"Sakura apa kau ingat apa yang dikatakan kakekmu sebelum meninggal?"

Wanita yang di panggil Sakura hanya mendongak, sementara ditangannya terdapat buku tentang kecantikan, "bahwa aku akan menikah?" ucapnya tidak yakin.

"Sakura-sama maaf mengganggu, tamu anda sudah datang."

Sakura bangkit dari kursinya, "Aku akan pergi Mum," ucap Sakura melirik wanita berambut pirang yang tidak suka diganggu.

Tsunade hanya mengangguk pelan dan Sakura segera pergi.

Sakura menghela nafas, tentu Tsunade akan membicarakan tentang pernikahan dan Sakura tidak menginginkannya. Setidaknya ia bisa lolos kali ini, tamu Sakura bukanlah sembarang orang, tetapi calon investor miliknya, Sakura sedang berencana membangun rumah sakit dengan fasilitas lengkap di pusat kota New York, tentu saja ia membutuhkan banyak uang.

Sementara pria yang akan ia temui merupakan perusahaan otomotif yang terkenal dengan inovasinya, dan sang pemilik Sabaku No Gaara memang sedang berencana untuk mencoba bisnis lain yaitu rumah sakit. Bukankah ini kesempatan yang bagus?

Setelah merayu Naruto, Sepupunya, dengan berbagai rasa Stock ramen, akhirnya Naruto memperkenalkannya dengan Gaara, teman baiknya. Mereka belum pernah bertemu, tapi dengan referensi Naruto, Gaara akhirnya memutuskan untuk datang membicarakan kerja sama.

Sakura mengenakan kemeja krem dengan renda di bagian depan, rok coklat gelap span gelap selulut yang menampilkan tubuhnya dengan baik, serta jas putih dokter yang di pakainya. Ia menyanggul rambut panjang merah mudanya kebelakang dan memeriksa kaca. Sabaku No Gaara terkenal dengan perfeksionisnya, pria itu memegang perusahaan otomotif ayahnya saat usianya 14 tahun dengan cepat pria itu memperluas usahanya.

Beberapa rumor kurang mengenakan terdengar, bahwa Gaara bukanlah pria yang setia, pria itu mudah membawa wanita tidur ke ranjang semudah ia mengganti pakaiannya. Karena itu Kakashi tidak menyukai perjanjian ini, tetapi Sakura sudah membulatkan tekat, karena Sakura tahu bahwa Gaara adalah pria All in dalam pekerjaan. Pria itu akan memberikan Sakura investasi seberapa besar asal dengan data yang jelas tentunya.

Ia mengecek lagi mapnya, suara pintu terbuka.

Pria berambut merah, menatap Sakura dengan pangangan kosong. Ia mengenakan setelan navy yang pas dengan tubuhnya yang ramping, Gaara tidak terlalu tinggi darinya. Hanya saja aura nuansa pria itu mencekam.

Beberapa rumor mengatakan bahwa Gaara bisa membunuh siapapun yang tidak ia sukai, baik pria ataupun wanita dan sepertinya Sakura akan mempercayai rumor-rumor aneh tentang pria ini, Sakura menelan ludah.

"Sakura Haruno?" suara baritone Gaara membuat Sakura terkejut. Dengan reflek ia berdiri dari kursinya, "Mr. Sabaku," panggilnya.

Merasa bahwa ini adalah ruangan yang benar, Gaara menarik kursi di hadapan Sakura. Ruangan meeting yang besar dengan pencahayaan yang cukup tidak membuat aura ruangan itu menyenangkan, 'bukankah ruangan meeting ini cukup terang, kenapa rasanya suram?' pikir Sakura.

"Langsung ke intinya saja, aku sudah membaca proposalmu." Gaara mengambil tas hitam dengan logo khas Gucci miliknya dan mengeluarkan proposal Sakura. Proposal itu rapi, tidak kusut, beberapa post it yang tertempel di proposal Sakura menandakan bahwa pria itu memang membacanya.

Gaara mengambil kaca mata baca berbentuk kotak degan bingkai tipis berwarna hitam yang pas dengan wajahnya seolah membuat ketampanan pria itu meningkat. Sekarang Sakura tahu mengapa para wanita itu bisa menyukai Gaara.

Gaara memiliki fitur yang feminim, seperti matanya yang besar dengan cicin di sekitar matanya, hidung mancung yang tipis serta bibir sedang seolah ia cemberut setiap saat. Tetapi Sakura yakin jika pria itu tersenyum mungkin bisa melelehkan hati siapapun, ia memperhatikan penampilannya, pria yang rapi, hanya rambutnya yang berantakan seolah ia memang menetapkan gaya berantakan itu.

Dan kulitnya astaga begitu pucat, seolah ia vampir. Sakura akan percaya jika Gaara seorang vampir berbeda dengan kulitnya putih merah seperti mutiara tetapi Gaara pucat dingin. Mungkin fitur-fitur itu menyebapkan Gaara memiliki aura tersendiri.

Baiklah Ia tampan, Sakura harus setuju dengan ini.

Gaara Ia melipat kedua tangannya, matanya masih mengawasi Sakura, "Kau bisa melihat beberapa yang sepertinya perlu kau revisi ulang,"

Sakura membuka proposalnya, Gaara menulis semuanya dengan rapi. Astaga pria ini bahkan lebih rapi dari padanya.

Rasanya hari ini akan menjadi hari yang panjang.

-sour-

Pemikiran Sakura benar, Gaara tidak mudah dibujuk bahkan kini ia sedikit sakit kepala. "Kau hebat sekali bertahan dengannya selama tiga jam Sakura. Bagaimana apa sudah selesai?"

Mata zamrud Sakura melirik ke arah Kakashi. "Pria itu benar-benar terkutuk," ucap Sakura. "Apa kau tahu ia meremehkanku, ia menjelaskan seolah aku adalah murid didiknya astaga aku sudah memegang rumah sakit ini selama tiga tahun dan sialan dia pintar! Dia bisa menjelaskan semuanya dengan rinci, bahkan ia juga menambahkan pekerjaan untukku," ucap Sakura mendengus berat.

Setelah Sakura mengantar Gaara keluar, ia berusaha menahan dirinya sepanjang perjalanan itu untuk tidak mengumpat. Mengingat Gaara bisa menjadi calon investor terbesarnya. Pria itu tidak banyak bicara, semua pertanyaannya cepat, tegas, tanpa basa-basi. Sakura yakin Gaara adalah bos yang dibenci di perusahaannya sendiri.

"Jadi apa dia setuju,"

"Dia tidak setuju, lebih tepatnya belum setuju. Aku harus memperbaiki beberapa proposal dan mengirim ulang kepadanya." Sakura masih memegang pelipisnya, "bagaimana pria sekaku itu bisa berteman dengan Naruto? Rasanya aku masuk kedalam ruang penyelidikan! Padahal aku tidak bersalah,"

Sakura menghela nafas dan memijat wajahnya.

"Apa dia melakukan hal aneh kepadamu?"

"Tidak, ia menjaga jarak denganku," jawab Sakura.

"Aneh rasanya, rumor yang kudengar dia bisa menerkam siapapun. Kudengar seleranya adalah wanita berambut pendek,"

"Oh dear, sayangnya aku berambut panjang. Syukurlah aku bebas darinya," ucap Sakura, "Tetapi kenapa wanita itu menyukainya?"

"Gaara adalah orang yang royal, itu yang kudengar. Memberikanmu rumah sakit kedua atau ketiga bukanlah hal yang susah untuknya, dengan mobil-mobil itu. sialan dia pria muda yang kaya Sakura, apa kau tidak lihat mobil yang dipakainya saja baru saja keluar kemarin dan hal itu laris manis Sakura," ucap Kakashi ia tersenyum menuangkankan Sakura secangkir teh hangat.

"Baguslah, aku tidak peduli pada mobilnya. Kurasa aku akan mencari sponsor lain, aku harus berjaga-jaga bukan," Ucap Sakura sambil meminum teh itu.

"Sakura chan, jangan khawatir. Kau memiliki keras kepala yang sama seperti ibumu, menyakinkan Gaara adalah hal yang mudah."

Sakura hanya melotot kearah Kakashi.

"Oh ya seperti Tsunade ingin berbicara denganmu, ia sudah menunggumu dari tadi,"

-sour-

"Kau bercanda bukan mom?"

Tsunade hanya menatap Sakura dengan yakin, "Apakah aku tampak bercanda,"

"Bagaimana bisa! Kenapa harus aku?" tanya Sakura.

Tsunade hanya menatap Sakura dengan iba, "Seharusnya aku melahirkan laki-laki," ucapnya dengan mendesah.

"Bukan berarti kau bisa menjodohkanku sembarangan!" ucap Sakura mendesis.

"Aku tahu, kau tahu dulu ketika aku hamil, dokter bilang bahwa kau adalah laki-laki bagaimana aku tahu kalau aku memiliki anak perempuan?" tanya Tsunade.

Sakura mengigit bibirnya dengan kesal, ibunya, Tsunade menyukai berjudi dan disinilah hal konyol itu terjadi.

"Perjanjiannya jika aku melahirkan anak laki-laki, kalian berdua akan menjadi teman. Tetapi jika wanita maka akan menjadi istri dari putranya dan pria itu menangihkku.

"Kalian masih berhubungan?"

"Begitu aku tahu bahwa aku memiliki kamu, aku segera pindah kesini, tapi siapa yang menyangka bahwa pria itu masih mengingatnya. Tenanglah Sakura, pria itu cukup bergengsi. Dia seorang bangsawan Sakura begitu juga dengan putranya, cukup menarik sehingga kurasa anaknya tidak buruk,"

"Apa kalian sudah bertemu," tanya Sakura berusaha menghilangkan sakit kepalanya dengan masalah terbaru dari orang tuanya.

"Sudah dan ia menagihnya," ucap Tsunade murung.

"Aku tidak mau,"

"Ia jatuh sakit, pria itu menangih janjinya karena ia sedang sakit dan aku ingin menebusnya sebelum ia meninggal," ucap Tsunade. "Kau harus menurutiku nona muda, atau jika tidak akan kubekukan seluruh asetmu. Aku mengundang keluarganya untuk datang kepesta ulang tahunmu besok,"

Sekarang Sakura tahu bahwa Tsunade tidak bercanda.

-sour-

"Ini tidak adil!" erang Sakura, ia melepaskan jas putihnya dan menaruhnya di meja kayu besar.

"Bagaimana bisa ia memaksaku menikah dengan mudah?" ucap Sakura. "Sudah berapa kali kubilang aku menunggu seseorang,"

"Sasuke? Pria yang bahkan kau tidak tahu apakah pria itu masih hidup atau tidak," ucap pria berambut merah, ia menyerahkan segelas bir besar. Sakura melahapnya dengan rakus, setelah ia meminumnya ia mendesah panjang kemudian menatap pria berambut merah di hadapannya.

"Kau tahu aku masih mencintainya dan susah untukku melupakannya."

Sasori mengambil gelas Sakura dan memberinya bir dengan campuran air putih. Supaya membuat wanita itu tidak terlalu mabuk.

"Mereka akan datang di pesta ulang tahunku, bagaimana bisa ia merubah pesta ulang tahunku menjadi pengumuman pernikahan?" tanya Sakura dengan masam.

"Sakura yang malang," ucap Sasori tersenyum lebar.

"Apa aku harus lari, maksudku aku bisa menginap di rumah Ino,"

"Dia akan membekukan seluruh uangmu Sakura," ucap Sasori mengelap salah satu gelas di tangannya.

"Sasori, apa kau sibuk besok?" tampak seorang wanita mendekati meja mereka, Sasori tersenyum lebar, "Sayangnya besok aku ada rencana sayang." Sasori tersenyum lebar sembari menenangkan wanita yang tampak tak senang dengan jawaban itu, dengan beberapa rayuan menenangkan Sasori wanita itu luluh dan pergi menuju lantai dansa.

"Apa kau berganti pacar lagi?" tanya Sakura, sembari menenguk birnya.

"Kau tahu bukan pekerjaan sampinganku?" tanya Sasori menatap Sakura dengan penuh minat, "Pacar sewaan," ucap Sasori riang.

"Pacar sewaan?"

"Tentu aku berpura-pura menjadi pacaramu dan kau membayarku," jawab Sasori riang.

Mata Sakura yang mengantuk, dengan reflek terbuka. "Tentu saja! Sasori, astaga bagaimana aku bisa lupa. Kau pintar sekali!"

"Jadi kenapa?" tanya Sasori dengan tidak yakin.

"Tentu saja, kau bisa menjadi pacar sewaanku, datanglah kepestaku besok dengan pakaian yang layak, aku akan mengirimkannya kepadamu. Aku akan bilang kepada tunanganku bahwa aku sudah berpacaran dan pertunangan bodoh itu bisa digagalkan!" seru Sakura berdiri dari kursinya, memeluk Sasori dan melambaikan tangannya.

"Jangan lupa Sasori! Nyawaku ada di tanganmu," ucap Sakura tersenyum lebar.

-Sour-

Sakura tampak gugup, Sasori pria itu belum datang. Ia sudah menelpon pria itu tetapi ia terjebak macet, sialan. Beberapa tamu datang mengunjungi pesta ulang tahunnya ke 27 tahun, ia mengenakan gaun berwarna sampanye dengan brokat bersinar, tanpa lengan, gaun itu berbentuk mermaid yang menampilkan lekuk tubuhnya yang bagus, serta belahan dada yang rendah. Sakura membuat rambutnya beach wave dengan gelombang yang membuat wajah Sakura semakin cantik dan seksi.

Beberapa orang memujinya dan beberapa pria mendekatinya tetapi Sakura tidak tertarik.

"Maaf Sakura aku terlambat," ucap Sasori, pria itu tampak rapi, Sasori mengenakan suit setelan berwana merah marun yang sesuai degan rambut merahnya, wajah santainya tampak kemerahan karena ia berlari dengan tergesa-gesa. Sakura segera memeluk Sasori ketika ia melihat pria itu.

"Astaga kau membuatku nyaris mati di pestaku sendiri," ucap Sakura, ia tersenyum gembira, melepaskan pelukannya dan merapikan jas Sasori yang tampak sedikit berantakan.

"Kau tampak tampan,"

"Kau juga cantik," ucap Sasori tersenyum riang.

"Ingat kita harus berpura-pura, aku akan menemui Tsunade dan menjelaskan kepadanya bahwa kau adalah kekasihkku, kita sudah melakukan hubungan ini selama lima bulan dan kita sangat serius, okay mengerti?"

Sasori mengangguk, "Kau tahu ibumu terkenal menyeramkan Sakura," ucap Sasori meneguk ludah.

"Aku tahu tapi ingat, kau harus santai dan jangan khawatir okay,"

"Aku akan mengambil minuman," ucap Sasori, "Aku membutuhkan minuman keras, kurasa."

"Cepat Sasori, Tsunade akan mengumumkan perjodohanku dan aku tidak mau! Mengerti," Sebelum Sakura mendengar jawaban Sasori sudah menghilang.

Sakura mendesah.

"Sakura disini kau, aku hendak menemuimu dengan tunanganmu. Sebentar aku akan memberikan penguman."

Tsunade menarik Sakura baca menyeretnya, matanya berusaha mencari keberadaan pria itu tetapi ia tidak menemukan pria itu. Semoga Sasori masih ada di tempat minuman.

Tsunade memukul gelas dengan garpu membuat beberapa kerumunan orang yang sedang berbicara kini menatap kedepan tempat Tsunade dan Sakura.

"Para hadirin yang terhormat, aku akan menyampaikan kabar gembira untuk putriku yang berumur dua puluh tujuh sekarang," ucap Tsunade, semua mata menatap kearah mereka. Sakura mengigit bibirnya, 'dimana Sasori' pikir Sakura.

"Bukan Cuma itu bahkan aku akan mengumumkan bahwa Sakura akan ―" ucap Tsunade terpotong karena Sakura menarik tangannya dari tangan Tsunade.

"Mom ada yang harus kuberitahu kepadamu, bahwa aku tidak bisa menerima perjodohan ini," ucap Sakura, Tsunade tampak bingung tetapi dengan tenang ia tetap membiarkan Sakura berbicara.

"Aku sudah memiliki pacar dan dia disini," ucap Sakura tersenyum. Bakat yang Sakura miliki sejak lahir adalah berakting, dan dengan santai ia bisa berakting di hadapan Tsunade walaupun jantungnya berdegup kencang. Tsunade mengerti dirinya dan sayangnya bakat Sakura hanya Tsunade yang bisa membacanya.

"Benarkah dimana dia? Kurasa aku harus bertemu dengannya," ucap Tsunade dengan sedikit senyuman.

"Aku akan membawa kesini." Mata Sakura mencari tempat minuman dan ia menemukan Sasori disana, dengan cepat Sakura menarik tangan Sasori dan menyeretnya ke depan tempat dimana Tsunade memperhatikannya dengan kesal.

"Mom perkenalkan kekasihku," ucap Sakura.

"Haruno?"

Pertama Sakura merasa aneh dengan Sasori, pria itu seharusnya memanggilnya Sakura bukan Haruno dan kedua suara itu terdengar familiar untuknya. Sakura menoleh kesampingnya, ia melihat sosok pria yang tidak asing di wajahnya. Lingkaran mata yang tebal, tato cinta di ujung kanan keningnya, matanya menatap ke arah Sakura seolah ia meminta penjelasan dan pria itu tidak menyukainya.

"Gaara?" tanya Sakura. Ia memperhatikan pria itu, ia mengenakan setelan yang nyaris mirip dengan Sasori, warna merah marun, walau dengan desain yang berbeda tampaknya itu kostumade dan mereka juga memiliki rambut yang sama. Astaga kenapa mereka sekilas mirip! Dan mengapa Sakura masih peduli akan penampilan pria itu.

"Aku tidak tahu kau berpacaran dengan Sabaku, Sakura?" tanya Tsunade.

Seorang pria dengan rambut coklat menepuk bahu Tsunade dari belakang membuat mereka menoleh, "Oh kau sudah bertemu dengan putraku ternyata,"

Pria itu memiliki aura yang sedikit mirip dengan Gaara bedanya Gaara mungkin lebih menakutkan, mereka berdua memiliki lingkaran mata di matanya, cemberut khas yang terukir di bibir mereka masing-masing. Gaara lebih tampan walau sama-sama bukan pria yang ramah.

"Oh, Kau sudah bertemu dengan calon istrimu Gaara,"

Kini Gaara yang menatap Sakura ngeri, tangan mereka masih bersentuhan satu sama lain. Tangan Gaara memang lebih besar darinya sedikit kasar, tetapi pas di tangannya. Dengan cepat Sakura melepaskan gengamannya pada tangan Gaara.

"Sakura ini Gaara, pria yang akan menikah denganmu," ucap Tsunade riang. "Baguslah kalau kalian sudah berpacaran. Kita bisa mempercepat proses pernikahan kalian,"

"Menikah?" ucap Sakura pelan, detik selanjutnya tubuhnya merasa lemas dan ia terjatuh, jika bukan seseorang dengan sigap memegang tubuhnya sehingga tidak pingsan.

Sebelum matanya tertutup ia melihat wajah Gaara yang tidak jelas, apa ia tersenyum atau sedih, bibirnya tanpa ekspresi tetapi Sakura tahu bahwa matanya tidak, apa itu tertawa? Bukan seperti tertarik?

Sebelum Sakura benar-benar pingsan ia bisa mendengar ucapan Tsunade bahwa "Well putramu tidak buruk Rasa, Kuharap aku segera memiliki cucu tahun ini,"

Dan ucapan itu membuat perut Sakura mual sebelum ia pingsan.

-sour-

Hello guys, aku kembali lagi dengan cerita gaasaku. Apakah kalian menyukainya, komen ya.

Next or bye?

Don't be silent reader please , aku akan menunggu komen kalian ^^.

Mangoissour.