SICK
Sakit merupakan sebuah hal yang sangat di benci oleh Haibara. Di samping dia tidak bisa bergerak dari tempat tidur, semua urusan penting yang menyangkut anti virus Apotoxin 4869 yang sedang di kembangkannya akan tertunda. Di samping itu, dia akan di paksa untuk berakting layaknya anak kecil yang sakit. Walaupun sebenarnya sakit yang di deritanya tidak terlalu parah, tapi dia tetap harus bersandiwara layaknya seperti anak SD yang sedang demam. Dan itu akan sangat merepotkan. Seperti sekarang, dirinya sedang di kelilingi oleh teman teman detektif kecilnya.
"Ai-chan? Bagaimana sekarang keadaannya? Sudah baikan? Aku membawakan kue kesukaan Ai-chan." Ucap Ayumi dengan tatapan yang sangat sedih melihat sahabatnya terbaring di tempat tidur dengan wajah yang memerah dan suhu tubuh yang sangat di atas kata 'wajar' itu. Haibara pun tersenyum menenangkan lalu menggelengkan kepalanya. Menandakan jika sakit yang di deritanya tidak terlalu parah.
"Barou..* di minumkan obat nanti dia juga akan sembuh. Kalian tidak usah terlalu berlebihan mengkhawatirkan Haibara." Ucap Conan dan menjulurkan tangan untuk mengambil kue yang di bawa sama Ayumi. Dengan gesit Ayumi pun menepuk tangan Conan dan menggembungkan pipinya, pertanda marah dengan ucapan Conan.
"Apa? Kenapa kau menatap ku seperti itu Ayumi?" Tanya Conan.
"Ayumi tidak suka Conan-kun berkata seperti itu. Jangan remehkan Demam Conan-kun. Demam itu jika di biarkan bisa menyebabkan kematian. Dan juga, Ayumi membawakan kue itu Untuk Ai-chan. Jadi jangan di sentuh!" Berang Ayumi. Conan pun Berdecih tak suka dan menatap Haibara. Haibara pun tersenyum meremehkan ke arah conan. 'Apanya yang sakit? Dia masih bisa tersenyum seperti iblis begitu.' Batin Conan.
Pintu Kamar Haibara pun terbuka dan menampakkan Professor, Mitsuhiko, dan Genta yang memasuki kamar dengan membawa sebuah mangkuk berisi bubur yang baru di masak.
"Haibara-san? Ini kami buatkan bubur telur kesukaan Haibara-san. Di makan dulu, lalu minum obat ya." Ucap Mitsuhiko dan meletakkan bubur yang masih hangat itu di meja kasur haibara. Dengan Gesit Genta dan Professor pun membantu Haibara untuk duduk, dan menyamankan punggung Haibara dengan meletakkan beberapa bantal di belakangnya.
"Terima kasih semuanya." Ucap Haibara singkat. Semua pun tersenyum dengan senang. Dengan perlahan Haibara pun menyuapkan bubur hangat tersebut ke mulutnya dan mengunyahnya dengan pelan.
"Ini enak. Terima kasih Mitsuhiko, Genta, dan Juga Hakase." Ucap haibara.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau tiba tiba bisa kena demam Haibara? Padahal sekarang tidak musimnya sakit."Tanya Conan.
"Kau pikir, Sakit hanya harus dialami saat musim sakit saja? Wahai tuhan detektif yang terhormat? Ku sarankan kau juga harus banyak membaca buku tentang ilmu kesehatan. Agar kau bisa tau lebih banyak tentang penyakit. Jika kau hanya terus menyibukkan dirimu dengan buku detektif konyol mu, kau hanya akan membuat orang muak harus berbicara denganmu." Jawab Haibara dengan sarkasme. 'Wanita ini benar benar tau cara membuatku naik darah.' Batin Conan dengan kesal.
"Oh ya Ai-kun, apa kau yakin tidak apa-apa di tinggalkan sendiri di rumah?" Tanya Professor Agasa.
"Sudah ku bilang, aku tidak masalah hakase. Kau pergi saja menemui pembeli yang sedang protes karena alat buatan mu. Setelah ini, aku akan minum obat dan tidur." Ucap Haibara meyakinkan Professor.
"Tapi.. aku ke Hokkaido Ai-kun. Tidak akan pulang malam ini. Aku tidak yakin untuk meninggalkan mu di rumah saat kondisi mu sedang seperti ini. " Ucap Hakase yang masih bimbang. Conan yang melihat hal tersebut dengan refleks berkata,
"Minta tolong saja Subaru-san untuk menjaga Haibara. Ku rasa dia tidak akan keberatan mengurus gadis kecil yang sedang demam." Ucap Conan Santai. Urat kekesalan pun muncul di pelipis Haibara. Dengan jengkel, Haibara pun menarik Kaos tangan Conan, menuntun Conan untuk mendekatkan kupingnya ke dekat bibir Haibara.
"Kau bodoh? Aku tidak mau di tinggalkan saja berdua dengan laki laki asing! Dan sudah berapa kali ku katakan jika aku tidak percaya dengan Laki laki itu? Sudah berapa kali ku katakan jika aku merasakan aura yang sama di saat aku ketakutan ketika bertemu dengan salah satu orang dari organisasi hitam? Kau benar benar melupakan segala kecurigaan ku? Atau apa? Kau sengaja menjadikan ku umpan? Agar kau bisa mengorek informasi tentang organisasi itu? Di mana hak asasi ku sebagai manusia? Meitantei?" Cecar Haibara dengan kesal.
"Hoi.. Sudah berapa kali juga ku katakan pada mu Nona sinis, jika Subaru-san bukanlah orang yang jahat. Kau saja yang terlalu berlebihan takut padanya." Bisik Conan tak kalah pelan. Ayumi dan yang lainnya hanya menatap dengan bingung kedua teman mereka yang sibuk berbisik.
"Oi. Kalian ini membicarakan apa? Kok bisik bisik seperti itu?" Tanya Genta. Conan pun menjauhkan badannya dari Haibara.
"Tidak. Aku hanya mengatakan pada Haibara, kalau aku akan menemaninya di sini bersama Subaru-san. Paling tidak sampai professor pulang besok." Ucap Conan.
"Kalau begitu, Kami bertiga juga akan menginap disini, untuk menemani Ai-chan. Bagaimana? Karena ada Subaru niichan juga. Jadi ada yang bisa mengurus Haibara." Ucap Ayumi. Dengan cepat Mitsuhiko dan Genta pun menganggukan kepala mereka menyetujui ucapan Ayumi.
"Tidak usah. Nanti kalian akan kerepotan." Jawab Haibara.
"Tidak sama sekali. Besok juga hari minggu. Dan kita juga libur. Jadi tidak akan ada yang di repotkan. Dan dengan begitu, Hakase juga bisa berangkat ke Hokkaido dengan tenang. Ya kan hakase?" Ucap Mitsuhiko dan menatap Professor Agasa.
"Jika, memang Subaru-san tidak keberatan untuk menjaga Ai-kun, aku akan sangat tertolong sekali." Ucap Professor dan tersenyum. Dan semuanya pun menatap Haibara untuk meminta persetujuan Gadis berambut blonde tersebut. Menghela nafas dalam, Haibara pun tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Baiklah jika kalian ingin seperti itu." Ucap Haibara. Ayumi, Genta dan Mitsuhiko pun bersorak dengan riang. Tanpa semuanya sadari, Conan pun tersenyum penuh Arti.
"Ai sakit?" Tanya subaru.
Para detektif cilik sekarang ada di ruang tamu keluarga Kudou, tempat di mana Subaru menetap untuk sementara.
"Iya Subaru niichan. Subaru niichan mau kan menemani kami sampai Professor kembali, dan mengurus Ai-chan?" Tanya Ayumi penuh harap.
"Tentu saja Aku mau nona cantik. Aku tidak mungkin membiarkan Ai sakit tanpa ada yang mengurus." Jawab Subaru. Ayumi pun lega mendengar Jawaban Subaru.
"Kalau begitu, kalian pulanglah duluan ke rumah Professor. Aku akan menyiapkan beberapa keperluan dulu." Ucap subaru dan mengantarkan para detektif cilik ke pintu depan. Sebelum menutup pintu Rumah keluarga Kudou, Conan pun berbalik dan menatap subaru dengan intens. Tak lama setelah itu, Conan tersenyum dengan sangat lebar, merasa puas akan suatu hal. Subaru yang membalas tatapan Conan, membungkuk dan mengacak rambut Conan dengan Gemas.
Subaru memasuki kamar Haibara dan menatap Gadis kecil yang sedang tertidur dengan tenang. Cukup lama subaru menikmati wajah tidur Haibara, hingga kesenangan itu terputus saat Haibara membuka matanya.
"Apa sudah mendingan demamnya tuan putri?" Tanya subaru. Haibara sedikit terkejut melihat Subaru yang menatapnya dengan ekspresi cemas.
"Aku tidak yakin. Tenggorokan ku sangat sakit dan entah kenapa aku merasa perih di sekujur tubuh ku." Ucap Haibara dengan serak.
"Apa aku boleh melihat tangan mu sebentar Ai?" Tanya Subaru lagi. Tanpa menjawab Haibara hanya menjulurkan tangannya dengan lemas. Subaru pun menyentuh tangan Haibara yang terasa sangat panas dan menelitinya dengan seksama.
"Hm... ada pendarahan di sekujur pori pori kulit mu. Apa kau merasa pusing?" Tanya Subaru dan menyentuh kening Haibara dengan sayang.
"Saking pusingnya, aku bahkan tidak sanggup untuk membuka mataku." Jawab Haibara dengan suara yang semakin parau. Subaru pun tersenyum dan mengelus pipi Haibara yang tersasa hangat.
"Kau tidak perlu membuka mata mu Ai. Istirahatlah. Aku akan membuatkan makan malam untuk mu dan menyiapkan obat. Kembalilah tidur. Jika sudah matang, akan ku bangunkan." Ucap Subaru dan mulai beranjak keluar dari kamar haibara. Namun dengan sigap Haibara menarik ujung baju kemeja yang di gunakan oleh Subaru.
"Siapa kau sebenarnya Subaru-san?" Tanya Haibara, dan mencoba membuka matanya yang terasa sangat berat. Subaru pun menatap Haibara dan tersenyum dengan tenang.
"Anggaplah aku seorang Pangeran yang sedang mengobati kekasihnya yang sedang sakit." Ucap Subaru. Merendahkan Wajahnya, Subaru berinisiatif mengecup Kening Haibara. Wajah Haibara pun terasa lebih panas dari sebelumnya.
"Bodoh." Ucap haibara singkat, lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Subaru pun kembali tersenyum dan berjalan keluar untuk menyiapkan makan malam.
Subaru menatap para detektif cilik yang sedang bermain Game di ruang keluarga Professor Agasa. Tersenyum singkat, Subaru menggerakkan kakinya menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Saat sampai di dapur, Subaru bertemu dengan Conan yang sedang mengambil minum.
"Bagaimana?" Tanya Conan.
"Demamnya semakin tinggi." Jawab Subaru.
"Padahal tadi sudah di beri Paracetamol. Kenapa belum reda juga demamnya?" Tanya Conan. Subaru pun tampak berfikir.
"Apa kau tau Ai sakit apa Conan?" Tanya Subaru.
"Professor bilang, Haibara hanya terkena sakit Roseola. Katanya, itu penyakit yang biasa menimpa anak seumuran dia." Jawab Conan.
"Awalnya juga ku pikir seperti itu, Tapi ruam di kulit Haibara sedikit berbeda dari penyakt Roseola." Ucap Subaru.
" Maksudnya berbeda?"
"Daripada di sebut Ruam, itu lebih di sebut pendarahan di pori-pori. Di tambah tenggorokan Ai sakit, dan susah untuk berbicara. Aku takutnya, Haibara bukan sakit Roseola melainkan Penyakit Demam kuning."
"Demam Kuning?" Tanya Conan. Subaru pun Mengangguk.
"Iya Demam kuning. Penyakit Demam kuning itu bisa terjadi akibat tubuh terserang virus Flavivirus. Dan virus ini tergolong virus sistematik yang akut. Gejala yang di alami Ai juga mirip. Demam tinggi, Pendarahan pada Pori kulit. Dan aku takutnya, jika di beri obat yang salah, bisa terjadi sel mati pada bagian hati dan ginjal." Jelas Subaru. Conan yang sedang meminum Air, langsung tersedak dan menyemburkan Airnya.
"Bukankah itu penyakit yang sangat parah? Terus kita harus bagaimana Subaru-san? Apa kita bawa saja Haibara ke rumah sakit?" Tanya Conan dengan panik.
"Ahh... kalau masalah itu tidak perlu Conan. Bisa bantu aku membelikan Sari temulawak di apotik terdekat? Daripada menggunakan obat dari dokter, akan lebih baik penyakit ini di sembuhkan dengan obat herbal. Ajaklah Genta atau tidak Mitsuhiko untuk menemani mu. Aku akan menyiapkan makan malam untuk kalian semua." Ucap subaru menjelaskan.
"Baiklah. Rawatlah gadis kecil itu dengan teliti Subaru-san. Ah, Apa perlu ku sebut Wanita?" ucap Conan dan tersenyum penuh arti. Subaru pun menatap Conan dan ikut tersenyum dengan santai.
"Ah.. Mungkin wanita lebih cocok." Jawab Subaru.
"Subaru-san, Ini Sari temulawaknya." Ucap Conan, saat memasuki Rumah Professor Agasa.
"Terima kasih Conan. Oh iya, Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kalian. Makanlah dulu. Aku akan mengantarkan makanan ke kamar Ai sekalian memberikan dia obat." Jelas Subaru dan mengambil sari temulawak dari tangannya Conan.
"Ayumi boleh ikut Subaru niichan, memberi obat untuk Ai-chan?" Tanya Ayumi. Subaru pun tersenyum dan menepuk kepala Ayumi dengan lembut.
"Tentu saja Boleh. Tapi lebih baik Ayumi makan dan habiskan dulu makan malam yang sudah ku buatkan ya. Nanti jika sudah habis, baru boleh melihat keadaan Ai." Ucap Subaru. Dengan Semangat Ayumi pun mengangukkan Kepalanya dan berjalan ke dapur, mengikuti Genta dan Mitsuhiko yang sudah duluan ke sana.
"Kau juga, segeralah makan Conan." Ucap Subaru.
"Baik." Ucap Conan dan berlalu ke dapur dengan santai.
Subaru pun mulai berjalan menuju kamar Haibara dengan membawa semangkuk Soup Hangat, sebotol madu, dan sari temulawak. Membuka pintu dengan perlahan, subaru pun menatap Haibara yang masih berbaring dengan lemas di ranjang Queen Sizenya. Mendekatkan diri, Subaru pun meletakkan nampan yang berisi mangkuk Soup dan obat-obat tadi di samping tempat tidur. Dengan perlahan, Subaru mengelus pipi Haibara dengan lembut. Merasakan betapa rapuh dan berharganya Gadis yang selama ini selalu di lindunginya secara diam diam.
"Ai, Bangunlah. Makan malam mu sudah siap." Ucap Subaru berbisik dengan pelan di telinga Haibara. Memberikan respon dengan bergumam, Haibara membuka matanya dengan perlahan, namun langsung tercekat di karenakan wajahnya dan subaru berjarak sangat dekat.
"Wajah mu terlalu dekat. Dasar laki laki cabul." Ucap Haibara dengan Sarkasme.
"Hahaha. Maafkan ketidak sopanan ku, tuan putri. Aku hanya ingin mengecek panas badan mu saja. Dan apa itu yang di sebut rasa terima kasih di saat ada lelaki tampan yang menjaga mu di saat kondisi mu sedang seperti ini. Hm?" ucap Subaru dan tersenyum ramah seperti biasa. Rona merah di wajah Haibara semakin jelas. Merasa tak enak, haibara pun mendengus dengan pelan.
"Maafkan aku." Ucapnya singkat.
"Tidak apa. Sekarang makanlah, setelah itu kita minum obat." Ucap Subaru, dan meletakkan Semangkuk Soup di atas meja kasurnya Haibara. Menatap Soup yang di buat oleh Subaru, Haibara tidak bisa tidak tersenyum. Mengambil sendok, Haibara pun menyesap Soup itu dalam diam.
"Enak." Ucapnya singkat.
"Syukurlah jika kau menyukai makanan buatan ku." Balas Subaru. Haibara pun kembali memakan Soupnya dengan tenang, sambil menatap Subaru yang sibuk menyiapkan beberapa obat yang akan di minum oleh Haibara.
"Siapa kau sebenarnya Subaru-san?" Tanya Haibara lagi.
"Bukankah Sudah ku bilang, Jika aku adalah pangeran yang sedang meraw-"
"Bukan itu jawaban yang ku inginkan." Potong Haibara.
"Lalu? Atas dasar apa kau bertanya siapa aku sebenarnya Ai?" Tanya subaru, dan mendudukkan dirinya di kasur Haibara.
"Aku hanya merasa aneh. Terkadang kau terasa seperti ancaman, namun di saat seperti ini, aku benar benar merasa dekat dengan mu." Jelas Haibara. Dengan segara subaru mengelus kepala Ai dengan lembut.
"Maksud mu aku seperti ancaman?" tanya subaru.
"Aura mu. Terkadang aku bisa merasakan aura mu seperti seseorang yang sangat ku takuti. Namun, di sisi lain, kau memiliki aura yang bisa membuat ku melupakan fakta bahwa kau adalah ancaman." Jelas Haibara.
"Hm... aku tidak bisa menyalahkan mu yang bisa merasakan ku seperti itu. Mungkin penjelaskan Ai ada benarnya. Tapi satu yang Ai harus ingat. Walaupun menurut mu aku adalah seseorang yang jahat, tapi aku bukanlah ancaman. Terutama untuk mu. Jadi tidak ada yang perlu kau takutkan." Ucap Subaru dan tersenyum dengan ramah.
Deg
Deg
Deg
Jantung Haibara dengan cepat berdetak dengan sangat kencang dan tak beraturan. Wajahnya kembali memanas setelah mendengar Subaru mengucapkan hal yang sedikit 'aneh' menurut Haibara.
"Kau benar benar membuat ku penasaran." Ucap Haibara.
"Hoo? Apa kau mulai tertarik pada ku? Tuan putri?" Canda Subaru.
"Cih, Berikan obatnya." Ucap Haibara menghindar dari pertanyaan Subaru. Dengan segera Subaru menyerahkan sendok berisi Sari temulawak dan madu yang dicampur menjadi satu.
"Kenapa Obatnya berbeda?" Tanya Haibara.
"kau bukan terserang penyakit Roseola tuan putri. Tapi kau terserang penyakit demam kuning. Tentu saja obatnya berbeda. Tapi tenang saja, Belum parah." Jawab Subaru kalem. Haibara dengan cepat menghela nafasnya dengan kesal.
"Sudah kuduga. Aku juga berfikir jika bukan Roseolalah penyakit ku. Namun Hakase yakin, pantas saja panas ku tidak turun saat minum Paracetamol." Ucap Haibara
"Jadi? Apa ini Sari temulawak?" Sambung Haibara kemudian.
"Ya, dan sedikit madu, agar badan mu tidak lemas, dan masih berenergi." Jawab Subaru, Haibara pun menatap Subaru, dan tersenyum ringan.
"Suapi aku obatnya Pangeran." Ucap Haibara.
"Pangeran?" Beo Subaru.
"Bukankah kau yang berkata, jika kau adalah seorang pangeran yang sedang merawat kekasihnya yang sedang sakit?" Tanya Haibara. Subaru pun terdiam untuk sementara, dan tertawa senang.
"Hahaha.. Baiklah tuan putri." Subaru pun menyuapi satu sendok penuh sari temulawak ke dalam mulut Haibara.
"Karena sudah minum obatnya, saatnya kau istirahat Ai." Ucap Subaru dan membereskan peralatan makan Haibara.
"Terima kasih Subaru-san. Sudah mau repot-repot mengurus ku, yang bukan siapa siapa mu." Ucap Haibara dan tersenyum tulus. Subaru pun menatap Haibara dengan mata sipitnya, membungkuk sedikit, meraih dagu Haibara, dan mengecup Hidung mancung haibara dengan lembut.
"Tunggu. Apa yang kau-"
"Aku Pangeran mu tuan putri. Ini sudah kewajiban ku untuk mengurus mu." Potong Subaru, dan mengelus pipi Haibara dengan lembut.
"Dan selamanya aku akan menjadi pengeran mu." Lanjut Subaru dan beranjak ke pintu kamar Haibara.
"Istirahatlah. Semoga besok kau sudah sedikit membaik." Ucap Subaru lagi, dan menghilang, bersamaan dengan tertutupnya pintu kamar Haibara. Haibara menatap pintu yang sudah tertutup dengan rapat tersebut dengan bengong. Tak lama setelah itu, Haibara pun tersenyum dan kembali berbaring di tempat tidurnya.
"Aku kalah telak darinya." Gumam Haibara, dan di akhiri dengan tawa kecil dalam kamar Haibara. Merasa cukup tertawa, Haibara menghela nafas dengan dalam, dan mencoba untuk menenangkan pikirannya dari pria bermata sipit itu. Sementara itu Subaru sedang membereskan sisa makan malam dari deketif cilik di dapur. Bibirnya tidak lepas dari senyuman.
"Sepertinya sedang senang Subaru-san? Apa ada sesuatu yang menyenangkan?" Tanya Conan. Subaru yang tidak menyadari Conan menatapnya daritadi, sedikit kaget mendengar Conan bertanya dengan tiba tiba.
"Ah.. kau Conan. Ah.. tidak.. aku hanya sedikit merasa senang. Apa tidak boleh?" Tanya Subaru sambil tersenyum bahagia ke arah Conan. Conan pun tertawa terbahak bahak, tak kuasa menahan rasa gelinya melihat Subaru yang sedang bertingkah konyol seperti ini.
"Tidak masalah loh, menemaninya lebih lama. Aku yang akan membereskan masalah dapur. Subaru-san kembali lah ke kamar Haibara dan temani dia." Ucap Conan perhatian.
"Eh? Tapi aku tidak bisa meninggalkan dapur yang masih berantakan seperti ini." Jawab Subaru.
"Sudah kubilang kan? Serahkan saja padaku dan anak anak yang lain. Sekali kali Subaru-san juga harus mementingkan diri sendiri lho." Ucap Conan dan tertawa dengan ramah. Subaru dengan segera menimbang ucapan Conan. Sedikit mengangguk Subaru tersenyum.
"Baiklah. Ku serahkan padamu sisanya Meitantei." Ucap Subaru dan berjalan kembali ke kamar Haibara.
Subaru kembali memasuki kamar Haibara dengan perlahan. Mendekati sesosok Jiwa yang sedang tertidur dengan pulas di kasurnya. Mengambil sebuah kursi, Subaru mendudukkan diri di samping Kasur Haibara. Kembali mata bergaris subaru menatap dengan sayang Haibara yang sedang bernafas dengan teratur di tempat tidurnya. Pikiran Subaru kembali mengingat beberapa memory Tentang dirinya dan Haibara. Seperti bagaimana pertama kali mereka bertemu, Bagaimana dia akhirnya tau siapa Haibara ini sebenarnya. Sangat ingin rasanya Subaru memberitahu Haibara tentang dirinya yang sebenarnya, namun dia takut. Takut jika Haibara tidak bisa menerima dirinya, di karenakan kesalahan yang pernah di buatnya di masa lalu. Subaru dengan perlahan mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Haibara dengan sayang.
"Subaru-san?" Haibara menyebutkan namanya.
"Maaf. Apa aku membangunkan mu?" Tanya Subaru.
"Aku Hanya memejamkan mata. Tidak tidur." Ucap Haibara. Kembali Subaru mengelus Rambut Haibara dengan sayang. Berusaha memberikan perhatian pada Gadis rapuh yang sangat di cintainya ini.
"Ingin sesuatu? Minum? Atau kau mau makan kue pemberian Ayumi?" Tanya Subaru.
"Tidak. Aku cukup nyaman seperti ini. Aku tidak ingin apa-apa." Jawab Haibara dan perlahan membuka matanya dengan perlahan. Mata sipit Subaru bertemu dengan mata biru cerah milik Haibara. Cukup lama mereka memandang satu sama lain, hingga Subaru menghentikan kontak mata di antara Haibara dan dirinya.
"Ini. Minumlah dulu. Kau harus banyak minum Ai, biar tenggorokan mu tidak sakit." Ucap Subaru dan memberikan segelas Air. Haibara mengulurkan tangan untuk mengambil Air tersebut, dan menghabiskannya dalam sekali teguk.
"Terima kasih." Ucapnya singkat.
"Kau ingin kembali istirahat?" Tanya Subaru.
"Aku tidak terlalu ngantuk. Kau ingin menemani ku di sini?" Tanya Haibara. Subaru pun tersenyum dan duduk di pinggiran kasur Haibara.
"Dengan senang hati, tuan putri." Ucap Subaru dengan senang.
"Jadi? Apa aku mengganggu acara malam minggu mu dengan kekasih mu Subaru-san?" Tanya Haibara.
"Malam minggu?" Beo Subaru.
"Ya. Sekarang kan Sabtu malam. Biasanya orang dewasa seperti mu punya acara sendiri dengan kekasih atau teman kencan, mungkin?" Jelas Haibara.
"Hahaha... bukankah aku sedang berkencan dengan Gadis manis sekarang? Walaupun dalam keadaan sakit seperti ini, aku cukup bahagia." Jawab Subaru.
"Kau tidak serius mengatakan itu kan?" Tanya Haibara dengan nada bercanda.
"Tentu saja aku serius. Ini malam kencan ku yang paling istimewa, bersama tuan putri seperti Ai-chan." Ungkap Subaru, menambah suffix 'chan' di akhiran nama Haibara.
"Hentikan memanggil ku seperti itu, menggelikan." Ucap Haibara lalu tertawa. Subaru pun mengalungkan Lengannya ke belakang pundak Haibara dan memeluknya dengan sayang.
"Cepatlah sembuh Ai. Dan jangan sakit lagi. Aku benar-benar khawatir melihat keadaan mu sekarang ini." Ucap Subaru dengan nada sedih. Haibara yang di peluk,terdiam. Mencerna setiap kata yang di ucapkan oleh Subaru saat ini. Tersenyum lembut, Haibara mengelus kepala Subaru dengan pelan dan canggung.
"Yah.. jika dokternya seperti mu, mungkin aku bisa cepat sembuhnya. Terima kasih, sudah mau merawat ku, Subaru-san." Ucap Haibara dengan tulus. Subaru pun tersenyum di balik punggung Haibara dan memeluk Haibara lebih Erat.
'sama-sama, Shiho.' Batin Subaru.
"Sekarang istirahatlah Haibara. Aku akan menemani mu di sini, sampai sembuh." Jawab Subaru. Dengan pelan subaru mengangkat selimut haibara, dan menutup tubuh gadis itu itu sampai bagian dada.
"Kau benar benar pangeran Yang romantis,hm?" Ungkap Haibara dan tertawa dengan ramahnya.
"Hanya pada mu saja, tuan putri. Tidak ke gadis lain. Aku berjanji." Jawab subaru, dan mencium punggung tangan haibara dengan lembut. Membalasnya dengan senyuman, Haibara kembali memejamkan matanya.
'Ya, Hanya padamu, aku akan memberikan segalanya.' Batin Subaru menambahkan.
"Ayumi senang sekali akhinya Ai-chan bisa sembuh dan bisa kembali sekolah." Ucap Ayumi saat para detektif cilik berjalan pulang dari sekolah. Haibara pun hanya tersenyum melihat temannya yang selalu ceria itu.
"Tapi, Subaru niichan benar benar hebat ya.. bisa tau penyakit Haibara-san hanya dengan melihat ruam di tangannya Haibara-san. Benar benar pintar." Ucap Mitsuhiko memuji.
"Dan juga, Nasi Kare yang di buat Subaru niichan benar benar enak. Sudah pintar mengetahui penyakit, pinter masak juga." Ucap genta.
"aku benar benar tertolong, karenanya." Ucap Haibara lebih untuk dirinya sendiri.
"Ha? Apa?" Tanya Conan yang tak sengaja mendengar Haibara bergumam.
"Bukan apa apa." Ucap Haibara dan sedikit tersipu.
"Aku jadi ingin saat sakit juga di rawat oleh Subaru niichan. Pasti penyakit ku akan cepat sembuh." Ucap Ayumi dengan senang.
"Tentu saja. Karena Subaru niichan benar benar pandai menganalisis penyakit." Ucap Mitsuhiko menyetujui. Dan semuanya pun tersenyum seolah tidak ada masalah dengan ucapan yang di ucapkan oleh Mitsuhiko.
Saat berjalan pulang, Haibara tidak sengaja melihat sebuah toko baju khusus cowok. Banyak pikiran yang sedang berkecamuk di pikiran Haibara.
"Kalian duluanlah pulang. Ada yang harus ku urus. Sampai jumpa besok." Ucap Haibara tiba tiba.
"Eh? Yakin tidak ingin ditemani?" Tanya Ayumi.
"Tidak usah. Aku sendiri bisa. Sampai jumpa lagi." Ucap Haibara dan berjalan terpisah dari teman temannya yang lain.
TING TONG
TING TONG
Bell rumah keluarga kudo berbunyi dengan kerasnya. Membuat subaru yang sedang berada di ruang baca tergesa gesa untuk membukakan pintu.
"Sebentar.." Ucap subaru, dan membuka kan pintu depan yang sangat berat itu.
"Ai? Ada perlu apa kesini? Mari masuk." Ucapnya setelah melihat Haibara yang berdiri di depan pintu.
"Terima kasih." Ucap Haibara singkat, dan berjalan dengan tenang ke ruang tamu keluarga kudou tersebut.
"Tunggu sebentar. Akan ku buatkan minuman untuk mu." Ucap subaru dan meninggalkan ruang tamu.
"Tidak usah. Aku tidak akan lama disini." Cegah Haibara. Akhirnya subaru pun kembali duduk di kursi yang menghadap ke Haibara.
"Jadi? Ada apa?" Tanya Subaru lagi. Haibara pun menatap Subaru dengan sedikit malu dan mengeluarkan sebuah bingkisan dari dalam tasnya.
"Ini untuk mu. Aku ingin mengucapkan terima kasih karena sudah merawat ku sampai sembuh. Aku benar benar tertolong karena Subaru-san lebih gesit daripada professor. Ini untuk mu." Ucap Haibara dan memberikan bingkisan ke Subaru.
"Apa ini?" Tanya Subaru.
"Buka saja." Jawab Haibara.
Subaru pun membuka bingkisan tersebut dengan rapi. Setelah terbuka, Subaru tertegun menatap sebuah jaket berwarna Putih dengan kerah yang panjang.
"Ini.. untuk ku?" Tanya Subaru tidak percaya.
"Ya. Aku tidak tau warna kesukaan mu, dan apa barang yang kau sukai. Ku harap Subaru-san senang dengan pemberian ku yang seadanya ini." Ucap Haibara. Subaru pun tidak bisa menyembunyikan senyum senangnya.
"Aku senang sekali Ai. Dan ini pertama kalinya di hidup ku, aku di berikan hadiah oleh perempuan." Jawab Subaru dengan senang.
"Dari anak SD lebih tepatnya." Ucap Haibara mengoreksi. Subaru pun berjalan mendekati Haibara, dan memeluknya dengan Erat.
Deg
Deg
Deg
"Terima kasih Ai. Akan ku jaga Jaket ini." Ucap subaru. Haibara tidak bisa tidak tersenyum dan membalas pelukan Subaru.
"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu Subaru-san." Ucap Haibara dan berjalan ke pintu depan.
Setelah sampai di pintu depan Haibara pun berpamitan dengan Subaru, namun tiba tiba langkah kaki Haibara terhenti
"Aku lupa, aku masih punya satu lagi yang harus ku berikan untuk mu." Ucap Haibara. Subaru yang merasa bingung hanya menatap Haibara dengan wajah polos."
"Mendekatlah kemari." Ucap Haibara singkat. Subaru pun berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Haibara.
Sebuah Kecupan hangat mendarat di pipi Subaru. Haibara mencium pipinya dengan cukup lama.
"Kecupan itu, untuk Pangeran yang sudah menyembuhkan ku." Ucap Haibara dan segera berlari keluar dari rumah Kediaman Kudou.
Subaru pun menatap dengan bengong pintu rumah yang sudah tertutup dengan rapat. Mencoba mencerna apa yang baru saja di alaminya.
"ppftt-hahahahaha.." tawa subaru pun terdengar di kediaman Kudou yang besar itu. Subaru kembali menatap jaket putih yang masih berada di tangannya itu.
"Ya Ampun.. Aku benar benar menyukai Wanita itu." Ucap subaru dan tersenyum dengan senang.
THE END
