Karena ada keperluan mendadak, Gempa harus pergi meninggalkan rumah. Masalahnya, di rumah hanya ada Taufan, Blaze, dan Thorn saja yang bisa dipercaya oleh Gempa untuk menjaga rumah yang baru saja dibersihkan. Siapakah yang dipercaya oleh Gempa? Dan bagaimana caranya ia menjaga rumah?
Author Note & Disclaimer
-Boboiboy dan seluruh karakter yang terkandung di dalamnya adalah milik pemegang hak cipta, saya hanya pinjam karakter-karakternya. Tidak ada keuntungan materi yang saya dapatkan dari fanfic ini.
-BUKAN YAOI, BUKAN SHOUNEN-AI. Elemental sibblings, AU, tanpa super power, OOC (mungkin ?).
-Dalam fanfic ini umur karakter utama adalah sebagai berikut dari yang tertua:
-BoBoiBoy Halilintar: 18 tahun
-BoBoiBoy Taufan: 18 tahun.
-BoBoiBoy Gempa: 18 tahun.
-BoBoiBoy Blaze: 17 tahun.
-Boboiboy Thorn: 17 tahun.
-Boboiboy Ice: 16 tahun.
-Boboiboy Solar: 16 tahun
Puasa Hari Kedelapan.
"Haaah! Selesai juga." Gempa menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dengan dibarengi dengan dengusan napas. Kedua kakinya dibentangkan selebar dan sepanjang mungkin, demikian juga dengan kedua tangan dan lengannya yang bertumpu pada sandaran sofa yang ia duduki.
Bersandarkan sofa diduduki Gempa, Blaze mendudukkan dirinya senyaman mungkin di atas lantai. "Kenapa ngga nanti saja sih bebersih rumahnya pas dekat buka puasa, Kak?" tanya Blaze sembari tertunduk dan memperhatikan titik-titik keringat yang terbentuk pada permukaan kulit lengannya yang tidak tertutup kaus tanktop yang ia kenakan.
Pada sofa yang bersebelahan duduklah Taufan dan Thorn. Kedua kakak beradik itu merebahkan tubuh mereka di atas sofa tak beraturan. Mirip dengan Gempa, Taufan membentangkan kedua tangan dan kaki selebar-lebarnya. Hanya saja siang itu Taufan memilih untuk bertelanjang dada. Bukannya ia kehabisan baju untuk dipakai, hanya saja ia tidak ingin baju kausnya basah oleh keringatnya yang menitik deras.
Thorn sendiri merebahkan tubuhnya mengikuti lebarnya sofa dan kedua kakinya menumpang di atas pinggul Taufan. Meskipun tidak sebasah Blaze ataupun Taufan, tetap saja tubuhnya berkeringat sampai membasahi kaus lengan pendek hitam yang ia kenakan.
Keempatnya baru saja selesai membersihkan rumah. Semua barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai sudah dibuang. Bagian-bagian rumah yang jarang tersentuh oleh tangan seperti kolong lemari, kolong tempat tidur, kolong sofa juga sudah dibersihkan. Bahkan Gempa menyempatkan diri untuk membongkar laci-laci dapurnya dan membuangi barang-barang yang sudah tidak layak pakai.
"Sana kalian mandi dulu," titah Gempa sembari menengok pada saudara-saudaranya yang telah membantunya berberes rumah. "Aku juga mau mandi."
Tidak ada yang protes dengan perintah Gempa. Bahkan Blaze sekali pun langsung bangkit dari duduknya dan bergerak menuju kamar mandi. Di belakang Blaze menyusul Thorn, lalu Taufan dan yang terakhir Gempa sendiri.
"Jangan minum air waktu mandi ya," ucap Gempa sebelum ia masuk ke dalam kamarnya yang berbagi dengan Taufan.
"Iya, Kak." Blaze langsung menjawab. "Kita 'kan bukan anak kecil," tambahnya dengan nada sedikit ketus.
"Paling khilaf sedikit, ya Blaze?" celetuk Taufan sembari mengikuti Gempa masuk ke dalam kamarnya.
Blaze dengan bijaknya lebih memilih untuk menanggap celetukan si kakak dengan dengusan napasnya saja. "Sendirinya nyimpen makanan di bawah kasur ...," gerutu Blaze tanpa terdengar oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.
Setelah mandi, Gempa, Taufan, Blaze, dan Thorn kembali berkumpul di ruang tengah rumah mereka.
Blaze dan Taufan menatapi layar ponsel mereka masing-masing. Youtube menjadi andalan mereka untuk membunuh waktu menunggu berbuka.
"Welcome to my kitchen where safety is number one priority. For today video I'm gonna test a bunch of kitchen gadjicks." Begitulah suara yang terdengar dari ponsel Taufan.
"Uh ... Kak Ufan subscriber Crazy Russian Hacker ya?" tanya Blaze sembari melirik ke arah Taufan.
"Ah, iya, aku suka Taras Kul. Aksennya lucu," jawab Taufan sembari melirik balik ke arah ponsel Blaze. "Wah, kamu subscriber Tanner Braundgart?"
Blaze terkekeh dan melirik ke layar ponselnya. "Iya, aku suka dia, stunt trampoline-nya seru ..."
"Sebelum kamu minta trampoline, Blaze... Ya, boleh kalau kamu mau pasang trampoline di halaman. Tapi beli sendiri." tukas Gempa yang sudah sangat hafal akan perangai adiknya yang bernetra oranye terang itu.
"Asiik!" Blaze langsung tersenyum lebar. "Ayo Kak Ufan, Thorn. Kita patungan beli trampoline!"
Taufan menjawab dengan gelengan kepala. "Tiga bulan lagi. Aku lagi nabung buat beli ... Kejutan untuk Halilintar."
Jawaban Taufan kontan membuat Blaze berwajah muram dadakan. "Yaaah ... Kak Ufan ngga asyik nih!" keluh Blaze. "Thorn-"
"Mau!" sambut Thorn dengan sangat antusias, lengkap dengan wajah berseri dan netra yang bundar berbinar-binar.
"Kalian ini-" Gempa tidak sempat menyelesaikan protesnya karena terpotong oleh dering notifikasi ponsel miliknya. Dari dalam saku celana, Gempa mengeluarkan ponsel miliknya.
"Hm? Yaya? Tumben..." Gempa lanjut membaca pesan tertulis yang muncul pada layar ponsel miliknya.
Taufan mendengar Gempa menyebut nama teman sekelas sekolah mereka itu. "Yaya? Tumben? Ada apa dia WA kamu, Gem?"
"Dia butuh orang untuk mencicipi biskuitnya ..."
"Lah suruh saja cicip sendiri, 'kan makruh." Taufan mengerenyitkan dahinya.
"Tahu sendiri 'kan Yaya ... Miss Perfect," keluh Gempa.
"Lalu kamu mau jadi kelinci percobaan dia?"
"Ngga." Gempa menggelengkan kepalanya. "Yaya minta aku membujuk Fang untuk mencicipi biskuit terbarunya." jawab Gempa sembari bangkit dari sofa yang ia duduki.
"Aku pergi dulu kalau begitu." ucap Gempa lagi sembari berjalan menuju pintu depan rumahnya. "Jaga rumah ya, Thorn."
Kedua kelopak mata Thorn mendadak mendelik lebar. Belum pernah ia dipercaya menjaga rumah. "Haaah? A-aku?" tanya Thorn dengan tergagap-gagap sambil menunjuk pada dirinya sendiri.
"Ya, kamu Thorn. Jaga rumah." tambah Gempa sebelum ia pergi meninggalkan rumah.
Satu menit bergulir setelah Gempa meninggalkan rumah. Blaze dan Taufan pun saling bertatapan.
"Aku, kamu, Thorn ..." Blaze menunjuk pada dirinya sendiri, Taufan, dan Thorn secara bergantian. "Apa artinya, Kak Taufan?" tanya Blaze dengan senyuman yang merambat semakin lebar di wajahnya.
"Iyeeep." Senyuman yang sama lebarnya pun terlihat mengulas di wajah Taufan.
"Ta-tapi, Kak Gem ..." Thorn tidak tersenyum, sebaliknya ia terlihat khawatir.
"Bbbebaaaasss!" pekik Blaze sesaat sebelum ia menggunakan sofa yang ia duduki sebagai trampoline.
"Horeeee!" sambut Taufan dengan tidak kalah antusiasnya. "Ambil PS4mu, Blaze!"
"Ta-tapi Kak Gem menyuruh aku jaga rumah ..." Thorn meneguk ludahnya ketika ia melihat perbuatan kedua kakaknya.
'Wah bahaya nih! Rumah bisa berantakan lagi! Nanti aku lagi yang diamuk Kak Gempa!' jerit Thorn di dalam batinnya. 'Aku harus bertindak!' Jadilah Thorn membulatkan niat sebundar-bundarnya. Ia harus berhasil mengemban amanah dari Gempa.
"Maaf Blaze, Kak Taufan." Thorn langsung mencengkeram pundak Blaze dan Taufan secara bersamaan.
"Haaah? Thorn?" Perlahan-lahan Taufan dan Blaze memutar kepala mereka dan menengok ke arah Thorn yang berdiri di belakang keduanya.
.
Tiga jam kemudian ...
.
"Ugh... Ngga lagi-lagi aku makan biskuit buatan Yaya," keluh Fang yang menggunakan Gempa sebagai pegangannya untuk berdiri. Langkah-langkah kedua kaki Fang terlihat gontai terseok-seok sementara postur tubuhnya membungkuk lesu. Jangan lupakan wajahnya yang pucat nyaris menghijau.
"Sabar, Fang." Gempa berusaha menghibur sahabatnya itu walaupun ia tidak bisa berhenti terkekeh-kekeh. "Minimal kamu ngga disuguhi ikan belut yang dibuat jelly untuk buka puasa."
Kontan Fang langsung menutup mulutnya setelah mendengar komentar Gempa. "Mendengarnya saja aku sudah mau muntah!" ketus Fang diantara bibirnya yang terkatup rapat.
"Kapan-kapan kusuruh Solar membuatkan untukmu ya?" Gempa lanjut menggoda Fang.
Pada saat itu Gempa melihat tenggorokan Fang berkedut tidak nyaman. "Hurk! Gempa! Stop! Jangan bahas!" ketus Fang sembari meninju lengan Gempa.
Gempa tertawa melihat reaksi jelanak Fang yang begitu nistanya, namun tawa Gempa mendadak berhenti ketika ia tiba di sebuah jalanan dekat rumahnya.
"Gempaaaaa! Tolong! Thorn jahat!" Terdengarlah suara rengekan Taufan dan Blaze.
Netra cokelat Gempa membelalak ketika ia menemukan Blaze dan Taufan berpelukan dan menahan sesegukan mereka.
Di sebelah Blaze dan Taufan terlihat Solar yang sedang mengipasi tubuhnya dengan topi putihnya. "Sampai hati kau Thorn ...," keluh Solar dengan berwajah masam.
Ice yang duduk di samping Solar nampak bersandar pada lengan Halilintar dengan mata terpejam. "Kak Hali cocok juga jadi bantalku." gumam Ice.
Mereka berlima duduk di tepi jalanan, di bawah teriknya matahari siang yang menyengat.
"Astaga! Kalian ngapain disini?" tanya Gempa setelah berlari menghampiri saudara-saudaranya yang duduk tidak nyaman di tepi jalanan yang panas.
"Kak Gem," rengek Blaze yang kulit tubuhnya terlihat memerah terjemur matahari. "Thorn ..."
"Astaga! Mana Thorn?!"
"Halo Kak Gempaaa!" Terdengarlah suara riang Thorn memanggil.
Gempa tercengang melihat Thorn yang berdiri di ambang pagar rumah. Senyuman penuh kepuasan terpampang di wajah Thorn yang berseri-seri.
Sebetulnya yang membuat Gempa tercengang adalah pagar rumah yang dibarikade dengan papan dan lilitan kawat duri. Praktis tidak ada yang bisa masuk ke dalam rumah.
Thorn memotong kawat duri yang menghalangi pagar rumah sebelum ia menghampiri Gempa. "Nah Kak. Kujaga rumah dengan baik. Semuanya utuh, ngga ada yang kubiarkan masuk!" lapor Thorn dengan penuh semangat.
"Ah... itu ... iya sih ..." Gempa terkekeh sembari menggaruki pipinya yang sebenarnya tidak gatal. "Te-terima kasih sudah menjaga rumah kalau begitu?"
"Sama-sama, Kak Gem!" Semakin lebarlah cengiran polos Thorn setelah dirinya dipuji oleh Gempa.
Setelah barikade papan dan kawat duri dibuka barulah Halilintar, Ice, Blaze, Solar, dan Taufan bisa masuk ke dalam rumah mereka.
"Awas kau nanti kalau sudah buka puasa, Gem ..., " ketus Taufan ketika ia berjalan masuk ke dalam rumah melewati Gempa dan Thorn.
"Hey, tujuan tercapai, rumah aman," sahut Gempa yang menyusul masuk ke dalam rumah dengan bergandeng tangan dengan Thorn.
.
.
.
Tamat.
Terima kasih untuk Acchan (IG) untuk ide dari fanfic ini.
Terima kasih juga sudah meluangkan waktumu untuk membaca, semoga berkenan. Mohon maaf apabila ada yang menyinggung atau kurang berkenan bagi pembaca.
Saran, kritik, review dan komentarmu selama tidak berbau SARA akan sangat saya hargai dan sebisa mungkin akan saya balas dengan kebaikan pula.
"Unleash your imagination."
Salam hangat, LightDP.
