Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat dan kebaikan. Sayangnya ada saja orang-orang yang tidak bertanggungjawab menyalahgunakan bulan Ramadhan seperti apa yang terjadi pada kediaman BoBoiBoy bersaudara.
Disclaimer dan Author Note
-Boboiboy dan seluruh karakter yang terkandung di dalamnya adalah milik pemegang hak cipta, saya hanya pinjam karakter-karakternya. Tidak ada keuntungan materi yang saya dapatkan dari fanfic ini.
-BUKAN YAOI, BUKAN SHOUNEN-AI. Elemental sibblings, AU, tanpa super power, OOC (mungkin ?).
-Dalam fanfic ini umur karakter utama adalah sebagai berikut dari yang tertua:
-BoBoiBoy Halilintar: 18 tahun
-BoBoiBoy Taufan: 18 tahun.
-BoBoiBoy Gempa: 18 tahun.
-BoBoiBoy Blaze: 17 tahun.
-BoBoiBoy Thorn: 17 tahun.
-BoBoiBoy Ice: 16 tahun.
-BoBoiBoy Solar: 16 tahun.
-BoBoiBoy FrostFire: 13 tahun.
-BoBoiBoy Glacier: 13 tahun.
-BoBoiBoy Supra: 13 tahun.
.
.
.
Puasa Hari Ke-21
FrostFire merasakan sesak luar biasa ketika dia mencoba untuk menarik napas dan hanya sedikit udara yang masuk ke dalam paru-parunya. Keringat yang menitik tiada henti pun membasahi sekujur tubuhnya bahkan sudah membasahi kaus tanktop merah yang ia kenakan. Sedemikian derasnya keringat FrostFire yang mengucur sampai baju yang ia kenakan itu bertukar warna sampai merah tua.
Entah sudah keberapa kalinya FrostFire menggelepar di atas lantai kamar. Dia mencoba melepaskan tubuh, lengan dan tangannya dari belitan tali-temali yang mengekangnya dengan ketat. Beberapa lilit tali mengikatkedua pergelangan tangannya bersilang di belakang punggung. Kedua lengannya terkekang sangat rapat dan ketat menempel pada tubuhnya oleh berutas-utas tali, yang juga menyulitkan FrostFire menarik napas.
Kedua pergelangan kaki dan lutut FrostFire tidak jauh berbeda nasibnya. Beberapa lilitan tali memaksa kedua pergelangan kakinya menyatu tanpa ada celah untuk bergerak, yang dipersulit lagi dengan lilitan-lilitan tali pada kedua lututnya.
Jari-Jari FrostFire menekuk sejauh otot-otonya mampu. Dia mencoba meraih simpul tali yang mengikat kedua pergelangan tangannya namun apa daya, simpul tali itu terlalu jauh untuk dijangkau.
Mungkin berteriak minta tolong adalah jalan keluar terbaik, namun sayangya baju kaus bekas yang dipilin membekap dan nyaris memenuhi rongga mulut FrostFire dan mencegahnya berkata-kata dengan jelas.
"Hngggg!" FrostFire melenguh sejadi-jadinya. Dia memandang ke arah adiknya yang kurang lebih bernasib sama dengannya.
Tidak jauh dari posisi FrostFire terbaring dan terikat di atas lantai terdapat Supra yang juga sama-sama tidak berdayanya. Si adik terkecil sesekali meliuk-liukkan tubuhnya yang berbalut kaus singlet dan celana pendek.
"F-Frost? Ka-kamu dimana?" tanya Supra dengan suara gemetaran. Berbeda dengan FrostFire, mulut Supra tidak dibekap, namun kedua matanya terbutakan oleh pilinan baju bekas yang meliliti kepalanya dan menutup kedua matanya. Ditengah kegelapan yang melanda indera pengelihatan ditambah ketidakberdayaannya, Supra hanya bisa menengok ke kanan dan ke kiri dan mencoba menebak keberadaan FrostFire.
"Hmmpf!" FrostFire berusaha menjawab.
"F-Frost? To-tolong aku," pinta Supra di tengah-tengah napasnya yang terengah-engah setelah gagal berkutat melawan lilitan tali yang mengekang tubuhnya. Selain napas yang terengah-engah, wajah Supra juga terlihat menitikkan keringat yang jatuh menetes dari dagunya yang sedikit mengangkat.
Tidak tega melihat Supra yang gemetar ketakutan, FrostFire berusaha mendekati si adik. Dengan susah payah FrostFire melata di atas lantai seperti seekor ulat. Jarak yang memisahkan FrostFire dan Supra memang tidak jauh namun bergerak dengan kedua tangan dan kaki yang terikat tidaklah mudah.
Sebentar saja FrostFire sudah kehabisan napas. Ketatnya tali yang melilit tubuh bagian atas dan lengannya benar-benar menyulitkan FrostFire menarik napas.
Setelah susah payah berusaha barulah FrostFire berhasil mencapai Supra.
"Hngh ...," lenguh FrostFire lemah sembari menghentakkan kepalanya pada kaki Supra.
"F-Frost?" Tentu saja Supra tersentak kaget. Dia tidak bisa melihat benda yang mengenai kakinya. Alih-alih tenang, Supra malah menggelepar sejadi-jadinya.
"Hnggg! Hrrmpf!" FrostFire berupaya untuk menenangkan adiknya. Beruntung Supra berhenti menggelepar dan mulai tenang.
"Ha-habislah kita, Frost," lirih Supra sembari menggelengkan kepala dengan harapan lilitan kain yang membutakan kedua matanya itu bisa terlepas.
FrostFire hanya bisa menunduk lemas. Dia sadar bahwa tidak mungkin baginya atau Supra melepaskan diri dari jeratan tali yang mengikat mereka tanpa bantuan orang lain.
Di dalam batinnya FrostFire merutuki kelalaiannya memeriksa pintu dan jendela rumah ketika ia dan Supra ditinggal menjaga rumah oleh saudara-saudara yang lain. Malam itu Halilintar dan Taufan pergi berduaan selepas shalat tarawih. Gempa, Ice dan Glacier pergi berbelanja ke pasar selagi para nelayan menurunkan muatan hasil tangkapan mereka dan para petani yang tiba membawa hasil panen mereka. Blaze, Thorn dan Solar pun punya acara mereka tersendiri sehingga jadilah FrostFire dan Supra saja yang tetap tinggal di rumah.
Pada pukul sebelas malam, FrostFire dan Supra memutuskan untuk tidur dan mengakhiri hari. Karena sudah mengantuk dan lelah, keduanya langsung masuk ke dalam kamar dan tidur. Sayangnya, FrostFire dan Supra tidak ingat untuk memeriksa seluruh pintu rumah sebelum meteka terlelap.
Jarum jam baru saja bergulir melewati pukul dua belas malam ketika rumah mereka kedatangan tiga orang yang tidak diundang. Ketiga orang tamu yang tidak diundang itu dengan mudahnya menyelinap masuk ke dalam rumah dan dengan mudahnya mengurus FrostFire dan Supra yang sudah lelap tertidur.
Begitu cepatnya tiga orang tamu yang tidak diundang itu meringkus FrostFire karena dia sama sekali tidak sempat berbuat apa-apa ketika kedua tangannya dikuasai dan ditarik ke belakang tubuhnya. Hanya jeritan kecil yang sempat keluar dari mulut FrostFire sebelum ia dibekap dengan paksa. FrostFire pun hanya bisa menyaksikan tanpa daya ketika tiga orang yang tidak diundang itu meringkus Supra dengan cara yang sama dengan dirinya.
Karena kedua matanya tidak ditutup, FrostFire masih mampu mengenali tiga orang yang meringkusnya. Dia mengenali tiga orang itu dari berita yang sempat beredar tahun lalu.
Rob, Robert dan Roberto ...
FrostFire mengenali tiga orang kriminal yang berhasil menerobos masuk ke dalam rumah dan meringkus dirinya. Dia sempat melihat berita mengenai dua kakak sepupunya yang menjadi korban penculikan Rob, Robert dan Roberto tahun lalu namun FrostFire tidak menyangka bahwa kali ini dia sendiri yang mengalami hal naas yang menimpa Thorn dan Solar tahun lalu.
Dalam keadaan tidak bisa berbuat apa-apa, FrostFire dan Supra hanya bisa mendengar suara-suara langkah di luar kamar tempat mereka disekap saat Rob, Robert, dan Roberto menjarah rumah mendiant Tok Aba yang sedang mereka tinggali selama bulan puasa.
"F-Frost? Ki-kita bagaimana ni?" tanya Supra dengan suara yang lirih. Tidak hanya sesak karena lilitan tali pada tubuhnya, Supra merasa sesak kecemasan yang kian menguat di dalam batinnya.
Ingin sekali rasanya FrostFire memeluk dan menenangkan si adik yang semakin ketakutan di tengah ketidakpastian nasib mereka. Sayangnya tidak ada yang bisa diperbuat FrostFire dengan kedua tangan tetikat dan mulut yang terbekap.
Supra sendiri hanya bisa merintih-rintih dengan tubuh gemetaran. Tali temali yang melilit tubuhnya bergesek dengan permukaan kulit tubuhnya menimbulkan baret luka. Keringat yang menitik si sekujur tubuh Supra tak ayal menimbulkan rasa perih yang tak kunjung reda.
FrostFire hanya bisa memejamkan kedua matanya erat-erat. Belum pernah sebagai seorang kakak ia merasa sangat tidak berdaya melindungi adiknya. FrostFire memalingkan wajahnya, berusaha mengusir ketakutan yang semakin berkecamuk di dalam batinnya.
Kemungkinan terbaik adalah FrostFire dan Supra akan ditinggal dalam keadaan tersekap sampai ada yang menemukan mereka. Bisa juga keduanya akan dijadikan sandera. Kemungkinan yang terburuk adalah keduanya akan dihabisi karena mereka adalah saksi perbuatan Rob, Robert dan Roberto.
Oleh karena itulah jantung FrostFire terasa seakan terjun bebas ketika dia melihat pintu kamar tempat ia dan Supra disekap itu terbuka. Panik dan ketakutan luar biasa segera membanjiri otak FrostFire, apalagi ketika Rob berjongkok di depannya.
Dengan jarinya Rob mengangkat kepala FrostFire. Perampok itu menatap langsung pada manik netra merah-aquamarine FrostFire yang gemetaran dan melirik kesana kemari.
"Sangat sayang kalau kamu dan adikmu itu kita biarkan begitu saja," ucap Rob dengan intonasi suara datar. "Ayo, kita bawa mereka. Toh mereka kecil, gampang dibawa," lanjut Rob lagi sembari menoleh ke arah dua orang rekannya.
"Ja-jangan!" seru Supra panik. Kembali ia meronta melawan ikatan tali yang mengekang tubuhnya. Mati-matian ia berusaha bergerak menjauh walau dalam kebutaan.
"HMPPHHH!" FrostFire mendelik horor sembari menggelengkan kepalanya. Dia sangat tidak ingin dirinya menjadi korban sasaran penculikan. Terbayang di dalam benak FrostFire kalau ia tidak akan bisa pulang ke rumahnya, tidak bisa lagi bertemu dengan orangtuanya, tidak akan bisa lagi bergerak bebas dan akan tetap terikat seperti sekarang untuk entah berapa lamanya.
Batin FrostFire terasa diiris dalam ketika tangan Rob kian mendekati dirinya. Tidak ada lagi yang bisa FrostFire perbuat kecuali pasrah dan berserah diri menjadi sandera tiga orang rampok yang menyatroni kediaman mendiang Tok Aba.
"Kalian lagi? Mau kalian apakan sepupuku itu, hah?!" Bentakan nyaring mengejutkan ketiga orang perampok dan kedua orang korban mereka.
Walaupun tidak bisa melihat, Supra mengenali suara yang baru saja ia dengar. "Kak ... Kak Solar!"
Benar saja, berdirilah Solar di ambang pintu kamar tamu dimana FrostFire dan Supra disekap.
Melihat pertolongan tiba, FrostFire langsung menggelepar sekuat tenaga. "HMMMMPH!" lenguh FrostFire mengiba sembari menatap pada Solar.
"Kau lagi?!" Serempak Rob dan Roberto mendelik sembari menunjuk ke arah Solar. "Ayo, ringkus dia!"
"Tidak semudah itu ..." Dari belakang Solar muncullah Blaze dan Thorn. Dari balik punggungnya, Blaze mengeluarkan sebilah linggis sementara Thorn mengeluarkan sebuah penggorengan besi cetak milik Gempa.
"Rupanya kalian bisa kabur dari penjara setelah menculik aku ya? Mungkin kalian harus diberi pelajaran," desis Solar sembari menyeringai setan. Dari balik punggungnya, dia mengeluarkan penggiling adonan kue milik Gempa yang terakhir kali dipakai cukup efektif untuk membuat orang pingsan.
Kuda-kuda berkelahi pun dirapal. Senjata-senjata berupa gilingan kue, penggorengan besi dan linggis diangkat. "Tunggu apa lagi?" Cengiran jahil Blaze melebar. "SERBUUU!"
Marilah kita alihkan pandangan sejenak dari adegan perkelahian tidak seimbang yang terjadi. Pandanglah bintang-bintang yang bertaburan di atas langit Pulau Rintis di malam Ramadhan yang indah. Jangan hiraukan hiruk pikuk serta jeritan-jeritan nista di antara suara hantaman berdebum menyakitkan ketika penggorengan besi yang dibawa Thorn mendarat pada sasarannya atau tawa bahagia Blaze yang dengan senang hati memberi pelajaran pada ketiga rampok yang sudah menyakiti saudara-saudaranya.
Pada akhirnya pertarungan antara Rob, Robert dan Roberto melawan Solar, Blaze dan Thorn berjalan tidak seimbang. Senjata-senjata yang dibawa oleh Solar, Blaze dan Thorn terbukti cukup ampuh melumpuhkan dan membuat pingsan kawanan perampok yang nekat menyatroni rumah mereka dan hendak menyandera sepupu-sepupu mereka.
"Aaah ... Te-terima kasih, Kak," lirih FrostFire lega ketika gulungan kain yang membekap mulutnya dilepaskan oleh Solar. Betapa lega rasanya ketika kekangan tali-temali yang membelit tubuhnya mengendur dan terlepas diurai oleh Solar.
Jelas sekali terlihat bekas dimana tali-temali yang mengikat tubuh FrostFire. Jejak tali-temali yang memerah tercetak pada permukaan kulit lengan, dada, pergelangan tangan, lutut dan pergelangan kaki FrostFire.
Tanpa membuang waktu, Solar langsung mengeluarkan ponselnya. Dia mengambil foto yang memperlihatkan bekas lintasan tali pada tubuh FrostFire sebagai barang bukti.
Demikian pula dengan Blaze dan Thorn yang membebaskan Supra. Keduanya mengambil foto bekas ikatan pada tubuh Supra yang terlihat sama jelasnya fengan bekas lilitan tali di tubuh FrostFire.
Solar langsung menelpon pihak kepolisian untuk melaporkan kejadian perampokan yang terjadi di rumah mereka sementara Blaze dan Thorn menenangkan kedua adik sepupu mereka.
"Untung kita cepat kembali ... Apa jadinya kalau kita terlambat?" tanya Blaze selagi Solar menghubungi pihak kepolisian.
FrostFire dan Supra tidak menjawab. Keduanya hanya diam dengan kepala tertunduk.
"A-aku yang salah, Kak." FrostFire akhirnya membuka suara. "Aku lupa periksa pintu ..."
Blaze menghela napas panjang. Ditatapnya FrostFire dengan lembut. Tidak ada kemaeahan dibalik tatapan Blaze kepada si adik sepupu. "Itulah kenapa kita harus waspada, Frost ... Pada saat bulan puasa begini, ada saja orang yang menghalalkan segala cara untuk mencari uang tambahan ... termasuk dengan merampok."
"I-iya Kak. Aku juga lupa mengingatkan FrostFire," ucap Supra dengan suara yang lembut.
"Yah ...," dengkus Blaze di antara helaan napas panjangnya. "Untung kalian ngga disandera. Sekarang kalian mandi deh, nanti pasti polisi bakal minta keterangan dari kalian ... Urusan belum selesai sampai disini."
Tanpa membantah, FrostFire dan Supra segera mematuhi perintah si kakak sepupu. Satu per satu keduanya bangkit dan berjalan mengambil handuk mereka.
"Terima kasih ... Kak Blaze," ucap FrostFire lagi sebelum dia menghilang masuk ke dalam kamar mandi.
"Ya Kak, terima kasih sudah menyelamatkan kita," ucap Supra selagi ia melangkah keluar dari kamar menuju kamar mandi yang lain.
Thorn dan Solar saling berpandangan sebelum keduanya menatap sebal ke arah tiga orang perampok yang masih terkapar pingsan di atas lantai.
"Ngga sangka kita bakal ketemu mereka lagi," dengkus Thorn. Dari nada bicaranya jelas sekali Thorn sama sekali tidak senang bertemu dengan orang-orang yang pernah nyaris menculiknya setahun yang lalu.
"Lihat sisi baiknya, Thorn." Sebuah senyum penuh sarkastik melintas di bibir Solar. "Hukuman mereka bakal makin panjang. Sudah kabur dari penjara, ditambah membuat ulah lagi."
"Ya, semoga kali ini mereka kapok." Thorn menganggukkan kepalanya
Tak lama berselang datanglah petugas kepolisian untuk mengamankan tiga orang rampok sekaligus membawa FrostFire dan Supra ditemani Solar ke kantor polisi untuk dimintai keterangan sebagai saksi atas kejadian di malam hari itu.
Berhati-hatilah di bulan puasa ini karena selalu saja ada oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang mencari cara mudah untuk mendapat rejeki tidak halal. Kriminal ada kalau kita lengah memberikan peluang. Waspadalah ...
.
.
.
Tamat.
Terima kasih kepada para pembaca yang sudah bersedia singgah. Bila berkenan bolehlah saya meminta saran, kritik atau tanggapan pembaca pada bagian review untuk peningkatan kualitas fanfic atau chapter yang akan datang. Sebisa mungkin akan saya jawab satu-persatu secara pribadi.
Sampai jumpa lagi pada kesempatan berikutnya.
