Haikyuu!

Furudate Haruichi

.

.

"Day 1 Conflict"

.

.

Warning:

OOC, Typo, Aneh, dll.

.

.

.

"Bro..."

"Bro..."

Bokuto mengernyit bingung, sedari tadi dia duduk di depan Kuroo, sama sekali tak ternotice sedikitpun. Lalu tangannya terangkat, menampar pelan pipi Kuroo.

"Bro...?" Dan tampaknya, Usaha Bokuto belum cukup berhasil untuk menyadarkan Kuroo dari lamunannya. Tak mau menyerah, Bokuto mendekatkan mulutnya ke telinga Kuroo dan berbisik, "Kuroo Tetsuroo"

Dan sepertinya berhasil.

Tubuh Kuroo sedikit berjengit kaget, membuat Bokuto tertawa.

"Jangan ngagetin, Bokuto!" Kuroo mengelus dadanya yang kini berdetak tak karuan gara-gara rasa terkejutnya.

Bokuto merengut mendengar teguran Kuroo, "Lah... Kamu dari tadi dipanggil nggak nyahut."

Kuroo menghela nafas pelan, "maaf, Bro... Aku nggak fokus tadi"

"Eh...? Emang mikirin apa sih?" Tanya Bokuto penasaran.

Kuroo menyeringai lebar, "ada deh, Bro..."

"Kirain tadi kamu marah gara-gara nunggu aku lama" ujar Bokuto pelan, dia menatap nanar telapak tangannya yang tadi ia gunakan menampar pelan pipi Kuroo.

Kuroo mengerjab, lalu tersenyum, "Yah... Kurang lebih aku juga marah denganmu, Bro!"

Bokuto menatap Kuroo secepatnya, memindai apakan Kuroo mengatakan kebohongan padanya, tapi nyatanya tidak, Kuroo terlihat jujur mengatakannya, "Marah kenapa? Aku nggak selingkuh dari kamu kok" ucapnya panik.

Kuroo mendengus, "Emangnya kenapa juga kalau kamu selingkuh? Aku bukan pacarmu atau istrimu"

Bokuto menggebrak meja cafe, hanya ada 5-7 pelanggan saja di sekitar yang menatap terganggu ke arah Bokuto. Dan Kuroo harus meminta maaf atas tingkah Bokuto. Jangan harap Bokuto akan meminta maaf dengan moodnya yang udah jelek.

"Tapi... Kuroo itu Bro-ku. Dan Bro itu lebih penting dari pacar ataupun istri...! Dan... Aku akan setia denganmu, Kuroo." Ucap Bokuto tegas, tak ada satupun keraguan ataupun ketegangan di setiap ucapannya, namun terdengar begitu menyenangkan di telinga Kuroo.

Kuroo tersenyum, entah akan diartikan apa oleh Bokuto nantinya, Dia hanya ingin tersenyum, mengekspresikan kebahagiannya, "Bokuto... Kamu memang tahu aja ya...? Cara membuatku bahagia..."

Bokuto jadi salting dengan ucapan Kuroo, "Udah ah... Beri tahu aku... Kenapa kamu marah padaku?"

Kuroo melunturkan senyumnya, "Aku nggak marah kok. Cuma sedikit kesal aja."ucapnya pelan.

Bokuto masih mendengarkan dengan raut seriusnya yang jarang sekali terlihat.

"Aku kesal gara-gara kalah darimu, bro" Kuroo menundukkan kepala, malu juga mengungkapkan ginian.

Bokuto memiringkan kepala, mencerna maksud ucapan singkat Kuroo, dan tersenyum lebar, "Kirain apa, Bro...!" Bokuto menarik pergelangan tangan Kuroo, dan menaruh permen loli di telapak tangan Kuroo.

"Tapi... Aku tidak menyangka kalau aku akan dikalahkan oleh orang bego" ujar Kuroo pelan.

Bokuto tertawa, "Hahagaga... Gimana bilangnya ya...? Tapi... Banyak yang ngomong kalau keberuntungan orang bego itu banyak..."

Kuroo tersenyum, diiringi kedutan kesal di dahinya, Jujur saja... Baru kali ini dia melihat ada orang yang membanggakan keogebannya. "Yah... Biar gitupun... Kau tetap Bro-ku" ucapnya penuh penekanan tiap suku katanya.

Bokuto mengangguk-angguk setuju, "Hm... Bro selamanya..."

Dan terjadilah peluk-pelukan oleh Kuroo dan Bokuto, menuai tatapan horror para penghuni cafe. Yah... Bagaimana menjelaskannya ya...? Intinya, para pelanggan itu melihatnya bukan sebagai pelukan, tapi jalan menuju kematian. Apalagi aura suram dan gelap yang dikeluarkan Kuroo, juga tubuh besar Bokuto yang terlihat menekan sekali.

'Memang nggak sakit?' -para penghuni cafe, minus Bokuto dan Kuroo yang sibuk menyalurkan kasih sayang, atau melancarkan aksi pembunuhan. Yah, salah satu dari itu tentunya.

Well... Yeah... Kalau ini bisa disebut conflict...

Jujur aja, sebenarnya untuk Conflict ini pengen mereka rebutan cewek... Tapi... Hehehe...