Berjalan-jalan menelusuri di antara orang-orang yang berlalu lalang, entah harus merasa senang atau lelah dengan semua ini. Tokuda Shuusei, akhirnya bisa menghirup udara ketika keluar dari gumpalan banyaknya orang-orang di sana.
Museum dan Kebaikan
Bungou to Alchemist belong to DMM Games
Chara: Matsuoka Yuzuru, Tokuda Shuusei
Special gift for Synstropezia.
Enjoy!
"Haha, wajah mu kusut sekali, Tokuda-San."
Sedangkan di depan sana terlihat lelaki dengan mata sayu dan wajah tampan mendekat ke arahnya sembari membawa air mineral dingin. Matsuoka Yuzuru namanya, partner jalan-jalan Shuusei kali ini. Sebenarnya bukan tanpa alasan mereka berdua pergi hari ini. Hanya alasan sepele yang dilontarkan Matsuoka, yaitu pergi membeli sushi.
Namun mengapa harus Shuusei? Bukan, jika dibandingkan dengan kepergiannya bersama Touson, dia tidak merasa terganggu sama sekali. Tapi mengapa dari sekian banyak orang dan teman di sekitar Matsuoka, harus Shuusei yang terpilih mengantar nya? Apa karena dia terlihat seperti babu sekolah? Ketika ditanya pun, Matsuoka hanya menjawab samar-samar. Terpaksa Shuusei tak bertanya lebih lanjut.
"Ayo, Tokuda-San. Ah, kau lelah? Ingin istirahat dulu? Atau mau ku gendong?"
"T-Tidak perlu." Shuusei menatap, memberi gelengan kecil lalu mulai berjalan di sampingnya, "Kau mau kemana, Matsuoka-San? Ah, tugas apa saja yang diberikan Natsume-Sensei?"
"Uhm... Soal itu, aku ingin pergi ke Museum Edo-Tokyo. Kau tidak keberatan kan?" Matsuoka menoleh, lalu bergumam, "Aku usahakan tak terlalu lama."
Pintu museum terlihat, berjajar miniatur di salah satu sisinya, di dalam sebuah etalase, membuat fokus Matsuoka seketika teralihkan. Dia mengeluarkan kameranya dan memotretnya dari berbagai sudut. Shuusei hanya terdiam di tempat sembari memandang keakuratan detailnya. Matsuoka diam-diam memandang wajah tentram Shuusei, lalu tersenyum kecil.
"Menurut mu bagaimana dengan patung-patung ini?" yang awalnya dipertanyakan asal, memecah hening.
"Ini..." Shuusei mendekatkan wajahnya ke miniatur itu, "Rasanya sangat detail. Ah, aku lupa membawa kamera ku, tapi sepertinya akan sangat realistis jika dilihat dari dekat."
"Tepat sekali, Tokuda-San. Coba lihat ini!" Matsuoka menyodorkan kameranya, "Dari dekat sungguh terlihat asli. Sayangnya aku bukan fotografer handal, jadi tidak begitu jelas."
"Ini buat penelitian? Ingin ku potret-kan?"
Matsuoka menoleh dengan senyum menenangkan, lalu mengangguk pelan, "Jika tidak keberatan."
Shuusei mendekat, membungkukkan badannya dan menatap patung-patung itu dari layar kamera. Memposisikan diri sebaik mungkin, lalu menekan tombolnya beberapa kali. Matsuoka hanya terdiam sembari memperhatikannya dari dekat.
"Ah, ini. Maaf jika tidak sesuai ekspektasi." Shuusei mengusap tengkuknya. Matsuoka menggeleng sebagai balasan. Jika saja ia mempunyai koneksi, maka detik ini juga Shuusei akan ditawarkan sebagai fotografer, melihat pemotretan nya yang handal. Namun untuk kali ini, ia menahannya. Lagi pula Shuusei sendiri belum tentu menginginkannya.
"Setelah ini... Kau ingin kemana?"
"Hmm... Tokuda-San lapar? Di lantai tujuh ku dengar ada Chicken Doria. Aku sebenarnya memang sempat kemari bersama Natsume-Sensei."
"Oh... Boleh saja." Shuusei mengiyakan. Keduanya berjalan sembari memerhatikan sekitar mereka.
Benar-benar Zaman Edo, benak Shuusei mengingat-ingat. Bahkan di sana repot-repot memajangkan kago yang cukup untuk menjadi tempatnya beristirahat sebentar, meski rasa malunya meronta-ronta, sebenarnya. Matsuoka melirik gerobak itu, dan tanpa basa-basi langsung menaikinya sembari bergaya menghadap Shuusei. Ia termatung di tempat, namun segera memotret Matsuoka dengan kamera dan diam-diam tersenyum kecil.
"Kago disini bagus juga. Mirip dengan yang asli. Ah, Tokuda-San dulu pernah tinggal di Tokyo 'kan? Entah kenapa aku tidak bosan-bosannya melihat kago ketika sedang ada festival." dan hanya dibalas anggukan dari Shuusei, kembali mengiyakan.
Setelah beberapa lama berputar-putar, akhirnya mereka sampai di lantai tujuh. Memesan masakan barat, dan memakan sushi yang sempat mereka beli di perjalanan kemari. Matsuoka menopang dagu menghadap Shuusei yang asik mengotak-atik kamera.
"Ah, benar juga. Matsuoka-San kemari untuk observasi tapi tidak begitu memotret banyak hal penting. Tidak apa-apa?"
"Itu..." ia tersenyum samar, "Sebenarnya aku mengerjakan tugas observasi teman. Aku cukup tertarik dengan Tokuda-San yang sering terdiam di antara teman-teman mu yang mencolok. Kupikir agak aneh..."
Ia melanjutkan kalimatnya, "Ternyata Tokuda-San lebih baik dari yang saya bayangkan. Bahkan sangat baik. Tapi di satu sisi, aku pikir itu tidak baik untuk mu karena ada yang mengatakan berbuat baik itu ada batasannya. Meski aku tidak percaya itu."
Shuusei masih terdiam di tempatnya, memainkan cangkir yang beberapa saat lalu diberikan pelayan. "Matsuoka-San juga sama, kok. Justru kau yang tidak sadar akan kebaikan diri sendiri juga adalah baik, tapi itu juga yang membuatnya jadi kekuranganmu 'kan?"
"Aku sendiri tidak peduli apakah aku baik atau tidak. Matsuoka-San juga merasakan hal yang sama 'bukan?" Shuusei menatapnya, lalu tersenyum samar, "Bagi ku, Matsuoka-San yang baik adalah Matsuoka-San. Tapi aku tidak pernah menuntut mu untuk terus menjadi baik. Jadi jika ada apa-apa, tolong katakan saja, maka aku akan mendengarkan."
Meski sempat terkejut, Matsuoka hanya membalas tersenyum sembari bergumam, "Tidak salah aku mengajak mu kemari, Tokuda-San."
Setelah berbincang ria, sajian makanan dijajarkan di depan mereka. Itu bukanlah hari yang cerah atau hari terbaik bagi keduanya. Setidaknya berjalan bersama hari ini, menikmati makanan dan menelusuri museum bukan hal buruk. Tugas Matsuoka selesai, dan kini mereka mendapatkan sesuatu yang baru. Sekali lagi, mereka tidak menyesal pernah kemari.
End.
A/N: Risetnya memuaskan. Cuma agak kesel juga gara-gara harus riset makanan. Kado buat Syns-San yang pengen Shuusei x Matsuoka. Semoga suka!
