AN: Ini yang saya janjikan. Harap diingat fanfic ini akan berakhir pada 10 chapter, saya gak ada niatan untuk melanjutkannya, setidaknya begitu. Yah, lihat kedepannya aja. Ditulis tanpa mengharapkan keuntungan materil sedikit pun.
Golden Magic: Origins
Naruto by Masashi Kishimoto
High School DxD by Ichiei Ishibumi
Warning: Alternate Universe, Out of Character, Strong Naru!
Summary: Namikaze Naruto adalah murid baru di sekolah sihir bernama Donquixote Academy. Keberadaannya membuat gempar seisi sekolah karena menang bertarung dengan siswa yang katanya abadi tanpa terluka sedikit pun. Naruto merupakan penyihir yang memiliki elemen langkah, yaitu emas. Ia akan mengincar peringkat pertama murid yang memiliki HARGA KEPALA paling tinggi.
.
Fanfiction 2017-2021/BijiBapakmu/Fanfiction 2017-2021
.
Chapter 1: Golden Element
Seorang pemuda bersurai pirang jabrik berjalan pelan memasuki sekolah sihir ternama di Jepang yang bernama Donquixote Academy. Sekolah ini memiliki lahan yang sangat luas dengan gedung-gedung tinggi.
Mata pemuda yang bernama Namikaze Naruto itu melirik ke sebelah kiri tepatnya ke bangunan mirip seperti Colosseum. "Jadi itu tempatnya ya …."
Naruto menyudahi melihat colosseum itu lalu segera pergi menuju ruang kepala sekolah untuk menyerahkan surat kepindahannya.
Butuh waktu 15 menit untuk sampai di ruang kepala sekolah yang terletak di gedung utama lantai paling atas. Naruto mengetuk pintu itu beberapa kali sampai orang di dalam menyuruhnya untuk masuk. Remaja pirang itu membuka pintu lalu masuk ke dalam dan melihat kepala sekolah yang sedang duduk sambil memandang layar laptop di mejanya.
"Permisi. Namaku Namikaze Naruto, aku murid pindahan." Kata Naruto yang tadi sudah menutup pintu.
Kepala Sekolah itu menatap Naruto yang berdiri di depan pintu, ia lalu menyuruhnya duduk sebelum memperkenalkan diri. "Jadi kau murid pindahan itu ya … pertama-tama perkenalkan namaku Azazel, aku menjabat sebagai kepala sekolah di sini dan aku ucapkan selamat bergabung di Donquixote Academy. Semoga kau dapat berprestasi di sini."
"Terima kasih Azazel-sama. Jadi, aku berada di kelas mana?" Tanya Naruto to the point.
Azazel tertawa pelan melihat antusias murid pindahannya yang didatangkan dari Inggris. Sebenarnya kurang cocok jika dikatakan murid pindahan karena alasan Naruto berada di sini adalah program pertukaran pelajar khusus sekolah sihir. Naruto terpilih sebagai siswa yang menjalankan program ini karena ia fasih berbahasa Jepang. Ibu Naruto asli orang Jepang dan ayahnya adalah orang Inggris.
"Jangan terburu-buru seperti itu. Pertama-tama kita akan menuju laboratorium untuk memeriksa seberapa besar Mana yang ada dalam dirimu," kata Azazel yang sudah berhenti tertawa.
Mana merupakan Energi Sihir yang ada dalam tubuh setiap orang. Mana adalah syarat penting untuk mengeluarkan sihir. Seseorang yang memiliki kapasitas Mana besar memungkinkan untuk menguasai teknik sihir kelas atas. Umumnya orang-orang menilai kuat atau tidaknya seorang penyihir tergantung dari berapa besar Mana yang dimiliki.
"Bukannya di surat sudah tertuliskan jumlah Mana-ku? Kenapa harus memeriksanya lagi?" Tanya Naruto bingung.
"Kalau tidak salah itu adalah catatan Mana-mu sebulan lalu, bukan begitu?"
Naruto mengangguk.
"Kapasitas Mana akan berkembang seiring berjalannya waktu dan berlatih. Mungkin saja dalam sebulan terakhir ini Mana-mu bertambah cukup banyak. Aku ingin data yang akurat, karena itu aku ingin kau memeriksa Mana-mu lagi."
"Baiklah. Aku tidak memiliki wewenang untuk menolak perintah anda, Azazel-sama."
"Bagus. Sekarang ikut aku ke laboratorium."
Tempat laboratorium berada di tenggara sekolah. Dari luar tempat ini adalah gedung satu lantai yang memiliki banyak jendela. Bukan berarti tempat laboratorium ini kecil karena laboratorium berada di bawah tanah yang tentunya memiliki ruangan besar. Naruto berjalan di belakang Azazel sambil memandang beberapa pekerja yang seluruhnya memakai pakaian putih. Mereka lalu memasuki ruang bawah tanah.
Azazel dan Naruto menghampiri seorang wanita berbadan ramping yang memiliki warna rambut sama sepertinya, hanya saja warna kuning rambut wanita itu lebih pucat. Wanita itu menoleh saat menyadari ada yang mendekatinya. Ia lalu membungkuk setelah tahu siapa yang menghampirinya.
"Naruto, kenalkan, wanita yang memakai setelan jas putih ini namanya Senju Tsunade, beliau adalah profesor yang memimpin unit pemeriksaan Mana di sekolah ini."
Naruto merendahkan badannya. "Salam kenal Profesor Tsunade, namaku Namikaze Naruto. Aku adalah murid asal Inggris yang sedang menjalankan program pertukaran pelajar khusus sekolah sihir. Mohon kerja samanya untuk satu tahun ke depan."
"Jadi kau murid pindahan yang banyak diceritakan orang itu ya,"
"Seperti itulah. Aku datang ke sini untuk memintamu memeriksa kapasitas Mana yang dimiliki oleh Naruto." Kata Azazel.
"Akan kulaksanakan, Azazel-sama. Naruto, ikuti aku!"
Tsunade lalu mengajak Naruto masuk ke ruangan serba putih yang ditengahnya terdapat sebuah altar. Tsunade menyuruh Naruto untuk berdiri di atas altar sambil mengeluarkan ledakan Mana sekuat yang ia bisa. Di tangan wanita pirang itu sudah ada sebuah tablet berukuran tidak terlalu besar yang akan menampilkan jumlah Mana Naruto.
"Kau sudah siap?" Tanya Tsunade dari balik kaca yang menjadi pemisah antara mereka. Azazel berdiri di samping Tsunade.
Naruto mengangguk tanda sudah siap. Ia lalu berkonsentrasi membangunkan Mana-nya dan mengeluarkannya menjadi ledakan Mana.
Seketika setelah Naruto mengeluarkan ledakan Mana, seluruh tubuh remaja pirang yang sedang menjalani tes pemeriksaan Mana itu terselimuti oleh aura emas pekat. Tablet yang berada di tangan Tsunade menunjukkan angka yang semakin besar dari 30-80-189-239-315-470-550-860 sampai berhenti di angka 1013. Kapasitas Mana Naruto berjumlah 1013, angka yang sangat besar untuk ukuran murid kelas satu. Angka itu sudah cukup untuk membuat Tsunade terbengong dengan mulut membuka. Baru kali ini ia menyaksikan remaja berumur 15 tahun dengan kapasitas Mana yang setara seorang guru di sini.
'Perkembangan Mana yang cukup pesat hanya dalam waktu sebulan. Terakhir kulihat di berkas itu Mana Naruto berada di angka 936. Dia pasti menjalani latihan yang berat setiap harinya.' Batin Azazel tersenyum misterius. 'Sepertinya sekolah ini akan sangat menarik jika jajaran peringkat atas Harga Kepala akan kacau oleh kedatangan Naruto. Khu khu khu, ini adalah satu tahun yang paling aku tunggu.'
Sesudah sesi tes selesai, Tsunade memberi tahu pada Naruto jumlah Mana yang ia miliki sekarang. Naruto sendiri terlihat cukup kaget dengan perkembangan Mana yang meningkat cukup pesat. Padahal sebulan ini ia jarang latihan karena sibuk mengurusi surat-surat kepindahannya.
"Pakailah ini!" Kata Tsunade sambil menyodorkan sebuah gelang yang di tengahnya terdapat layar kecil berbentuk persegi panjang.
"Apa ini?" Tanya Naruto yang tidak mengerti untuk apa gelang itu.
"Pakai saja dulu, kau akan tahu jika sudah memakainya."
Naruto menghela nafas pelan lalu menuruti apa yang dikatakan Tsunade. Ia memakai gelang itu di tangan kanan. Sedetik setelah gelang itu dipakai muncul pancaran sinar terang dari gelang itu, meredup, lalu layar yang ada di sana menyala dan menampilkan angka 1.000.000.
"Satu juta?" Bingung Naruto.
"Itu adalah harga kepalamu." Jawab Azazel yang sama sekali tidak membuat Naruto mengerti.
"Memangnya aku buronan?"
"Kau akan tahu untuk apa angka itu nanti. Sekarang ikuti aku, kau akan kuantar ke kelasmu, yaitu kelas 1-B."
"Hah~ baiklah."
Naruto yang sudah sampai di depan kelas 1-B langsung diberi sambutan hangat oleh wali kelasnya. Azazel pergi setelah urusannya selesai. Naruto disuruh oleh wali kelasnya yang bernama Mitarashi Anko untuk memperkenalkan diri di depan kelas.
"Lihat! Jadi dia murid pertukaran yang dibicarakan banyak orang itu?"
"Tampannya. Beruntung dia berada di kelas kita."
"Tentu saja karena dia yang menggantikan Shizuka-san di sini."
"Benar, aku jadi sangat beruntung bisa sekelas dengan Shizuka-san yang terpilih mengikuti program pertukaran pelajar."
Suara bisik-bisik terdengar membuat emosi Anko naik. "DIAM KALIAN SEMUA! Naruto-kun, sekarang lanjutkan perkenalanmu."
"Baik Anko-sensei." Naruto maju selangkah dan berdehem untuk memeriksa pita suaranya. "Perkenalkan, Namaku Namikaze Naruto. Aku adalah murid dari Inggris yang sedang melakukan program pertukaran pelajar selama satu tahun. Mohon kerja samanya."
"Kyaa gantengnya!"
"Sopan sekali."
"Naruto-kun bisa lancar berbicara bahasa Jepang, padahal dia orang Inggris. Sangat keren."
"SUDAH KUBILANG DIAM KALIAN SEMUA!"
Sesaat suasana langsung sunyi senyap seperti di kuburan setelah Anko menaikkan suaranya. Seluruh murid tidak ada lagi yang bersuara. Anko lalu menatap manis pada Naruto yang masih setia dengan tampang datarnya meskipun suasana di sini membuatnya tidak nyaman. "Naruto-kun bisa duduk di bangku Shizuka yang berada di baris ke lima jajaran empat dekat jendela." Kata Anko sambil menunjuk satu-satunya bangku kosong di kelas ini.
"Baiklah, terima kasih Sensei."
Setelah Naruto memperkenalkan diri, pelajaran kembali di mulai. Anko adalah guru yang mengajarkan bidang Element Magic. Ia saat ini sedang menjelaskan bagaimana caranya Mana bisa berubah menjadi berbagai element seperti api, air, petir, dan lainnya.
Tak terasa bel istirahat telah berbunyi. Tempat Naruto langsung dikerumuni oleh murid yang sebagian besar bergender wanita setelah Anko meninggalkan kelas.
"Naruto-kun, apa kau ingin ke kantin? Aku dengan senang hati akan mengantarmu."
"Naruto-kun, bolehkah aku meminta nomor hp-mu?"
"Naruto-kun, bagaimana kalau kita mengelilingi sekolah ini agar Naruto-kun tahu semua tentang sekolah ini?"
Naruto yang dihadiahi banyak pertanyaan dan ajakan menghela nafas panjang. Jujur saja, ia sangat tidak menyukai kondisi seperti ini. "Maaf, aku tidak bisa menerima ajakan kalian dan aku tidak mempunyai hp. Jadi bolehkah kalian membukakan jalan untukku?"
Semua siswi menatap kecewa sambil membuka jalan untuk Naruto. Remaja pirang itu lalu meninggalkan kelas untuk berjalan-jalan mengelilingi sekolah terutama bangunan yang mirip colosseum. Ia ingin melihatnya lebih dekat.
Dalam perjalanan menuju colosseum, Naruto samar-samar mendengar suara orang kesakitan di belakang gedung. Tanpa pikir panjang ia lalu mendekati asal suara itu dan melihat seorang siswa sedang dikeroyok oleh beberapa orang. Nampaknya orang yang mengeroyoki adalah siswa kelas 2 dilihat dari pin berwarna perak yang mereka pakai.
Mereka yang menyadari ada saksi mata langsung saja menghampiri Naruto dan mencengkram kerah seragamnya.
"Hoy bangsat! Kau telah salah memilih tempat tujuanmu. Aku akan membungkam mulutmu sekarang juga!"
Laki-laki yang sedang mencengkram seragam Naruto bersiap untuk memukul. Pukulannya mengarah ke wajah Naruto yang datar.
"Rasakan ini!"
Laki-laki itu memukul dengan sekuat tenaga.
Tak!
Semua orang yang melihat itu melotot dengan wajah dialiri keringat dingin, terutama orang-orang yang mengeroyoki. Bagaimana tidak melotot, pukulan penuh tenaga dari laki-laki itu dapat Naruto hentikan hanya dengan dua jari … ya, DUA JARI! Perasaan takut mulai mereka rasakan ketika sorot mata Naruto berubah tajam.
"Kau sebut ini dengan pukulan? Menyedihkan! Bagiku ini hanyalah sentuhan ringan. Aku akan memberimu contoh apa itu pukulan."
Duakh!
Pukulan secepat angin, tanpa mereka sadari mereka sudah terdorong jauh sampai menabrak tembok pembatas sekolah. Darah segar mengucur dari lubang hidung laki-laki yang tadi mencengkram seragam Naruto.
"L-lari!"
"Awas kau anak kelas satu!"
"Aku akan memberitahukan ini pada Riser-sama. Kau akan dihabisi olehnya!"
Mereka langsung pergi sambil lari terbirit-birit.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Naruto sambil menyodorkan tangannya untuk membantu.
"T-terima kasih Naruto-san."
"Hm? Bukannya kau siswa kelas 1-B yang bernama Motohama?"
"B-benar. Sekali lagi aku ucapkan terima kasih Naruto-san."
"Sama-sama."
Motohama membenarkan kacamatanya yang sedikit miring ke kiri. Ia menatap khawatir pada Naruto karena terus kepikiran perkataan anak kelas dua tadi. "Naruto-san, sebaiknya kau harus lebih hati-hati mulai sekarang."
"Memangnya kenapa?"
"Jika yang dikatakan anak kelas dua tadi benar, maka orang yang bernama Riser akan menghajarmu habis-habisan." Kata Motohama berbisik agar tidak ada yang mendengar selain Naruto.
"Riser? Yah mereka memang menyebutkan nama itu. Memangnya dia siapa?"
"Riser Phoenix nama lengkapnya. Dia adalah siswa yang memiliki peringkat cukup tinggi di sekolah ini. Harga kepalanya saat ini mencapai 38.000.000. Kau harus berhati-hati dengannya."
"Oh aku baru ingat. Tadi Azazel-sama membicarakan tentang harga kepala. Memangnya apa itu? Apa semua murid di sekolah ini adalah buronan?"
Motohama menggeleng lalu meneguk ludahnya dengan susah payah ketika pikirannya mengingat tentang sebuah layar monitor besar yang bertuliskan seluruh peringkat murid sekolah ini. "Sebaiknya kita pergi ke sana."
"Ke mana?"
"Ke ruangan untuk melihat peringkat harga kepala."
Naruto memandang dengan takjub ke layar monitor super besar yang menempel di dinding. Layar itu menampilkan seluruh peringkat murid sekolah berdasarkan harga kepala. "Apa ini?" Tanya Naruto.
"Ini adalah layar untuk melihat peringkat kita. Di sekolah ini penerapan peringkat untuk melihat siapa yang lebih kuat bukan berdasarkan jumlah kapasitas Mana, tetapi harga kepala. Orang-orang saling memperebutkan harga kepala musuh untuk meningkatkan peringkat … lihat! Ada perubahan peringkat yang berarti sekarang sedang terjadi pertarungan di colosseum."
"Hmm, penerapan peringkat di sini jauh berbeda dengan di Inggris. Memangnya apa keuntungan menaikkan peringkat?" Tanya Naruto.
"Bisa dibilang sekolah ini sangat memanjakan murid yang memiliki 10 peringkat paling tinggi. Kelulusan mereka sudah dijamin, mereka terbebas dari biaya-biaya sekolah, mereka mendapatkan hak kekuasaan, dan terakhir saat mereka lulus mereka akan diberi uang sebanyak harga kepala yang sudah dimiliki." Jawab Motohama.
"Kalau begitu pasti sekolah ini akan bangkrut seketika. Kau bisa lihat seberapa besar harga kepala murid peringkat nomor satu yang bahkan pengusaha sukses pun harus berusaha keras belasan tahun untuk mengasilkan uang sebesar itu." Protes Naruto.
"Memang benar awalnya aku berpikir seperti itu. Tapi faktanya sekolah ini tidak pernah bangkrut meskipun mereka harus mengeluarkan uang sangat besar setiap tahunnya. Sekolah ini telah mendapatkan hak istimewa dari pemerintah, selain itu banyak keluarga bangsawan ternama yang menjadi donatur."
"Hmm, begitu. Sepertinya menarik. Mumpung aku bersekolah di sini tidak ada salahnya mengikuti perlombaan peringkat. Bagaimana caranya aku menaikkan harga kepalaku?" Tanya Naruto dengan seringai tipis tanda ia tertarik pada sesuatu.
"Kau hanya harus menantang murid lain. Jika ia menerima maka pertarungan resmi akan diadakan di colosseum. Peraturannya sederhana, jika yang menantang menang maka ia akan mendapatkan setengah dari total harga kepala murid yang ditantang. Sebaliknya jika yang menantang kalah maka ia akan kehilangan seluruh harga kepalanya. Pertarungan hanya boleh diadakan saat istirahat dan sepulang sekolah. Murid baru akan diberi harga kepala standar yaitu 1.000.000."
"Peraturan yang sederhana." Gumam Naruto. "Tapi aku masih tidak mengerti kenapa peringkat satu bisa mendapatkan harga kepala begitu besar. Di sekolah ini hanya ada 450 murid jadi total harga kepala mencapai 450.000.000, kenapa peringkat pertama bisa memiliki harga kepala melebihi jumlah itu?"
"Karena dia selalu memenangkan turnamen yang diadakan setiap akhir semester. Turnamen itu hanya boleh diikuti oleh 16 murid yang termasuk ke 16 peringkat paling tinggi. Jika menang maka murid itu akan mendapatkan setengah harga kepala dari ke-16 murid yang mengikuti turnamen tanpa mengurangi harga kepala mereka."
"Hmm, jadi itu sumber harga kepala yang lain. Mendapatkan setengah harga kepala yang kalah tanpa mengurangi sedikitpun harga kepala mereka … sekolah ini memang menarik." Gumam Naruto memperlebar seringainya.
Ia lalu melihat gelang yang berada di tangan kanannya. Sekarang ia tahu apa kegunaan gelang itu. Tatapan Naruto kembali tertuju pada layar untuk mencari siapa orang pertama yang akan ia lawan.
"Aku akan melawan Riser Phoenix. Kau tahu di mana dia?"
Motohama menatap horror Naruto. "A-apa Naruto-san serius? Kau lihat Riser itu memiliki peringkat ke 112 sedangkan kau hanya peringkat 350. Mustahil untukmu menang."
"Diam dan jawab pertanyaanku saja! Di mana Riser sekarang?" Naruto bertanya dengan datar, sorot matanya berubah jadi tajam karena ia sangat tidak suka diremehkan. Motohama langsung berdigik ngeri melihat wajah Naruto.
"S-seharusnya dia saat ini berada di kantin."
Tanpa buang waktu Naruto segera pergi ke kantin.
Saat ini Naruto sedang melihat seorang siswa kelas 2 yang sedang bersantai ditemani dengan beberapa wanita di sampingnya. Para siswi itu memakai kalung yang terlihat sama. Siswa yang memiliki rambut sama seperti Naruto itu sedang melakukan pelecehan seksual tanpa ada satupun yang menegur.
"Apa kau orang yang bernama Riser Phoenix?" Tanya Naruto datar.
"Siapa kau bocah ingusan? Ada apa kau berurusan denganku?" Tanyanya sinis.
"Namaku Namikaze Naruto. Dan aku ingin menantangmu dalam adu kenaikkan peringkat."
"Namikaze Naruto? Oh rupanya kau adalah orang yang sudah menghajar anak buahku. Aku tidak terima itu." Kata Riser yang sudah menatap tajam Naruto dan menghampirinya. Naruto tanpa sengaja melihat raut sedih di wajah siswi yang tadi mendapatkan pelecehan seksual. Kenapa ia hanya diam saja?
"Benar, aku yang telah menghajar anak buahmu itu. Salahkan saja mereka karena terlahir lemah."
"Apa kau bilang hah?! Baiklah, aku akan menerima tantanganmu. Akan kubalas perbuatanmu pada anak buahku dan kau akan menjadi …," Riser melebarkan seringainya. "… Pochi." Lanjutnya sambil mencengkram leher Naruto dengan kuat lalu melepaskannya dan pergi menuju colosseum disusul oleh Naruto.
Berita beredarnya pertarungan Namikaze Naruto sang murid pindahan dengan Riser Phoenix yang tak pernah kalah dalam dua belas pertandingan pun menyebar luas sampai ke penjuru sekolah. Dalam sekejap kolosseum kembali penuh yang sebelumnya tadi kosong karena pertandingan pertama telah selesai.
Naruto dan Riser telah berdiri berhadapan di tengah colosseum. Para penontong bersorak dengan kencang yang sebagian besar mendukung Riser.
"Hn, kau masih punya waktu untuk membatalkan pertarungan ini jika tidak mau harga kepalamu habis." Kata Riser dengan nada sangat sombong.
"Justru kau yang harus bersiap-siap untuk kehilangan setengah harga kepalamu."
"Cih, dasar junior kurang ajar. SADARILAH POSISIMU DI MANA!"
Di bangku penonton, terlihat seorang siswi cantik berambut perak panjang yang memandang bosan ke arah arena pertandingan. Ia adalah siswi kelas dua bernama Ootsutsuki Kaguya.
"Hoaam~ kenapa kita harus kembali ke sini lagi?" Tanya Kaguya dengan malas. Jujur saja ia tidak tertarik melihat pertandingan berat sebelah ini. Kaguya yakin jika yang akan menang adalah Riser.
Siswi di samping Kaguya menghela nafas. "Ini adalah saat yang penting untuk melihat kekuatan murid pindahan itu. Siapa tahu dia bisa cocok bergabung dengan klub kita, Buchou."
"Haah~ Lakukan saja sesukamu. Yang pasti kau harus mentraktirku makan siang."
"Baiklah."
Kembali ke arena pertandingan, suara seorang perempuan keluar dari toa besar yang langsung menghentikan sorak-sorak tak jelas.
"Namaku Grayfia Lucifuge, aku adalah guru yang mengatur peringkat seluruh murid sekolah. Pertandingan antara Namikaze Naruto sebagai penantang dan Riser Phoenix sebagai penerima tantangan akan segera di mulai. Tidak boleh ada yang membunuh. Jika kalian sudah siap maka mohon acungkan tangan."
Naruto dan Riser mengangkat tangan.
"Baiklah, pertandingan dimulai!" Kata Grayfia yang langsung mengundang banyak sorak sorak di bangku penonton.
Riser memandang remeh Naruto, "Waktu kita hanya sepuluh menit sebelum jam istirahat berakhir. Aku akan menghabisimu dalam waktu lima menit."
[Fire Ball]
Riser langsung melesatkan serangan pertamanya berupa bola api yang cukup besar dengan intensitas panas tinggi.
"Bagaimana kau menghindar dari serangan ini hah?!"
Naruto tertawa singkat. Ia tidak sedikitpun berniat untuk menghindar. Kedua tangannya seketika diselimuti oleh emas cair yang langsung membentuk sebuah dinding tebal.
[Golden Wall]
Boush!
Bola api Riser dapat ditahan dengan mudah. Semua penonton menatap tidak percaya apa yang sudah dilakukan oleh murid pindahan. Elemen emas, sebuah elemen langkah yang bahkan keberadaannya dikatakan tidak ada. Tapi sepertinya persepsi itu akan terhapus oleh keberadaan Naruto.
Remaja pirang itu lalu menaiki puncak dinding emasnya, ia melihat dinding emas yang terkena api Riser. "Menyedihkan, bahkan apimu tidak bisa mencairkan emasku. Apa kau benar-benar menguasai elemen api?"
"Cih, jangan sombong! Itu hanyalah salam pembuka untukmu."
"Kalau kau berpikir seperti itu maka kau sangat bodoh."
[Golden Spear]
Naruto membuat tombak emas cukup besar yang langsung dilesatkan menuju perut Riser. Riser dapat menghindari serangan Naruto namun tangannya terpotong. Tapi raut wajahnya tidak sedikitpun menunjukkan kesakitan atau kekhawatiran. Beberapa detik berlalu, tangan Riser kembali utuh seperti semula.
"Hahahah lihat ini! Aku adalah anak dari keluarga Phoenix yang memiliki darah abadi. Serangan lemahmu tidak akan bisa melukaiku!" Riser tertawa sombong sambil memperlihatkan lengan utuhnya yang tadi sempat terpotong.
"Hmm, sekalipun kau abadi tapi masih ada cara untuk mengalahkanmu."
[Accel]
Naruto tiba-tiba menghilang dan muncul di atas Riser lalu memukul kepala musuhnya dengan tangan kanan yang sudah terlapisi emas. Riser seketika jatuh dan menghantam keras permukaan tanah sampai retak. Naruto dengan cepat membuat dua paku emas besar dan menancapkannya di tangan Riser.
Clab!
"Dengan ini kau tidak akan bisa bergerak untuk sementara."
"Cih, sesuatu rendahan seperti ini belum cukup untuk mengalahkanku." Kata Riser sambil mencoba lepas dari kekangan paku emas Naruto.
"Tidak. Aku memiliki cara yang efektif untuk mengalahkan makhluk abadi sepertimu. Kuperingatkan, emosiku sudah memuncak sebelum pertandingan ini dimulai. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikannya dan makan." Kata Naruto lalu mengangkat jari telunjuknya.
"Aku akan mengalahkanmu dalam …,"
.
.
.
"… 1 menit."
Bersambung
AN (Penting): Golden Magic versi remastered akan dilanjutkan kembali seusai bulan Ramadhan. Saya sambil memeriksa ulang plot cerita Arc III. Spoiler aja, di arc itu akan diungkapkan tujuan sebenarnya dari Naruto beserta takdir yang diemban Kaguya. Well, sebelum menuju dunia para dewa tentunya Naruto harus mencari benda atau artefak yang berhubungan dengan dunia tersebut. Dan akan diceritakan di Arc III.
Oh iya, jika kalian ada yang berminat untuk melanjutkan cerita Golden Magic versi Original ini, boleh PM saya. Jadi sistemnya kalian yang rancang plot, world building, dan character development dan saya yang mengetik. Kurang lebih sama kayak request fic lah tetapi kalian yang harus menjabarkan plot disetiap chapternya, saya yang mengetik.
World building dan character development mungkin akan mengikuti ya, karena bagaimanapun versi dari saya hanya sampai 10 chapter, sisanya kalian yang ngembangin. Tenang, saya akan selalu menulis pemilik ide.
Bagi yang berminat PM saya saja. Terima kasih.
[22/04/2021]
