Haikyuu!
Furudate Haruichi
.
.
"Day 4 Doing Something Sweet"
.
.
Warning:
OOC, Typo, Aneh, dll.
.
.
.
"Oh inikah cinta... Terasa bahagia saat jumpa dengan dirinya..."
Bokuto bersiul-siul gembira sambil melompat ke kanan dan ke kiri.
"Bokuto-san... Kau terlihat bahagia sekali hari ini?" Ucap Akaashi pelan. Memperhatikan Bokuto layaknya seorang Mama pada anaknya.
Bokuto tertawa, "Hahahaha... Percayakah kau Akgashee...? Aku berhasil menjahili Brokuro... Hey...Hey...Hey" Sahutnya riang gembira.
Akashi tersenyum tipis mendengarnya, "kejahilan apa lagi?" Tanyanya setengah geli dan gumush dengan tingkah senpai-nya.
Bokuto menatap Akashi dengan kedua mata berbinar senang, "Aku sengaja menyiramnya air saat berganti pakaian. Pakaiannya jadi basah semua..."
Akashi sedikit tak suka dengan kejahilan Bokuto kali ini, "Bokuto-san... Bagaimana Jika Kuroo-san kedinginan? Dan sakit?" Tanyanya layaknya meminta kejelasan juga sedikit nada kekhawatiran.
Bokuto terhenti dari langkahnya, dia terlihat berpikir keras, dan menepuk jidatnya, lalu segera lari kembali menemui Bro-nya yang semoga saja masih di tempat Bokuto meninggalkannya.
"Bro...!" Bokuto sedikit berteriak ketika sampai di tempat Ia meninggalkan Kuroo. Mencoba terlebih dahulu menytabilkan nafasnya dan mendongakkan kepala.
Bisa dilihatnya Kuroo sedang duduk di bench dengan Kenma yang menatap Bokuto menusuk.
Percayalah, Bokuto sempat dibuat takut dan mati kutu dengan tatapan setter tersayang nekoma tersebut.
Kuroo mendongakkan wajahnya.
Dan Bokuto harus dibuat takut, khawatir dan terkejut. Wajah Kuroo itu pucat sekali, hidungnya memerah, di tambah dengan tatapan tajam yang makin sayu-sayu-sendu, dan bibir bergetar, sontak saja Bokuto melompat ke Bro-nya dan meminta maaf sebesar-besarnya.
"Ngeselin luh, Bro!" Ketus Kuroo pendek. "Pinjam jaketnya sini...! Dingin...! Jaketnya Kenma kurang besar." Kuroo menyodorkan telapak tangan, meminta jaket club yang terlihat menggantung nganggur di pundak Bokuto.
Bokuto mengangguk patuh, daripada takut, Bokuto lebih merasa khawatir dengan wajah pucat(kurang ajar) Bro-nya. Dia menyerahkan jaketnya dengan sukarela, "Nih..!"
Kuroo menerimanya dan segera memakainya, setelah melepas kaosnya. "Fuah... Agak mendingan lah..." Ucapnya. Dipandangnya lekat Bokuto, "Jangan mengulanginya lagi, Bro! Aku nggak mau sakit untuk waktu dekat ini!" Ancamnya.
Bokuto angguk-angguk patuh. Ini juga salahnya sih. Nggak ada salahnya kan tanggung jawab dikit.
"Bokuto-san..." Tampaknya sang babysitter masih khawatir dengan bayinya sehingga turut mengikutinya.
"Oh... Akgasheee...!" Bokuto melambai riang, mau tak mau Akashi datang menghampiri. Dan reflek mendapat pelukan super duper kuat dan ketat.
"Huaww... Untung Bro mau memaafkanku, shee..." Bokuto menangis dramatis di pelukan Akashi.
Dan Kuroo yang melihatnya hanya mendengus, bingung juga dirinya, bagaimana bisa punya teman seperti Bokuto ya?
"Oh iya, Kuroo...!" Bokuto melepas pelukannya pada Akashi dan menghadap Kuroo.
"Aku anterin pulang aja ya...? Aku mau tanggung jawab, sekalian minta makan ke tante..."
Kuroo tersenyum geli mendengarnya, "heee...? Boleh saja sih... Tapi aku harus pulang dengan Kenma..."
Bokuto sontak menoleh ke arah Kenma, membuat yang di toleh, menaikkan sebelah alisnya. "Akgasshhhee...!" Panggil Bokuto setengah teriak. "Temenin Kenma yaaa...? Aku mau pulang sama Kuroo... Hey... Hey... Hey"
Mau tak mau, Akashi menganggukkan kepala. Enggan memperpanjang masalah dengan anak asuhnya itu.
Mendapat anggukan Akashi, Bokuto langsung menarik tangan Kuroo cepat, membuat yang ditarik harus konsen menyeimbangkan langkah.
"Bokuto... Pelan-pelan donk..."
"Eiihh...? Maaf! Kau baik-baik saja?" Tanya Bokuto khawatir. Wajah Kuroo sudah makin pucat saja.
Kuroo tersenyum, namun terlihat lebih lunglai dari biasanya, "Enggak lah, Bro! Ini udah tanda-tanda..."
"Tanda-tanda apa, Bro?" Tanya Bokuto tak paham.
"Tanda-tanda mau sakit" sahut Kuroo. Cara jalannya juga turut lunglai, pandangannya pun tak sefokus tadi.
Bokuto sedikit menahan tubuh Kuroo yang hampir ambruk, "Bro... Ku gendong ya... Naik ke punggungku aja..." Tubuhnya sudah berjongkok di depan Kuroo, namun malah diabaikan.
"Bro...! Jangan mbatu deh...!"
"..."
"Bro...!"
"..." Cara jalan Kuroo sudah persis orang mabuk.
Bokuto merutuk sebal dengan tingkah batu temannya tersebut. Dia langsung saja memposisikan tubuhnya dengan baik dan benar, lalu mengangkat Kuroo dengan gaya ala pengantin. Bahasa kerennya tuh..., Brydal style.
Kuroo melotot terkejut dengan tingkah Bro-nya, "Bro...! Turunin oe... Malu diliatin orang...!" Dia mendorong dada Bokuto yang dekat dengan kepalanya pelan, kalau keras-keras, takutnya malah dia yang jatuh.
"Enggak! Kamu udah gakuat jalan gitu kok...!"
"Bahasamu ambigu, Bro."
"Apanya sih? Aku ngomongnya jelas-jelas aja kok. Nggak ada yang ambigu"
Sementara orang-orang yang mereka lewati mulai berbisik-bisik.
"Mereka habis ngapain?"
"Hm...? Sampai dia bilang gakuat jalan?"
"Jangan-jangan habus berbuat yah...?"
"Hush... Jangan bikin tambah ambigu oe..."
"Huum... Barangkali aja abis jatoh..."
Wajah Kuroo sudah memerah termakan malu juga sakitnya, "Ck... Memalukan...!"
Sementara itu, Bokuto hanya nyengir kegantengan mendengar dengusan Bro-nya.
"Tidur aja, Bro. Gapapa...! I'll be here to protect yaa..."
Dan tertidurlah si Kuroo diatas gendongan atau timangan(?) Bokuto.
.
.
.
Kalau yang kayak gini masih bisa disebut sweet kan?
Fyuh... Nyaris terlupa tadi...
