haikyuu! by furudate haruichi
(no profit gained from this ff)
warning: au, typo(s), etc.
ENJOY!
Untukmu, akan kubawakan laut nan biru. Laut yang terbentang, terpeluk bulan menjadi dua. Batu karang dibelai-belai ombak berdesir sayu. Pasir putih menyelimuti kaki telanjang.
Akan kuhadiahkan laut beratapkan kelap-kelip. Bulan separuh, bulan penuh; kumasukkan dalam kantong yang besar. Bintang yang bersinar, bintang yang malu; akan kubawa semua dengan tangan tergenggam. Jika beruntung, akan kukutip bintang yang jatuh ke atas pasir.
Untukmu, akan kubawakan laut yang bersih. Sinar matahari, bau garam, panas menyengat. Akan kuhadiahkan laut yang asin. Ada paus menari, beratraksi, menyelam.
Untukmu, akan kubawakan laut nan biru. Bukan laut yang memeluk rupamu lalu tak melepasnya...
"Jangan bodoh! Pergi memeluk laut katamu? Kau mau bunuh diri?!"
Tapi kau hanya diam di depan pintu. Tidak membantah atau apapun. Tapi sorot matamu menertawakan aku.
"Kau serius ingin mengarungi lautan dengan perahu sekarang? Di bulan dengan cuaca buruk begini?! Aku tidak izinkan kau pergi, Tetsu! Persetan laut biru!"
"Tsk!"
Kau banting pintu, lalu sumpah serapah keluar dari mulutmu.
"Kenapa?! Kau sekarang memakiku?"
"Kau yang kenapa?! Kau tau kalau aku suka laut. Aku suka perahu, aku suka laut. Lalu kau mendoakanku bunuh diri!"
"Bukan mendoakan! Kau dengar sendiri 'kan berita pagi ini? Cuaca memburuk dan kau tetap ingin pergi?!"
Kau membuang mukamu, mengambil tas, melewatiku keluar menuju pintu depan; bulat tekadmu ingin pergi.
"Aku akan tetap pergi. Sinar matahari yang menyengat itu akan menjadi jawaban atas pertanyaanmu. Kau akan melihat senja oranye sore ini. Bukan abu-abu mencekam, apalagi ditemani ombak menampar-nampar. Lalu, akan kupeluk laut dan kupeluk dirimu."
Tapi yang memelukku hanya dingin yang mencekam. Rupamu tak pernah kembali. Hanya kabar-kabar yang bising merusak gendang telingaku.
"Perahu Kuroo tenggelam, Tsukki. Kami belum bisa menemukannya. Mungkin dibawa ombak--"
"Tidak mungkin! Tetsu ada di laut. Perahunya ada di sana; bersama Tetsu, di atas laut sana. Jangan bicara aneh!"
Lalu hanya wajah-wajah meringis yang membalas segala penolakanku.
"Cari! Carikan Tetsu untukku! Carikan dia dan suruh dia pulang sekarang. Dia memang kepala batu! Di atas perahu, di atas laut; entah senja apa yang ia tunggu. Suruh dia pulang! Carikan Tetsu..."
Hujan deras menimbun suaraku. Wajah-wajah yang meringis sekarang menangis. Ombak-ombak menampar, air meninggi. Langit abu-abu yang kau sumpahi siang tadi sedang menertawakanmu yang terombang-ambing dibawa angin memusuhimu.
Tak ada yang membawakanmu pulang, ataupun dirimu yang pulang sendiri; walau malam semakin mencekam dan jam menunjukkan pukul sebelas. Yang menangis masih tersedu-sedu, yang menangis masih terbisu-bisu; teriakan memanggil nama yang mendadak tuli bersahut-sahut.
Lalu, esoknya kuarungi laut. Awalnya ramai. Besoknya lagi, berkurang dua. Besoknya lagi, berkurang empat. Besoknya lagi, berkurang delapan. Kuarungi laut setiap hari, sekarang hanya aku sendiri.
Sinar matahari yang menusuk, bau asin yang menyengat, ombak yang terkejut; tapi nihil, tidak ada perahumu yang terapung. Tetsu, di sebelah mana kau masih menunggu senja, di atas perahu, di atas laut?
Untukmu, akan kubawakan laut nan biru. Laut yang diam tersenyum miring. Laut yang diam terkikik geli. Di atas perahu, di atas laut, aku meraung memanggil namamu.
FIN
p.s: fair the winds and following the seas on your eternal patrol, our sailors. my deepest condolences for their family, friends, and beloved ones. al-fateeha! #PrayForKRINanggala402 #OnEternalPatrol
