Hari ini Taufan mendapatkan tugas untuk membangunkan sahur namun bukan untuk saudara-saudaranya, melainkan untuk warga di sekitar rumahnya. Karena tidak mungkin melakukkan itu sendirian, Taufan pun meminta bantuan kedua adiknya dan salah satu teman dekatnya. Bagaimana cara Taufan membangunkan sahur?
Disclaimer dan Author Note
-Boboiboy dan seluruh karakter yang terkandung di dalamnya adalah milik pemegang hak cipta, saya hanya pinjam karakter-karakternya. Tidak ada keuntungan materi yang saya dapatkan dari fanfic ini.
-BUKAN YAOI, BUKAN SHOUNEN-AI. Elemental sibblings, AU, tanpa super power, OOC (mungkin ?).
-Dalam fanfic ini umur karakter utama adalah sebagai berikut dari yang tertua:
-BoBoiBoy Halilintar: 18 tahun
-BoBoiBoy Taufan: 18 tahun.
-BoBoiBoy Gempa: 18 tahun.
-BoBoiBoy Blaze: 17 tahun.
-BoBoiBoy Thorn: 17 tahun.
-BoBoiBoy Ice: 16 tahun.
-BoBoiBoy Solar: 16 tahun.
-BoBoiBoy FrostFire: 13 tahun.
-BoBoiBoy Glacier: 13 tahun.
-BoBoiBoy Supra: 13 tahun.
.
Puasa Hari Ke27
Tidak seperti biasanya, pagi dini hari itu Taufan keluar dari kamar mandi dalam keadaan tubuh yang sudah segar bugar setelah mandi. Sembari bersiul-siul riang, Taufan melangkah sembari melompat-lompat kecil menuju lemari pakaiannya. Jangan lupakan handuk yang dililit di kepala seperti sorban dan sebuah handuk lagi yang melilit pinggangnya.
Sembari tersenyum-senyum sendiri, Taufan mengeringkan rambutnya yang basah. Rambut panjang hasil hair extension yang dicobanya beberapa hari lalu menjuntai lembut dari kepala, melewati pundak dan hampir mencapai pinggang. Dengan teliti dan hati-hati, Taufan mengeringkan rambut panjang barunya itu.
Setelah mengeringkan tubuh dan rambutnya, Taufan pun segera berpakaian. Baju koko putih bersih dan kain sarung bernada krem terang menjadi pilihan berbusana pagi itu.
Setelah berpakaian, Taufan melangkah keluar dari kamarnya yang berbagi dengan Halilintar dan Gempa. Kegelapan menyambut Taufan pada pagi hari itu dan satu-satunya penerangan adalah beberapa lampu menyala di lantai pertama rumahnya.
Secara hati-hati Taufan melangkah di dalam kegelapan menuruni tangga rumah. Hal terakhir yang dia inginkan adalah tersandung kakinya sendiri selagi berjalan dalam kegelapan.
Di lantai pertama telah menunggu Blaze dan FrostFire. Berbeda dengan Taufan, keduanya memilih untuk tidak mengenakan baju koko. Jaket hitam berhiaskan corak lidak api biru menutup tubuh FrostFire yang berbalut kaus tanktop ungu. Blaze seperti biasa berpakaian tanktop hitam dan celana pendek.
"Ayo Kak," ujar Blaze sembari berdiri dari sofa yang ia duduki bersama FrostFire.
Taufan menatap Blaze dari kepala sampai ke kaki. "Uh, Blaze? Kamu yakin mau keluar pakai baju begitu?" tanya si kakak yang merujuk pada kaus tanktop dan celana pendek yang dikenakan Blaze pagi hari itu.
Blaze mengedikkan bahunya. "Yakin, toh ngga terlalu dingin. Aku masih tahan dinginnya," jawab Blaze sembari melangkah menuju pintu depan rumah. "Lagian aku juga belum mandi, tanggung kalau ganti baju."
Kata-kata terakhir Blaze itu membuat dirinya dihadiahi lirikan aneh dari FrostFire dan Taufan. "Jorok ..." Serempak pula keduanya berkomentar.
Blaze tidak menghiraukan komentar yang terlontar dari FrostFire dan Taufan. Dia tetap saja berjalan menuju pintu depan rumah sebelum membukanya.
Begitu melangkah keluar dari rumah, Blaze mengambil beberapa buah benda yang berserakan di halaman. Tidak ketinggalan, FrostFire dan Taufan pun mengikuti Blaze dan mengambil beberapa benda yang fungsinya relatif sama dengan yang sekarang dibawa oleh Blaze.
Sengaja Taufan, Blaze dan FrostFire berjalan agak jauh dari rumah mereka. Lebih tepatnya mereka berjalan sampai ke bagian kompleks perumahan yang paling padat.
Ada sebab mengapa ketiga bersaudara itu rela pergi keluar rumah pada pukul tiga dini hari dan sebabnya itu berhubungan dengan barang-barang yang mereka bawa. Mereka bertiga mendapatkan giliran tugas dari perkumpulan warga setempat untuk ...
"SAHURRR!" Mulailah Taufan berseru sekuat pita suaranya mampu bergetar karena dorongan udara dari paru-parunya.
"SAHURRR!" Menyusul Blaze ikutan berteriak. Berbeda dengan Taufan, kedua tangan Blaze tidak diam saja. Sekaranglah saatnya memanfaatkan benda-benda yang ia bawa.
Dan terjadilah ...
Suara tabokan bertalu-talu dari beberapa buah ember besar dan gayung berlomba-lomba dengan suara cempreng Taufan dan Blaze memecah keheningan pagi dini hari itu. Blaze dan FrostFire memukuli dan menabuh ember dan gayung yang mereka bawa. Tidak disangka-sangka bahwa ember dan gayung yang dibeli dan diklaim anti pecah oleh Gempa itu cukup nyaring ketika ditabuh.
Tidak hanya itu ...
Di kejauhan, tepatnya dari sebuah rumah bergaya mansion Eropa terlihatlah pijaran-pijaran api melesat ke langit. Pijaran-pijaran api itu meledak dengan kilatan cahaya yang cemerlang di tengah gelapnya langit Pulau Rintis dan membentuk bunga berpijar warna-warni spektakuler.
Di tengah-tengah meriahnya letupan kembang api itu Taufan merasakan ponsel miliknya bergetar. Sejenak Taufan menghentikan aksi tabuh embernya untuk memeriksa ponselnya.
"Ha, bagaimana? Bagus 'kan kembang apiku?" Begitulah isi pesan yang dibaca Taufan pada layar ponselnya. Sebuah foto tercantum pada pesan yang baru dibaca Taufan dan di dalam foto itu terlihat Fang dan kakaknya, Kaizo tengah menyalakan lusinan petasan kembang api jenis roket.
Tak ayal cengiran ceria Taufan mengembang setelah ia membaca pesan dari sahabatnya. Sebagai balasan, Taufan mengirimkan foto dirinya bersama Blaze dan FrostFire beserta sebuah pesan suara. "Terbaiklah, Fang. Kembang apimu keren, meriah!"
Suara berdebum dari ember dan gayung yang ditabuh tanpa kenal ampun bercampur letupan kembang api meriah itu ternyata cukup ampuh untuk membangunkan sahur para penduduk di sekitar perumahan. Rumah-rumah warga yang tadinya gelap gulita pun satu per satu menjadi terang ketika lampu-lampunya dinyalakan dari dalam oleh para penghuninya.
Semakin banyak penghuni rumah-rumah yang terjaga, semakin bersemangat pula Blaze dan FrostFire menabuh ember dan gayung milik Gempa. Begitu ampuhnya alarm sahur ala Taufan, Blaze dan FrostFire sehingga mereka hanya perlu waktu kurang dari setengah jam untuk membangunkan warga di sekitar rumah mereka.
Hanya saja mungkin cara yang digunakan Taufan terlalu bising karena ada beberapa warga yang tidak menjalankan ibadah puasa ikutan terbangun ...
Salah satunya adalah di kediaman sebuah keluarga keturunan India, tepatnya keluarga Kumar ...
"Siapa bising-bising pagi-pagi begini." Begitulah keluhan yang meluncur dari mulut Gopal saat ia melangkah keluar dari rumah dengan wajah masam yang masih mengantuk. Dia hendak mencari sumber suara bising yang membuatnya terjaga dari mimpi indahnya pada pagi-bagi buta raya itu.
Hari masih gelap saat Gopal mengamati keadaan di sekitar rumahnya. Lampu jalanan yang rusak redup pun tidak membantunya melihat dengan jelas dalam kegelapan. Kecuali beberapa tetangga muslim yang sedang bersantap sahur di dalam rumah mereka, tidak ada tanda-tanda kehidupan lain di sekeliling rumah Gopal.
Baru saja Gopal berbalik badan dan hendak melangkah masuk kembali ke dalam rumah ketika dari sudut matanya ia melihat sosok gelap yang berada tidak jauh.
Kontan Gopal meneguk ludah saat ia melihat sosok itu. Bagaimana tidak? Di dalam kegelapan, Gopal hanya bisa melihat sosok tak dikenalnya itu menghampiri dirinya. Belum lagi sosok manusia itu memiliki rambut panjang menjuntai yang berkibar gemulai dibelai hembusan dingin angin malam.
"Ku ... ku ..." Lidah Gopal terasa kelu saat sosok gelap itu mendekati dirinya. "KUNTILANAK!" Jadilah Gopal menjerit tanpa tendeng aling-aling
Tentu saja sosok itu memanggil balik dan menghampiri Gopal semakin cepat. "Heey! Gopal! Tungguuu!"
"Amak! Appa! Ada hantu!" Gopal berlari kalang kabut terbirit-birit menjauh dari sosok yang kini mengejarnya.
"Ini akuuu! Taufaaaan!" Tidak lain tidak bukan, sosok itu adalah Taufan, yang tidak dikenal Gopal karena rambut panjang hasil hair extension beberapa hari lalu.
Gopal yang panik tidak mendengar apa-apa lagi. Sebaliknya, kini ia berusaha melawan balik.
"Pergi! vampirkuntilanakdedemit!" Begitulah jawaban balik yang terdengar oleh Taufan saat ia mendapati dirinya dihujani bawang dari Gopal yang entah darimana asalnya. Sedemikian derasnya hujan bom bawang yang dilontarkan Gopal sehingga Taufan terpaksa mundur teratur, alias melarikan diri.
"Makanya, lepas dulu itu hair extension," komentar FrostFire setelah dirinya dan kedua kakak sepupunya tidak lagi dihujani bawang.
"Mana bisa," balas Taufan lengkap dengan wajah cemberut. "Hair extension ini dilem ke kepalaku," ujar Taufan lagi sembari menunjuk ke belakang kepalanya.
"Pfft ..." Blaze menutup mulutnya saat mengingat kejadian yang baru saja terjadi. "Kak Ufan dipanggil kuntilanak sama Kak Gopal ... Bwahahaha!" Meledaklah tawa sengau Blaze, yang membuat Taufan semakin jengkel.
"Sini kau Blaze!" Taufan mengulurkan tangannya yang mengepal ke arah kepala Blaze. Sebuah jitakan sayang pun dilancarkan ke kepala si adik.
Sayangnya Blaze terlalu cepat dan dengan lincahnya berlari menghindar. "Kak Ufan dedemit! Bweeek!" ledek Blaze sembari menjulurkan lidah.
"Hoi! Sini kau!" Jadilah Taufan berlari mengejar Blaze dan meninggalkan FrostFire di belakangnya.
FrostFire yang tertinggal di belakang kontan bergidik. Seluruh tambut halus pada tengkuknya pun berdiri mencuat. "Astaga! Heeei! Abang Ufan! Kak Blaze! Tunggu! Aku takut gelaaaap!" jerit FrostFire dengan latahnya saat ia berlari mengejar kedua kakak sepupunya.
.
.
.
Tamat.
Terima kasih kepada para pembaca yang sudah bersedia singgah. Bila berkenan bolehlah saya meminta saran, kritik atau tanggapan pembaca pada bagian review untuk peningkatan kualitas fanfic atau chapter yang akan datang. Sebisa mungkin akan saya jawab satu-persatu secara pribadi.
Sampai jumpa lagi pada kesempatan berikutnya.
