Haikyuu!
Furudate Haruichi
.
.
"Day 5 Pet Names"
.
.
Warning:
OOC, Typo, Aneh, dll.
.
.
.
"Sukijah?"
"Hartonoyo?"
"Mufkilah?"
"Darsono?"
"Markonah?
"Dirgantoro?"
"Siti?"
"Joko?"
Kuroo bergumam-gumam pelan. Info singkat untuk kalian, Kuroo kini berada di gang dekat kelokan dan sebelah kanan tikungan. Gangnya yang keliatan sedikit gelap karena sudah senja, juga sedikitnya orang yang berlalu lalang, sedikit membubuhi kesan horor.
Namun, kesan Horor tersebut akan tertepis paksa jika di sandingkan dengan Kuroo.
Kuroo sendiri, meski mempunyai kepekaan yang lumayan tinggi, tak membuatnya harus takut dengan hal-hal gapenting layaknya hantu. Ada pemandangan dan fokus yang jauh lebih menawan daripada memikirkan hantu.
Kucing abu kehitaman dengan manik emas mengkilat, entah kalian akan menyalahkan fetish Kuroo tentang kucing atau tidak. Tapi di matanya, Kucing tersebut keliatan cukup tampan dan menawan, bahkan, Kuroo serta-merta bisa merasakan dirinya sendiri dari si Kucing.
"Cing, Apa ini artinya... Kamu salah satu dari tujuh kembaranku yang lain?" Tanyanya ngawur.
Dan... Karena fokusnya yang hanya tertuju untuk si Kucing, Kuroo tidak bisa merasakan orang yang kini berjongkok di sampingnya, memandangnya kebingungan.
Hingga tepukan di bahu menyadarkan Kuroo akan pikirannya yang berkelana jauh kesana. "Shtt" desisnya kaget. Dia menoleh dan mendapati pelaku penepukan yang ternyata adalah Bro-nya, Bokuto Koutaro.
"Ngapain?" Tanya Bokuto berbisik. Hanya reflek, gara-gara melihat Kuroo yang seperti menghaluskan segala tindak-tanduknya.
Kuroo mengawasi sekitar, dan kembali menatap Bokuto, "Bro... Nggak sama Akashi?" Tanyanya bingung tak melihat eksistensi babysitter si owl.
Bokuto menggeleng, "Tidak! Ada urusan katanya." Sahutnya masih berbisik-bisik.
Kuroo mengernyit, "Apaan dah? Ngapain bisik-bisik gitu?"
Bokuto turut mengernyit, "Lho? Aku ngikuti kamu aja? Kamu keliatan kek nggak mau ketahuan siapapun gitu, jadi, aku bisik-bisik gini deh"
"Bukannya nggak mau ketahuan gitu..." Kuroo mengusak rambut jengger ayamnya, "Aku cuma nggak mau kucing ganteng ini kebangun" dia lalu menatap si kucing yang dia katakan ganteng dengan penuh perhatian.
Bolehkah Bokuto menghujat? Selama ini, Dia sebagai Bro-nya yang paling ganteng aja nggak pernah dibilang ganteng. Terus... Kenapa kucing item, dekil gini bisa jadi ganteng di mata bro-nya? Bokuto rasanya mau angkat tangan ke kamera saja merasakan fetish Kuroo yang aneh bin nyeleneh.
"Oh... Omong-omong, Bro. Aku ada rencana buat mengangkatnya jadi anak. Kira-kira, nama apa ya yang cocok untuknya?" Kuroo bersuara gembira. Dan sempat-sempatnya memandang Bokuto penuh harap. Entah harapan untuk apa.
Gawat! Bokuto merasa terancam. Entah kenapa, Bokuto malah teringat tetangga sebelah yang hendak lahiran. Si istri nanya dengan mesranya pada si suami. 'Mau diberi nama siapa anak kita nanti, Mas?' terus si Suami dengan nada gentle menjawab, 'Tenang aja, Dek. Percaya sama mas deh'
Bokuto bergidik ngeri, menjauhkan pikiran nistanya. Otak... Napa bisa nyampe ke situ pikiranmu...? Dia bisa melihat Kuroo yang masih menatapnya penuh harap. Sepertinya masih menuntut Bokuto untuk memberi saran nama untuk calon anaknya.
"Succhan?" Ucap Bokuto ngasal.
Kuroo terlihat berpikir dalam, lalu tersenyum lebar, "Boleh juga tuh, Bro. Makasih saran namanya! Nah... Mulai sekarang namamu Kuroo Succhan"
Otak nista Bokuto kembali ke percakapan tetangga sebelah, 'Bagaimana kalau Painem?' tanya Si Suami. Si istri tersenyum gembira, 'Nama yang indah. Nak... Mulai sekarang, Namamu adalah Alvarender Painem...'
"OTAK...! NAPA MAKIN NISTA AJA SIH KAMUU...?!" Teriak Bokuto. 11/12 sama orang stress pinggir jalan.
Sontak Kuroo terkaget tak etis diikuti anaknya(?) yang mengeong panjang.
"Bro...! Ngapain sih? Ngagetin aja" sahut Kuroo sebal. Terang-terangan memberi glare andalan.
Bokuto menghadap Kuroo yang masih jongkok, di tuntun-lah olehnya si Kuroo untuk turut berdiri. Di tatapnya si Kucing-Maksudnya, Anaknya dan Kuroo- dengan tatapan penuh sayang. Bokuto memamerkan senyum hangat. Dan berdiri di samping Kuroo, lalu melingkarkan lengannya di bahu Kuroo.
Kuroo mendecak tak paham dan penuh kebingungan pada Bokuto yang tingkahnya makin aneh tiap harinya, bahkan kini dia berdiri di sampingnya sambil tersenyum anget. Kuroo jadi merasa kalau Bokuto sedang berusaha menjadi ayah yang bahagia akan hadirnya putra/putrinya ke dunia.
"Bukan Kuroo Succhan, Tetsuroo. Tapi Bokuto Succhan. Aku ayahnya. Dengan senang hati aku akan mempertanggung jawabkan segala perbuatanku padamu, Tetsuroo" Bokuto semakin mendempret(mepet) Kuroo sembari mengelus pucuk kepala Succhan (Si Kucing).
Seketika, Kuroo merasa ilfeel. "Bokuto...! Ka-"
"Sstt" Jemari yang tadinya dia gunakan untuk mengelus pucuk kepala Succhan, kini berpindah ke bibir Kuroo, "Bukan Bokuto, Tetsu-sayang~. Tapi, KangMas Kou"
Kuroo iritasi seketika, dia mendorong Bokuto sekuat tenaga, tak memperdulikan Bokuto yang jatuh tersungkur, dia mengambil tasnya yang tergeletak, tanpa lupa mengelus anak angkatnya dan pergi dari gang, setelah mengatakan, "Bokuto gila!" Dengan ngegasnya.
Bokuto meringis, "Perasaan dari hari pertama aku jadi pemeran di book ini, ujung-ujungnya, Aku mulu yang dapet nista. Sshh... Mau ngambek ah..."
.
.
