Failed
Chara: Shuusei x Matsuoka
Disclaimer: DMM.
Warning: OOC, typo, gaje, dll.
Author tidak mengambil keuntungan apa pun dari fanfic ini. Semata-mata dibuat demi kesenangan pribadi, dan untuk event Our Home dengan tema "lokal!AU".
Day 2: Nyuri jambu/mangga
Summary: Tokuda Shuusei gagal mencuri mangga gara-gara kepergok Matsuoka Yuzuru.
Bukanlah tanpa alasan Tokuda Shuusei berada di sini, gugup gagap di hadapan segelas teh yang disodorkan dalam kehangatan, belum lagi keringat dingin mengucur deras yang tidak menyamankan.
Sembari melemparkan senandung-senandung kecil, Matsuoka Yuzuru menyuguhkan sepiring kue yang bagi Shuusei, harganya pasti selangit sekali. Teh earl gray–entahlah apa itu, tetapi namanya yang berasal dari bangsa asing sudah cukup membuat Shuusei berpikir, harganya pun tak main-main–bahkan belum Shuusei sentuh. Kemewahan ini memang terlalu lewah untuk Shuusei, tetapi berkali-kali menolak pun Matsuoka tetap bersikukuh.
"Silakan dinikmati. Tadi, kan, sudah kubilang, anggap saja kayak rumah sendiri." Kue makin disodorkan. Jemari Shuusei jadinya kian meremas tali kantong plastik, daripada ia limbung.
"Ini … terlalu berlebihan buatku. Lagi pula sudah kubilang, aku itu berniat mencuri mangga Pak Haruo. Meski kulakukan demi adikku juga, seharusnya tetap saja enggak ada ampun, kan?"
Memalukan memang, tetapi begitulah kenyataannya dan Shuusei sudah siap dihukum berat, apabila ia ketahuan. Matsuoka adalah yang memergoki Shuusei. Ia ingat sekali betapa mati kutunya ia, kemudian Shuusei terang-terangan mengakui mau mencuri mangga saking bingungnya. Anehnya lagi Matsuoka tidak tertawa. Malah mempersilakan atau lebih tepatnya memaksa Shuusei masuk.
"Tetapi, kan, Shuusei enggak jadi mencuri juga. Masa iya tiba-tiba aku tidak mau mengampunimu?"
"Kalau begitu, jangan ampuni aku karena aku dekil dan bau," jawab Shuusei ogah mengalah. Sudah gagal mencuri, Shuusei malah bertemu seseorang yang baiknya aneh macam Matsuoka, dan diberikan mangga juga hingga sekantong–sekalian memperbaiki gizi selain diberikan untuk mengobati anemia.
"Pffttt … alasan macam apa itu? Shuusei suka melawak, ya."
"Aku serius. Padahal jika ketahuan, aku memang siap dikata-katai seperti, 'hanya kelakuanmu saja yang baik. Pada akhirnya karena kau miskin kau pasti mencuri'. Kira-kira intinya begitu, lah." Shuusei memang terkenal di kompleks ini sebagai pedagang barang rongsok, dan tak jarang ia diejek anak-anak sekitar. Karena sejak awal citranya sudah jelek, makanya Shuusei berani. Walaupun sulit dipungkiri Shuusei juga was-was.
"Karena sekarang ini Shuusei gagal, berarti kamu bukan maling, dong. Lagi pula sebenarnya aku tengah menghukummu, lho."
"Maksudnya?" Telunjuk Matsuoka mengarah riang ke wajah Shuusei yang tertekan. Kini dahi Shuusei pun ikut-ikutan mengernyit, sebab semakin gagal paham malah.
"Sekarang ini wajah Shuusei tertekan banget, karena perlakuan baikku terhadapmu. Buatku, cara terbaik terbaik untuk menghukum orang baik adalah dengan bersikap baik juga. Bukan dibuat babak belur atau dihakimi. Lagi pula …" Teh miliknya berhenti Matsuoka aduk. Dada Shuusei semakin tidak karuan yang seolah-olah ingin meledak, "Aku enggak mau juga, orang kayak Shuusei mendendam sama dunia ini. Meski di kehidupan banyak ketidakadilan, kuharap Shuusei tak kehilangan hatimu."
Semakin baik hati seseorang, semakin kuatlah ia walaupun sekalinya rapuh, akan begitu besar juga. Lalu Matsuoka menenggak teh-nya dengan penuh kegembiraan. Semakin mengajak Shuusei untuk mencicipnya juga, tetapi yang bersangkutan memutuskan kabur. Namun, setidaknya Shuusei menyempatkan diri melontarkan senyuman simpul–diam-diam berterima kasih kepada Matsuoka untuk mangga-nya, terus juga soal Matsuoka yang mau repot-repot menjaga hati Shuusei.
(Padahal hati seperti Shuusei banyak, sebenarnya. Namun, Matsuoka menjagnya seolah-olah ia tidak akan menemukannya lagi.).
Tamat.
