"Nde! Kim Tae Hyung, Imnida! Daegu, 30 Desember 1995! Mohon bantuannya!"
Sejak awal, aku sudah tidak menyukainya. Anak muda penuh karisma yang menyuarakan dalam perkenalannya dengan semangat dan lantang itu.
Sejak kami bertujuh debut sebagai boyband dengan nama BTS, aku paling tidak suka dengan magnae bernama Kim Taehyung atau yang di kenal dengan nama Panggung "V" ini, kadangkala aku sering adu mulut bahkan bertengkar kecil dengannya.
Aku juga tidak tahu, aku hanya tidak suka aura kesempurnaannya, sampai kejadian malam itu terjadi,
Di saat aku melihat dia meringkuk di pojok dapur dengan kemeja robeknya,
"—hiks, hyung, Jin-Hyung... Tolong aku—"
Dan karena menemukan kelemahannya malam itu, membuat aku tidak bisa membencinya lagi, bahkan, aku sekarang berakhir disini,
Di kamar ini ...
BTS Fanfiction
Rape Monster
Array Harmond
Aku Kim Seokjin. Lahir 4 Desember 1992. Sekarang umurku 25 Tahun, dan aku termasuk member dengan usia paling tua dalam BTS.
Lelaki berambut pirang cepak yang mengenakan piyama dengan outer mewah itu adalah Kim Taehyung, lelaki berambut merah di sampingnya bernama Jung Hoseok, atau dikenal dengan nama panggung J-Hope.
Kedua lelaki mungil di sekitar mereka, yang berambut hitam adalah Min Yoongi, atau di kenal dengan nama panggung Suga, dan yang berambut keabuan adalah Park Jimin.
Magnae dalam grup kami, dengan kemeja satin putih bercorak yang dikenakannya, adalah Jeon Jungkook,
Dan lelaki berambut Ash itu, dengan mata sipit dan jika tersenyum memiliki lesung di kedua pipinya, dengan aura bak malaikat, member yang paling di kenal dengan julukan Leader yang amat perhatian,
Kim Namjoon. Dengan nama Panggungnya, Rap Monster.
Dan yang baru aku tahu akhir akhir ini, semua member menjulukinya tanpa dia dan aku tahu, adalah,
Rape Monster.
((NamJin))
"Hyuung~" lagi-lagi Yoongi bergelayut di lenganku yang masih kusibukkan untuk menaruh semua barangku kedalam koper. Dan aku masih tak menghiraukannya. Namun rengekannya semakin bertambah bahkan nadanya terdengar marah. "Yak! Hyung!!"
"Wae?! Wae?! Waeeee???!" gemasku ketika dia mulai semena-mena dengan lenganku yang sangat lemah ini.
"Jangan pergi hyung! Andwae!"
"Jadi kau tidak mau sekamar dengan Taehyungie?!" Ancamku tidak suka.
"No! Bukan itu! Agh hyung!" kali ini si mungil berkulit putih itu semakin merajuk. "Kenapa kau senekad ini, hyung! Kau akan menyesal nanti! Tidak usah sok pahlawan kami paling tahu kalau kau justru yang paling lemah menghadapi ini, hyung!"
Aku terdiam. Aku merasa bodoh. Jadi selama ini, mereka tahu apa yang di hadapi oleh Taehyung? Tapi mereka semua, diam saja?
Aku menyingkirkan lengan Yoongi dengan cepat, kembali melanjutkan aktivitas ku.
Kudengar dia mendecak.
"Aku pernah hampir di perkosa Rapmon-hyung, jadi kau jangan cari masalah dengannya."
Aku bahkan tidak tahu kasus yang menimpa Yoongi ini.
"Kalau saja waktu itu Jimin, Hobi dari Jungkook tidak masuk ke ruang ganti, aku pasti sudah habis olehnya, hyung." Dan kalimat yang kudengar sekarang terdengar lebih parau.
Ah, Kim Seokjin, apa saja yang kau lakukan selama ini?
"Hyung?"
"... Aku terlalu memikirkan diriku sendiri, aku jadi tidak tahu apa saja yang kalian alami. Tapi aku tidak bisa mengenyahkan wajah Taehyungie malam itu..."
Yoongi diam.
Tiba-tiba aku teringat malam itu, setelah kami lelah sehabis syuting music video terbaru dengan judul Blood, Sweat and Tears, saat aku tengah haus di tengah malam, aku mendapatkan tubuh kurus berambut pirang itu meringkuk, terisak, dan dengan pakaian yang sangat tidak layak, robek di beberapa tempat, bahkan kulihat lebam samar di sekitar punggung juga pipinya, tangis air matanya, suara paraunya yang meminta tolong padaku, kelemahannya,
"Bodohnya aku, kalian benar-benar kejam." Desisku. Tak percaya kalau anggota termuda kedua kami, malah mendapatkan perlakuan tidak manusiawi seperti ini, bahkan aku masih tak percaya, kalau lelaki itu yang melakukannya pada Taehyung.
"Ck, selama ini kami melindungimu, hyung! Karena aku juga merasa, kau sudah cukup dimarahi oleh PD-nim, Manager, Produser atau entah siapa saja staff diluar sana, kasarnya kau juga tahu, kau member terlemah diantara kita, kau yang paling banyak kena koreksi, Aku, Hobi, Jimin, lega saat tahu kau tidak mengetahui sisi Rape Monster, ka-kami percaya bahwa V bisa menanggungnya..."
Aku beranjak. "Baik-baiklah dengan Taehyungie. Bilang pada Jungkook untuk menghormati nya, jangan biarkan anggota termuda kita bertengkar, Yoongi. Kumohon padamu, ya, sekarang tolong jaga mereka dikamar ini." Aku menyeret koperku keluar kamar, meski dapat tatapan dengan binar kesedihan di mata sipit si manis itu.
"Hyung, kau harus baik-baik saja." Ketika keluar kamar, aku mendapatkan Jimin dan Hoseok dengan wajah cemas nya menghampiriku.
Entahlah, rasanya seperti pelepasan akan Wajib Militer atau perang melawan sesuatu, baru kali ini aku mendapatkan banyak perhatian dari para member.
"Jin-hyung, maafkan aku." Bahkan Taehyung ada disana, sudah bersiap juga dengan kopernya untuk bertukar kamar denganku, sesekali aku melihatnya menahan tangis, namun kulihat Jungkook sudah bersiap mengusap bahunya disampingnya.
"Tidak Apa-apa, Taehyungie. Aku rasa Namjoon tidak akan melakukan macam-macam padaku."
"Semoga saja, hyung. Aku juga berharap yang sama." Hoseok menimpali.
Aku sering berduaan dengan Namjoon, bahkan aku pernah menghabiskan waktu lama dengannya di studionya, jadi aku masih tak percaya dengan cerita "Rape Monster" yang di maksud para member, bahkan semua member juga tak percaya kalau aku tak pernah di sentuh oleh Namjoon.
Aku rasa, Namjoon yang paling perhatian denganku ketimbang kelima member lain, dia selalu mengarahkan dan mengoreksiku dengan sabar dan penuh perhatian, jadi apa benar orang itu yang memporak- porandakan, Taehyung? Aku juga tidak bisa tidak peduli karena aku juga melihat keadaan Taehyung dengan jelas malam itu. Keadaan yang sangat mengenaskan.
"aku seperti sampah! Aku seperti hewan! Aku tidak tahan lagi, Hyung! Dia seperti akan membuatku mati perlahan!"
Racauan Taehyung malam itu masih terdengar jelas di kepalaku. Mental Down nya pun masih terekam jelas dalam ingatanku. Syukurlah, saat ini dia terlihat baikan. Aku percaya bahwa member lain kini mulai memperhatikan dan minta maaf padanya.
Go, Jinnie! Kau melakukan hal yang benar sebagai member paling tertua!
"Baiklah, kalian semua beristirahatlah." Ujarku sembari menuju ke kamar yang akan aku tempati untuk sekarang ini, kebetulan, Namjoon juga sedang ada urusan di luar, kalau memang cerita para member benar, aku rasa, aku aman malam ini.
((NamJin)
Aku melamun di kamar ini, rupanya ruangan ini cukup sempit, berbeda dengan kamar yang aku tinggali bersama Yoongi dan Jungkook.
Bahkan kasur single yang di pakai Taehyung juga sangat kecil. Berbeda dengan kasur Namjoon di seberang sana, pasti akan muat di tiduri tubuh tinggi ku ini.
Bicara tentang lelaki itu, sepertinya dia memang takkan pulang ke dorm, sudah hampir jam dua pagi dan juga sudah sangat hening, aku rasa semua member juga sudah tertidur.
Wae?! Tapi kenapa aku juga belum bisa tidur?!
Sebaiknya aku telpon Namjoon.
Tuut ...
"Nde? Wae-hyung?"
Ah, suaranya sangat lembut sekali, sangat menenangkan.
"Kau tidak pulang?"
"Aku pulang, hyung, aku sedang menyetir nih. Jangan tunggu aku, tidurlah."
"Oh, kau sedang di jalan ya, maaf, aku malah menelpon mu."
"kekeke, gwenchana, Jin-hyung~" tawa kecilnya terdengar sangat bahagia. Apa benar dia Rape Monster yang di maksud?
"Kalau begitu, kau juga berhati-hatilah, jangan ngebut."
"Iya-Iya, hyung. Kau juga tidak usah menungguku, kembali ke kamarmu dan tidurlah, aku pernah menemui mu tertidur di sofa karena menungguku."
Ah, iya lupa. Aku pernah melakukan itu karena aku mencemaskannya yang pernah tidak pulang dua hari karena sibuk di studionya untuk membuat lagu baru.
"Aku tidak bisa tidur Namjoon. Karena aneh rasanya berada di kamarmu."
"—ap, apa, hyung?"
"Aku belum bilang ya, mulai sekarang, Aku dah Taehyung bertukar kamar."
"... Apa, ke-kenapa? Apa yang dia ceritakan padamu?"
Aku diam. Suaranya tiba-tiba terbata, apa sebenarnya aku sudah ikut campur? Apa yang tidak kuketahui?
"—jin, hyung?"
"Tidak ada, Namjoon. Aku hanya ingin bertukar saja. Kau tidak mau sekamar denganku?" tanyaku merajuk.
"..."
"Namjoon?"
"Heh, kau yang memintanya, princess. Tunggu aku."
Tut tut tut.
Aku bergidik. Suara sambungan telpon terputus masih menggema, tapi apa yang barusan?
Apakah benar itu suara Namjoon?
Kenapa rasanya sangat berbeda sekali? Seperti Namjoon, tapi bukan Namjoon? Ah, apa-apaan aku ini, sepertinya aku terlalu lelah dan termakan rumor dari para member,
Aku tahu Namjoon. Aku paling banyak menghabiskan waktu bersamanya.
Tapi keadaan Taehyung waktu itu lalu apa?
Ah sudahlah. Lebih baik aku tidur, aku lega kalau Namjoon baik-baik saja.
((NamJin))
Aku mengerjapkan mataku pelan, rasanya tubuhku terasa berat, terlebih, aku mendengar deru nafas tak beraturan di depan wajahku.
"Nam-Namjoon?!" Aku sedikit kaget karena mendapatkan wajah pria tampan itu tepat berada di atasku, sangat dekat, bahkan deru nafasnya menghembus kearah wajahku.
"Jin-hyung, kumohon, jangan siksa aku seperti ini."
"Wae? Wae? Kenapa, Namjoon? Kau sakit?" tanyaku panik, melihat wajah Namjoon yang memelas seperti itu, ada apa? Apa yang salah padaku?
Namjoon mulai mendudukkan dirinya di kakiku, akupun mulai ikut duduk.
"Maaf aku ketiduran dikasurmu, kasur Taehyung sangat sempit. Aku akan pindah dan kau beristirahatlah."
"Kenapa kau lakukan ini?"
"Nde?" tanyaku tak mendengar jelas apa yang dia ucapkan dengan wajah tertunduk itu.
"Aku minta maaf Namjoon, sebaiknya kita beristirahat ya, aku tahu kau lelah." Ujarku mencairkan suasana, dan perlahan menarik kakiku dari tindihan Namjoon untuk beranjak turun.
Aku kaget saat tiba-tiba saja, lengan Namjoon menahan kakiku dengan sangat erat, bahkan lebih mencengkramnya.
"Namjoon, ah, sakit." Ringisku saat kurasa kukunya mulai mencengkram dalam betisku yang terbuka ini, karena memang sekarang aku memakan piyama setelan bercelana pendek.
"Our Princess." Desisnya. Aku bisa melihat dari sini, seringainya, apa benar ini Namjoon?
"Namjoon—wa-wae?" aku sedikit bergidik ngeri saat tangan kekar itu tak lagi mencengkram betisku justru malah mengelusnya hingga menyingkap kedalam pahaku.
"haaa~ beruntung sekali aku malam ini, ck ck." Aku tidak mengerti apa yang dia gumamkan, tapi tangan nakalnya itu terus membuatku merinding. "bagaimana ya, aku pasti akan di hajar nya, nanti, Princess." Kini mata itu menatapku, mata dengan binar emeraldnya senada dengan rambut ash itu, membuat tubuhku tiba tiba bergetar hebat.
Bukan, dia bukan Namjoon.
Aku buru-buru turun dari ranjang dan akan berencana keluar dari ruangan ini, tapi sayang, aku merasakan sakit yang amat sangat ketika dia menjambak rambut belakangku dan menghempasku kembali ke ranjang itu.
"Sialan." Decaknya.
"Nam—Namjoon-ah—" aku ketakutan. Mungkinkah, ini yang di alami Taehyungie?
"Kebetulan aku sudah bosan dengan anak penurut itu, ah, aku lebih penasaran dengan si mungil Yoongi, tapi aku rasa, bermain denganmu, tidak apa, kan? Dia juga pasti akan senang, Jin-hyung~"
Dia memanggil namaku persis seperti Namjoon, tapi aku tahu, Kau bukan Namjoon!
"Rape Monster, sialan—" isakku. Aku salah. Aku terlalu percaya diri hingga akhirnya, ini semua menimpaku.
Dia tertawa, sangat keras bahkan hampir menangis. Dan tanpa kusadari, dengan gerak cepatnya, dia menarik piyamaku, merobeknya bahkan kancingnya pun terpental entah kemana.
Aku terbujur kaku. Membelalakkan mataku.
"Jangan karena kau di lindunginya, aku akan menyia-nyiakan kesempatan ini, aku tidak akan segan padamu, Princess." Dia menatapku, lagi-lagi dengan aura dominannya.
Jangan, Kau bukan Namjoon ...
"Aah, betapa cantiknya." Dia mengendus kearah leher ku. Menciumnya Intens. Dan aku tidak bisa memberikan perlawanan apapun karena kakiku di tindihnya, dan kedua tanganku di genggamnya seakan jika aku bergerak, dia akan meremukkan tulang tulangku.
Omma ... Namjoon ...
"Kau memang manis, aromamu saja sangat memabukkan seperti ini, hh—"
Deru nafasnya yang menggila, membuatku jijik, merinding dan bergidik, aku sangat takut, tolong aku...
"Hee, kau menangis, Princess? Kau takut padaku?" kini dia menatapku, tak peduli dengar air mataku yang mengalir dan wajahku yang sudah memerah, dia hanya menyeringai sambil menatapku,
Menatap penuh nafsu dan mesum kepadaku ...
"Kau sangat sexy, Princess."
"—berhenti, atau kau akan menyesal—" ancamku.
Lagi-lagi dia tertawa, sangat memuakkan.
"Kau sangat lucu sekali, haa, aku tidak peduli, aku akan menghancurkan mu agar dia juga hancur! Aku akan mengambil tubuh ini selamanya! Kim Namjoon, ini juga adalah tubuhku!"
"Pergi kau dari Namjoon! Makhluk sialan! Agh!"
"Apa kau bilang?" dia meremas mulutku, sakit, perih, apa yang terjadi padamu, Namjoon? Tolong aku. Dan aku lagi lagi hanya bisa menangis,
Dia terdiam, dia melepaskanku dan menjauh. Mengetahui tak ada gerakan dari nya, akupun bergegas berlari dan akan keluar dari kamar ini.
"Kim Seokjin-hyung." Ucapnya.
Langkahku terhenti.
"Nam-Namjoon-ah?" tanyaku tak percaya, suara itu, wajah itu, dia Namjoon.
Aku mendekatinya, memeluknya. "Namjoon, tolong aku."
"Catch you, Princess."
Dia mengangkatku, dia mengunci pintu kamar sebelumnya dan tiba-tiba punggungku terasa amat nyeri karena dia membantingku kearah kasur.
"Tak perlu basa-basi lagi, sayang. Ayo kita bersenang-senang malam ini." Ujarnya sambil melepas kaosnya dan membuangnya ke sembarang tempat, memperlihatkan dada bidang dan perut sixpacknya.
Kau tampan Namjoon, aku sangat menyukaimu, tapi tidak dengan cara seperti ini...
"Shall we dance, hm?" seringainya sambil menarik celanaku dengan mulutnya.
((NamJin))
"Haah—haah." Nafasku terpengal, mencari udara dari setiap hentian ciuman dalam dan kasarnya. Dia tidak mau berhenti, bahkan baru sejenak aku bernafas, lagi-lagi dia mengulum bibirku sambil meremas milikku dengan tangan kasarnya.
"Sejak kapan aku tak pernah berpikir untuk menjamahmu? Sejak perjanjian dengan sialan itu. Semua kulit yang kucicip terasa sangat manis dan harum, Princess."
Namjoon menjilat bibirnya. Dan dengan seenaknya membuat tanda di mana-mana yang akupun tidak tahu, Bukan, dia bukan Namjoon ...
Aku telanjang bulat di hadapannya. Bertekuk lutut di depannya. Tanganku terikat, mataku tertutup, tetapi Telingaku selalu merespon kata kata sialnya,
Aku sungguh malu. Aku sungguh takut.
Taehyung, Yoongi ...
Hiks, sial, semua salahku, aku takut ...
Tiba-tiba tubuhku di dorong paksa olehnya, wajahku membentur kasur, pahaku terangkat, membuat posisi yang aku tahu sangat memalukan, sangat mengerikan,
Aku menungging tepat di hadapan Namjoon, aku takut ...
"Namjoon, hiks, jangan—"
Dia tak mendengarku, dengan kasar dia membuka belah pantatku.
"Aah, imutnya."
"hii—" aku bergidik ngeri karena dia menatap disana, dan aku tersentak saat sesuatu yang basah kurasakan bergerak disana. "Ja-Jangan—" Namjoon menjilatinya.
Merinding, rasanya sangat aneh. Aku tidak suka.
"Agh! Owhh!" aku memekik saat kurasakan jemarinya masuk kedalam, rasa aneh itu berubah jadi rasa yang tidak masuk akal, tentu saja, aku pertama kali merasakan seperti ini.
"Kau manis sekali, princess."
Entah seperti apa ekpresiku sekarang, tapi aku rasa Namjoon sangat menyukainya, beberapa kali aku mengintip, melihatnya menjilat bibirnya, sangat bernafsu ketika melihatku.
Aku sebagai laki-laki, merasa hal ini sangat tidak pantas ku dapatkan.
Dan lagi-lagi bayangan Taehyungie terlintas dibenakku, selama ini dia merasakan ini?
"hh—kepara—aagh!!!" aku memekik, jemari Namjoon yang bergerak kedalam menyentuh sesuatu yang membuatku tak bisa menahan diri, gerakan jemarinya yang penuh dosa itu terus bermain disana, membuat aku tidak tahu lagi bersuara seperti apa, "aaah, haa—namjoo—hh"
"I found your sweet spot, sweety." Aku bisa melihat Seringainya, karena kain yang menutup mataku mulai kendur karena gerakan-gerakan aneh yang kulakukan. Ia senang memainkan itu tanpa peduli dengan wajahku yang sekarang, air liurku mengalir tanpa arah, mataku memanas hampir menangis lagi, badanku penuh peluh keringat, rasa itu sangat nikmat,
Tapi aku tidak suka seperti ini ...
"Move, baby." Dengan cepat, Namjoon membalik badanku, telentang menghadap nya, aku malu sekali,
Kim Seokjin, aku yang mencintai diriku sendiri ini, bertekuk lutut dihadapannya, aku mengerang dalam titahnya.
Kim Namjoon atau Rap Monster, kalian ...
"Wanna, Some?"
Dia membukanya, memperlihatkan sesuatu yang aku juga punya, tapi miliknya terlihat lebih perkasa, menjulang besar, panjang, tiada tanding, seperti akan menghancurkan apa saja.
Aku beringsut lemah, menolak kenyataan bahwa malam ini aku akan di hancurkannya, aku yang tak pernah meniduri wanita ini, aku yang cupu akan seks selama 25tahun ini, kini aku akan di perawaninya?
Aku menangis, "Ja—jangan, namjoon, kumohon."
"Sayang sekali karena aku bukan Namjoon yang kau maksud, princess. Jadi aku tidak bisa mengabulkan permohonanmu." Godanya. Membuatku ingin menonjok wajah tampan sialan nya itu.
"Aku siap, Princess."
"A—aaa—no, Nam—aaghh!"
((NamJin))
Jungkook terusik, berapa kali ia melihat orang yang tidur di kasur sebrang nya lagi-lagi berganti posisi, belum lagi ia mendengarkan isakan kecil Yoongi-hyung. Jungkook beranjak dari ranjangnya dan menghampiri teman baru di kamarnya itu.
"Kau tidak bisa tidur?"
Taehyung berjengit lalu mendudukkan dirinya untuk berlaku sopan kepada anggota termuda itu.
"Bagaimana aku bisa tidur, Jungkook-ah." Kali ini, Jungkook bisa liat sedikit air bening mengitari bawah matanya.
"hiks, hiks, Jin-hyung—" isakan Yoongi mengalihkan perhatian Taehyung dan Jungkook kepadanya.
Benar. Malam ini Jungkook tahu, semua pasti mendengarnya, baik Jimin dan Hoseok yang kamarnya justru lebih dekat dengan kamar itu.
Teriakan Jin-hyung terdengar sangat jelas, menggema di seluruh ruangan. Mereka yang ada disana hanya bisa terpaku dan menatap lirih.
Tak ada yang bisa dan akan menyelamatkan Jin.
Mereka tahu, sekarang Jin pasti sedang di perkosa olehnya. Si Rape Monster itu.
Taehyung memeluk tubuhnya sendiri. Lalu Jungkook bisa melihat tubuhnya mulai bergetar hebat.
"Kookie-ya, aku takut—"
((NamJin))
"Woohoo! Kau memang terbaik, Princess." Teriak Namjoon sambil tetap memaju mundur kan dirinya sesekali memukul pantatku.
Rasanya gila.
Aku sudah tidak tahu lagi apa yang kurasakan saat ini. Perih, sakit, menyedihkan, nikmat, menyenangkan, entahlah,
Bunuh aku saja, Namjoon.
"hh, agh, aku rasa, dia juga pasti sangat bahagia, karena dia yang pertama kali melubangimu, sayang, ggh—"
Namjoon selalu membuang pandangan kearah sprei putih yang sekarang sudah banyak bernoda merah ini, dan lagi-lagi dia tersenyum menang yang sangat memuakkanku.
"hentikan—hh, namjoon—" karena tidak tahu apa yang kurasakan saat ini, aku hanya merasakan kepalaku sangat pusing. Aku tak bisa bergerak bebas, dan sialan itu bergerak seenaknya.
"Sebentar lagi, hh, Princess."
Namjoon tiba-tiba mengangkat tubuhku dengan senjatanya itu masih menancap gagah di lubang ku.
Aku sekarang di gendong berhadapan dengannya, dengan sangat entengnya dia bisa membawaku seperti ini.
"Kiss Me and We're done, baby." Entah kenapa, kalimatnya yang ini terdengar sangat lembut sekali, belum lagi tatapan emeraldnya yang masuk kedalam mataku, membuatku merasa bahwa aku begitu di cintai oleh pemuda ini, dan tanpa bisa menolak, aku menerimanya,
Berciuman dengan bibir yang tak pernah aku sangka akan kurasakan semesra ini.
Saat aku terhanyut dengan ciuman romantis nya, tiba-tiba dia menghentak, membuatku meringis bahkan tanpa sengaja menggigit bibir Namjoon hingga terluka.
"Its okey, baby. Are you, ready?"
Tanpa aba-aba, suara desahanku mengalun tak henti karena dengan kasar dan sangat cepat, Namjoon terus menghentakku dalam posisi seperti ini, membuatku merasakan sangat sempit dan aku juga bisa merasakan aku mengapit kejantanan Namjoon tanpa ku mau,
"Aggh, agght, Coming! Ggh!!" Namjoon memejamkan matanya sangat dalam, urat di dahinya mengeras, dan tanpa sadar tubuhku sudah melengking kebelakang, merasakan cairan hangat mulai memenuhi perutku.
Sialan. Aku bercinta dengan seseorang yang tak pernah aku sangka.
((NamJin))
Suara detik jam terdengar dalam kamar ini, sudah hampir jam 4 pagi, dimana biasanya aku pasti sudah terbangun dan bersiap untuk mulai memasak di dapur.
Namun hari ini berbeda. Sekarang aku hanya bisa terbaring lemah, telanjang dibawah satu helai selimut tipis, bahkan nyaris tak bisa bergerak, wajahku berantakan, helaian rambutku banyak yang terurai di kasur putih ini, belum lagi bekas darah dan juga cairan putih yang sangat aku tahu itu adalah apa, terurai di sekitar ku.
Dia terduduk di dekatku sambil menghembuskan asap dari mulutnya.
"...hentikan, Namjoon tidak merokok." Lirihku.
Dia tersenyum tipis, mirip seperti Namjoon yang ku kenal.
"Kau yang tidak tahu kalau sisi lain Namjoon-mu ini, perokok berat, sweetheart."
Bicara seperti ini dengannya, terdengar seperti bicara dengan Namjoon yang biasanya, hanya saja, versi Namjoon tukang gombal.
"Kau puas?"
"Aku rasa aku akan menghilang." Ucapnya menerawang entah kemana.
"Apa maksudmu?"
"Namjoon yang kau cintai itu, pasti akan membuatku mati, princess."
Aku berusaha untuk mendudukkan diriku, berbicara lebih panjang lagi dengan Namjoon versi Monster itu, tapi aku begitu tertatih.
"Tidurlah saja, biar kau cepat pulih."
"Kau yang melakukan ini padaku." Geramku.
"Haha, karena kau begitu menggiurkan." Ucapnya lagi tak tahu diri sambil menyesap batang rokoknya, sesekali berdecak karena perih di sisi bibirnya yang terkena rokok karena bibir itu aku lukai akibat ciumannya.
"Sekarang aku milikmu, tapi aku masih tidak menerima dengan apa yang menimpa Taehyung. Dia itu adik yang harus aku dan Namjoon lindungi, bisa-bisanya brengsek sepertimu menghancurkannya, sialan. Dia pasti ketakutan setelah mengalami yang aku alami tadi."
"Bukankah, kau tidak menyukainya?"
"A-Aku hanya tidak suka kalau dia yang sempurna itu selalu menempel padamu."
"Kau cemburu? Kau suka padaku, Princess? Manis sekali."
"Bukan Kau,Monster. Tapi Namjoon!"
"Hee, jadi kau menyukainya... Lagipula, kau Jangan salah paham dulu, Princess. Aku bukan orang pertama yang menyetubuhi Taehyung."
Aku kaget. Apa maksudnya?
"Aku rasa Taehyung itu pernah mengalami hal lebih dari ini, makanya dia selalu diam ketika aku setubuhi."
"Kau, sial!" aku menendang lemah Namjoon. "Kenapa kau berbuat seperti itu kepadanya!"
Namjoon menggaruk kepalanya. "Kalau ku cerita kan juga percuma, Princess. Itu terjadi begitu saja, hasrat kami ini harus di keluarkan, kalau tidak, Namjoon yang kau cintai itu akan stress lalu mati."
"A-apa maksudmu?"
"Sebagai Leader, dia memiliki banyak beban. Sehingga terciptalah kepribadianku. Ah, tidak lebih tepatnya, sejak dulu dia sudah menciptakanku. Sebagai anak pertama, aku rasa Namjoon ini selalu memikirkan hal yang berat, kasihan, kalau tidak bersantai, dia akan gila lalu mati, tentu saja, aku juga."
Aku kaget, tapi itu bisa jadi alasan yang membuat munculnya monster ini, aku rasa, dia juga tak mungkin berbohong.
"Dia sudah mengijinkanku untuk melakukan apa saja, tapi semenjak masuk Bangtan, kau bisa membayangkannya sendiri, Princess."
Aku menggigit bibir bawahku, baru tersadar dengan beban yang di pikul oleh Namjoon, keadaan Taehyung, dan semua member, kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Aku pikir hanya aku yang merasakan hal hal berat selama menjadi anggota Bangtan.
Namjoon mematikan rokoknya. Lalu dia bersimpuh di dekatku, mengambil dengan lembut jemariku yang lemah tak berdaya.
"Tapi malam ini, aku telah melanggar janjiku. Thanks fo this Night. Senang menjadi pengalaman pertama mu, My Princess." Dia mengecup jemariku penuh kasih. Dan tak berapa lama, ia terdiam.
((NamJin))
"Suaranya berhenti." Gumam Hoseok. Masih menatap langit langit kamar dimana Kim Seokjin saat ini berada tepat diatas kamar mereka.
Jimin mendengarnya, namun ia hanya memandang kearah lantai kamar, suasananya sangat menegangkan ketika justru mereka sudah tidak mendengar lagi teriakan Seokjin.
"Apa kau Pikir, Jin-Hyung baik-baik saja?"
"Tidak Tahu." Jimin menggeleng lemah.
Hoseok kembali termenung. Entah kenapa sejak Seokjin pindah kamar dengan Taehyung, ia terus memikirnya.
"Aku tak menyangka justru dia yang tidak tahu sisi lain dari Namjoon-hyung." Desisnya. Terbayang sosok manis hyung paling tua di Bangtan itu di benaknya. "Kasihan, Jin-hyung."
"ck. Kau sendiri juga yang paling suka memarahinya di antara kita, kau terlalu keras padanya, Hyung." Celetuk Jimin.
"Ya, aku tahu. Aku hanya ingin lebih perhatian kepadanya agar dia cepat ikut irama kita menari. Tapi mulai saat ini, aku akan baik-baik padanya."
"Akan kuingat." Jelas Jimin.
"Dan kau tahu, Jimin-ah, aku sudah lama suka pada Seokjin-hyung."
"Heol?! Aku pikir kau mengincar Yoongiku atau Taehyung!"
"Yasudah, kau cukup tau saja." Desis Hoseok parau sambil mulai memejamkan matanya.
Jimin menggeleng pelan, bagaimana rasa sakit yang Hoseok alami saat ini, sepertinya Jimin bisa merasakannya, karena jika dia mendengar kalau Yoongi yang berteriak seperti itu, justru dia akan sangat marah.
((NamJin))
Dia terdiam. Membuatku bingung.
Dan lima menit setelahnya, wajahnya mulai menatapku, namun aku ikutan kaget saat dia tiba-tiba melepas tangannya dariku dan mundur kebelakang dengan sangat panik.
"H-hyung? Ji-Jin-hyung?" Namjoon tergagap sesekali meneliti keadaanku, mulutnya menganga, dan tiba tiba dia terjatuh, menangis, meringkuk, memeluk kepalanya erat juga sesekali memukul rambut berwarna Ash itu.
"Na-Namjoon-ah—" aku ikut cemas dengan keadaan mental downnya saat ini. Aku tertatih untuk duduk dan berencana akan menghampirinya.
"AAAAAGHHT! RAP MONSTER SIALAN!"
Aku melonjak kaget saat Namjoon tiba-tiba berteriak kencang, membuat aku jadi semakin khawatir namun juga sedikit ketakutan.
"Enyah kau! Mati kau!"
"Namjoon—" aku berusaha menggapai nya, tapi dengan segera ia menapikku.
"Jangan dekati aku, hyung. Kumohon, ampuni aku, hyung." Isaknya, namun aku juga masih melihat jelas sorot kemarahan di pelupuk matanya yang sudah memerah akibat menangis.
Aku terdiam. Menatap lelaki lemah itu dengan bingung.
Namjoon. Ini Kim Namjoonku.
Namjoon bersujud, menumpu kepalanya di atas lantai, sesekali ia menjedorkan dahinya disana. "Ampuni aku, hyung!! Aku akan bertanggung jawab, hyung!! Maafkan aku!!"
Racauannya sangat tidak jelas kudengar, tapi tiga kalimat itu yang bisa kudengar dengan pasti.
Aku tahu dia menyesal karena telah memperkosaku.
Namjoon terbelalak saat aku memeluknya, mengeratkan lingkar tanganku kedalam lehernya, membuat lelaki itu kembali duduk dan membiarkan aku tetap memeluknya.
"Aku memaafkanmu, Namjoon. Aku dalam tanggung jawabmu. Tenanglah."
Lalu aku tak mendengar patah kata darinya, tapi aku merasakan pundak ku terasa hangat, air matanya kembali bercucuran dan isakan gentlemannya terdengar jelas di telingaku. Dia juga memeluk erat pinggangku, menangis disana, mencari kenyamanan dalam pelukanku.
"Hiks, Hyung—"
Namjoon-ah, maaf kan aku karena aku juga sangat telat menyadari bahwa kau memendam tekanan yang sangat berat. Pantas saja, dia selalu lebih perhatian apalagi terhadap Taehyung yang tatkala membuat aku cemburu bahkan bertengkar terus dengan magnae kedua termuda itu, karena itulah bentuk penyesalan Namjoon yang tidak sadar ketika dia berubah kedalam model RapMon.
"Maafkan aku, hyung—kau pasti sangat ketakutan, aku minta maaf—"
Aku kembali mengeratkan pelukan ku, namun kali ini aku menatapnya, wajah tampan nya yang sudah basah akan air mata itu, Wajah yang selalu kukagumi, wajah tampan yang sangat aku cintai.
"Kim Namjoon." Aku menempelkan hidungku hingga bersentuhan dengan hidung mancung nya. Memejamkan mataku dan teringat dengan jelas kejadian yang mengerikan beberapa saat lalu. "Aku sangat ketakutan... Tapi aku tahu, itu adalah kau."
"Hyung,"
"Monster yang ada bersamamu, dia juga adalah kau." Aku menatap kedalam bola mata hitamnya. "Aku sangat takut, Namjoon, tapi aku juga marah, marah denganmu, marah dengan diriku sendiri, yang baru mengetahui kalau dia ada dalam dirimu."
Namjoon memelukku dan menenggelamkan wajahnya di leher ku. "Aku minta maaf, hyung. Aku akan melakukan apapun agar kau memaafkan ku. Aku yang telah merusakmu, si brengsek itu yang sudah merusakmu."
Namjoon mengeratkan giginya. Rasanya seperti dia akan menghajar siapapun yang telah menyakitiku, namun sayangnya, orang itu satu tubuh dengannya. Dan aku tidak mau Namjoon melukai dirinya sendiri.
"Tapi aku sudah tidak apa-apa, Namjoon." Aku menaruh kedua tanganku kepipinya, menatapnya dengan serius dan membuatnya agar tidak kepikiran, hari ini memang naas, tapi tetap saja, yang memperawaniku adalah Namjoon. Aku rasa aku bisa memaafkannya dengan alasan itu.
Aku mencium bibir tebalnya lembut, awalnya dia segan tapi lama kelamaan, ia hanyut kedalam ciuman ini. Ciuman yang berbeda dengan ciuman bersama Namjoon yang satu lagi.
Ini ciuman bersama Namjoon yang aku cintai.
"Aku mencintaimu, Namjoon. Dan aku akan menerima dengan tangan terbuka dengan segala apa yang kau punya, kau bisa bersandar kepadaku. Kau bisa lampiaskan terhadapku, jangan kepada yang lain, Rape Monster, siapapun itu, aku akan menerima mu, aku selalu mencintaimu, Namjoon-ah."
Namjoon lagi-lagi membulatkan matanya, dan kembali berhambur kepadaku, memelukku dengan erat namun sangat hati-hati,
Aku tahu dia menghindari ku, Rape Monster tidak akan menyentuhku dan akan menjauhiku karena aku adalah orang yang di lindungi Namjoon.
Aku tidak mau ia menyesal bahkan sampai mengakhiri hidupnya hanya karena perjanjian yang mulai retak itu.
Paling tidak, sekarang, Siapapun Namjoon, tidak akan menyentuh member lain lagi, Namjoon akan berlari kearahku.
"Terima kasih, hyung. Hiks, aku sangat menyayangimu, hyung. Aku akan berusaha agar tidak melukaimu, atau membebanimu, aku akan selalu menjagamu."
"Sudahlah, Namjoon. Tidak ada manusia yang bisa sempurna, aku tahu kau selalu ingin menjadi perfeksionis, tak ingin ada salah sedikitpun sehingga tanpa sadar kau menciptakan kepribadian 'dia'. Mulai sekarang, kau bagi bebanmu terhadapku, begini-begini juga, aku itu lebih tua darimu, loh, aku pasti lebih banyak pengalaman daripada kau."
Namjoon terkekeh pelan dalam isaknya. "Terima kasih, hyung."
"Dan kau juga harus minta maaf pada Taehyungie."
"Baik, Princess."
Aku mendelik. Namjoon malah berbalik menatapku bingung. Ternyata masih Namjoon yang sama, aku hampir kaget kalau kalau 'dia' lagi yang muncul.
"Ah sudahlah." Aku menapiknya, lagipula, saat terakhir pertemuan, Rap Monster memperlakukan ku dengan baik, sekarang aku tinggal menjaga lelaki ini agar mentalnya tidak down lagi juga agar lebih bersantai dalam hidupnya.
Aku menatap Namjoon.
Menatap dada bidang, bahu kekar, punggung kuat, perut kotak ber-abs, dan pinggang yang bisa bergerak seraya menghancurkan kediamanmu itu.
Astaga, Jin. Kau sadar, aku dan Namjoon masih dalam keadaan telanjang.
"N-Namjoon-ah." Aku bergerak malu mendekat padanya, sedikit menggoda sambil menyentuh perut kotak yang sangat ku sukai itu, yang tentu saja entah kapan bisa kumiliki dalam diriku, perut gumpal menyebalkan ini ...
"Y-ya, hyung?"
Bagaimana kalau bercinta dengan Namjoon yang ini? Apakah dia akan memperlakukan aku dengan sangat lembut?
"Kita, berpacaran?"
Tiba-tiba saja wajah Namjoon memerah, dan aku membelalakkan mataku saat kulihat, kejantanan yang manis itu mulai kembali mencuat.
"Tu-tunggu, hyung." Namjoon menghindari ku sambil menutup wajahnya dan kemaluannya. "Biarkan aku berpikir—"
"Jadi, kau sebenarnya tidak menyukaiku?" wajahku rasanya memerah, malu sekali kalau aku percaya diri bahwa Namjoon mencintaiku sama seperti aku mencintainya. Rasanya ingin menangis karena aku sadar bahwa aku rupanya sudah menembak Namjoon duluan, bodohnya kau Jin.
"Bu-bukan begitu, hyung. Aku senang!! Aku sangat senang, hanya saja, harusnya kan aku yang menyatakan perasaan ku, dan dalam keadaan seperti ini aku tidak percaya diri, aku belum siap—mmhn"
Lagi-lagi, aku menciumnya, apalagi yang ku tunggu? Kami berdua saling mencintai, rupanya.
"Aahn~" aku melepaskan ciuman dalam ini untuk mengambil kembali udara.
"Hh, hyung—" mata sayu Namjoon membuatku menginginkan hal lebih darinya, aku ingin merasakan bersama Namjoon yang kucintai, dengan hatiku yang penuh akan perasaan cinta yang menggebu ini.
Aku mundur dan mendudukan diriku kembali di ranjang. Pandangan tak ku lepaskan dari lelaki tampan yang sexy itu.
Aku melebarkan kedua tanganku, berekspresi seperti apa yang ku mau. Menginginkannya.
Ingin di peluknya.
"Namjoon-Ahn~" panggilku manja.
Namjoon mendekati ku dengan ragu, lalu mulai menundukkan dirinya agar setara denganku. "bo-bolehkah, hyung? Aku merasa aku tidak pantas menyentuhmu lagi—"
Aku meremas kejantanan Namjoon, membuat dia sedikit berjengit kaget. "Aku rasa, milik kita tidak berbohong, Namjoon." Tatapku penuh intens. Semoga terlihat sexy dimatanya. "Lakukan apa yang kau mau, Im Yours for Now and Tomorrow and forever, Kim Namjoon."
"As you wish, My Princess." Jawabnya dengan sangat lembut lalu menciumku.
Namjoon yang ini selalu melakukannya dengan hatihati dan selalu meminta izinku ketika dia akan melakukan apapun kepadaku.
Dan pada akhirnya, aku bercinta lagi dengan orang ini.
((NamJin))
Ukabiagaru Kimia wa
Amari ni Azayaka de
Marudake soko ni iruka tto
Te o nobashitto koro de
Futto kiete shimau
"Chagi~~"
"Nde, Namjoonie~~"
"Heol, pasangan ini." Celetuk Yoongi dengan tatapan jijik melihat kemesraan kita berdua.
Sudah tiga tahun berlalu, aku dan Namjoon resmi berpacaran dan tentu saja hanya member Bangtan yang tahu. Perlahan-lahan sifat Namjoon juga berubah, lebih suka berdiskusi dan kadangkala bergantung kepada pendapat member, juga sering bermanja kepadaku, bahkan selama tiga tahun setelah kejadian itu, tak ada siapapun termasuk aku yang paling dekat dengannya mengetahui Namjoon berubah menjadi RapMon, aku rasa kepribadian itu sudah pergi darinya.
"Kau baik-baik saja? Kau tidak terluka?"
"Wae? Wae? Luka yang mana?"
"Itu, Boom-boom! Ruangan yang meledak?! Aku selalu khawatir sejak dulu jika kau mendapatkan scene yang berbahaya seperti itu."
"Gwenchana, sayaaang" ungkapku sambil mencubit pipi tembamnya gemas. Saat ini kita berdua tengah duduk beristirahat sejenak dari kembali membuat Music Video dengan lagu baru berbahasa Jepang dengan judul Film Out.
Aku juga bersyukur melihat Taehyung yang tetap bersemangat seperti itu, setelah kejadian itu, semua member khawatir padaku, Taehyung dan Yoongi terus menangisiku, Bahkan Jhope yang sangat terlalu cemas terus memelukku, sampai sampai terus menggenggam jemariku.
Tapi sayangnya, aku malah membawa berita baik kalau aku mulai berpacaran dengan Namjoon dan aku bahagia, membuat rasa cemas mereka menghilang bagai di terpa angin.
Entahlah, sejak masuk Bangtan, mataku tertuju pada sosok Kim Namjoon, dan aku tidak suka dengan Kim Taehyung. Wkwkw, dasar aku, sangat egois.
Aku melirik Namjoon, aku rasa dia memiliki semua yang aku suka, wajah tampan, perhatiannya, setianya, tubuh sexynya, hanya saja, ada sedikit yang kurang, tapi apa?
Kegilaan apa yang sedang ku rindukan?
"Omong-omong, sayang. Kau betul betul sudah tidak jadi Rap Monster lagi kan?"
Namjoon tiba-tiba mengernyitkan alisnya tidak suka. "Maksud, hyung?"
"ahahaha, tidak, aku tidak ada maksud, sih ... Hanya penasaran, saja."
"penasaran apa?" mulai, sifat posesifnya keluar, salah satu yang aku sukai dari Namjoon namun cukup merepotkan juga karena dia begitu sangat posesif.
"Ya, dia jahat. Dia sangat kasar."
"Kasar bagaimana? Aku tidak begitu ingat jelas ketika jadi dia."
"y-ya, bagaimana, ya, dia tiada ampun waktu itu saat di ranjang—"
"Memperkosamu?" kudengar nada bicaranya sudah mulai dingin. "Kau kangen dia? Kau suka di kasari, hyung?"
Tepat.
"Kau bosan dengan servis ranjang ku?"
"Bu-bukan begitu, Namjoon. Aku kan hanya tanya— Yak! Kim Namjoon!" Teriakku saat tiba-tiba saja dia beranjak dari bangkunya dan pergi dari kerumunan.
Sifat pesimis dan pencemburunya yang juga cukup merepotkan.
Kim Seokjin, hari ini kau harus lebih bekerja keras untuk melunakkan hati Namjoon.
((NamJin))
Namjoon membasuh wajahnya dengan cepat, marah. Ya, dari sekian orang, dia paling tidak suka pada kepribadian dirinya yang lain.
Yang telah merenggut keperawanan orang yang di cintainya.
"Heh? Karena hal itu saja aku jadi bisa keluar seperti ini?" Seringainya sambil sesekali berkaca dan mengusap dagunya. "Ya, kita memang tambah tampan ya, efek samping karena punya kekasih, ya, hm?" lagi-lagi Namjoon berbicara pada dirinya sendiri didepan cermin di dalam toilet yang sepi ini.
"Ka-kaget!" Yoongi masuk kedalam toilet dan entah kenapa kaget saat melihat Namjoon ada disana. Dia menghampiri Namjoon dengan wajah tidak sukanya dan berdiri di wastafel tepat di sampingnya.
Namjoon meneliti Yoongi dari bawah hingga keatas.
Yoongi yang sudah mencuci tangannya dan sedang mengeringkan dengan tisu itu mulai risih dengan tatapan Namjoon.
"Yak! Apa kau lihat-lihat!"
"Ck." Namjoon berdecak, dan dengan segera menghimpit Yoongi, diantara badan tingginya dan juga tembok toilet.
"W-wae? Apa yang kau lakukan?" tanya Yoongi takut-takut, dia merasa, Namjoon ini masih orang yang sama, Namjoon leader mereka, orang yang di pacari Jin.
"Hee, lama tidak bertemu, kau makin manis saja ya, Yoongi-hyung" desis Namjoon sambil mencolek dagu Yoongi.
Yoongi sadar kalau itu bukan Namjoon dan dia mulai ketakutan.
PLAK
"SEOKJIN-HYUNG!!!" lelaki mungil itu berlari sekuat tenaga keluar dari toilet sambil meneriakkan nama Seokjin.
Meninggalkan Namjoon yang terpaku karena mendapat tamparan tak terduga itu mulai tertawa.
"Mantap sekali, baru muncul kembali aku sudah kena tampar. Benar-benar lelaki yang manis."
Namjoon meregangkan seluruh badannya. "Yap baiklah, Yoongi belakangan. Yang terpenting sekarang rupanya ada yang merindukanmu, hm~ aku datang padamu, Princess, ayo kita bersenang-senang."
Namjoon keluar dari toilet sambil berjalan santai dengan kedua tangan masuk kedalam saku celananya, juga dia bersiul dengan riang.
"Kim Seokjin, Im Coming~hm, aku akan memuaskan mu hingga kau tak bisa berjalan untuk beberapa hari kedepan, dan akan aku ikat kau selamanya dalam pelukku hingga kau lebih menginginkan ku."
END
