Harry Potter milik JK RowlingHarry James Potter milik Draco Lucius Malfoy.Summary: Harry merasa dirinya pundung ketika melihat Draco dan Pansy membagi ciuman di koridor Hogwarts sebelum sarapan pagi.

Dryller


"Mereka tidak tahu tempat atau apa?"

Cibiran Ron bagai angin lalu yang melintas di kedua telinga Harry, dia menatap pokus pada pemuda berambut pirang yang tengah berciuman dengan gadis asal asrama Slytherin, Pansy Parkinson.

Hermione menepuk kedua bahu sahabat dan kekasihnya lalu mendorong mereka menuju Aula Besar dengan cepat mengabaikan dua remaja yang masih tidak menyadari bahwa beberapa menit lalu menjadi objek penglihatan bagi mereka yang melihat, pasti bagi sebagian orang yang tidak mengetahuinya beranggapan bahwa Draco dan Pansy adalah sepasang kekasih gila, seperti anggapan Harry setelah melihat bagaimana ciuman itu berlangsung.

Dilain tempat setelah tiga Gryffindor itu pergi tanpa disadari Draco segera mendorong dahi Pansy menjauh, dia mengusap bibirnya dengan ujung jubah dan menatap Pansy mencemooh, sedangkan yang ditatap melotot ke arahnya sambil berkacak pinggang.

"Jangan lihat aku seperti kau baru berciuman dengan bebek-"

"Dengan troll."

"Sialan," tabokan keras itu meluncur dengan santai ke kepala Draco, Draco menggeram protes dan Pansy meneliti cat kukunya dengan santai. "Kau bad kisser sekali, setidaknya Blaise jauh lebih baik. Bagaimana ketika kau punya kekasih kalau begitu cara ciumnya? Aduh, aduh." Wanita itu menggeleng dramatis dan Draco tidak dapat menahan matanya untuk berputar dengan jengah.

"Ingatkan aku untuk tidak belajar berciuman denganmu lagi," katanya. Dia mendelik pada Pansy yang menatapnya remeh.

"Lalu pada siapa? Potter?"

"Tawaran bagus."

"Ya dia cukup menarik, tunggu- apa?!" Pansy menatap Draco dengan curiga dan pria itu balas menatapnya malas, dia mendorong dahi Pansy dan berjalan menjauhi wanita itu, beruntung sekali kekasih dari Pansy datang dan itu cukup membuat Draco puas tidak harus menjawab sederet pertanyaan biang gosip yang sialnya adalah sahabatnya sendiri.

Blaise merangkul bahunya berjalan bersamaan dengan Pansy disebelahnya, bahkan kekasih gadis itu tahu Draco dan Pansy sesekali melakukan kelas berciuman untuk Draco pelajari, respons Blaise hanya mengangkat alis geli dan mengangguk ketika Pansy meminta izin padanya.

Benar-benaf persahabatan yang aneh.

-o0o-

Dilain tempat, Harry tengah menusuk-nusuk daging kalkun panggang itu dengan minat yang menurun, entah mengapa mood nya mendadak tiarap, alias anjlok. Apa karena melihat adegan beberapa menit yang lalu dimana Draco berciuman dengan Pansy? Harry menggelengkan kepalanya gusar.

Gestur tubuh itu dapat disadari oleh Hermione dengan cepat, terbukti gadis itu langsung meminum jus nya dan memandang Harry curiga "Kau kenapa?"

Harry menggelengkan kepalanya, tidak mengeluarkan suaranya satu pun, Hermione mendengus, dia menasihati Ron -lebih tepatnya mengomel- untuk tidak makan terlalu banyak atau kekasihnya itu akan sakit perut seperti hari-hari sebelumnya.

Harry mengabaikan sepasang kekasih di depannya, lalu matanya tanpa sengaja menatap komplotan Draco Malfoy memasuki Aula Besar, dia dapat mendengar sekilas ucapan santai Pansy yang di arahkan kepada Draco.

"Draco, sayang, kau ingin melakukan kelas setelah ini?"

"Aku menolak."

"Lihatlah, Blaise, kalau dia tidak mau belajar bagaimana mau melakukannya dengan benar?"

"Biarkan dia, Pansy."

Dan mendengar panggilan Pansy untuk Draco yang sama sekali tidak dibantah oleh pemuda pirang tersebut entah mengapa membuat mood Harry makin turun, dia membanting garpu dan sendok membuat beberapa pasang mata menatapnya aneh termasuk komplotan Draco.

"Aku selesai."

Lalu pemuda itu beranjak, dia melangkah kakinya pergi mengabaikan tatapan aneh dan tajam Draco, begitu pula teriakan Hermione, dia hanya ingin menjernihkan kepalanya tanpa harus melihat dua pasangan menyebalkan itu berkeliaran.

Harry menendang kerikil yang dia jumpai dan kerikil itu sukses masuk ke dalam Danau Hitam, kemudian Harry membelalak ketika kerikil itu kembali terlempar ke arahnya dan menghantam keras dahinya.

Tentu saja itu Duyung yang enggan tempatnya di usili.

Mendengus sebal, dia mendudukkan pantatnya di dekat pohon yang rindang, menatap tanpa minat riak air Danau, menunggu waktu kelas pertama dimulai tanpa harus melihat wajah-wajah menjengkelkan itu untuk yang kesekian kalinya.

Entah mengapa akhir-akhir ini Harry jadi sering memperhatikan Draco, dan kejadian tadi pagi membuat dia marah tanpa alasan yang jelas, sejujurnya dia tahu alasannya tapi malas mengakui.

"Melamunkan nasib malangmu, Potter?"

Oh tuhan...

Langkah kaki itu mendekat dan akhirnya berdiri di samping Harry yang masih enggan menoleh atau bahkan mendongak untuk menatap si wajah menyebalkan yang dia hindari.

"Tidak ingin menjawab?" Draco kembali mengeluarkan suaranya dan Harry hanya bungkam, kemudian Harry terkejut ketika Draco secara tiba-tiba duduk disebelahnya -sangat rapat- dan menyeringai ke arahnya. "Cemburu, Potter?"

Bisikkan tepat di telinganya itu membuat wajah Harry memerah, dia mengerutkan alis untuk menghalau sensasi memalukan itu, lalu menoleh dan sedikit terkejut ketika wajahnya dan Draco begitu dekat membuat dia dapat melihat seringai itu dengan jelas, seringai yang menyebalkan dan tampan.

Sial.

"Siapa yang kau sebut cemburu, Malfoy?"

"Kau, tentu saja."

Harry mendengus remeh "Cemburu? Padamu? Dalam mimpimu!"

Draco menyeringai makin lebar, dia mendekatkan wajahnya pada Harry membuat pria itu mundur dengan gugup dan menahan bahu Draco "Bukan padaku, kau cemburu pada Pansy yang menciumku kan? Aku melihatmu pergi."

"Omong kosong."

"Apa yang kau sebut omong kosong?" Draco membelai pipi Harry, membuat Harry menggeser wajah tidak nyaman, namun Draco kembali mengelusnya seduktif. "Kau cemburu dan kau tidak bisa mengelak." Ketika Harry tampak ingin protes Draco kembali melanjutkan kalimatnya sambil menaruh jari telunjuknya di bibir si raven. "Diam. Dan dengarkan aku."

Harry diam dengan patuh, membuat Draco menyeringai lebih lebar.

"Aku dan Pansy tidak benar-benar melakukan ciuman kekasih, karena Pansy sudah mempunyai kekasih- jangan menyela Potter," Draco menatap pria di depannya tajam dan Harry yang sempat ingin bicara kembali mengangguk lalu diam. "Dia mengejekku seorang bad kisser dan menawarkan kelas berciuman yang sudah kami lakukan selama 3 hari berturut-turut tapi dia selalu menghinaku dengan mengatakan aku tidak cukup pandai dalam pengajarannya selama tiga hari tersebut. Singkatnya kami tidak melakukannya dengan serius, dan kau tidak perlu cemburu."

"Aku tidak cemburu!"

"Ya, ya, ya, katakan itu pada seseorang yang keluar dari Aula saat mendengar Pansy memanggilku 'sayang'," Draco tersenyum tipis ketika melihat semburat merah menghiasi pipi Harry yang masih bertahan mengernyit lucu.

"Potter."

"Apa?"

Draco tiba-tiba menangkup pipinya dan menatap lurus penuh arti ke arah manik mata hijau emerald indah miliknya, Harry diam-diam meremas rumput dengan gugup.

"Pansy selalu mencemooh kemampuan berciuman, apa kau bersedia menjadi penilai di sini?"

Harry mengerutkan alis tidak mengernyit "Maksudmu?"

Draco tersenyum geli "Maksudku, begini." Dia memajukan wajah dan membiarkan hembusan napasnya beradu dengan hembusan napas Harry yang tercekat, Draco meraskaan ketika Harry menahan bahunya, dia menatap Harry seolah bertanya 'apa?'

Dan Harry memandangnya gugup "A-apa yang sedang kau coba lakukan, sialan."

Draco mengangkat bahu acuh "Tentu saja membiarkanmu menilai apakah aku seorang good kisser atau bad kisser seperti yang dikatakan Pansy." Lalu detik berikutnya Harry tidak dapat lagi mencegah Draco ketika pria itu menarik pinggangnya merapat dan menempelkan kedua bilah bibir mereka untuk menyatu, melumat bibir kemerahannya dan menjilati bibir bawahnya dengan minat penuh.

Harry menggeram dan mencengkeram jubah di sekitaran bahu Draco, dirinya lantas menutup mata dan membuka mulutnya setelah beberapa kali melakukan penolakan yang sia-sia.

Draco tidak membiarkan kesempatannya terbuang, memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut pria itu dan mengabsen deretan giginya, kemudian lidah Draco bertemu sapa dengan lidah Harry yang membalas sapuannya dengan ragu-ragu, Draco terkekeh disela ciuman mereka.

Dan ciuman itu berlangsung cukup lama hingga Draco harus dengan enggan melepaskannya ketika Harry mengeluh kehabisan oksigen untuk dihirup.

Draco menatap Harry yang terengah-engah dengan wajah merah padam saat mereka selesai berciuman dan bersitatap, Draco mengeratkan pelukannya di pinggang Harry lalu menyeringai ketika menatap pemuda itu makin dalam.

"Jadi? Apa penilaianmu?"

"Tidak tahu."

"Tidak tahu?" Draco mengernyit, lalu dia menyeringai makin lebar, dan entah mengapa Harry begitu membenci seringai yang satu ini. "Kalau begitu, kurasa kita harus mengulanginya lagi agar kau dapat menentukan pilihanmu." Lagi-lagi tidak sempat protes karena Draco segera melahap bibirnya dengan tempo lebih ganas dari ciuman pertama.

Tanpa disadari dua makhluk yang tengah berciuman dengan memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri itu ada seorang wanita dan pria yang menatap kegiatan Draco dan Harry dengan girang -lebih tepatnya si wanita.

Wanita itu menyenggol bahu kekasihnya menggunakan siku dan tersenyum menggoda "Aku bilang juga apa, dia hanya butuh dorongan sedikit."

Si pria memutar bolamatanya jengah "Kau hampir membuat aku frustasi menahan cemburu, Pansy."

Pansy menepuk pipi kekasihnya pelan dan bergumam 'ouh' yang menggelikan "Kekasihku yang malang."

Pansy cekikikan dan diam saja ketika Blaise membawanya pergi dari sana.

Sedangkan dua oknum yang telah menyelesaikan acara berciuman mereka itu terdiam dan masih meraup oksigen dengan ganas.

"Kau masih ingin mengatakan tidak tahu?"

Harry menggelengkan kepalanya horror "Tidak! Kau adalah good kisser, sangat-sangat good kisser."

Draco terkekeh mendengarnya "Bagus," lalu dia menarik Harty berdiri dan membawanya entah kemana membuat Harry melayangkan tatapan bingung.

"Kita mau kemana?"

"Bolos pelajaran. Ke suatu tempat di mana aku bisa melanjutkan sesi berciuman lebih lanjut dengan tahapan yang lebih detail."

Mendengarnya, Harry merasakan bagaimana perlahan rasa panas diwajahnya menjalar hingga ke telinga.

END