Hypnotize

Song Fic, System of A Down – Hypnotize

Boboiboy (c) Monsta

Boboiboy x Yaya

Rated : T

Please enjoy

.

.

.

Mereka berkencan sudah sekian lama. Semenjak duduk di bangku SMA dengan keberanian diri Boboiboy mengutarakan perasaannya, berujung mereka berpacaran sampai sekarang sudah menginjak jenjang lamaran. Hubungan mereka lancar. Kalau ada pertengkaran mungkin itu hanyalah karena Boboiboy menolak biskuit buatan Yaya, sisanya masakan Yaya Boboiboy anggap normal. Boboiboy tidak pernah takut kalau Yaya akan direbut, dia yakin kalau mereka memiliki komitmen yang kokoh dan tidak akan dihancurkan. Yaya selalu menatapnya, hatinya hanya tercurahkan pada Boboiboy seorang.

Yaya memiliki sifat yang tegas dan bertanggung jawab. Walau Boboiboy pacarnya, dia tidak akan segan menghukum sang kekasih jikalau dia membuat kesalahan. Entah itu fatal atau tidak. Dia sang ketua OSIS, dia sang ketua kelas, dia yang menjadi pemimpin sekolah dan kampus. Yaya tak terkalahkan.

Namun hari itu, Yaya berubah. Hanya dalam sekelip mata, Boboiboy bukanlah pusat atensi dari sang pecinta warna pink.

Tidak hanya Yaya, Boboiboy melihat di taman itu, mereka semua memiliki sinar mata yang membuat Boboiboy ingin muntah.

Tidak ada yang salah, itu hanya pameran baju yang dibawa oleh perusahaan besar yang sudah mendunia. Produk internasional yang merepotkan diri mempromosikan produknya di taman kota pinggiran yang tidak bisa dibilang sepi.

Boboiboy bukan penggemar apa itu fashion. Selama baju yang dia kenakan nyaman, maka akan dia pakai. Jangan lupakan warna orange yang menjadi ciri khas akan identitas dirinya, Boboiboy secara otomatis akan memilih warna itu. Namun sekali lagi, dia masih bodoh amat dengan fahsion.

Namun Yaya, dan anak-anak itu berbeda. Mereka mengabaikan dengan siapa mereka datang. Mereka mengabaikan apakah orang terdekat masih di sisinya. Mereka mengabaikan sudah jam berapa ini, apakah mereka sudah makan? Apakah mereka ingat akan rasa lapar? Sudahkah mereka minum? Dehidrasi itu buruk, mereka harus minum.

Namun yang Boboiboy lihat hanyalah mereka sibuk mengobrol dengan seller. Seperti satu pembeli mendapat satu pelayanan. Tidak ada yang salah. Hanya Boboiboy yang merasakan ngeri, sang kekasih seperti direbut paksa oleh mereka.

"Adik, kenapa di sini. Ke mana ayah ibumu?" pertanyaan itu reflek keluar saat melihat seorang anak perempuan sendirian di tengah kerumunan lautan manusia.

Anak perempuan itu tersenyum, "Entah, tapi aku ingin melihat yang ada di sana." Ucapnya seraya jemari kecilnya menunjuk stand yang berisi pakaian anak-anak.

Boboiboy hanya terdiam. Tubuhnya konstan tidak mengacuhkan sang anak perempuan yang pergi meninggalkannya. Berkumpul dengan anak lain memilah baju-baju. Tanpa uang, tanpa pengawasan, tanpa perlindungan. Iris coklat Ebony itu hanya membulat kosong.

Otaknya reflek memberi percakapan, "Anak itu hilang."

"Mereka harus kembali ke orang tua mereka."

"Percuma, mereka tidak peduli."

"Mereka dalam bahaya kalau dibiarkan sendiri."

"Mereka yang memilih untuk pergi dari sisi orang tua mereka, kenapa kau peduli?"

"Karena itu salah."

"Bagian mana yang salah?"

"Mereka masih kecil."

"Kau juga masih kecil. Kau hanyalah anak-anak yang berlabel umur dua puluh tujuh."

"Tidak, aku pria dewasa. Aku mau menikah.

"Kau anak-anak."

"Aku pria dewasa."

"Sama saja."

"Aku pria dewasa. Dua bulan lagi aku akan menikah. Aku normal. Aku pria dewasa. Aku sudah siap mengemban tanggung jawab. Aku sudah siap membahagiakan Yaya. Yaya? Di mana dia?"

"Kau kalah. Yaya sudah direbut."

"Tidak, tidak ada yang merebut Yaya. Dia milikku. Dia memilih setia padaku."

"Yaya sudah direbut. Kau sendirian di sini."

"Tidak, banyak orang di sini. Aku tidak sendirian."

"Yaya selingkuh. Kau dibuang."

"Tidak, Yaya setia padaku. Dia tidak melepaskan cincin pernikahan itu."

"Tidak. Dia dihipnotis. Dia selingkuh. Kau harus pergi."

"Tidak, aku tidak mau meninggalkan Yaya sendirian. Aku harus mencarinya."

"Kau bodoh."

"Ini tanggung jawabku. Yaya tidak mungkin meninggalkanku. Dia masih di sisiku."

"Kau bodoh."

"Aku tidak bodoh. Aku tidak bodoh. Sama sekali tidak."

"Kau bodoh karena kau rusak, kau normal. Hanya orang bodoh yang rusak yang tidak bisa dikelabui jiwanya. Dan itu kau. Kau yang selamat, semuanya mati."

Boboiboy menjambaak rambutnya sendiri. Dia meringis, suara itu terus mengpalu kepalanya berkali-kali. Memaksanya tetap waras diantara kegilaan yang semakin riuh.

Ah, Yaya.

Boboiboy menurunkan tangannya dan segera mencari sang kekasih. Sedang memilah baju yang kekinian dengan aksen pink kesukaannya.

Tangan digenggam, Boboiboy menariknya keluar, "Kita pulang."

"Tidak mau, aku belum membeli apapun." Balas Yaya, berdiri diam menolak perintah, ah, bukan, titah berselimut nada lembut yang memohon.

Tarikan tertahan, Boboiboy berbalik.

"Aku tidak mau pulang dulu." Mimiknya mengendur, alisnya terangkat, pupilnya gemetar, senyuman itu terengut. Yaya yang ada di depan ketakutan. Tarikan tangan itu jatuh, genggaman itu terpisah.

Sang kekasih, berbalik meninggalkan sang tunangan kembali pada kegilaan propaganda yang mencuci otak. Tunduk pada mereka yang hanya menguras uang dari sang korban. Menjadi orang normal yang kewarasannya sudah hancur. Meninggalkan realita sang tunangan yang begitu ingin menyelamatkannya.

Terimalah, dia sudah gila.

Boboiboy menunduk. Dia berjalan lesu meninggalkan taman. Duduk termenung di dalam mobil, di kursi kemudi. Menunggu dengan hati kosong, menunggu apakah kekasihnya akan kembali. Sementara matanya menangkap jelas, mereka yang masuk tidak ada yang keluar.

Hanya dirinya yang pergi seraya bertanya-tanya pada angan kosong dalam kesendirian.

Ini yang gila aku apa mereka?

.

.

END

.

.

Jadi saya nulis ini sambil nunggu jadwal masuk kamar buat kemoterapi. Syukurlah kanker saya berkurang sekarang. Jadi dengerin S.O.D, iseng baca lirik. Terus buat ini. Semoga kalian suka.