BABY
Pair : Draco x Harry
Ratting : T
Harry Potter belong J.K. Rowling
"Bagaimana ini? Haruskah kita merawatnya?" Mata hijau itu menatap manik kelabu Draco yang dingin.
"Tinggalkan saja di situ. Pasti ada orang yang akan memungutnya." Draco berkata acuh tak acuh.
"Kau gila?" Harry sekali lagi memandangi bayi yang di pegang nya.
Bayi itu nampak tertidur pulas setelah menangis berjam-jam tanpa henti. Tangan Harry terulur untuk membelai kepala mungil dengan surai pucat itu, pipi nya tembam dan kulit putih yang memerah.
Mata Harry dengan bingung dan linglung kembali menatap Draco. Draco tidak tahan di tatap dengan mata hijau besar itu. Dia mendengus dan berkata, "Buang saja!"
Kening Harry berkerut tak suka. "Baiklah, buang saja!" Dia melakukan tindakan seolah-olah dia akan kembali memasukan bayi itu ke tempat sampah.
Draco mengulurkan tangan nya refleks dan memegangi tangan Harry, "Cukup, cukup, cukup!"
Harry menggerling ke arah Draco dengan kesal. "Kau bilang buang saja!?"
Draco memijat kepala nya yang sakit dan berkata, "Bercanda, hanya bercanda!"
Awal nya mereka hanya dengan satntai pulang dari kampus setelah menyelesaikan beberapa kelas, dan pulang setelah matahari terbenam.
Namun sebelum pulang Draco melucu pada Harry soal hantu perempuan yang suka menculik pemuda pada waktu-waktu seperti ini, dan soal pembunuh berantai yang masih jadi buronan polisi.
Draco tidak berpikir kalau lelucon konyol nya bisa membuat seorang Harry Potter yang di kenal sangat pemberani, kini dengan wajah pucat menunggunya di depan gerbang, mempermalukan diri sendiri di depan teman-teman Draco.
Harry bilang, Ron sudah pulang lebih dulu dan Hermione di jemput oleh ayah nya dengan mobil untuk langsung pergi kerumah sakit. Mione bilang nenek nya sakit, dan Harry berencana menjenguk nya hari jumat saat dia senggang.
Draco tertawa terbahak-bahak saat mendengar alasan Harry. Teman teman nya juga sama, namun saat melihat wajah Harry lebih pucat dari biasanya akhirnya Draco yang berhati i̶b̶l̶i̶s̶ malaikat, menemani nya berjalan pulang.
Namun sesuatu terjadi saat mereka melewati gang sempit, dan mendengar raungan bayi yang tersedu-sedu. Harry benar-benar menjadi pucat dan gemetar sementara Draco tidak jauh berbeda, tapi jika mereka berdua panik, mereka hanya akan mati konyol.
Jadi dia dengan tenang mengusap punggung Harry dan mengambil keberanian untuk memeriksa asal suara. Dan ini adalah apa yang mereka dapatkan.
Seorang bayi.
Iya bayi.
Berada dalam tumpukan sampah dan sangat menyedihkan juga bau. Harry segera menghampiri mereka dan melihat apa yang Draco temukan. Matanya tiba tiba bercahaya, dan ketakutan nya hilang. Dia segera mengambil bayi itu dan menggendongnya. Mencoba menenangkan nya.
Draco sudah memperingatkan nya kalau bayi itu bau sampah. Tapi Harry terlihat tidak perduli dan masih menggendong nya dengan antusias. Menenangkan tangisan bayi itu sampai tertidur.
Draco mencela nya dan mengutuk seribu kali.
Sampai Harry menoleh dan bertanya apakah mereka akan merawatnya. Dan Draco segera memakinya. "Siapa? Kita?" Dan Harry terlihat ragu sebelum mengangguk.
Draco mengerutkan kening tak suka. Dan memasang ekspresi jijik. "Tidak ada kita. Letakan kembali bayi itu! Dia bau!"
Dan mereka berdebat untuk waktu yang lama, sampai akhirnya terdiam.
Dan berdiskusi kembali setelah kepala mereka dingin. Akhirnya mau tak mau Draco ikut pergi ke apartemen Harry.
Harry menggendong seorang bayi, Dan Draco yang memasang wajah tanpa ekspresi di belakang nya. Saat mereka masuk kedalam apartemen kecil yang Harry tinggali baru selama beberapa bulan. Sirius telah menawarkan apartemen yang cukup mewah padanya tapi Harry menolak nya, dia tidak ingin selalu merepotkan ayah baptis nya itu.
Draco mengomentari betapa kecil dan sempitnya apartemen Harry. Tapi apartemen itu masih memiliki dua kamar. Karena biasanya Sirius akan datang berasama Lupin untuk menjenguk nya beberapa bulan sekali.
Harry menyarankan Draco untuk menunggu di sofa dan beristirahat sementara dia akan memasak air untuk mandi. Draco tidak melakukan apapun selain menggerutu. Jika di rumah nya dia tidak perlu repot, karena air hangat sudah selalu siap saat dia pulang.
Namun karena Draco dia ajarkan untuk bersopan santun sejak dia masih kecil, jadi dia tidak banyak menunjukan keluhan.
Harry memandikan bayi itu terlebih dahulu. Dan setelah mereka selesai, Harry mendapati Draco tertidur di sofa. Terlihat sangat lelah. Harry juga sama, dia sangat lelah. Tapi bukan kah Draco harus mandi dulu? Dia masih punya satu set pakaian serta pakaian dalam yang belum pernah di kenakan, bahkan brand nya masih tergantung di masing masing set.
Namun untuk bayi ini. Harry rasa dia harus turun ke mini market untuk membeli popok dan susu.
Harry mengguncang tubuh Draco ringan, dan saat pemuda itu membuka matanya. Harry mengintrusikan kalau dia bisa pergi mandi. Dan Draco tanpa bicara banyak beranjak dan pergi membersihkan dirinya.
Harry menatap bayi yang sekarang hanya mengenakan handuk, anak ini sama sekali tidak cerewet dan menatap Harry dengan mata hijau nya yang besar.
Harry baru menyadari kalau mereka berdua memiliki mata yang sama. Dan menjadi lebih bahagia. "Aku akan turun untuk membeli popok, disini bersama Father mu, jangan nakal" Tangan Harry terulur untuk mencubit pipi tembam bayi itu.
"Berasama apa?" Suara Draco rendah, tepat berada di sebelahnya. Dan itu membuat Harry bergidik.
"Oh, kau sudah selesai? Apa pakaian nya pas?"
Draco memandangi t-shirt yang di kenakan, dan celana pendek nya. "Tidak buruk. Tapi celana mu sangat sempit, aku terpaksa memakai celana ku kembali."
Harry tersenyum puas, dan menyerahkan bayi itu pada Draco. "Aku akan pergi ke bawah untuk membeli popok dan beberapa pakaian. Jaga dia."
Draco tanpa sadar mengambil alih, dan menatap Harry yang berjalan keluar. "Tunggu Potter."
Harry berhenti dan menoleh. "Ada apa? Kau perlu sesuatu?"
Draco berkata dengan canggung, "apa kau punya uang?"
Harry sedikit terkejut dan merasa agak terhina. "Tidak banyak. Tapi cukup untuk menghidupi 3 orang sampai dua hari." Ujarnya sarkas.
Draco tertawa. "... Tidak, tidak. Maksudku kau bisa pakai uangku, takut jika uang bulanan mu habis dan kau akan menjadi gelandangan."
Harry berfikir sebentar, dan menatap bayi yang di gendong Draco kini memainkan kerah baju dan telinga pemuda pirang itu.
"Jika aku memakainya, maka aku harus mengembalikan nya. Bagaimana jika aku tidak memiliki uang saat kau menagih nya? Apa kau akan menjual rumahku? Dan membawa ku ke pelelangan untuk di tukar dengan barang antik?"
Dahi Draco mengerut bingung. Menatap Harry dan melangkah mendekat, mengambil dompet dari saku celana dan mengeluarkan kartu kredit.
"Pakai ini."
Harry hanya menatap kartu itu tanpa niat mengambil nya. Dia masih berfikir apakah Draco akan menjualnya kalau dia tidak bisa membayar hutang?
Draco mendengus geli, "Pakai saja. Tidak perlu di pikirkan. Lagi pula aku tidak akan jatuh miskin hanya dengan kehilangan satu kartu."
Pada akhirnya Harry dengan ragu-ragu mengambilnya dan pergi.
Selama Harry pergi berbelanja. Draco kembali kedepan televisi, dan menonton beberapa acara membosankan. Dia menatap bayi yang sekarang di pangku nya.
"Siapa namamu?" Tanya nya acuh pada bayi yang kini mengulum ibu jari nya.
"Singkirkan jari mu, itu kotor. Kau tidak ingat, kau baru saja menyelam ditempat sampah!" Draco masih mengingat bau nya. Dan dia tersedak, tapi saat dia memajukan wajahnya untuk mengendus kembali bau nya. Dia hanya menemukan aroma bayi yang khas dan cukup harum.
Bayi itu tertawa saat merasakan nafas Draco menggelitik permukaan kulitnya. Tertawa cukup kencang. Dan Draco yang mendengarnya mau tidak mau ikut tertawa.
Draco membaringkan bayi nya di karpet berbulu dan memutuskan untuk meneliti wajah bayi ini.
Semakin lama dia menatap, semakin mengantuk dia. Anak ini memiliki rambut pirang dan mata hijau yang menyala. Kulit yang putih kemerahan. Hidung mancung yang mungil dan bibir yang berwarna merah muda cerah.
Karena kelelahan menggorogitnya sepanjang waktu. Pada akhirnya Draco jatuh tertidur. Dan bayi itu? Ya si kecil itu merangkak keatas tubuh Draco dan bersandar pada dadanya. Mengulum jari seolah menunggu seseorang pulang.
Harry menutup pintu dengan hati hati, saat dia tidak mendapati suara lain dalam ruangan. Saat kakinya melangkah ke meja counter untuk meletakan beberapa sayuran dan daging untuk sarapan besok.
Harry membawa sekelompok pool dan beberapa pakaian bayi ke ruang tengah. Dan mendapati, si kecil duduk bersila di perut Draco yang tertidur, nampak tidak terganggu dengan itu.
Harry meraih si kecil dan melepas handuk nya, memasang popok dan memberi minyak di perut bayi kecil yang manis untuk menghindari masuk angin.
Memakaikan si kecil jaket pikachu, mencium hidung kecil yang memerah, Harry mendengus geli. Dan menggendong putra baru nya untuk membuat susu.
Draco tidak butuh makan. Harry percaya itu. Dia vampir jadi hanya makan darah cukup. Oke bercanda.
Harry rasa dia harus menghormati tamu dengan membuat makan malam. Tapi dia harus terlebih dahulu menidurkan sikecil sebelum memasak.
Harry merasa dia seperti seorang istri, namun dia dengan cepat menepis pemikiran konyol nya.
Begitu bayi kecil nya tidur setelah meminum susu dan bahkan membuat nya meluber, Harry membawanya ke kamar dan menidurkan nya dengan lembut di kasur.
Harry meletakan botol susu di samping ranjang. Dan pergi untuk membuat makan malam.
Saat dia melewati ruang tengah, dengkuran Draco nyaring, nyaris membuat Harry terkejut. Dia lupa ada pihak lain di sini.
Jadi dengan hati-hati berjalan ke dapur untuk memasak tanpa menimbulkan suara yang berarti.
