Disclaimer : Fuse

Illustrated by Mitz Vah

Pairing : Veldora Tempest x Rimuru Tempest

Rated : T


Setiap hari berkutat dengan mesin dan bangkai sisa-sisa eksperimennya bersama Ramiris di lantai terbawah labirin kadang kala membuatnya jenuh bukan main. Bolak-balik mengitari lemari kitab suci bernama manga tak kunjung membuatnya terhibur. Sampai kedatangan murid magang kiriman Guy yang bernama Dino ini mulai menarik perhatiannya.

"Kau bawa apa hari ini?' Veldora yang pertama kali bersuara.

Dino yang bahkan belum mendaratkan pantatnya ke kursi rasanya ingin melempakan satu atau dua elemen sihir pada kadal jejadian ini. Tapi pastinya itu hal yang percuma untuk dilakukan.

"Sebaiknya Veldora-sama cek sendiri." Jawab Dino sambil melemparkan bola kristal yang menyimpan cuplikan video singkat ke tangan Veldora.

Video yang berisi tingkah menggemaskan Rimuru yang pasrah setelah menjadi kelinci percobaan hasil karya Shuna dan antek-anteknya. Sebenarnya Veldora bisa melakukan semua itu sendirian, tetapi akan berakhir dengan makanan penutup yang ditahan atau yang lebih parahnya tertutupnya koridor jiwanya dengan Rimuru. Entah sejak kapan Veldora sendiri tidak ingat, mengawasi dan mengagumi Rimuru perlahan menjadi rutinitas wajibnya. Halangan terbesarnya adalah Diablo. Andai saja iblis itu tidak ada, pastinya Rimuru akan sering berkunjung ke bawah sini.

Veldora maklum dengan jabatan Rimuru yang tergolong sebagai orang paling sibuk di Tempest. Padahal ia tau Rimuru tidak melakukan itu semua secara cuma-cuma, Veldora juga beberapa kali sempat memergoki Rimuru yang melemparkan semua tugas kenegaraannya pada Rigurd atau bahkan Diablo yang berakhir di tangan Testarossa. Tetapi ini sudah di luar batas kesabarannya. Makanya ia memberikan tugas rahasia kepada Dino—dengan iming-iming extra dessert saat makan malam—untuk merekam segala aktifitas Rimuru di atas sana dengan bola sihir yang tidak terenkripsi supaya tidak ketahuan oleh bawahan maniaknya.

"Shishou, coba liat penemuan baruku." teriakan Ramiris, murid kesayangannya pun ia abaikan. Memberi isyarat kepada Dino untuk menggantikannya sebentar, selagi ia mengagumi sahabat manisnya itu.

Eh, sahabat kah?

Veldora hampir gila sekarang, sampai ia merasa ada yang tidak beres dengan sirkuit otaknya. Kenapa ia bisa berpikiran bahwa Rimuru semakin mempesona setiap harinya? Tidak ada kesan menakutkan sama sekali di matanya walaupun hampir semua penduduk di dunia ini tak terkecuali untuk beberapa Demon Lord menaruh sedikit rasa waspadanya untuk Rimuru. Untuk seukuran True Dragon, memang Rimuru bisa dibilang sebanding dengannya tetapi tetap saja Veldora tidak akan mengakui kalau Rimuru itu menyeramkan.

"Apa shishou lagi-lagi berfantasi dengan bola sihirmu?" Ramiris kesal sebenarnya, gurunya itu lebih mementingkan kepuasan pribadi daripada pekerjaannya. Bisa-bisa ada penurunan gaji kalau gurunya selalu menghabiskan waktu di ruangan pribadinya seperti itu.

Dino menyahut seadanya. Memang faktanya seperti itu, lagipula jika ia berkontribusi lagi pada Ramiris maka ia akan mendapatkan keuntungan yang berlipat. Yang terpenting ia sudah menuntaskan tugas yang Veldora berikan.

Sudah diputuskan, Ramiris akan menemui Rimuru. Ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya, itu satu-satunya cara agar pendapatannya tiap bulan tetap stabil. Syukur-syukur kalau ada peningkatan dari Rimuru yang tengah berbaik hati.

Pintu ruang rapat menjeblak terbuka disertai pendar cahaya kecil masuk ke ruangan dan terbang secara acak.

"Rimuru~!" panggil Ramiris dengan suara lantang, diikuti Beretta mengekor di belakang memastikan sang master tidak bertindak sembrono dan menyimpang dari tujuan awal.

Beruntung hanya ada Benimaru, jika tidak maka Ramiris sudah diusir secara kasar oleh iblis mesum itu.

"Membutuhkan sesuatu? Sampai repot-repot datang kesini." Rimuru bertanya dari balik meja, ada banyak tumpukan kertas disana juga secangkir teh yang tinggal separuh.

Ramiris dengan gaya sok angkuhnya itu menyuruh Beretta untuk mengambilkan teh untuknya juga, hampir lupa dengan tujuannya datang kemari.

"Shisou." raut cemberut Ramiris mengundang tanya dari Rimuru.

"Ada apa dengan Veldora?"

Ramiris ingin mengadu tetapi tidak mau membocorkan rahasia sang guru. Makanya ia hanya bilang, "Dia tidak mau keluar dari ruangan pribadinya."

"Mungkin dia sedang mengerjakan sesuatu." kebiasaan Veldora memang seperti itu. Diam-diam menghanyutkan. Berdiam diri untuk waktu yang lama dan saat keluar akan membawa suatu mahakarya—self proclaimed.

"Ya, dan itu tidak berguna sama sekali." Ramiris menggerutu, karena kenyataannya tidak seperti itu.

Tentu saja Rimuru mendengarnya, meski samar seperti suara lebah yang mendengung. "Maksudmu?"

"Ah, maksudku kenapa kau tidak membujuknya untuk bekerja?"

"Apa kau mencoba mengatakan Veldora sedang bermalas-malasan lagi?" Rimuru menatap datar Ramiris, lalu menghela nafasnya seolah lelah menghadapi sikap Veldora. Padahal sudah mempunyai asisten pribadi, Charys. Tetap saja kelakuannya itu ampuh untuk memicu kedutan di pelipisnya, meskipun secara teknis dia tidak mungkin mengalaminya.

Ramiris menjawab tanpa pikir panjang. "Ya, shishou sedang bermalas-malasan."

'Maafkan aku shishou, tapi ini untuk kestabilan gajiku.' Ramiris merapalkan beribu kata maaf dalam hati. Setidaknya dengan ini masalah keuangannya dapat terselamatkan.

"Aku akan meminta Shuna untuk memperingatinya."

"Jangan. Jangan merepotkan dia maksudku, jika shisou bersikeras hanya kau yang bisa membujuknya kau tau." Ramiris spontan menolak, rencananya akan kacau jika Shuna yang pergi ke dalam labirin. Yang ada hanyalah Shuna akan ikut bergabung dengan Veldora, saling berbagi konten berbau Rimuru.

"Baiklah, setelah ini aku akan berkunjung ke labirin. Dan melihat bagaimana perkembangan kalian."

Nah Ramiris akan kabur setelah ini, membawa Milim yang kebetulan baru saja mendarat di kota untuk pergi jalan-jalan sebentar. Menulikan telinganya akan protes Milim yang ingin bermain bersama Gaia di dalam labirin. Tugasnya hari ini adalah menjauhkan siapapun yang berpotensi menghancurkan rencananya dari area labirin.

Tak berselang lama setelah kepergian si peri kekanakan itu muncul keributan kecil di luar ruangannya yang membuat Rimuru sedikit bertanya-tanya, melihat Benimaru siaga dengan pedang di tangan pasti seseorang di balik pintu itu bukan sembarang orang. Ada suara Diablo juga yang tengah berargumen dengan entah siapa itu,

"Rimuru," itu Guy. Demon lord yang paling ditakuti juga salah satu Primordial Demon.

Orang ini sering sekali mampir ke Tempest untuk hal yang sepele, seperti meminta dibuatkan teppanyaki contohnya. Intinya Guy berkunjung hanya untuk makan, dan mengganggu Rimuru tentunya.

"Aku membawa Mizari untuk belajar resep kue hijau itu." Mizari membungkuk pelan memberi hormat, sedangkan Diablo sudah berceloteh untuk segera mengusir si Primordial Merah.

"Dan?" Rimuru tidak yakin hanya itu permintaan seorang Guy Crimson.

"Bermain bersamamu, mungkin?" Guy tau-tau sudah disamping Rimuru dengan sebelah tangan merangkul bahu yang lebih pendek. Menyapa Rimuru dengan sebuah kecupan di pipi.

Tidak perlu menunggu lama untuk mendapati Diablo melayangkan serangan dari cakarnya didukung oleh Benimaru yang menebaskan pedangnya ke objek yang sama—yakni Guy.

Guy tentu dengan mudah menangkis semua serangan itu. "Berisik sekali seranggamu,"

Rimuru sebenarnya risih tetapi tetap mengusahakan sebuah senyuman di wajahnya, "Maaf tapi aku sibuk hari ini."

"Sangat disayangkan." Ucap Guy dengan raut sedih yang dibuat-buat. "Baiklah, aku akan datang lagi besok."

Usapan pelan jemari Guy di pipinya refleks membuat tubuh Rimuru merinding disko. Masih tidak terbiasa dengan kebiasaan Guy yang sangat touchy. Percuma melarangnya dengan alasan tidak nyaman dengan wujud laki-lakinya karena Guy akan berubah menjadi perempuan secara instan. Sifat yang sama keras kepalanya seperti Diablo.

Rimuru pergi setelah memberi beberapa pekerjaan kepada Benimaru. Menggunakan spacial motion yang menghubungkannya langsung ke ruangan Veldora. Sudah lama juga ia tidak menyambangi naga nakal satu itu.

Ruangan bawah itu sepi, dinilai dari kepadatan magicules Veldora pasti berada disini. Sepertinya Ramiris tidak membual soal Veldora.

Benar saja, kadal tua itu sedang membelakanginya dengan sesuatu di genggamannya. "Sepertinya kau melakukan sesuatu yang menyenangkan."

"Rimuru?!" loh? Kenapa Veldora terlihat kaget dengan kedatangannya. Hingga sang empunya tak sempat membereskan kekacauan ruangan itu.

Rimuru sendiri heran kenapa kamar Veldora berubah menjadi toko bola sihir, saking banyaknya bola gemerlap itu disana.

"Kenapa banyak bola sihir disini?" pertanyaan retorik sungguh, dengan kemampuan analisis dan nada ketidaksukaan Ciel-san yang bergema di kepalanya. Rimuru bisa menebak bahwa barang-barang itu pasti berhubungan dengannya.

"Ah ini hanya hiburan. Ya hiburan, Dino yang memberikan ini padaku." Veldora melemparkan semua kecurigaan itu pada si anak magang. Dengan gugup menggaruk pipinya dan membuang tatapannya ke pojok ruangan, tersenyum canggung sambil berusaha menyembunyikan bola sihir di genggaman tangan ke belakang tubuhnya.

"Aku mendapat kabar dari para goblina, kata mereka porsi makanmu sedang membengkak terhitung sejak bulan lalu." Rimuru mulai berjalan kesana kemari, sesekali meneliti bola sihir koleksi Veldora.

'Tidak terenkripsi? Pantas saja aku tidak menyadarinya.' Batin Rimuru setelah melihat salah satu bola sihir itu.

"Aku tidak bermaksud melarangmu, tetapi dengan dirimu yang bermalas-malasan disini itu sudah cukup menjadi alasan bagiku untuk memotong jatah kue dan cemilan soremu."

"Itu tidak benar, aku mengerjakan core baru dengan Charys. Dia sedang mengujinya bersama Vesta." Memang benar, Charys sedang mengujinya dengan Vesta sejak kemarin. Itu termasuk salah satu rencana Veldora sih, memperumit struktur dasarnya guna memperpanjang waktu uji coba.

"Lalu apa fungsi semua bola sihir ini?"

"Sudah aku katakan bukan? Itu hanya hiburan."

"Dengan semua video keseharianku?" Rimuru menatap datar Veldora yang berusaha meghindari kontak mata dengannya. Apakah kebiasaan Ramiris yang gemar menyembunyikan sesuatu itu menular ke Veldora?

Rimuru hanya bisa menerka-nerka bahwa si naga ini sedang merindukannya. Tapi bukankah dia bisa datang seenak jidatnya lalu mengacaukan pekerjaan 'penting'nya seperti biasa. Jika alasannya karena tidak ingin membuat masalah, maka ketahuilah kalau Veldora adalah malapetaka berjalan itu sendiri. Jadi kenapa reptile itu malah mengurung diri di labirin lalu menyuruh Dino alih-alih datang sendiri.

"Omong-omong, kau terlihat lebih baik." Veldora berusaha mengalihkan topik, dan Rimuru tidak kaget maupun kesal dengan kebiasaan menyebalkan Veldora yang satu ini.

Rimuru spontan menunjuk wajahnya yang terpoles riasan ringan, "Ah ini? Shuna sedang melakukan eksperimen dengan kosmetik belakangan ini. Aku lupa menghapus sisanya, terima kasih sudah mengingatkan."

"Jangan!" sergah Veldora, menghentikan usaha Rimuru yang ingin menghapus make up tipis itu.

"Eh?" Rimuru bingung. Tumben sekali Veldora melarangnya melakukan sesuatu diluar berbagi spoiler.

"Kau terlihat cantik. Sungguh."

Rimuru tentu sadar itu, sependapat dengan opini Veldora. Lagipula ia kan—sebelumnya—laki-laki, mendapatkan respon pujian dari sahabat terdekatnya rasanya terdengar jauh berbeda dari yang selalu ia dapatkan dari para bawahannya. Terutama Diablo. "Shizu-san memang cantik, aku hanya meminjam tubuhnya."

Veldora menggeleng tidak setuju, "Apa kau tidak tau? Wajah pahlawan itu sama sekali berbeda dengan dirimu saat ini. Hampir tidak ada yang mirip kecuali garis halus di rahangmu."

"Benarkah?" Seingatnya Leon juga mengatakan hal serupa.

Kalau dipikir kembali, kapan terakhir kali ia bercermin? Saat ia berevolusi menjadi Demon Lord kah? Sepertinya iya, masih jelas di ingatannya saat Vesta salah tingkah ketika ia sapa waktu itu. Yang berarti, sudah selama itu kah?!

Rimuru mengambil kembali bola sihir milik Veldora untuk melihat dengan cermat sebanyak apa dia berubah. Dan satu kata yang terbersit di benaknya saat menyadari seperti apa penampilannya saat ini. "Sungguh cantik sekali."

'Pantas saja mereka selalu memberiku tatapan lapar,' pikirnya.

/Master memang cantik tetapi juga tampan di saat yang bersamaan./ Ciel ikut menimpali pemikiran Rimuru.

Tiba-tiba sebuah pusaran kabut hitam tercipta lalu muncul Diablo dari dalamnya. "Rimuru-sama,—… "

"Rimuru sedang sibuk." buru-buru Veldora menghentikan Diablo untuk berbicara lebih jauh. Sudah hafal di luar kepala bahwa iblis maniak itu pasti akan memonopoli Rimuru-nya.

"Veldora-sama, lama tidak berjumpa." Senyuman ramah yang ditunjukkan Diablo sama sekali tidak berpengaruh kepada Veldora, karena ia tau iblis itu sedang merencanakan sesuatu dibalik senyuman liciknya.

Di selingi tawa membahananya yang khas. Veldora bersidekap, seolah lupa bola sihir terbarunya masih ia genggam. "Aku sangat menantikan dirimu beserta gadis-gadis itu datang untuk menantangku."

"Pun saya demikian. Namun pekerjaan dari hari ke hari semakin banyak, dan tidak ada waktu untuk pergi bermain." Dibalas oleh Diablo dengan senyum yang terlihat mengerikan sampai matanya menyipit tak kenal takut, seolah mengejek Veldora secara tidak langsung.

Dibalik percakapan yang terkesan normal itu, tersembunyi rivalitas yang begitu kental di antara si iblis dan sang naga badai.

Niat asli Veldora tentu saja untuk pamer, ingin menunjukkan perbedaan kekuatan mereka. Ucapannya tadi sebenarnya memiliki makna 'Bahkan keempat Primordial Demon bernama dan berevolusi tidak cukup pantas untuk menjadi lawanku. Rimuru pasti memuji kehebatanku.'

Dan Diablo menegaskan poin 'Tetapi aku dapat menghabiskan seluruh waktuku dengan Rimuru-sama'. Nah itu yang membuat sudut bibir Veldora berkedut ingin mengumpat.

"Aku akan menghabiskan waktu dua jam kedepan disini, jadi kau bisa pergi mengurus sisanya tanpaku. Katakan pada Shuna dan Shion untuk tidak mencariku." Ucap Rimuru pada sekretaris kedua-nya.

"Izinkan saya, pelayan setia Rimuru-sama untuk tinggal menemani anda, Tuanku." Sangat Diablo sekali, yang tidak ingin lepas dari jangkauan tuannya. Namun itu sudah diperkirakan oleh Rimuru makanya ia dengan santai menolak,

"Tidak usah repot-repot, kau bisa pergi membantu Benimaru." Kali ini Rimuru benar-benar mengusir Diablo dari sana.

"Dimengerti, Rimuru-sama." Diablo membungkuk rendah sebelum pergi secepat ia datang tadi. Si iblis tidak mau memancing kekesalan Rimuru yang berimbas menghancurkannya secara mental.

"Apa kau tau kakakku membuang segala kamatahuan dan kekuasaannya demi seorang wanita?" tidak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Veldora mengangkat topik pembicaraan yang sangat diluar ekspetasi.

Rimuru tentu ingat dengan orang yang pernah dilihatnya, wanita yang anggun namun sayang hanya raganya saja. Berbicara soal itu, Rimuru masih kesal dengan siapapun itu yang menggunakan tubuh seseorang untuk kejahatan. "Yang kau maksud ibu Milim?"

"Ya,"

"Kau ingin melakukan hal yang sama?"

"Jangan mengatakan hal bodoh. Aku tidak mugkin mengikuti jejak saudara tertuaku." Tawa gugup Veldora di awal menaikkan sebelah alis Rimuru, sedikit tidak percaya dengan perkataan naga satu ini.

"Bisa-bisa kedua orang itu menghajarku." Rimuru tau siapa yang dimaksud. Velgrynd sih mungkin akan memaklumi karena dia juga tertarik dengan manusia, tetapi melihat kepribadian yang tidak bisa tertebak milik Velzard sepertinya itu yang harus di waspadai.

"Kau tertarik dengan seseorang?" pertanyaan asal Rimuru rupanya tepat sasaran, buktinya Veldora langsung salah tingkah.

"S-saa na."

Nah, ditambah reaksi malu-malu yang mendukung spekulasinya. Sebanyak apa yang telah dilewatkannya sehingga ia tidak menyadari Veldora sedang dimabuk asmara.

"Are?~ Kau diam-diam mencari pasangan hidup ya, Veldora-kun?" goda Rimuru, sepenuhnya lupa tujuannya kesini.

Banyak kandidat yang berseliweran di kepalanya, jika itu manusia mungkin Chloe? Dia termasuk ke dalam kategori cantik untuk gadis seumurannya tetapi sepertinya Veldora lebih menyukai Komandan Gereja Suci si Hinata Sakaguchi. Veldora pernah mengatakannya secara tidak sengaja waktu itu dengan dalih hanya 'mengagumi'.

"Aku tidak, lagipula tidak ada manusia yang dapat hidup lebih dari seratus tahun."

Hoo, jadi bukan manusia. Ada beberapa nama yang mungkin menjadi objek ketertarikan naga tsundere ini, dan Rimuru menahan keinginannya untuk bertanya, lebih baik ia menunggu sedikit lebih lama.

"Jadi, orang itu adalah majin?" Rimuru memancing secuil informasi yang mungkin saja akan ditumpahkan Veldora.

"Ayo katakan padaku. Siapa orang itu?~"

"Dia cantik." Veldora akhirnya membuka suara, "Sungguh cantik." setelah Veldora mengatakan itu yang terbersit di kepala Rimuru adalah Ruminas dan Kaisar Elmesia.

"Rambutnya berkilau indah." Ruminas memang meiliki surai perak yang sama menawannya seperti helai seputih salju milik Testarossa. Tetapi bukan berarti Kaisar Elmesia—yang notabenenya anggota Tiga Serangkai merangkap kakak angkatnya—kalah cantik dengan demon lord.

"Matanya juga cantik." Rimuru tidak bisa bohong jika mata heterochromia Ruminas adalah salah satu daya tarik dan nilai plus wanita itu. Terlebih lagi Kaisar Elmesia yang masih seratus persen darah murni ras Elf.

"Dia tidak jarang menggemaskan." di beberapa kesempatan Rimuru sempat memergoki Ruminas sangat berbanding terbalik dengan sifat yang selalu ia tunjukkan di publik. Mengingat interaksi Veldora dan Ruminas beberapa tahun yang lalu juga memperkuat dugaannya. Karena Kaisar Elmesia jarang sekali, bahkan hampir tidak pernah bertingkah sesukanya di hadapan publik selain kerabat terdekatnya.

Satu yang tidak diperhatikan Rimuru. Pandangan Veldora yang terpaku kepadanya saat mengutarakan satu persatu ciri-ciri orang yang tengah disukainya.

"Hei, apa orang itu Ruminas?" tanya Rimuru to the point. Karena yang paling cocok dengan kriteria di atas adalah orang itu. Memikirkannya agak sedikit sulit untuk melakukan pendekatan karena—setau Rimuru—Ruminas itu mengidap Hinata-sexual atau kata lainnya hanya tertarik dengan Hinata Sakaguchi seorang.

"Aku tidak menyebut dia itu wanita." wajah Veldora langsung masam. Terkadang Rimuru berpikir terlalu jauh sehingga penjelasan semudah dan gerak-gerik segamblang itu pun tidak dihiraukannya.

Rimuru kembali berpikir, jika bukan wanita berarti hanya ada dua kandidat. Leon dan Guy Crimson. Di poin pertama dan kedua mereka sama-sama lolos, namun di poin terakhir Guy sama sekali tidak memilikinya.

"Hoo? Aku mengerti. Kau menyukai Leon?" Veldora tidak menjawab, wajahnya menunduk seketika. Oleh karena itu malah semakin memperkuat dugaan Rimuru. Kalau dipikir-pikir, Leon memang mantan pahlawan jadi bisa dibilang dulunya dia adalah manusia.

Rasa-rasanya Veldora ingin pergi ke kutub saja, menyusul kakak tersayangnya Velzard lalu memintanya secara eksklusif untuk menyiksa dirinya hingga ia terlahir kembali. Berbanding terbalik dengan Rimuru yang malah tersenyum bangga karena—menurut persepsi Rimuru—tebakannya benar.

Dengan ketertarikan Veldora pada Leon itu menjelaskan kenapa Veldora gemar mengoleksi rekaman sihir itu. Pasti Veldora belajar dari manga shoujo yang dibacanya, dimana salah satu jurus jitu mendekati orang yang disukai adalah menyukai satu hal yang sama. Ya Leon memang tidak bilang bahwa ia menyukai Shizu-san tetapi ia pernah mengakui sempat terpesona dengan wajah Shizu-san yang 'dipinjam' Rimuru.

"Baiklah, aku akan mengundangnya untuk makan malam disini sesekali, tentu jika dia sudah tidak marah perkara Chloe." Rimuru memelankan suaranya di penghujung kalimat. Terakhir kali mereka bertemu, Leon masih memasang sikap defensif terhadap Chloe yang secara tidak sadar bersikap manja kepadanya.

Naga itu terdiam tidak menanggapi, sibuk bertempur dengan pikirannya sendiri perihal bagaimana menjelaskannya dengan singkat padat dan jelas.

"Rimuru."

"Hm?"

"Apa kau bisa membatalkan semua pekerjaanmu malam ini?" Rimuru mengerjap, lantas tersenyum jenaka. Rimuru tau dimana ujung pembicaraan ini, ia lantas mengangguk pelan seraya mengusap dagunya seperti mendapat sebuah pencerahan. Ah indahnya cinta masa muda, bahkan naga badai pun ingin cepat bertemu dengan orang yang disukainya.

Sungguh permintaan yang mudah, "Baiklah, aku akan menghubungi Diablo dan Benimaru."

"Jadi apa kau mau merencanakan sesuatu untuk mengejutkan Leon? Melakukan pendekatan mungkin? Atau mau kusarankan tempat untuk berkencan? Yang kudengar Leon bukan penggemar manisan maka Yoshida-san kucoret dari daftar te—" Veldora menangkup wajah Rimuru, memaksa si pemilik manik emas untuk menghadapnya dari jarak yang terlampau dekat.

"Bisa diam untuk sebentar?" Rimuru mengangguk. Apa Veldora marah atau malu? Tapi dari semburat tipis yang bisa Rimuru lihat sepertinya Veldora malu karena Rimuru terus menggodanya. Rimuru bersuara dengan kedua pipi masih di cengkeram lembut oleh Veldora,

"Apa kau mau kupanggil Leon untuk langsung menemuimu disini? Jadi tidak usah khawatir terlihat oleh teman-teman yang lain." Usulan Rimuru lagi-lagi tak digubris.

Peringatan Ciel yang menggema di kepalanya direspon dengan sangat lambat oleh Rimuru. Kewarasannya sama sekali tidak bisa memproses apa yang sedang terjadi. Veldora yang sedang menyapukan bibir tipisnya pada ujung bibirnya. Setelahnya Rimuru mematung,

"Aku tidak membutuhkan mereka yang kau sebut." untuk pertama kalinya Rimuru melihat sorot tajam Veldora dari dekat. Bagaimana bisa Rimuru dibuat terpesona oleh rupa Veldora di wujud manusianya? Sejak awal Rimuru memang sudah iri karena wujudnya ketika menjadi lelaki lebih tampan daripada saat ia masih menjadi Mikami Satoru. Tetapi Veldora memberikan kesan yang lebih seksi berkat kulitnya yang eksotis. Yang entah nasib baik atau buruk, kini sang naga badai alias sahabat pertamanya malah memberikan hatinya secara cuma-cuma kepadanya.

Bukan berarti ia tidak suka, Rimuru sendiri bingung untuk mendeskripsikan perasaannya. Keberadaan Veldora tentu sangat berpengaruh untuknya, bukan dalam artian ia membutuhkan perlindungan dari salah satu True Dragon tetapi Rimuru membutuhkan sosok Veldora untuk tetap berada disisinya demi kewarasannya sendiri.

Kenangan itu masih membekas di benak Rimuru ketika Veldora dipisahkan secara paksa darinya, yang meninggalkan lubang menganga lebar di suatu tempat di hatinya. Tidak hanya selama pemutusan koridor jiwa, setelahnya pun ia masih merasakan sakit yang menyiksa karena ketiadaan Veldora, seperti setengah jiwanya direnggut dari dalam raga. Itulah satu-satunya momen dimana skill pain nullificationnya tidak berguna dalam mengurangi rasa sakit yang ia derita. Akibatnya Rimuru seperti orang gila, para iblis dan semua orang yang berpartisipasi dalam peperangan menjadi saksi betapa bengisnya dia saat itu.

Mungkin karena sudah terlalu lama tenggelam dalam pergulatan diri melawan kenyataan sebagai genderless juga hukum alam yang berlaku di dunia ini, Rimuru dibuat tumpul oleh perbedaan gender. Jadinya ia sempat tersipu oleh perlakuan Veldora kepadanya namun sebisa mungkin ia tepis karena Veldora adalah sahabatnya. Sepersekon kemudian, ia kembali dari lamunannya karena kehadiran Milim di lantai terbawah.

"Rimuru~" Milim datang dengan Gaia di pelukannya, sementara Ramiris terbang di sekitaran kerah Milim seraya menarik sejumput kain yang bisa digenggamnya dengan sekuat tenaga yang sudah dipastikan tidak akan mampu menghentikan Milim barang seinchi pun.

"Pergilah, kau mengganggu." Usir Veldora.

Kenapa keponakan tersayangnya ini selalu datang disaat yang tidak tepat?

"Aku juga ingin bermain dengan Rimuru, kadal tua jelek."

"Rimuru masih ada urusan denganku."

"Ayo! Pergi." Ramiris terlihat kepayahan sebab usahanya tidak membuahkan hasil.

Perkelahian antar paman dan keponakan itu terus berlanjut, dan Rimuru terjebak di antara keduanya. Tidak bisa kabur karena masing-masing dari mereka menarik sisi tubuhnya dengan tidak manusiawi.

"Wakatta wakatta, hentikan kalian berdua." Lama-kelamaan Rimuru bisa pusing dibuatnya. Sekarang saja kepalanya terasa seperti berputar, dan dari kedua orang itu tidak ada yang mau berhenti.

"Hentikan atau tidak ada cemilan sore." Ketiganya lantas berhenti. Makanan memang senjata paling ampuh bahkan untuk sekelas bencana catashtrope.

"Moss, tolong bawakan manisan kesini." Hari ini Rimuru sengaja membawa Moss—anak buah Testarossa yang bisa membelah diri hingga tak terlihat—guna menggantikan Souei yang sedang absen di dalam bayangannya.

"Dimengerti, Rimuru-sama." Tidak ada wujud yang terlihat, hanya suara saja yang terdengar menanggapi perintah Rimuru.

Hampir setengah jam menunggu sampai pada akhirnya tiga hobgoblin datang membawa dua trolley berisi makanan manis untuk mereka bertiga—minus Rimuru. Menjadikan ruangan Veldora sebagai tempat piknik dadakan.

Hanya satu yang membuat Rimuru heran, Veldora tidak juga bergabung dengan murid dan keponakan tercintanya. Malah asik mengeratkan rangkulan yang melingkari tubuhnya.

"Kau tidak makan?" Veldora menggeleng, menumpukan dagunya di pucuk kepala Rimuru.

Veldora menghirup surai biru keperakan itu dalam-dalam, mengabadikan semua tentang Rimuru di dalam pikiran juga inti spiritualnya. "Aku sudah mendapatkan bagianku." Tuntasnya.


Yoshaa,

Akhirnya keturutan bikin Veldora edition. Disini sengaja pake AU dimana Dino jadi anak baik dan tidak sombong serta rajin menabung dan Rimuru tentu udah jadi chara paling markotop lah. Ku merasa ada yang aneh sama Benimaru disini karena gak banyak omong biasanya kan dia demen ngoceh sebelas duabelas sama Shion, apalagi ini Rimuwu juga—hampir semuanya—kesannya OOC banget, ya emang sih soalnya kan dia sering jadi sasaran empuk para fans fanatiknya jadi udah biasa ngelakuin skinship dan berhubung Rimuwu ini genderless jadi bebas ku pairing in sama siapa aja. Mwahahahaha,

Harem Rimuwu paling best unch..

Tujuan awal emang buat menghibur diri sendiri yang suka ke trigger sama interaksi kecil mereka. Mau yang nyerempet tapi inget lagi puasa :")

Hope y'all like it bruh..