Saat matanya melihat pantulan cahaya menyilaukan dari layar ponselnya dan memperlihatkan jam yang masih menunjuk pukul dua pagi, seketika Yuu menggeram. Yang benar saja, bisa-bisanya ia terbangun di saat matahari bahkan masih berselimut gelapnya malam. Kepalanya sangat sakit sekarang, terlebih mengingat barusan ia mendapatkan mimpi aneh lainnya.
"… Mungkin segelas air cukup." Yuu menengok tempat sebelahnya, dan Grim masih tertidur dengan wajah yang teramat damai. Lelaki muda itu hanya bisa tersenyum miris akan nasibnya sendiri. "Kenapa bisa aku tidak setenang dan setentram Grim …." Tapi, ya, sudahlah. Sekarang dia harus keluar dan mencari ai—
KRAK!
Hm? Ada suara dari luar asrama. Yuu coba mengintip dulu dari jendela (sedikit berharap itu adalah sang kawan malam; Tsunotaro), tapi ternyata yang ditangkapnya adalah sosok lain yang bahkan sebelumnya tidak pernah ia lihat lewat depan Ramshackle.
Satu alis Yuu menukik. "… Robot? Punya siapa?" Dan seketika sakit di kepalanya hilang, digantikan dengan rasa penasaran yang sangat kuat. Mengabaikan tubuh yang masih sakit karena kegiatan latihan bersama Pomefiore dan anak-anak lainnya, Yuu segera keluar dari kamar dan menuruni setiap anak tangga dengan cepat namun hati-hati. Dia merasa agak geli sendiri ketika memikirkan bagaimana dirinya yang hanya manusia biasa ini, bisa menjaga suara hingga setenang itu.
Setelah memastikan tak ada siapa pun yang terbangun dan menyadari keberadaannya, Yuu keluar dari asrama kemudian berjalan cepat mencari sosok yang ia lihat sebagai robot itu. Kalau tidak salah, tadi robot itu ada di sekitar pohon depan pagar. Tapi rupanya, ketika Yuu sampai di sana, tidak ada siapa-siapa. Semua kosong dan sunyi. Dirinya yang hanya memakai piyama, sontak merinding ditiup angin malam musim dingin.
"Apa aku tadi salah lihat, ya?" gumamnya pada diri sendiri. Kedua tangannya sudah memeluk tubuhnya sendiri, berusaha menghangatkan. "… Tapi kenapa aku yakin sekali kalau aku tadi lihat sesuatu seperti robot warna biru yang terbang?"
"Oh? Apa maksudmu itu aku?"
"…!" Hampir Yuu berteriak saat suara itu terdengar. Kepalanya mendongak, dan mendapati sosok biru yang sama dengan yang tadi dilihatnya. Tebakannya ternyata benar kalau dia adalah seorang robot. Atau haruskah Yuu menyebutnya "sebuah"?
Begitu selesai mengendalikan diri yang tadi sempat kaget, Yuu tersenyum ramah pada robot yang masih terbang tersebut. "Hai," sapanya.
"Halo!" robot itu membalas dengan tak kalah ramah. Ia mendaratkan diri dan berdiri di depan Yuu yang ternyata masih jauh lebih tinggi darinya. "Salam kenal. Sepertinya ini pertama kalinya kita saling menyapa, ya?"
Yuu mengangguk. "Benar. Sepertinya … aku beberapa kali sempat melihatmu, tapi kita memang tidak pernah saling bicara."
"Ya, ya! Itu benar!" Meski Yuu tidak bisa lihat wajahnya secara keseluruhan dan tidak tahu apakah robot itu tersenyum atau tidak, hanya dari matanya Yuu sudah bisa menebak kalau robot satu ini tengah tersenyum manis. Dia terlihat lucu dan menggemaskan sekali. "Omong-omong, perkenalkan. Namaku Ortho Shroud, adik dari Idia Shroud, ketua asrama Ignihyde."
"Ah …." Pantas saja Yuu beberapa kali lihat robot ini. Rupanya dia adik ketua asrama Ignihyde.
… Hm?
Tapi tunggu … adik Idia Shroud … adalah robot?
"Scanning … sepertinya Yuu-san bingung kenapa aku robot, sedangkan aku ini adiknya Idia Nii-san."
"…!" Yuu terkejut untuk yang kedua kalinya. "… Kau bisa tahu?"
"Karena aku barusan men-scan-mu," katanya enteng yang mana itu justru membuat Yuu semakin bingung dan keheranan. Hanya dengan scan menggunakan alat, dia sudah bisa membaca pikiran orang lain? Teknologi macam apa yang dimiliki robot ini sebenarnya?
"Dan dari hasil scan-ku tadi, sepertinya Yuu-san sedang merasakan sebuah emosi yang entah bagaimana tidak bisa kutemukan namanya apa. Apa Yuu-san baik-baik saja?" Dia bahkan bisa sampai mendeteksi emosi? Hebat sekali.
Memilih mengabaikan semua rasa terkejutnya, Yuu kembali tersenyum. "Tidak apa-apa, aku baik. Aku hanya mendapat mimpi buruk," jawab Yuu.
Robot yang bernama Ortho itu memiringkan tubuhnya sedikit. "Mimpi buruk?" Tak lama kemudian, terdengar suara bip bip pendek darinya, sebelum ia kembali berkata, "Hasil pencarianku mengatakan, mimpi buruk adalah sesuatu yang didapat kala kita tidur, yang mana sesuatu itu adalah hal yang membuat kita cemas dan takut. Tapi aku tidak lihat kalau Yuu-san ketakutan?"
"Karena mimpi buruknya bukan hal yang menakutkan." Jawaban darinya justru membuat sang robot tampak makin kebingungan. Dia kelihatan ingin mencari jawabannya sekali lagi, tapi Yuu langsung memotong, "Intinya, aku tidak melihat hantu atau hal menakutkan lainnya ketika aku tidur. Aku hanya melihat sesuatu yang … kurang menyenangkan."
"Kurang menyenangkan?" Yuu mengangguk. "Yang seperti apa? Apa rasanya seperti 'senang', tapi sedikit dikurangi?"
"Haha, bukan begitu." Yuu menunjuk sebuah pohon yang tak jauh dari mereka, kemudian berjalan ke sana, diikuti Ortho yang melayang di belakangnya. "Bagaimana menjelaskannya, ya … agak susah, sih." Setelah duduk, Yuu menyandarkan diri ke pohon tersebut. Sebenarnya tidak baik duduk di bawah pohon malam-malam begini, tapi biarlah, sesekali mungkin tak apa.
Ortho mendaratkan diri di samping Yuu dan ikut duduk. Kaki robotiknya diluruskan, seolah membiarkan Yuu melihat tubuh robotnya agar lebih jelas lagi. "Jadi … ini sesuatu yang sulit dijelaskan? Dan hanya Yuu-san yang tahu?"
"Mungkin bisa dibilang begitu." Yuu sendiri sudah tidak tahu lagi harus pakai kata-kata apa untuk menjelaskan, jadi dia hanya setuju-setuju saja dengan perkataan Ortho barusan. "Tapi aku tidak merasa takut, tenang saja. Itu … bukan sesuatu yang menakutkan, aku harap."
Bisa Yuu lihat ada pancaran rasa ingin tahu dari mata kuning Ortho yang besar dan bulat itu. Rasa ingin tahunya setara dengan rasa ingin tahu anak kecil, yang mana itu membuat Yuu jadi merasa sedikit bersalah dan ingin bisa menjelaskan lebih rinci lagi atas pertanyaan Ortho. Andai dia lebih pintar, mungkin Yuu tidak akan merasa seperti ini.
"Oh, omong-omong, kau sendiri sedang apa ke sini?" tanya Yuu kemudian, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Tidak pernah aku lihat kau ke mari sebelumnya."
"Oh! Itu karena aku sedang membantu Nii-san."
Yuu sedikit mengerutkan dahi. "Membantu Idia-senpai? Membantu apa?"
Terjadi hening beberapa saat di antara mereka, dan Yuu sempat takut karena Ortho yang tiba-tiba diam seperti berhenti berfungsi. Namun kemudian, robot itu kembali bicara, "Sayangnya aku tidak punya izin untuk mengatakan secara rinci, tapi intinya aku berkeliling sambil membawa kamera ini." Ortho menunjukkan sebuah benda bulat yang Yuu tidak tahu sejak kapan dia membawanya. "Nii-san memintaku untuk membawa ini selagi aku berkeliling. Tapi karena aku tadi ingin menghindari seekor burung yang lewat, benda ini terjatuh dan bagian lensanya pecah."
Ah, itu menjelaskan suara benda jatuh yang seperti beling yang sempat didengar Yuu dari kamarnya tadi. Suaranya cukup keras, yang berarti kerusakannya lumayan parah. Tetapi anehnya, Yuu tidak melihat ada keretakan apa pun di lensa benda yang disebut kamera oleh Ortho itu.
"… Tapi sepertinya baik-baik saja? Aku tidak lihat ada yang pecah," kata Yuu kemudian setelah bergelut dengan nalarnya selama beberapa saat.
"Bagian luarnya tidak," Ortho memutar sisi dari lensa tersebut dan membukanya, seperti membuka tutup botol minuman, "tapi dalamnya iya."
Yuu mengintip ke dalam, dan benar kata Ortho, bagian dalamnya ada keretakan yang bisa dikatakan sangat parah. "Wah … benar. Dan kalau dilihat-lihat, ini seperti teknologi canggih yang sangat mahal. Harganya pasti tidak tanggung-tanggung. Sayang sekali."
"Tidak apa kalau soal itu." Tutupnya kembali dipasang, lalu Ortho menaruh bola itu di samping tempatnya duduk. "Nii-san bisa membetulkannya lagi dalam waktu cepat. Kalaupun tidak bisa, tinggal beli bahan-bahannya lagi—yang lebih mahal—dan membuat yang baru yang lebih kuat."
Kedengarannya Idia-senpai adalah orang kaya berikutnya yang kutahu di sini, tanggap Yuu dalam hati yang seketika merasa sedikit iri dengan keberadaan orang-orang kaya di sekitarnya. "… Haha, mungkin itu benar. Dan tadi kaubilang Idia-senpai bisa membetulkannya lagi? Berarti dia pintar sekali, dong?"
"Tentu saja! Nii-san adalah orang terpintar yang pernah ada di dunia!" Seakan hanya dalam sekali kedip, Ortho sudah kembali melayang dan bergerak ke kanan dan kiri di udara. Kedua tangannya terangkat-angkat, matanya juga memancarkan kebahagiaan. "Nii-san itu pintar! Dia tidak pernah kalah dalam bermain game. Semua permainannya sangat hebat dan mengagumkan! Nii-san kuat sekali!"
Meski tidak tahu alasannya kenapa Ortho menangkap "pintar" yang Yuu maksud dengan "pintar" dalam bermain game, Yuu memilih untuk tetap mendengarkan. Bisa ia rasakan ada kehangatan di dalam dadanya sekalipun udara di sekitarnya sedang sangat dingin. Kebahagiaan Ortho bisa sangat menular pada dirinya, entah kenapa.
Yuu tetap mempertahankan senyumannya. "Kau kelihatan sangat menyukai kakakmu."
"Ya!" jawab Ortho cepat. "Aku sangat menyukai Nii-san! Itulah kenapa aku ingin Nii-san bahagia selalu!"
"Dan karena itu juga kau ingin membantunya, kah." Yuu berdiri, kembali memeluk tubuhnya yang rupanya sudah semakin mendingin. Ia mendekati Ortho dan mengelus rambutnya yang ternyata rambutnya itu asli, bukan bagian dari besi. "Ortho adik yang baik."
"Hehe, terima kasih, Yuu-san!" Ortho menggenggam tangan Yuu yang tadi mengelus kepalanya. Kembali ia diam beberapa saat, kemudian berujar, "Suhu Yuu-san semakin turun. Yuu-san kedinginan?"
"Sepertinya." Yuu menggaruk pipi dan tertawa canggung. "Malam ini sangat dingin, kupikir tidak akan begitu dingin karena sebentar lagi musim semi. Aku lupa pakai jaket."
"Kalau begitu Yuu-san cepat kembali ke dalam!" tiba-tiba suara robot itu meninggi, mengagetkan Yuu sedikit. "Jangan lebih lama dari ini! Nanti hypothermia!"
"Hahaha! Sepertinya tidak akan sampai ke sana." Tangannya dilepaskan, dan Yuu berjalan kembali ke asramanya. "Aku kembali dulu, ya, Ortho-kun. Terima kasih sudah bicara denganku," katanya seraya melambai pada Ortho yang ikut melambai.
"Langsung hangatkan diri dan semoga mimpimu tidak buruk lagi, Yuu-san!" Yuu tidak membalas lagi, hanya lambaian yang Ortho terima, hingga manusia itu masuk kembali ke asramanya dan tidak akan terlihat lagi …
… sampai waktunya tiba nanti.
Ortho Shroud terdiam. Tubuhnya yang melayang di tempatnya semula, perlahan terbang tinggi dan semakin tinggi, seakan hendak mencapai langit. Saat tingginya sudah setinggi Ramshackle di depan sana, seketika tubuhnya melesat pergi ke arah gedung utama, bertujuan kembali ke tempatnya di Ignihyde.
"Scanning … data source …." Benda bulat yang tadi sempat ia akui sebagai kamera pada Yuu, ia tempelkan di depan dahinya, menyebabkan matanya yang berputar dengan cepat. Sambil terus terbang tanpa perlu takut menabrak sesuatu, robot Shroud itu terus melakukan scanning terhadap benda yang ada di tangannya hingga ketika ia sampai di depan pintu asrama Ignihyde, ia menghentikan kegiatannya itu.
Kaki-kakinya mendarat tepat di depan pintu masuk asrama, tidak langsung masuk, dan membiarkan beberapa kata lolos dari celah mulutnya;
"Yuu … manusia … tidak ada kekuatan sihir … tidak seharusnya ada di Night Raven College … tidak seharusnya ada di dunia ini …."
…
(A/N: Jujur, deg-degan banget aku nulis ini, wkwk. Kayaknya aku lagi banyak coba-coba nulis karakter selain oshi belakangan ini, termasuk Ortho. Dan sebetulnya aku juga lagi kena write block, terus aku nulis ini tujuannya buat melatih biar write block-nya nggak terlalu lama. Semoga berhasil.
Latar waktunya di sini pas masih chapter Pomefiore, dan pas aku nulis ini, chapter Ignihyde masih belum update. Jadi, kalau seandainya kalian baca ini setelah Ignihyde update dan menemukan salah-salah di banyak tempat, mohon maaf, ya, hehe. Tapi semoga tetap enjoy pas bacanya.
Terima kasih buat yang sudah mampir! Sehat selalu, bahagia selalu. Di sini Lampu Merah, akan selalu berusaha untuk menyajikan hiburan buat kalian yang masih harus di rumah.)
