Fumiya

Disclaimer: DMM.

Warning: OOC parah, typo, dll.

Author tidak mengambil keuntungan apa pun dari fanfic ini. Semata-mata dibuat demi kesenangan pribadi, dan untuk ulang tahun Nakahara Chuuya (29/04/2021).


Bunga tidur itu langsung mekar dengan menebarkan harum yang pahit, sebelum akhirnya melayu dan tempatnya lahir seolah-olah pecah ketika Nakahara Chuuya membuka mata.

Jadi, mimpi-mimpi itu pecah. Berpecahan yang lalu berhamburan, di mana serpihan-serpihannya berarti masih tertinggal. Tatkala Chuuya menatapi langit-langit kamarnya, lantas ia seakan-akan dapat meraih potongannya yang remang-remang. Menggeleng lemah dengan tangan terkepal di depan dada, barulah daun telinganya samar-samar bergerak. Mendapati seulas suara yang begitu lirih akibat terlalu khawatir.

"Fumiya ...?"

Nama itu diselimuti getaran. Mata Chuuya turut menangkap sosok yang remang yang karena ia remang-remang, kesedihan baru dapat sedemikian jernih tuturnya–bahwa jika suatu sendu sudah berada di tempat yang sejak awal jelas, "ia" malah buram akibat tertutupi cerah, cahaya, terang benderang.

Spontan, tangan Chuuya melingkar memeluk Fumiya. Air matanya terisak-isak begitu saja memuntahkan semua yang bukan sekadar tersimpan, melainkan sampai terpendam. Terpendam yang artinya ketika kesedihan itu sudah teramat jauh, tiba-tiba dekat sekali. Tahu-tahu menjadi segala yang Chuuya lihat, dengar, raba, serta rasai.

"Maaf, karena tidak bisa menjagamu dulu. Padahal Fumiya masih kecil, tetapi kau malah ... aku benar-benar ayah yang buruk, bukan?"

Pelukan semakin mengerat. Punggung Chuuya mendapati elusan dari tangan mungil Fumiya, mendorong ia semakin ingin melihat anaknya. Tanpa ba-bi-bu lagi Chuuya pun mendorong pelan bahu Fumiya. Wajah itu masih mengabur yang ketika sedikit demi sedikit warna mulut, mata, telinga, apa pun yang berada di parasnya mulai terkumpul, malah eksistensi Miyazawa Kenji-lah yang terpampang.

"Kenji-sensei ...? Kenapa Sensei ... ada di sini?" Ketidakpercayaan menampakkan dirinya. Tangan Chuuya masih memegang bahu Kenji yang sejurus kemudian, dilepaskannya gara-gara menyadari ia tak sopan.

"Ah, ya ... ceritanya panjang, sih. Tapi intinya aku ingin memberikan kejutan pada Chuuya-kun, makanya aku menunggumu bangun lalu berteriak happy birthday. Ternyata malah aku yang dikagetkan, karena Chuuya-kun memelukku setelah membuka matamu."

Mendengar itu Chuuya menghela napas. Pipinya ia tepuk bersamaan untuk menyegarkan suasana. Tersenyum lebar ke arah Kenji sembari mengacungkan jempol, bahwa Chuuya siap menerima kejutan apa pun. Kepala Chuuya jadi dielus-elus yang diiringi kalimat, "Rasa sakit pergilah" secara berulang-ulang. Kini Kenji juga melengkungkan bibir, menemukan Chuuya semerah tomat ceri.

"Setelah Chuuya-kun bersiap-siap, bagaimana kalau kita jalan-jalan berdua saja? Hanya keliling-keliling kota pun enggak apa-apa, 'kan?"

"Ju-justru itu adalah suatu kehormatan bagiku, Sensei. Tunggu sebentar, oke? Benar-benar tidak akan lama, kok."

Selepas kepergian Kenji, senyuman dan lambaian tangan Chuuya diam-diam gugur satu per satu. Lagi-lagi ia menghela napas. Walaupun Chuuya senang, karena panutannya mengingat 29 April sebagai ulang tahunnya, tetap sayang sekali sekali menilik itu bukan Fumiya. Mungkin Fumiya memang masih membenci Chuuya. Padahal ia adalah orang tua yang kata-katanya berkata, akan menjaga anaknya. Namun, Chuuya malah ingkar dan melepaskan Fumiya.

"Bukan berarti aku minta dimaafkan, sih ... sudah dulu, ah, melankolisnya. Kalau keterusan, si bocah persik bisa-bisa tahu dan mengejekku."

Lebih baik Chuuya membayangkan rupa kesenangan, di mana dirinya dan Kenji akan berjalan-jalan berdua saja. Toh, kesempatan ini belum tentu datang dua kali, sampai-sampai Chuuya membuka celengannya. Membawa uang yang banyak untuk membelikan yang Kenji sukai.


Waktu benar-benar pandai bersembunyi jika meninggali kota. Seperti abrakadabra yang begitu misterius sekaligus ajaib, tahu-tahu mereka sudah mengunjungi berbagai tempat sesuai instruksi Kenji.

Kunjungan mereka pun sebenarnya terasa umum, macam mendatangi toko kelontong untuk meminum ramune, sekalian membeli konpeito yang Chuuya minta, agar Kenji membaginya dengan Niimi Nankichi serra yang lain. Ada pula sebuah kepergian yang menuju toko pakaian. Sekadar menontoni permainan akordeon di pinggir jalan. Atau memberi roti kepada kawanan merpati yang berkumpulnya kompak sekali–Kenji bertepuk tangan mengagumi kelucuan ini.

"Nyanyian Chuuya-kun bagus juga, ya, ternyata. Bayinya langsung anteng." Ke sekian kalinya Kenji memuji-muji Chuuya. Tangan sang pujangga pun tiada pegal-pegalnya mengibas-ibas di udara. Menolak perasaan Kenji yang bagi Chuuya terlalu besar, baik, ditambah murah hati karena mau memuji seseorang macam Chuuya.

"Biasa saja, kok, biasa saja. Bayinya juga baik, karena langsung mengerti ia harus diam."

"Namun bukan hanya itu, lho. Chuuya-kun juga menolong seorang anak yang tersesat. Rasa-rasanya kalau anak-anak kesulitan, Chuuya-kun bisa langsung tahu. Ada sensor tertentu, ya, di tubuhmu?"

Inilah hal-hal yang membumbui perjalanan mereka agar seru. Akan tetapi, bukan berarti jika kejadian-kejadian seperti yang telah disebutkan itu absen, perjalanan mereka pasti membosankan karena hanya memutar-mutar tanpa destinasi. Kenji sudah berusaha baik lagian. Chuuya tinggal semudah berpura-pura bodoh soal ketidakjelasan Kenji.

"Fantasi yang menarik, Kenji-sensei. Semua ini sebenarnya hanya sesederhana, karena aku menyukai anak-anak, kok. Kalau itu adalah hal yang kita sukai, kita jadi lebih cepat tanggap dan tahu harus apa, bukan?"

Anggukan diberi sebagai jawaban. Setelah mengajak seorang anak yang tersesat berkeliling kota, mengobrol dengannya mengenai ayah-ibu, lalu Chuuya menggenggam tangan kiri dia, pegangannya dan Kenji belum sekali pun terlepas lagi. Karena Kenji masih senang akan bocah sepantarannya tersebut, ia berkomentar lagi. Bertanya-tanya, kapan mereka bisa bertemu? Benarkah dia bakalan ke perpustakaan mengunjungi Kenji?

"Nanti kalau dia berkunjung lagi, akan kupamerkan cerita-cerita Kenji-sensei padanya. Memulainya dengan Ame Ni Mo Makezu kurasa bagus juga."

Api-api menjelma aura yang mengelilingi Chuuya. Ginga Tetsubo no Yoru turut menjadi pilihan yang daripada memilih-milih jua, Chuuya secara impulsif berucap untuk membacakan semuanya. Namun, dibandingkan tersanjung Kenji malah diam. Palingan gara-gara pujian Chuuya sudah terlalu banyak, dan jawaban Kenji selalu terima kasih banyak.

"Justru aku mau memperlihatkan puisi-puisi Chuuya-kun kepadanya." Yagi no Uta terlintas di benak Kenji, Exhaustion bagian dua. Ia terlalu menyukainya. Perasaan yang membicarakan betapa bodohnya puisi cinta, tetapi akhirnya ia mulai memikirkan mengenai cinta itu sendiri, Kenji mau berimajinasi mengenai maknanya lebih lanjut. Kenapa bisa begitu dan apa yang diinginkan sesudah membacanya?

"Puisiku bukan untuk anak-anak, Sensei."

"Akan kujelaskan padanya dengan senang hati."

"Duh ... Sensei ini bikin aku salah tingkah melulu, deh, dari tadi. Tentu aku merasa tersanjung, tetapi cerita-cerita Sensei lebih cocok, dan ia pun pasti lebih menyukai Sensei karena kalian sesama anak-anak."

"Jadi Chuuya-kun tidak dengar, ya?"

"Dengar apa?"

"Anak itu berkata, bahwa aku memiliki ayah yang baik, dan dia menyukainya. Ayahnya juga baik soalnya. Syukurlah, bukan?"

Mendadak Chuuya berhenti melangkah. Tangan Kenji diremasnya kuat-kuat yang dalam sekejap, keringat dingin turut bercucuran. Sebenarnya ia tahu kata-kata itu, juga senyuman sang anak, tetapi Chuuya sengaja abai. Bukan ia melakukannya karena jahat. Justru bagi Chuuya, mengakui perkataan anak tersebut sebagai benar adalah kejam–cara paling keji untuk berbohong.

Anak itu tidak tahu kelingkingnya adalah pendosa.

Bahwa kelingking ini adalah kelingking yang pernah menjanjikan, lantas berjanji, dan Chuuya juga yang mengingkari segala-galanya. Tetapi di saat bersamaan Chuuya pun berteriak ia kehilangan–begitu serak, berduka di dalam jiwa Fumiya yang abadi, dukamu abadi dan Chuuya akan selalu mengabdi kepada kosong; mencari Fumiya di sana selama-lamanya karena tidak mungkin ditemukan lagi, makanya hampa.

"Ayah pasti melindungimu."

"Fumiya tidak akan meninggalkan Ayah, makanya Ayah pasti selalu di sisimu. Semuanya bakal baik-baik saja."

"Apanya yang baik-baik saja?" Kata-kata itu lolos begitu saja dari Chuuya. Kini Chuuya menunduk dalam-dalam yang tanpa sadar, ia melepaskan pegangannya dengan Kenji. Mulai dikunyah-kunyah oleh sang melankolis.

"Chuuya-kun?"

"Dulu aku pernah berkata begitu kepada Fumiya, anakku. Namun, pada akhirnya Fumiya tetap meninggal gara-gara sakit. Aku-lah yang meninggalkannya, karena tidak bisa berada di sisinya. Bagian mana yang baik dari ayah seperti itu, hah?"

"Tapi anak itu enggak akan–"

Berbohong.

Kenji ingin bilang, anak itu mustahil berbohong, tetapi ia menelannya lagi mendapati Chuuya menitikkan air mata. Tiada berniat menghapusnya, sebab Chuuya jujur ia selalu sedih, setiap kali Fumiya mengetuknya sebagai kenangan semata.

(Tanpa menyadari bahwa Chuuya sendirilah yang membuat Fumiya remang-remang, dan hanya dia yang mengaburkan wajah Fumiya, karena ...)

"Kemudian aku jatuh sakit saking depresinya. Bahkan di saat-saat terakhir dalam hidupku, aku malah sempat menyesal karena singkat sekali. Tidak banyak hal yang bisa kulihat, sehingga kupikir yang dapat kuceritakan kepada Fumiya sangatlah sedikit. Serba salah banget."

Kau tidak akan meninggalkan ayah, makanya, ayahlah yang pergi darimu.

Setidaknya aku ingin hidup lebih lama demi Fumiya, justru menjadi, ayah segera menyusulmu.

Apakah semua yang Chuuya ucapkan itu salah yang gara-garanya, kata-kata Chuuya terus mengkhianati ia dan menjadi kebalikannya? Setelah dirundung pilu, mendadak Chuuya ingin marah. Giginya mengeluarkan bunyi gemeletuk yang tengah mencari-cari, dengan cara apakah ia harus–

"Sudah mau senja. Ke taman, yuk. Kejutannya belum selesai soalnya."

Menjadi giliran Kenji yang menggenggam tangan Chuuya. Mengajaknya berlari menuju taman kota yang pertama-tama, Chuuya sempat bertanya-tanya, "Ada apa ini?". Yang Chuuya lihat adalah Fumiya, soalnya. Namun, setiap kali Chuuya hendak penasaran, mulutnya mendadak terkunci. Jadilah tahu-tahu Chuuya sudah sampai pada senja yang masih mengambang. Kaki kecil Fumiya (Kenji) tampak menjejaki kardus bergambar apel.

"Pertama-tama, aku mau minta maaf kepada Chuuya-kun, karena aku mengajakmu berkeliling tanpa alasan jelas." Itu adalah kata-kata dan suara Kenji. Namun, tetap saja sesering apa pun Chuuya mengusap mata, ia hanya yakin di depannya merupakan sosok Fumiya yang masih remang-remang–kesedihannya jelas sekali.

"Semuanya untuk kejutan ini, dan jika Chuuya-kun bertanya, kenapa aku memilih sore hari? Bungou yang mati di usia muda gara-gara sakit, kan, terbilang jarang juga. Makanya kurasa Chuuya-kun ibarat senja."

Sementara tahun-tahun milik Kenji lebih panjang majunya dibandingkan Chuuya. Ia berumur 37 tahun ketika menemui nisan, sedangkan Chuuya tiga puluh akibat tuberkulosis.

"Namun ingatlah, senja tak melulu menyedihkan karena singkat. Justru hal-hal seperti itu adalah sesuatu yang paling bermakna, Chuuya-kun. Semua tentangmu sangat berarti. Meski katamu kau meninggalkan anakmu, aku yakin walaupun kelingking kalian terlepas, anakmu tersenyum."

Nada-nada terurai dari lisan Kenji. Mata Chuuya membola mendengarkan rasa yang tengah Kenji kisahkan, karena yang ia nyanyikan adalah puisi Chuuya. Sebuah gubahan berjudul Circus. Sesekali Kenji terdengar kehabisan napas. Susah payah meraih not tinggi, ataupun fals di beberapa bagian, tetapi Chuuya tetap terpaku. Kenji; Fumiya-nya, bersenandung dengan wajah tersenyum ketika sebelumnya, Fumiya tertutupi titik-titik hitam.

Kenji tersenyum, dan ia melihat Fumiya tersenyum.

Kenji mendekapnya ketika ia tersesat, kemudian mempertemukan Chuuya dengan Fumiya sekali lagi. Fumiya yang sesungguhnya selama ini, selalu berada di dekat Chuuya.

"Yu-an, yu-yon, yu-ya-yu-yon ..."

Lalu pada bagian itu Chuuya ikut tersenyum. Berkatnya lama-kelamaan mata, telinga, bibir, hidung, pipi, dan kening Fumiya tampak. Rasa-rasanya jua sekarang Chuuya mengerti, kenapa ia bisa-bisanya melupakan wajah anak sulungnya.

"Maaf." Satu kata yang berguncang-guncang itu menghentikan nyanyian Kenji. Napasnya lebih dahulu ia atur, sebelum tersenyum agak kecut ke arah Chuuya yang sudah menunduk saja.

"Suaraku jelek, ya? Rofuu memang lebih pintar dalan hal beginian, sih." Tengkuk yang tidak gatal Kenji usap. Yang memusikalisasi puisi Chuuya pun adalah Miki Rofuu, dibantu Kitahara Hakushuu. Sebenarnya pula Miki telah menyiapkan nada yang lebih sesuai untuk Kenji, tetapi Kenji mengotot ingin yang ini karena lebih lembut. Lembut seperti Chuuya.

"Bukan begitu. Maksudku adalah aku minta maaf, karena baru menyadarinya sekarang."

Kedua tangan Chuuya merentang lebar, mengirimkan harum musim semi yang walaupun bergegas ranggas, Kenji memang benar Chuuya tetap sangat berarti. Tanpa perlu penjelasan Kenji melompat dari kardus. Menghambur ke pelukan Chuuya yang dibandingkan tadi pagi, Chuuya lebih hangat.

Seperti pulang ke rumah, tetapi Kenji adalah Kenji. Di dalam sana pun ada bocah persik alias Dazai Osamu, Dan Kazuo, Sakaguchi Ango, Oda Sakunosuke, Wakayama Bokusui ... sementara Fumiya di langit setiap kali mata Chuuya merefleksikan biru warnanya, atau yang jingga maupun jelaga.

"Sekarang aku ingat seperti apa wajah Fumiya, Sensei. Terima kasih atas kejutanmu."

Wajah Fumiya adalah wajah yang tersenyum. Pantas saja Chuuya lupa bentuk rupanya, karena dialah yang melihat Fumiya sebagai remang-remang–bukan sejak awal Fumiya terlihat remang-remang. Sekali lagi Kenji mengelus-elus punggung Chuuya. Sekalian juga menyanyikan puisi Circus yang telah dimusikalisasi di dekat telinga Chuuya.

Tahun depan ketika Fumiya mampir, akan Chuuya pastikan ia tersenyum ketika bangun tidur.


Tamat.


A/N: Harusnya aku publish kemarin, tapi malah lupa dan keasyikan bikin SW soal OC. Awal-awal aku sendiri bingung banget, mau bikin apa soal chuuya. Tadinya juga maunya di BSD aja, dan sebenernya udah kepikiran sesuatu, tapi aku bayanginnya bakal panjang banget dan jadi males. Untungnya nemu alternatif ide abis iseng2 bikin soal tweet, gak tau mau bikin apaan. Aku belum pernah bikin chuuya x kenji di bta. Makanya maaf banget semisal ini OOC, atau banyak sekali yang enggak pas.

Thx buat yang udah baca, fav, follow, review, atau numpang lewat doang. Mari bertemu lagi di ultah atsu~