yang cantik dan pengertian terlebih dahulu. Jadi, bila dia memakan umpannya, kita tak akan pusing memikirkan uang untuk beberapa bulan ke depan, jika saja dia mengunjungi kita setiap minggunya selama 6 bulan waktu patah hati, aku tak perlu memikirkan gaji karyawan setidaknya hingga tahun depan."

Sembari menjelaskan dengan panjang lebar, Baekhyun sudah menyelesaikan makeup diwajahnya. Dan Chanyeol bersumpah, tak ada pria lain yang lebih cantik daripada Baekhyun dalam memakai eyeliner.

"Siapa informannya?" Tanya Chanyeol, pria itu entah kenapa merasakan hatinya telah kembali tenang setelah mendengar penjelasan Baekhyun, membuatnya kembali menstem gitarnya. Hari ini Chanyeol membawa gitar Akustik.

Sambil memilih Wig mana yang akan dipakai olehnya hari ini Baekhyun berdehem pelan. Lalu tetap diam tak menjawab bahkan setelah memakai wig dengan rambut lurus tipis sepanjang bahu berwarna brunette dikepalanya. Dengan gerakan elegan Baekhyun mengikat rambut sementaranya itu dengan sebuah karet rambut berwarna silver dengan sebuah ikatan satu longgar dibelakang, seakan mengundang untuk seseorang memperbaiki ikatannya atau justru sebaliknya yaitu melepas ikatan tersebut.

"Yixing, my Ex." Akhirnya Baekhyun menjawab setelah memilih sepatu berheels rendah berwarna merah gelap dengan tali spagetti yang akan mengitari betis indah miliknya.

Napas Chanyeol berhenti sebentar. Lalu seperkian detik kemudian pria itu kembali bersikap normal.

"Oh.." Gumamnya sedikit panjang.

Baekhyun diam- diam tersenyum mendengar respon itu.

"Dia-lah kekasih Lu Han yang baru." Ujarnya kemudian.

Ajaibnya, dada Chanyeol terasa ringan seketika.

"Ahh.. begitu." Selanjutnya Chanyeol menyesali dirinya sendiri yang menjawab dengan suara terlampau bersemangat.

Baekhyun tersenyum geli.

"Malam ini kau akan menyanyikan lagu cinta?" Tanya Baekhyun sambil mendekati Chanyeol dengan seluruh dandanan yang telah selesai.

Chanyeol mendengus, "Huh aku berharap saja seperti itu, ini lagu cinta sepihak." Jawabnya.

Baekhyun menatap dalam pada wajah tampan milik salah satu penyanyi bar miliknya didepannya ini. Dengan anggun Baekhyun duduk pada sofa disamping Chanyeol.

"Nyatakan saja perasaanmu, mungkin saja lagu itu akan berubah menjadi lagu Cinta." Baekhyun memberi saran, seraya mengulurkan tangannya pada pipi Chanyeol, selanjutnya mengelus pelan pipi dari pria yang lebih muda 5 tahun darinya itu.

"Bagaimana bila akhirnya aku justru menyanyikan lagu Patah Hati?" Tanya Chanyeol sambil menampilkan wajah cemberut.

Baekhyun menampilkan ekspresi pengertian. "Artinya kau masih perlu menunggu beberapa waktu lagi untuk bertemu seseorang yang berhasil membuatmu menyanyikan lagu Cinta. Tak apa, aku akan menghiburmu bila akhirnya kau patah hati." Baekhyun mengakhiri kalimatnya seraya menepuk pelan pipi Chanyeol sebanyak dua kali dengan tangan lentiknya.

Chanyeol menatap Baekhyun dengan tatapan dalam. Lalu beberapa kali berkedip dalam kesunyian, dan Baekhyun membalas tatapannya.

"Sungguh beruntung dapat dihibur olehmu secara gratis sedangkan para pelanggan VIP itu harus membayar ratusan hingga ribuan dollar perjamnya untuk mengobrol berdua denganmu." Ujar Chanyeol dengan senyuman yang teramat tampan.

Seketika Baekhyun membalas senyumannya, "Yakan? Kau harus sadar akan betapa beruntungnya dirimu menjadi pria favoriteku disini." Ujarnya dengan suara cerah yang sungguh nyaman didengar.

Chanyeol mengangguk setuju.

"Ngomong- ngomong, ini masih sore, anda mau kemana dengan dandanan secantik ini Bos Kecil?" Tanya Chanyeol.

"Bukankah sudah aku bilang hari ini aku menjadi penyanyi ballad depresi yang mayatnya ditiduri seorang Dokter gila?" Tanya Baekhyun dengan nada suara seolah hal itu adalah kejadian paling normal didunia.

"Oh ayolah, seriusss." Baekhyun tersenyum lebar mendengar nada merengek dari Chanyeol.

"Pelanggan VIP, Suho Kim. Direktur Rumah Sakit Seoul. Sepertinya pasiennya mati di meja operasi pagi tadi. Dia membuat Reservasi untuk jam 4 sore ini hingga jam 7 malam nanti. Iya, terlalu awal dan tak terlalu malam."

"Walau sedikit tak waras, Suho sangat menghargai suaminya. Tuan Kim Minseok dirumah tentu saja telah menunggu dengan meja makan dipenuhi menu makan malam yang enak, dia tak akan membuat suaminya memakan semua itu sendirian dengan hati pahit sebab suaminya lebih suka menghabiskan malam dengan seorang Hostess daripada suami dirumah bukan?" Baekhyun memiliki magic yang membuat semua orang mampu mendengarkan seluruh kalimat dari mulutnya tanpa bosan sama sekali.

Chanyeol mengangguk pelan, dirinya ingin mendengar lagi suara Baekhyun. "Lalu kenapa kau menjadi penyanyi ballad wanita?" Maka Chanyeol bertanya, sungguh anak muda yang memiliki banyak pertanyaan dalam hidupnya.

Cup.

Chanyeol berkedip beberapa kali. Tak menyangka akan mendapatkan kecupan manis pada bibirnya dari si Bos Kecil hari ini.

"Berhenti bertanya. Selesaikan latihanmu, dan jangan lupa kunci pintu ruangan ini setelah kau selesai latihan disini. Kau punya kunci cadangannya kan? Aku harus pergi sekarang, Dr. Kim akan datang sebentar lagi. See you, Park." Baekhyun mengatakan itu semua sambil bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan meninggalkan Chanyeol sendiri.

Setelah suara hak sepatu Baekhyun tak terdengar. Chanyeol segera merogoh ponsel pintar miliknya. Mencari kata kunci Penyanyi Ballad meninggal pada kolom pencaharian. Dan terpampanglah berita terbaru tentang seorang penyanyi ballad wanita terkenal yang meninggal sebab mengonsumsi terlalu banyak alkohol sekitar beberapa bulan yang lalu. Dan tanggalnya sangat berdekatan dengan waktu terakhir Dr. Kim berkunjung ke HappinessDelight.

Ahaa.

Gumam Chanyeol dalam hati.

Setelah itulah wajah Chanyeol jadi memucat.

"Jadi, Dr. Kim yang sangat menghargai suaminya itu adalah seorang dokter yang suka meniduri mayat? Dan kemungkinan pasiennya yang meninggal di meja operasi siang ini adalah perbuatan yang disengaja, agar membuat kematian tersebut menjadi hal normal seolah itu adalah Death on the Table." Chanyeol akhirnya mengerti mengapa Baekhyun menciumnya, sebab sang Bos kecil pastinya juga menahan gugup dan takut untuk menemani minum dan mengobrol seorang pembunuh berantai sekaligus pencabul mayat.

Sigh.

Chanyeol menghela napas.

"Setidaknya aku tahu bahwa Bos Kecil tak akan mau tidur dengan pelanggannya hari ini meski ditawar dengan uang Triliunan Dollar." Gumamnya pelan.

.

.

.

TBC

.

.

.

AN :

Hai, Momo disini membawa Threeshoot. Ohoho..

Ada yang mirip dari cerita ini dan Read My Music. Baekhyun kembali menjadi bos, dan Chanyeol adalah penyanyi.

Satunya di Mansion, yang ini di Bar and Club. Setelah itu tak ada yang mirip lagi.

Nih ide cerita darimana?

Entahlah darimana, gue tiba tiba pengen Baekhyun jadi pemilik Bar yang hidupnya ngedengerin curhatan para- para manusia bajingan tapi punya banyak uang.

Ini genrenya Slice of Life ya, jadi gak ada konflik yang rumit. Cuma ngasih kita cerita gimana Baekhyun kerja sebagai pemilik Bar sekaligus Hostess, dan momen sehari- hari Chanyeol dan Baekhyun di HappinessDelight Club.

Oke, tolong kasih momo review tentang kesan pertama kalian tentang cerita ini dulu sebelum akhirnya kalian lanjut ke chapter selanjutnya ya.