Haikyuu!

Furudate Haruichi

.

.

"Day 2 When They see a Child Getting Lost"

.

.

Warning:

OOC, Typo, Aneh, dll.

.

.

.

"Nama Adek siapa?" Tanya Kuroo lembut pada sesosok anak kecil di depannya. Aneh ya? Kuroo? Lembut? Tapi... Nggak mungkin juga kalau dia bertingkah kek kucing garong, yang ada anak didepannya ini bisa ngacir duluan.

"Huaaa..." Bukannya menjawab, si Adek cilik ini malah semakin mengencangkan tangis, hingga beberapa pengunjung taman menatap mereka.

"Bro! Dia makin nangis tuh! Lakuin sesuatu dong" Bokuto yang berdiri di balik tubuh Jongkok Kuroo menyeru panik malihat si Adik cilik makin nangis.

Dahi Kuroo berkedut kesal, meski begitu, senyum manisnya masih belum luntur, "Adek... Jangan nangis ya?" Kuroo menghapus air mata si Adek penuh kasih dan kelembutan, Bokuto bahkan sampai terkesiap kagum melihatnya.

"Nanti kakak Burung hantu ini akan membelikanmu es krim lhoo..." Senyum Kuroo makin manis saja, bahkan wajahnya sudah menghadap Bokuto.

Bokuto yang mengetahui maksud Kuroo, mengangguk, "Iya... Nanti aku yang traktir... Hey...!" Ucapnya meyakinkan.

Dan secara ajaib, si Adek langsung senyap tangisannya.

Kuroo mengacak rambut si Adek gemes, "Nah... Sebelum itu, siapa namamu, Adik manis?" Tanyanya.

"A-lex..." Jawab si Adek, maksudnya, Alex, dengan dihiasi sesegukan.

"Nah, Alex... Sini... Kakak gendong" Kuroo merentangkan tangan, Alex yang melihatnya langsung memeluk leher Kuroo erat, bahkan terang-terangan menatap Bokuto mengejek, seolah mengatakan, "wlee... Dia lebih memilihku daripada kamu". Sebenarnya, Lupakan hal itu, Karena itu cuma pikiran absurd Bokuto.

Kuroo mencoba menyamankan posisi Alex di gendongannya, "Jadi... Sambil berjalan mencari kedai es krim... Mau menceritakan bagaimana kau bisa tersesat adik manis?" Tanya Kuroo, serta-merta mengabaikan Bokuto yang hampir menganga tak percaya jika dia akan tercuekkan oleh Bro-nya... Dan semua itu... Gara-gara bocah bau kencur yang pasti menyengajakan diri untuk tersesat supaya Bro-nya datang menolongnya.

Bokuto bahkan tak mendengar sekatapun apa yang diucapkan Alex, 'Kheh... Bocah itu... Dari tampangnya aja... Pasti masih sejenis sama pakboy dan jamet-jamet diluaran sana,' batinnya suudzon duluan.

"Bro... Kita mau kemana sih ini?" Tanya Bokuto mencoba meminta atensi Bro-nya.

Kuroo menoleh sebentar, lalu tersenyum aneh, "Menuruti permintaan adik ini donk. Beli es krim. Iya kan, Alex-kun?" Dan Kuroo merelakan senyum manisnya untuk Alex.

Bokuto rasanya mau ngamuk saja, entah apa yang dia rasakan kini. Intinya, Bokuto kesal sama tampang (sok) polos Alex yang keliatan jametnya. Lebih lagi saat Alex menanggapi ucapan Kuroo dengan mengangguk semangat. Kekesalannya hampir saja meledak saat Kuroo terang-terangan memberi perhatian penuhnya pada si Bocah.

"Cukup!" Bokuto berdiri di depan Kuroo, kepalanya menunduk sehingga raut kesal nya tak keliatan. Kekesalan dalam paru-parunya sudah tak terbendung lagi, dia mengangkat kepalanya, namun... Apa yang terjadi?

Kuroo tersenyum lagi, bahkan dengan lembutnya bertanya, "Ada apa, Bro?"

Bokuto langsung melted dong, jarang-jarang ada yang mau ngomong selembut itu padanya, mama aja kalau ngomong suka teriak, kalau ditegur jangan teriak malah jawab gini, "MAMA NGGAK TERIAK! BOKUTO!" Dengan teriakan cetar tentunya. Mungkin suaranya yang keras ini turunan dari Ibunya kali ya?

"Bro...? Kenapa? Malah melamun" tegur Kuroo bingung.

Bokuto yang masih tersangkut di lamunannya langsung gelagapan, "eng-enggak kok... Hehehe... Yok lah lanjut nyari es krimnya" ucapnya semangat.

Dan percaya tidak percaya, setelah ucapan itu terlontar, dan mata Kuroo yang menemukan kedai es krim, dan mereka bertiga memesan, Bokuto harus mengikhlaskan uang untuk seminggu kedepan. Uang Mingguannya habis tak tersisa.

"Alex..." Suara seorang wanita dari kejauhan memanggil Alex.

Alex berbalik dan tersenyum lebar, "Kak Sea...!"

Si wanita menggendong Alex dan menatap bergantian ke arah Kuroo dan Bokuto, "Ah... Terima kasih sudah menjaga adikku. Apa adikku merepotkan kalian?"

Bokuto hendak mengangguk semangat. Tapi...

"Oh... Enggak kok, Kak... Cuma rewel dikit aja kok" jawab Kuroo ramah.

Bokuto menganga mendengarnya, Ini uangnya habis lho gara-gara acara traktiran dadakan gini. Terus selama seminggu, Bokuto nggak bisa jajan gitu? Bokuto nggak paham sama jalan pikir Bro-nya ini.

Sea menatap penuh terima kasih, "Em... Biar Kakak ganti uang es krimnya ya? Kayaknya Alex udah makan banyak deh"

Bokuto hendak mengangkat tangan menerima uang dari Sea, tapi...

Kuroo dengan sigap menolak uang yang diberikan Sea, "Nggak usah, Kak! Bokuto ikhlas kok beliin Alex es krim"

Bokuto melotot mendengarnya, 'Ikhlas darimananya, Bro? Aku nggak rela uangku habis. Padahal baru dikasih 3 jam yang lalu sama mama' batinnya tak terima.

Sea kini tersenyum, "terima kasih banyak. Kalian berdua memang pemuda yang baik. Kalau begituu..."

Sea menurunkan Alex dari gendongannya, dan merogoh saku roknya. Mengeluarkan sebuah kartu, "Ini kartu nama, Kakak. Jika perlu bantuan, disitu udah ada no telephone dan alamat rumah kakak" ucap Sea, lalu kembali menggendong Alex.

Kuroo menerima kartu nama tersebut dengan sukarela, "Hai"

Sea melambai pada Kuroo dan Bokuto, lalu berjalan pergi sambil sesekali menggoda Alex di gendongannya.

Meninggalkan Kuroo yang turut melambai mengantar kepergian, juga Bokuto yang hendak nangis keras karena uangnya beneran pergi.

"Ohh... Namanya kak Sea...?" Gumam Kuroo manggut-manggut melihat nama Kakak cantik tadi. Dia melirik Bokuto yang wajahnya udah parah, campuran antara kesal, syok, dan marah.

Kuroo menguap bosan melihatnya, "Udahlah, Bro! Jangan pikirin! Nih makan es krimku. Biar aku aja yang bayar!" Kuroo berdiri hendak membayar es krim.

Bokuto mengerjab mendengar omongan Bro-nya, "Eh? Jadi... Uangku gajadi habis? Terus... Gimana kalau uang Kuroo yang habis. Aghh... Urusai... Yang penting uangku nggak raib. Dapat es krim sisa Kuroo lagi... KUROO... MAKASIHH... KAMU BAIK BANGET DEH...!"

Kuroo menghela nafas mendengarnya, "Maaf, pak. Teman saya emang rada gila. Mohon mklumnya"

Pak penjual Es krim tertawa, "Hahaha... Gapapa, anak muda. Udah biasa...! Namanya generasi muda"

Kuroo jadi merasa tertohok, Kuroo kan juga masih generasi muda, jadi... Dia juga Gila gitu?

"Hey... Broo...? Masih lama?" Teriak Bokuto.

Kuroo tersenyum miring mendengarnya, "Nggak ada bedanya sama Alex tadi. Bikin repot. Tuhan... Kuatkan mental hambamu ini... Saya nggak mau mati muda... Lebih lagi gila di usia muda"

Si pak penjual es krim menatap iba pada Kuroo, "Aamin, nak! Jangan gila dulu. Udah cukup tetangga sebelah Bapak yang gila. Jangan sampai pelanggan Bapak ikut gila. Takutnya, malah Bapak yang ikut-ikutan gila"

.

.

.

Nah... Moga masih nyambung sama prompt-nya.

Tbh, Kuroo emakable sekali ya...! Ooc juga...!