Kaisar Naga Putih
Summary: Di bawah didikan ayah angkat dan gurunya, Naruto tumbuh menjadi pejuang yang berbakat, sekaligus menerima kisah cintanya sendiri dalam perjalanannya.
Disclaimer: Semua di fic ini punya pemilik aslinya. Author hanya meminjam. Hehe peace.
.
.
.
.
[Naruto Uzumaki x Lavinia Reni]
.
.
.
.
"Kasihan sekali engkau, Nak. Harus menjadi yatim piatu di saat umurmu masih sangat muda," ujar seseorang.
Tengah malam, tepatnya di dekat pesisir pantai di daerah California, seorang pria berambut pirang dengan mengenakan cloth emas yang melambangkan Sagitarius, nampak menggendong seorang bayi. Bayi ini memiliki rambut pirang, mata biru, dan tanda unik di pipinya.
Pria itu adalah Aiolos, salah satu dari Gold Saint yang ditugaskan pergi ke dunia ini untuk membantu penghuninya menghadapi ancaman dari makhluk kegelapan, Specter. Di saat berkeliling dunia lewat jalur udara, Aiolos tidak sengaja menemukan kapal sederhana terdampar di pantai ini, menemukan mayat wanita dan pria dengan kondisi mengenaskan. Namun, beruntungnya anak laki-laki dari dua pasangan ini baik-baik saja.
Lalu, distorsi udara terwujud, menampilkan pria lain dengan armor serupa tapi melambangkan Libra di dekat Aiolos.
"Aiolos, bayi siapa ini?" tanya Libra Dohko.
Aiolos menengok ke Dohko.
"Bayi ini adalah anak dari Minato dan Kushina." Aiolos sempat mencari tahu identitas mereka berdua. "Sayangnya, mereka tewas oleh beberapa makhluk dari lautan."
Dohko mengeraskan ekspresinya. "Apa kau sudah…"
"Aku sudah membasmi mereka," balas Aiolos, "tapi apa gunanya itu semua, ketika nyawa anak ini lebih penting dari balas dendam belaka."
Dohko membisu sejenak, mengamati perubahan wajah Aiolos tatkala bayi ini membuka matanya. Bayi ini mengedipkan matanya, kemudian tertawa sambil berusaha menggapai hidung Aiolos. Aiolos membiarkan tingkah bayi ini, tersenyum melihat sikap penasarannya.
"Dohko, mungkin…."
"Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi kita harus meminta izin Dewi Athena," kata Dohko.
Aiolos mengangguk, sekali lagi mengamati tingkah laku bayi ini.
Dohko melupakan sesuatu. "Siapa namanya?"
"Naruto, Namikaze Naruto, itu namanya."
Ini di luar perkiraanku, mereka terlalu kuat.
Di dalam hutan lebat, daerah Eropa yang tak diketahui, terdapat wanita muda berambut pirang yang iris matanya biru memakai pakaian penyihir, nampak berusaha berdiri tapi kesusahan, mengamati para Jötunn yang berjumlah sepuluh di hadapannya.
Bukan tanpa alasan, kemampuan [Absolute Demise] tidak berguna menghadapi para raksasa es ini, ditambah Jötunn merupakan ras kuno, dan hanya api setingkat [Incinerate Anthem] atau api sekelas dewa yang mampu mengalahkan mereka.
Wanita muda yang sedang bertarung itu bernama Lavinia Reni, Magician dari organisasi Grauzauberer yang sedang ditugaskan menangani masalah monster yang menghuni hutan tanpa nama ini. Namun, secara mengejutkan lingkaran sihir tipe mantra Norse muncul, mengeluarkan para Jötunn yang menyebabkan Lavinia terpaksa berhadapan dengan mereka.
Setelah beberapa lama, Lavinia sadar kekuatannya belum cukup sehingga dia sekarang terpojok, apalagi jumlah Mana yang dimilikinya sudah sangat sedikit. Jika begini terus, nyawanya benar-benar bisa dalam bahaya.
"Sudah tak bisa menyerang lagi, penyihir kecil?" Jötunn ini tertawa. "Bagus. Loki-sama pasti senang setelah kami membunuhmu."
"Dewa Muslihat, Loki? Dia yang menyuruh kalian menyerangku?" Lavinia terkejut.
"Loki-sama hanya ingin membuat kekacauan. Karena kau anggota Grauzauberer sekaligus tangan kanan dari iblis Mephisto-Pheles, maka wajar jika Loki-sama mengincar kematianmu," jelas Jötunn lain.
Lavinia menggertakkan giginya.
Ini buruk. Jika itu benar, perselisihan akan terjadi dengan kematianku sebagai pemicunya. Apa yang harus kulakukan?
Lavinia tidak ingin teman-temannya yang lain menderita, sudah cukup dia kehilangan orang tuanya yang tewas dalam sebuah kecelakaan, jangan sampai keluarganya di Grauzauberer terseret permasalahan ini juga. Namun, sepertinya takdir memang tidak berpihak padanya sekarang.
"Kurasa sudah saatnya mengakhirimu," kata Jötunn tertentu, melirik rekan lainnya.
Satu Jötunn mendekati Lavinia, kapak es raksasa di tangan, mengangkat kapak dengan tinggi sebelum mengayunkannya pada bahu Lavinia.
Semuanya… aku minta maaf.
Sebelum kapak mengenai target, sosok dengan armor naga perak terbang turun di pertengahan, bergeming menerima ujung tajam kapak dari Jötunn ini.
"Tidak... terkesan," kata sosok ini.
Sosok ini langsung memukul kapak es sampai hancur, melayang sedikit sebelum menendang wajah Jötunn tersebut hingga menabrak keras Jötunn lain.
A-Apa yang?…
Lavinia terkejut, melihat sosok ini sebelum kenyataan mengenainya. Armor dengan tema mirip naga, perak, kristal biru di zirah, hanya satu orang yang mirip dengan deskripsi itu. Dia adalah…
"H-Hakuryuukou! Kenapa kau ada di sini?!" seru Jötunn khusus, mengetahui siapa sosok armor ini.
Kaisar Naga Putih alias Hakuryuukou. Informasi tentangnya masih misteri, karena latar belakangnya di dunia supernatural tidak ada yang tahu, tetapi kekuatannya tidak perlu diragukan lagi. Hakuryuukou masa ini kuat, bahkan dia sampai menggunakan tipe energi yang belum pernah diketahui siapapun.
Tentunya banyak fraksi menginginkannya di pihak mereka, tapi sejauh ini, Hakuryuukou selalu netral.
"Alasanku di sini tidak penting. Intinya, raja Jötunn sudah mengetahui pengkhianatan kalian dan tidak peduli kalian akan mati atau tidaknya oleh tanganku," kata Hakuryuukou.
Setengah Jötunn itu ketakutan, sisanya tidak peduli dan seketika menyerbu Hakuryuukou, mengayunkan senjata es masing-masing pada dia. Sepertinya antara mereka putus asa, atau terlalu percaya diri dapat menangani Hakuryuukou. Hakuryuukou mengepalkan tinjunya ke mereka berlima.
"ATOMIC THUNDERBOLT!"
Serbuan cahaya kilat menghantam lima Jötunn ini, jeritan tidak terdengar karena saat sinar redup, tiada sisa dari tubuh mereka berlima.
Serangan cahaya dengan elemen petir? Menghanguskan atom? Itu… menakjubkan. Lavinia terkesan.
Sebenarnya ada banyak pertanyaan di pikiran Lavinia, tapi dia akan menahan itu semua, karena ada hal yang lebih penting untuk sekarang.
Kelima Jötunn yang tersisa bersujud pada Hakuryuukou.
"Kumohon jangan bunuh kami!"
"Hakuryuukou-sama! Kami minta maaf atas tindakan kami!"
"Kami akan melakukan apapun untukmu! Jadi tolong biarkan kami hidup!"
Hakuryuukou menghembuskan nafas. "Berdiri."
Jötunn-Jötunn ini menurut. Hakuryuukou mengamati mereka satu per satu.
"Jangan meminta ampunan dariku. Permintaan maaf seharusnya ditujukan pada orang yang tepat." Hakuryuukou menambahkan. "Bisakah kalian bayangkan perasaan raja Jötunn saat ini, mengetahui ada prajurit setianya menusuknya dari belakang? Aku sudah berbicara dengannya. Beliau tidak pernah menginginkan konflik lagi. Dia sudah puas dengan kehidupannya."
"Sebagian dari kami tidak memiliki pilihan. Jika tidak menuruti perintah Loki-sama, keluarga kami akan diincar," kata Jötunn ini.
Lavinia tersentak, itu menjelaskan mengapa beberapa Jötunn tidak menyerangnya kecuali diberi tanda. Mereka tak menginginkan konflik, tapi tak mempunyai pilihan selain menurut.
Hakuryuukou mengangguk. "Begitu. Aku paham masalahnya. Sekarang kalian kembali ke dunia kalian, berikan penjelasan pada raja Jötunn sekaligus meminta pengampunannya."
"Bukankah kau bilang raja Jötunn sudah tidak peduli hidup atau tidaknya kami? Apa mungkin beliau akan memaafkan kesalahan kami?" tanya Jötunn lain.
Hakuryuukou tersenyum dibalik topengnya.
"Perkataanku tadi sebenarnya kebohongan belaka dari beliau. Dia ingin tahu apakah ada di antara kalian yang menyesali perbuatan kalian. Jika ada, beliau dengan senang hati menerima permintaan maaf prajuritnya."
Kelima Jötunn ini merasa bahagia.
"Terima kasih! Terima kasih banyak karena telah menghentikan kami Hakuryuukou!"
"Sama-sama, tapi sebelum kalian pergi, mungkin kalian berhutang maaf pada perempuan di belakangku ini?"
Tepat saat itu juga, kelima Jötunn meminta maaf pada Lavinia. Tentunya setelah mengetahui alasan mereka berlima, Lavinia dengan senang hati menerima permintaan maafnya.
Tidak lama setelah kelima Jötunn ini pergi, Hakuryuukou mematikan [Balance-Breaker], di tempatnya berdiri adalah remaja laki-laki dengan warna rambut dan iris mata mirip Lavinia, tapi rambut pirangnya sedikit tua. Pakaiannya terkesan santai, baju jingga lengan pendek dan celana panjang hitam, juga sepasang sepatu.
Dia menyadari Lavinia mendekatinya.
"Terima kasih, karena telah menolongku, Hakuryuukou-sama," ujar Lavinia.
"Uh, tolong jangan panggil aku dengan sebutan itu, namaku Namikaze Naruto, panggil saja namaku tanpa tambahan aneh-aneh." Naruto menggaruk pipinya. "Serius, jangan panggil namaku dengan sebutan (sama) itu membuatku… khawatir."
Lavinia berkedip, kemudian menunjukkan senyum geli, melihat sikap wibawanya berubah menjadi gugup layaknya laki-laki muda pada umumnya.
"Jadi, Naruto-kun boleh?"
"Itu lebih baik." Naruto lega.
"Kalau begitu, perkenalkan namaku Lavinia Reni." Lavinia tersenyum simpul.
Naruto mengangguk, mengangkat sebelas alisnya melihat robekan di celana Lavinia, luka di pahanya.
"Kelihatannya kau terluka. Mau aku sembuhkan?" tawar Naruto.
Lavinia mengikuti arah pandangan Naruto, entah mengapa ide usil terlintas di pikirannya.
"Mau mencari kesempatan menyentuh paha mulusku?"
"Eh?" Naruto panik. "Tidak. Tidak. Niatku murni tanpa maksud terselubung. Tentunya bukan berarti pahamu tidak mulus-maksudku, pastinya akan sangat tidak nyaman bergerak dengan luka seperti itu."
Lavinia menutup mulutnya, tertawa. Sementara Naruto ikut tertawa, tapi kedengarannya gugup.
"Maaf, maaf, kau terlalu lucu jadi aku ingin berniat usil padamu," kata Lavinia.
"A-Aku paham. Sungguh," sahut Naruto, mengingat penawarannya, "jadi, umm…."
"Lakukan saja."
Naruto mengangguk, berlutut kemudian menyentuh paha Lavinia, tapi pandangan mata tak ke mana-mana selain lukanya. Aura biru menyelimuti permukaan kulit kaki Lavinia, perlahan mengembalikan kondisinya menjadi semula. Setelah selesai, Naruto menjauhkan lengannya.
"Coba kau gerakkan kakimu," pinta Naruto.
Lavinia berdiri, menyadari dirinya tidak kesusahan bergerak, berbeda sekali dari sebelumnya. Lavinia berseri ke arah Naruto.
"Kedatanganmu membuatku bersyukur, Naruto-kun," ujar Lavinia.
"Syukur lah kalau begitu." Naruto senang. "Tetap saja jika energi sihirmu tidak menipis, aku yakin kau mampu menyembuhkan dirimu sendiri."
"Tidak juga. Keahlian sihirku tidak pada penyembuhan, jadi perbuatanmu benar-benar menguntunganku." Lavinia memiringkan kepalanya, tersenyum misterius. "Sebagai balasan dariku, bagaimana kalau kita berciuman?"
Naruto memerah wajahnya. "Em, kurasa itu tidak boleh, Lavinia-chan."
"Mengapa tidak?" Lavinia masih tersenyum.
"Y-Ya, habisnya aksi semacam itu hanya boleh dilakukan sepasang suami-istri. Hukum membuktikan bahwa hanya pasangan yang telah menikah yang boleh melakukan hubungan intim," jelas Naruto.
Aw, dia sungguh polos. Lavinia gemas dengan tingkah laku Naruto.
Meski aku tidak keberatan melihatmu digoda penyihir ini, seingatku kita masih ada Specter yang harus dicari. Albion bersuara.
Naruto tersentak.
"Maafkan aku, Lavinia-chan, tapi urusan kita ini bisa dilakukan lain waktu," ujar Naruto, lalu menambahkan, "mungkin sambil makan malam?"
"Maksudmu di pertemuan kita berikutnya kau akan mengajakku kencan?"
Naruto gelagapan dibuatnya. "T-Tentu saja tidak, yang kumaksud adalah kita berbincang untuk mengenal satu sama lain. Kau tahu, layaknya teman dekat."
[Penyihir, aku sarankan pendekatanmu harus lebih agresif. Partnerku ini orangnya pemalu jika di dekat wanita] Albion menyeringai.
Apa-apaan saranmu itu hah?!
Itu salahmu sendiri. Hanya memakai Balance Breaker tapi tidak dengan kekuatanku. Albion menikmati penderitaan rekannya.
"Hmm, itu bisa diatur." Lavinia berseri.
"..."
[Vanishing Dragon Balance Breaker]
Dengan armor naga putih menyelimutinya, Naruto mengepakkan sayap mekanik biru yang membawanya tinggi sebelum terbang ke kejauhan, meninggalkan Lavinia yang mengamatinya.
"Fufu, sungguh pemuda yang lucu."
Lavinia tertawa kecil, menciptakan lingkaran sihir kecil untuk menghubungi temannya.
[Lima Bulan Kemudian]
Bergerak lah tubuhku… bergerak lah!
Hyoudou Issei awalnya manusia biasa, sampai suatu hari dia dibunuh oleh mantan kekasihnya yang merupakan malaikat jatuh bernama Amano Yuuma(nama aslinya Raynare). Dibangkitkan kembali menjadi iblis di bawah naungan Rias Gremory tidak membuat Issei gila. Sebaliknya, Issei gembira menyadari mimpinya menjadi Raja Harem akan menjadi kenyataan dengan usahanya sendiri nantinya.
Namun, untuk saat ini, Issei sedang mengalami kekecewaan mendalam pada dirinya sendiri. Alasannya karena…
"Hanya segini kekuatan dari adik Maou Lucifer dan putri Baraqiel? Cih, memalukan."
Kokabiel, dengan angkuhnya terbang di udara sambil menatap remeh semua orang di bawah sana, di antaranya kelompok Gremory sekaligus sepasang exorcist yang diutus gereja. Kemampuan dua belah pihak memang mengagumkan. Namun, tetap saja itu tidak cukup untuk menumbangkan seorang malaikat jatuh yang sudah hidup lama semenjak perang akbar berlalu.
"Terutama Sekiryuutei, kekuatanmu begitu lemah tidak seperti pendahulumu yang dulu. Apakah ini pertanda kejatuhanmu sudah dekat?" Kokabiel mengelus dagunya dengan penasaran.
Kumohon bergerak lah… ayo bergerak!
Issei menggertakkan giginya, mengamati hampir semua orang di sini kelelahan tapi tetap berusaha berdiri seperti Rias, Akeno, Koneko, Xenovia, dan Yuuto. Asia dan Irina terluka sekaligus pingsan akibat serangan Cerberus sebelumnya.
Partner. Di situasimu sekarang Balance Breaker akan sangat berguna, tapi aku takut resikonya tidak hanya mengorbankan lenganmu saja kali ini.Ddraig terdengar cemas, mungkin membayangkan kondisi rekan mesumnya.
Apa aku memiliki pilihan lain, Ddraig?
Issei memang orang mesum, bodoh, dan terkadang suka memuaskan fantasinya dengan payudara yang bisa diraihnya. Namun, Issei takkan pernah bisa memaafkan dirinya jika sesuatu yang buruk terjadi pada teman-temannya.
Dengan situasimu yang sekarang, aku rasa...
"Tak ada respon?" Kokabiel terbang turun, menyeringai lebar. "Mungkin kalian ada kata-kata terakhir untukku?"
Dengan usaha keras, Xenovia berhasil mengangkat Durandal sambil menatap tajam Kokabiel, dari gesture nya dia seperti tidak mudah menyerah.
"Selama tubuh ini masih bisa bergerak, aku takkan pernah menyerah menghadapimu!"
Kokabiel tertawa terbahak-bahak.
"Bicara besar, dari perempuan yang bahkan tak mampu mengendalikan kekuatan destruktif Durandal," ejek Kokabiel.
Kiba mengerutkan keningnya, sebelum membulatkan tekadnya.
"Issei-kun," panggil Kiba.
Issei menengok ke Kiba. "Ada apa Kiba?"
"Bisakah kau mengumpulkan lipatan kekuatan lagi?"
"Untuk apa?"
Kiba tersenyum. "Ingat saat pertarungan kita dengan peerage dari Raiser Phenex di Rating Game?"
Issei melebarkan matanya, menyeringai lebar dengan semangatnya berkobar.
"Serahkan padaku!"
Kiba segera pindah ke samping Xenovia, [Sword of Betrayer] di tangannya.
"Aku ada rencana, tapi untuk itu terlaksana kita akan menyerangnya secara bersamaan," kata Kiba.
Xenovia mengangguk. "Aku benci mengatakannya, tapi mari kita lakukan rencanamu."
Kiba dan Xenovia memasang posisi siaga, tertuju ke arah Kokabiel, bergerak cepat sampai mengitarinya di arah berlawanan. Kokabiel terkekeh, menahan setiap ayunan pedang Kiba dan Xenovia dengan dua pedang cahaya buatannya, dentuman senjata tiga-tiganya tercipta dari pertarungan ini. Percikan api terhempas ke mana-mana. Namun, Kokabiel sama sekali tidak terpojok dengan kombinasi Kiba dan Xenovia, melainkan ekspresinya menjadi bosan.
[Boost]
Dua kali lagi.
Issei mencoba mengumpulkan lipatan kekuatan lagi. Sementara itu, Rias, Akeno, Koneko, mengamati Issei dengan ekspresi takjub.
"Issei."
"Issei-kun."
"Issei-senpai."
Mereka bertiga bergumam, melirik satu sama lain kemudian mengangguk, langsung berdiri membelakangi Issei. Issei tersentak dengan aksi tiga-tiganya.
Akeno sempat menengok pada Issei, mengedipkan matanya. "Ufufufu, kami akan melindungimu. Jadi jangan takut."
"Benar, Issei-senpai fokus saja memenuhi rencana Kiba-senpai," tambah Koneko.
"Issei, perlindunganmu serahkan saja pada kami." Rias tersenyum.
"Buchou, Akeno-san, Koneko-chan." Issei terkejut.
Keterkejutannya hanya sesaat, digantikan dengan senyum lebar yang mengandung semangat di wajah Issei.
[Boost]
"Hm? Apa ini?" Kokabiel memutar tubuhnya, mengelak dari bilah Durandal yang nyaris mengenai lehernya. "Apakah strategi baru? Menarik! Tunjukkan padaku!"
[Boost]
[Explosion]
Issei menggertakkan giginya, mengangkat tangan dilapisi [Boosted Gear] tinggi-tinggi.
"KIBA!"
Kiba tersentak, bergerak mundur sebelum Xenovia menahan ujung pedang cahaya Kokabiel dengan Durandal, menusuk Sword of Betrayer ke tanah.
"Boosted Gift!"
[Transfer]
Lipatan energi merangkak cepat ke arah Kiba, tanpa basa-basi dia menusuk pedangnya ke tanah, menunjukkan teknik terbarunya.
"Sword Birth: Revolution!"
Lingkaran sihir bermunculan di udara, menembakkan berbagai pedang yang mengincar Kokabiel dari setiap sisi, tentunya sebelum itu terjadi Kiba sempat menarik Xenovia untuk menghindari serbuan senjata iblisnya.
"Apa yang-"
Kokabiel 'terlambat', sehingga beberapa pedang menusuk permukaan tubuhnya dengan sisanya terhempas ke arah acak setelah terkena sihir pelindungnya, darahnya berceceran dari bahu, punggung, dan betis, membentuk kolam kecil di tanah. Kokabiel tertawa terbahak-bahak.
"Bagus! Bagus! Ini baru serangan! Sepertinya kalian memang punya potensi untuk menjadi lebih kuat, eh?"
"Setelah semua itu, dia masih bisa bergerak?" Kiba tidak percaya.
"Jangan putus-asa, kita akan cari cara-"
Xenovia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, mendengar suara di belakang dan menengok, melihat Issei berlutut dengan keringat mengucur ke dagunya. Panik, Rias, Akeno, dan Koneko, mengelilingi Issei dan memeriksa kondisinya.
"Jangan khawatir." Issei tersenyum lemah. "Aku hanya… sedikit kelelahan."
Kiba menggertakkan giginya, pandangannya fokus pada Kokabiel untuk berjaga-jaga jika dia berani menyerang mereka saat lengah. Otaknya berusaha mencari strategi lain, tapi situasi sekarang jauh lebih buruk dari perkiraannya.
"Sekarang, aku akan menangani kalian secara serius!"
Kokabiel mengangkat telapak tangannya, muncul empat lingkaran sihir dengan ukuran raksasa mengepung mereka dari depan, kiri, kanan, belakang, langsung menembakkan tombak cahaya pada lawannya. Mereka melebarkan matanya karena tak mampu bereaksi dengan kecepatan serangan Kokabiel.
Namun, seketika barrier yang mengelilingi Akademi Kuoh hancur, diikuti sosok dilapisi armor perak dengan sepasang sayap mekanik biru yang menendang Kokabiel, menyebabkan Kokabiel terlempar hingga menabrak dinding salah satu kelas Akademi Kuoh. Sosok ini berpindah, membelakangi kelompok iblis Gremory dan pihak Gereja. Sosok ini hanya diam tapi kristal biru di armor-nya menyala berkelip-kelip.
[Divide] [Divide] [Divide] [Divide] [Divide] [Divide]
Empat tombak yang mengarah pada mereka menyusut dengan cepat hingga lenyap. Dari kejauhan, Kokabiel terlihat dari asap, menggeram menyadari sosok ini.
"Beraninya kau menghalangi rencanaku HAKURYUUKOU!"
Kelompok iblis Gremory dan pihak Gereja terkejut dengan kedatangan Kaisar Naga Putih. Siapa yang menyangka bahwa saingan Kaisar Naga Merah akan muncul?
Hakuryuukou menatap Kokabiel dengan tenang, sementara waktu mengabaikan sekitarnya.
"Kita bisa menyelesaikan ini dengan cara mudah, atau cara sulit, Kokabiel. Pilihanmu menentukan hidupmu."
Kokabiel menggeram, menarik botol kecil dari lingkaran sihir kemudian meminum isinya, seketika pupil matanya lenyap dan otot-otot di tubuhnya mengembang, fisiknya menjadi perkasa dengan luka-lukanya sembuh total. Auranya merah tua sampai menyebarkan sensasi mengerikan di kelompok iblis Gremory dan pihak Gereja.
"Begitu, Darah Ladon rupanya." Hakuryuukou tidak terkejut. "Mengesankan. Dapat dari mana?"
"Diam! Akan kupastikan yang tersisa darimu hanya tubuh mati!"
Dengan tawa gila, Kokabiel mengepakkan sayapnya kemudian memotong jarak, melayangkan tendangan pada Hakuryuukou tepat di perutnya. Hakuryuukou menampar kakinya, memukul dagu Kokabiel sampai jauh mencapai udara, pindah ke belakang Kokabiel sebelum menendang punggungnya, membuat Kokabiel mendarat menabrak tanah bagaikan meteor. Hakuryuukou ikut turun, mengamati Kokabiel tak mengalami luka meski pakaiannya sudah berbentuk tak karuan.
"Lihat Hakuryuukou! Seranganmu tak berguna menghadapiku! Sekarang giliranmu yang mati!"
Kokabiel melesat ke arah Hakuryuukou, tinju dilayangkan sampai menghantam helm-nya, gelombang kejut yang dihasilkan memaksa kelompok iblis Gremory dan pihak Gereja terpukul mundur. Semula dia menyeringai lebar, tapi hanya sesaat ketika menyadari tak ada kerusakan apapun pada zirah lawannya, meski tanah di bawah kaki dua-duanya telah berlubang dengan ukuran lebar.
"Efek samping dari darah Ladon membuatmu tak waras." Hakuryuukou belum selesai bicara. "Meningkatnya aspek fisikmu bagus, tapi semua itu ada gunanya bila berhadapan denganku."
"K-Kau….!"
Hakuryuukou melancarkan beberapa pukulan, mengenai wajah dan perut Kokabiel, begitu cepat layaknya kilat putih di penglihatan musuhnya, menyebabkan Kokabiel memuntahkan darah ketika terseret mundur.
Dengan raungan, Kokabiel menciptakan pedang cahaya tapi kali ini lebih besar intensitasnya, bahkan kelompok iblis Gremory dibuat gemetar karena sempat merasakan auranya. Secara mengejutkan, Hakuryuukou menengok ke belakang, menatap kelompok iblis Gremory beserta pihak Gereja.
"Jangan khawatir. Aku bersumpah atas nama gelar Kaisar Naga Putih, takkan kubiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada kalian," kata Hakuryuukou lembut.
Mereka semua terpaku untuk membalas balik, tidak menyangka sosok asing ini akan mengucapkan hal semacam itu, kemudian mengangguk sebagai jawaban kepadanya.
Hakuryuukou puas, beralih ke Kokabiel sebelum hawa kebiruan menguar darinya, aura yang kuat sekaligus menenangkan. Hakuryuukou menarik tangan kanannya sejajar dengan pinggang, sementara tangan kirinya terulur sejajar dengan bagian dada. Seketika aura biru ini berkembang sampai membentuk replika naga cina di punggung Hakuryuukou.
"Oh, sang naga, mendaki lah hingga ke puncak tertinggi!"
"MATI LAH! HAKURYUUKOU!"
Kokabiel mengayungkan pedang cahaya itu ke tanah, menimbulkan letupan sinar cahaya layaknya ombak yang menyapu bersih eksistensi apapun yang ditelannya.
Di hadapan kekuatan hebat itu, Hakuryuukou tidak gentar, langsung mendorong tinju kanannya ke arah depan sambil menyerukan tekniknya.
"ROZAN SHO RYUU HA!"
Disertai raungan, aura biru yang mengambil rupa naga cina itu bergerak cepat menuju sinar cahaya dari Kokabiel, menabrak yang kemudian serangan lawannya hancur berkeping-keping dan terus menuju Kokabiel, melilitnya sebelum membawanya menuju langit, anehnya tak menghasilkan ledakan apapun, selain menghilangnya Kokabiel.
Setelah selesai, Hakuryuukou menghampiri kelompok iblis Gremory dan pihak Gereja, sedikit tersenyum dibalik topengnya menyadari mereka menunjukkan sikap waspada.
"Maaf karena keterlambatanku, tapi aku lega melihat kalian baik-baik saja," ujar Hakuryuukou.
Rias Gremory berkedip, keningnya mengerut.
"Siapa kau dan apa yang kau dapat dari menolong kami?"
Hakuryuukou terkekeh dan itu membuat Rias sedikit kesal.
"Apa yang lucu?" tanya Rias.
"Tak ada. Untuk pertanyaanmu, pihak surga mengirimku kemari setelah konfirmasi Kokabiel yang berusaha mengobarkan perang akbar kedua," jelas Hakuryuukou dengan hati-hati.
Xenovia merasa ada yang tidak beres, karena dia tidak tahu ada pengguna [Longinus] lain selain Dulio Gesualdo di pihak surga.
"Jika benar kau dikirim oleh pihak surga, mengapa Gereja tidak memberitahu soal kedatanganmu?"
Hakuryuukou membisu sejenak, seakan memikirkan resiko dari informasi yang akan diucapkannya.
"Mereka tidak tahu, karena semenjak awal misi kalian bahkan tidak diketahui pihak surga. Alasan mengapa kalian dikirim hanya berdua, karena pihak Gereja ingin pecahan Excalibur berkumpul lagi menjadi satu kembali walau tidak sempurna."
"A-Apa?"
Xenovia terkejut, sekaligus menatap tajam Hakuryuukou.
"Ini benar? Atau kebohongan darimu?" tanya Xenovia tegas.
"Suster Griselda bisa memberitahumu lebih jelas," kata Naruto.
Xenovia mengangguk, menerima penjelasan Hakuryuukou, meski masih ada rasa curiga. Namun, mengingat Hakuryuukou sudah melindunginya, maka tak ada salahnya percaya padanya.
Hakuryuukou puas, beralih menghampiri Issei, ketegangan sempat dirasakan Kiba, Akeno, Rias, Koneko, tapi semua itu langsung musnah saat armor Hakuryuukou memudar, menunjukkan sosok remaja laki-laki berambut pirang, mata biru, juga tanda unik di pipinya. Remaja ini mengenakan pakaian santai blazer lengan pendek, baju putih, celana panjang hitam dengan sepatu.
"Kurasa ini pertemuan pertama kita. Perkenalkan, namaku Namikaze Naruto, namamu?" Naruto berseri sambil mengulurkan lengannya.
Issei dengan ragu-ragu menerima uluran lengan Naruto. "Namaku Hyoudou Issei."
Naruto mengangguk. "Kurasa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan, benar, Albion?"
[Sepertinya tak ada, selain urus partnermu dengan benar, Merah] Albion berbicara.
[Tanpa kau beritahu aku pasti akan melakukannya, Putih] Ddraig berbicara.
[Bagus. Tidak ingin kekalahanmu terjadi lagi seperti di masa lalu, benar?]
[Kau lupa ingatan? Kau juga pernah kukalahkan dahulu]
[Ya, ya, terserah apa katamu. Jika kita mengulang pertarungan kita lagi, kau sadar siapa yang akan menang telak?]
[Mulutmu berisik]
Naruto berbicara. "Begini-begini, Albion dan Ddraig rindu satu sama lain."
[[Enak saja!]]
"Lihat?"
Issei sweatdrop, tidak menyangka respon Albion dan Ddraig seperti itu. Tetap saja, Issei penasaran mengapa Naruto ingin bicara dengannya, dia memang mendengar dari Ddraig kalau Sekiryuutei dan Hakuryuukou ditakdirkan untuk bertempur sampai selamanya. Apa mungkin Naruto berencana mengajaknya bertarung?
Issei menelan ludah. "Jadi, umm, kau ingin berbicara denganku?"
"Aku hanya ingin tahu apakah Ddraig memberitahumu tentang rivalitasnya dengan Albion." Naruto menyelipkan lengannya ke saku baju.
Issei perlahan mengangguk.
"Aku sudah tahu soal itu. Memangnya… ada apa?" kata Issei.
"Soal itu, jangan terlalu dipikirkan."
"Huh?"
Naruto menyengir. "Mungkin suatu hari nanti kita akan bertarung satu sama lain, tapi sebelum itu terjadi, kekuatan kita dibutuhkan untuk menjaga dunia ini. Sebagai sesama Kaisar Naga, aku pastinya membutuhkan bantuanmu nantinya. Bagaimana menurutmu?"
"Itu… tujuan yang besar." Issei menggaruk rambutnya. "Aku tidak tahu apakah bisa membantumu, terlebih dengan kekuatanku yang sekarang.…"
"-kau tidak lemah. Kau kuat. Aku yakin kau hanya kurang latihan untuk menguasai kekuatanmu sepenuhnya," kata Naruto dengan percaya diri.
"….."
[Putih, rekanmu ini aneh juga] Ddraig mengungkapkan pemikirannya.
[Dia selalu seperti itu, tapi bukan berarti sikapnya buruk] Albion berbicara.
Issei anehnya merasa lega mendengarnya. Dia sempat berpikir Naruto akan berpikir rendah terhadapnya, tapi sebaliknya, Naruto malah memberikan motivasi untuknya.
"Aku akan berusaha!" seru Issei.
Naruto tersenyum, membiarkan dirinya melayang dengan sayap mekanik biru terbentang di punggungnya, mengamati kelompok iblis Gremory dan pihak Gereja.
"Di pertemuan kita berikutnya, aku berharap kita bisa berada di situasi yang lebih baik dari sekarang." Naruto menatap Issei. "Jadilah lebih kuat, Hyoudou Issei. Bukan untukmu saja tetapi juga demi orang-orang yang menjadi alasanmu berlatih keras."
Issei berseri. "Yeah! Aku paham!"
Naruto terkekeh, seketika terbang jauh dan bergerak sangat cepat di langit gelap sampai wujudnya tak terlihat lagi.
Di satu sisi, kelompok iblis Sitri meminta penjelasan dari kelompok iblis Gremory mengapa ada kawah luas di halaman Akademi Kuoh.
Di Kota Tokyo, tepatnya dalam suatu rumah sederhana, seorang wanita muda yang merupakan istri dari seseorang nampak melengkapi meja makan. Seperti menyiapkan hidangan, menata peralatan makan, mengisi gelas, dan sebagainya. Dia melakukan itu semua dengan senyuman.
"Sekarang tinggal menunggu Naruto-kun pulang," gumam Lavinia.
Seketika Lavinia merasakan penglihatannya ditutupi oleh sesuatu, dibarengi dengan suara yang terdengar jelas di telinga kirinya.
"Apa nama asli dari Man of Steel?"
Dia tersenyum tipis.
"Kal-El," jawabnya singkat.
"Nama aktor yang memerankan karakter Eddie Brock di film Venom?"
"Tom Hardy."
"Monster yang pernah sekali membunuh Clark Kent?"
"Doomsday."
"Terakhir, tebak siapa pemilik tangan ini."
Menyentuh dan menurunkan tangannya, Lavinia berbalik lalu mempertemukan bibirnya dengan bibir suaminya, mereka menutup matanya masing-masing dan membiarkan naluri yang mengambil alih. Mengakhiri ciuman dua-duanya, Naruto tersenyum simpul ketika mata birunya berjumpa dengan sepasang mata biru istrinya.
"Laki-laki penggemar Flash bernama Naruto-kun." Lavinia berseri.
Naruto terkekeh, menarik kursi untuk Lavinia duduk, kemudian mengisi bangku lain. Sekarang mereka berdua saling berhadapan.
"Bagaimana misi tadi?" tanya Lavinia.
"Beruntung aku tidak terlambat." Naruto mengerutkan keningnya. "Kokabiel tidak main-main ingin membunuh kedua pewaris dari Gremory dan Sitri agar perang akbar dapat terjadi lagi. Michael-san sudah kuberitahu rincian laporannya, dengan begini kemungkinan besar pertemuan Tiga Fraksi akan diadakan nanti. Bagaimana keadaan Grigori?"
Lavinia tersenyum. "Kekacauan sedang terjadi. Namun, berkat Team Slash/Dog dan pengaruh beberapa petinggi, ketegangan bisa diredakan untuk sementara waktu. Sudah ada kabar dari ayah?"
"Belum, tapi sepertinya Specter tidak akan mencoba berbuat ulah di dimensi ini lagi setelah pertikaian terakhir," kata Naruto.
Ayah angkat Naruto, Aiolos, memberinya misi menjaga dimensi ini saat umurnya sudah layak dari ancaman Specter, musuh utama para Saint yang mampu menggunakan cosmo gelap. Aiolos memang mempunyai misi berbeda di dimensi lain, tapi dia percaya pada kemampuan anaknya, terlebih ketika Naruto telah mampu 'merasakan' Seventh Sense miliknya.
Dalam perjuangannya, Naruto tidak memakai Cloth, tapi alternatifnya dia memiliki Sacred Gear [Divine Dividing] yang bisa berfungsi sebagai Cloth saat fitur [Balance Breaker] diaktifkan.
Tidak hanya Aiolos, Dohko juga ikut mengajari Naruto. Naruto masih ingat ekspresi kaget Dohko mengetahui Naruto rupanya mempunyai naga sungguhan di dalam dirinya. Lewat mereka berdua, Naruto memiliki koleksi teknik dari Gold Saint yang berbeda.
Naruto menghembuskan nafas, berkedip melihat Lavinia menggenggam tangannya.
"Jangan terlalu tegang, sesekali beristirahat lah. Kau membutuhkan itu sekarang," tegur Lavinia.
Perlahan, senyuman terlihat di wajah Naruto. "Kau benar, Lavinia-chan."
"Fufu, tentu saja aku benar, aku istrimu." Lavinia dengan bangga mengutarakannya.
Naruto tertawa kecil, menyatukan telapak tangannya diikuti Lavinia, mengucapkan "Selamat makan." lalu melahap hidangan makan malam dengan nikmat.
Khusus malam ini, dunia hanya milik mereka berdua.
.
.
.
E-N-D
.
.
.
AN:
Yeah, khusus sekarang fic one-shot Naruto x DxD. Dengan pair sedikit berbeda dari biasanya. Saat author lihat ilustrasi Lavinia Reni, well, damn, mantap XD. Gimana one-shot yang ini?
Untuk NS, author sedang mengumpulkan word, jadi ya update-nya nanti tentu saja :)
Baca dan review kalau kalian suka. Oke?!
Peace.
