Something happened in my life

Kuroko no Basuke

Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki

Warning : AofemKaga slight GOMxfemKaga


Seorang gadis bersurai merah bata terlihat menghela nafas panjang. Usahanya selama hampir tiga setengah tahun untuk menjadi seorang pemain basket terkenal seketika lenyap hanya karena sebuah skandal yang menimpa dirinya. Skandal itu tidak hanya melenyapkan impian sang gadis tapi juga menghancurkan hidupnya. Karena baginya basket bukan hanya sekedar impian melainkan jiwanya, nafasnya dan juga seluruh hidupnya. Terdengar melebih-lebihkan tapi itu memang kenyataannya.

'Taiga-chan kau sudah tiba diapartemen? bagaimana cuaca diJepang? kau tidak kedinginan, kan?' suara disebrang telepon terdengar sangat khawatir.

Taiga atau lebih tepatnya Kagami Taiga mendesah malas, diumurnya yang hampir menginjak 22 tahun, sang ibu selalu saja memperlakukannya seperti anak kecil. Memang sih perhatian itu wajar tapi sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

"Belum mom aku masih didalam taxi. Dan berhentilah menghawatirkanku, ini bukan kali pertama aku tinggal diJepang?!" terdengar helaan nafas panjang disebrang telepon.

'Memangnya salah kalau Mom khawatir, mengingat kejadian yang-'

"Aku sudah tiba didepan apartemen, lain kali aku akan menghubungimu lagi Mom"

Piip!

Sambungan diputus sepihak. Mungkin terlihat sangat tidak sopan, tapi gadis bersurai merah nampaknya enggan jika harus diingatkan kembali tentang masa kelamnya. Meski sebenarnya salah satu kota di Jepang juga memiliki kenangan pahit tersendiri baginya.

Manik merahnya menutup lelah bersamaan dengan kepalanya yang disenderkan pada kaca mobil. Ingatannya hampir saja melayang pada kejadian beberapa minggu yang lalu, jika saja taxi yang ditumpangi tidak berhenti dan mengganggunya.

"Terima kasih!" ujar Kagami sopan setelah sang sopir taxi membantunya mengeluarkan barang bawaannya dari bagasi. Sang sopir lantas tersenyum ramah sebelum akhirnya kembali masuk kedalam mobil dan berlalu pergi.

"Kagamiii-chaaan!!"

Baru saja kaki jenjangnya hendak melangkah memasuki gedung apartemen, namun sebuah teriakan yang memekakan telinga siapapun berhasil menghentikan langkahnya.

Kagami menoleh kearah belakang, seketika manik merahnya membola horor dengan mulut yang terbuka lebar. Kagami mengucek matanya sesaat untuk mengkonfirmasi penglihatannya dan benar saja dihadapannya ada makhluk bersurai kuning yang sejak SMA dulu sering mengganggu Kagami.

"Kis- whuaaa Kise-kun turunkan aku!" pekik Kagami syok saat tubuh rampingnya terangkat dan diputar-putar layaknya film komedi romantis ditelevisi lengkap dengan background tatapan para pejalan kaki yang menatap keduanya heboh. Ughh benar-benar memalukan pikir Kagami malu.

"Turunkan aku sialan!" ujar Kagami dengan penuh penekanan disetiap kata-katanya. Sayangnya Kise itu bebal sih, jadi bukannya takut Kise malah semakin tinggi memangku Kagami hingga tanpa diduga wajah tampan Kise malah bersemayam dibelahan dada besar Kagami.

Kise terkejut dengan mata tajamnya yang membulat lucu sedangkan Kagami syok dengan pipi chubbynya yang memerah malu.

"Lembut dan besarnya!" ujar si surai pirang kegirangan. Raut Wajahnya bahkan dua kali lipat terlihat mesum daripada om-om yang dulu sering menggoda Kagami di L.A.

"Dasar mesum!" pekik Kagami sembari melayangkan pukulan keras dikepala si surai pirang hingga menimbulkan beberapa benjolan besar. Si pirang menangis lengkap dengan cerocosannya yang tiada henti. Tapi sekali lagi Kagami tidak peduli, matipun Kagami benar-benar tidak peduli. "Enyah sana!" sambung Kagami setelah berhasil menjauhkan diri dari makhluk pirang aneh dihadapannya.

"Jahatnya hikss .. padahal aku hanya rindu pada Kagami-Chan hiksss!" Tutur Kise yang masih menangis. Kagami menghela nafas lelah melihat tingkah teman semasa SMA-nya dulu sewaktu ia tinggal di Tokyo. Tapi yang membuat Kagami penasaran itu bagaimana bisa Kise tahu kalau Kagami ada di Jepang?!

"Oi dari mana kau tahu aku ada diTokyo?" tanya Kagami datar. Yang ditanya malah mengerucutkan bibirnya so imut. Beruntung wajah Kise itu tampan. Karena jika tidak, sudah dapat dipastikan Kagami akan merasa mual melihatnya. Jahat? terserahlah.

"Tentu saja dari Mom Kagami yang menyuruhku untuk menjagamu selama tinggal diTokyo, aku bahkan sampai kabur dari tempat pemotretan hanya untuk menemuimu Kagami-chaaan!" balas si pirang semangat 69 muhehe. Tangannya sudah bersiap untuk memeluk Kagami lagi, namun si surai merah langsung menendang Kise agar menjauh. Kagami lantas menghela nafas panjang dan berniat untuk menceramahi teman -yang kewarasannya sangat patut dipertanyakan- semasa SMA-nya.

Sayangnya tidak jadi, karena sebuah mobil tiba-tiba berhenti dihadapan keduanya. Kagami menatap bingung sedangkan Kise terlihat ingin mati mendadak. Tak berselang lama beberapa lelaki berseragam macam bodyguard keluar berbaris menghampiri keduanya. Ahh! tidak tidak, lebih tepatnya menghampiri Kise Ryouta.

Seperkian detik Kagami baru menyadari jika Kise Ryouta yang sekarang bukan lagi Kise si anak bebal yang doyan bolos ke kantin lagi. Tapi Kise Ryouta yang sekarang merupakan seorang model terkenal pantas saja bodyguardnya banyak sekali. Tapi Kagami jadi merasa kasihan melihat teman bodohnya ditarik paksa dan dimasukan kedalam mobil.

"Tidaak!! Aku tidak mau pergi, aku masih ingin melepas rindu dengan Kagami-chaaaan!" teriakan Kise yang cempreng terdengar membahan dijalanan kota yang lenggang, karena hari masih pagi yang menandakan jadwalnya para orang-orang sibuk bekerja atau belajar. Terlebih sekarang hari senin.

"Diamlah Ryouta sialan! dan cepatlah masuk kita masih ada sesi pemotretan!" Salah satu dari lelaki itu mengumpat.

Ahh! Kagami ingat, orang itu adalah teman satu bangku Kise sewaktu SMA kalau tidak salah namanya itu Kasamatsu Yukio. Padahal mereka tidak pernah akur tapi sekarang mereka malah bekerja ditempat yang sama meski berbeda posisi. Setidaknya Kagami bersyukur -sedikit sih- mengingat yang bisa menaklukan Kise dari hal-hal aneh seperti menganggu kagami makan, mengganggu kagami tidur dikelas bahkan mengganggu Kagami pacaran dengan Ku--

Kagami buru-buru menggeleng saat pikirannya kembali kemasa lalu. Ugh gara-gara Kise, Kagami jadi mengingat kembali masa lalunya yang menyesakkan sekaligus dirindukan. Memang benar ya sejauh apapun Kagami untuk berusaha move on selalu saja ada kata rindu pada setiap kenangan yang sudah terlewat, apalagi kenangan itu bersama seseorang yang pernah ia sayang.

"Kagami-chaaan!" Kise terus berteriak seolah tenggorokannya memiliki jutaan energi yang tidak akan pernah ada habisnya dan menghasilkan suara cempreng bak anak gadis yang sedang patah hati. Padahal Kagami yang perempuan saja tidak secempreng Kise.

Kesal karena Kise terus berteriak dan terus memberontak, membuat kagami jadi merasa kasihan pada bodyguard Kise yang terlihat kesulitan menjinakannya. Bahkan Kasamatsu yang terbiasa menjinakannya terlihat kesulitan sekarang. Kagami menghela nafas, detik selanjutnya Kagami menatap Kise tanpa minat sedikitpun.

"Nanti malam kau bisa berkunjung ke apartemenku Kise-kun, jadi sekarang fokuslah bekerja!" ujar Kagami malas.

Tapi rupanya ucapan malas yang Kagami berikan, bagai sebuah mantra yang mengubah sifat kekanakan Kise 180 derajat menjadi lebih dewasa. Mendadak tubuh Kise menegak bagai tiang bendera yang berada disekolahannya dulu, dan air mata yang tadi bercucuran sudah tidak terlihat diujung matanya. Meski begitu dimata Kagami tetap saja Kise terlihat seperti orang idiot karena tersenyum kelewat lebar menatap kagami.

"Yosh! kalau begitu aku pergi bekerja dulu Kagami-chan, nanti malam aku akan berkunjung jadi siapkan makanan hangat untuku ya!" Kise tidak menunggu jawaban Kagami karena lelaki itu sudah didorong paksa oleh Kasamatsu untuk masuk kedalam mobil dengan sumpah serapahnya pada Kise.

lagi. Kagami menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya. Bertemu dengan Kise kembali merupakan kejutan yang paling buruk terlebih sikap dan juga perilakunya sama sekali tidak ada perubahan setiap kali mereka bertemu. Selalu saja Kise bersikap kekanakan dan juga memalukan.

Makanya Kagami enggan membagikan kontak barunya setelah pindah ke L.A, tapi mom nya masih menyimpan nomor Kise dan tanpa sepengetahuan Kagami mereka masih saling berhubungan baik. Sebenarnya bagus sih karena Kise itu orangnya baik jadi berteman dengannya itu gak ada ruginya malah untung karena selain tampan Kise yang sekarang itu populer karena seorang model. Hanya saja sikap menyebalkannya sering membuat Kagami kesal sendiri.

Ditambah lagi Kise itu sering curi-curi kesempatan buat peluk-peluk Kagami sejak zaman SMA. Ya emang sih di L.A peluk-pelukan itu hal yang wajar tapi Kagami itu orangnya gampang risih.


Tiga jam berlalu begitu cepat. Kagami tampak terkulai lemas dilantai setelah membereskan barang-barangnya. Mulai dari menata pakaiannya dilemari, menyusun berbagai macam pernak pernik basket disekeliling kamar dan juga ruang tamunya. Tak lupa Kagami juga menyapu dan mengepel lantai apartemennya, padahal baru kemarin apartemen itu dibersihkan karena suruhan Dad Kagami di Amerika, yah mengingat anak gadisnya itu sangat menjaga kebersihan.

Kruyuuuk!

Suara perut yang kelaparan terdengar nyaring diruangan sunyi yang kedap suara. Buru-buru Kagami melangkah menuju dapur mencari bahan makanan, sayangnya kulkasnya kosong. Kagami pikir mungkin Dad-nya lupa untuk mengisi stok makanan dikulkas kemarin.

Mau tak mau Kagami harus pergi berbelanja sekarang, jika tidak perutnya akan terus berbunyi minta diisi. Kagami menghela nafas sebelum pandangannya ia bawa pada jam dinding yang menunjukan waktu pukul 2 siang.

Sebenarnya bisa saja Kagami memesan gopud terlebih dahulu untuk mengisi energi, sayangnya Kagami terlalu malas untuk mendownload aplikasinya. Jadi Kagami memilih untuk pergi berbelanja dan makan di maji burger tempat nongkrongnya dulu bersama tim basketnya semasa SMA. Ughh Kagami jadi rindu dengan Aida Rico, gadis polos namun juga sangat tegas terhadap rekan timnya.

Karena buru-buru pergi Ke L.A dan langsung mengganti nomor ponselnya Kagami jadi kehilangan kontak teman-temannya. Semua bermula karena satu orang. Orang yang saat ini enggan sekali Kagami temui dan Kagami berharap ia tidak akan bertemu dengan orang itu lagi, meski kemungkinannya kecil ya mengingat Kagami dan dia berada dalam satu kota yang sama.

"Ehh apa itu?!" pekik Kagami syok. didepan pintu kamar depannya, tergeletak seorang bocah bersurai biru tua dengan kulit berwarna agak gelap. Kagami panik bukan main, buru-buru Kagami memangku kepala sang bocah dan langsung mengecek keadaannya.

Helaan nafas lega meluncur otomatis begitu Kagami menyadari tanda-tanda kehidupan pada bocah tersebut. Namun detik selanjutnya helaan nafas itu berubah jadi teriakan syok begitu Kagami menyadari gerakan kecil pada belahan dadanya.

"Kyaaaa!" teriak Kagami terkejut saat menyadari gerakan tersebut berasal dari tangan sang bocah yang menjalar kemana-mana. Tanpa perasaan Kagami langsung berdiri hingga mengakibatkan sang bocah terjatuh dan kepalanya membentur lantai.

"argh sakitnya!" ujar sang bocah pelan sembari mengusap kepala bagian belakangnya yang ngilu.

Dilain sisi Kagami masih syok. Wajahnya bahkan sampai memerah hingga menjalar ke telinga. Ughh ini namanya pelecehan pikir Kagami kesal.

"Dasar bocah mesum, kau itu seharusnya tidak boleh menyentuh seseorang sebelum dewasa!" amuk Kagami. Bahkan tanpa sadar Kagami menunjuk-nunjuk sang bocah dengan telunjuknya kesal.

"Kok Dai sih yang disalahin?! kan salah bibi yang tiba-tiba meluk Dai!" ujar sang bocah yang tidak terima dimarahi Kagami. "lagipula kata papa Dai itu sudah besar jadi boleh dong Dai pegang lagi!" sambungnya lagi yang mana membuat Kagami tak habis pikir dengan perkataan sang bocah.

Emang sih tadi Kagami yang peluk duluan tapi maksudnya kan buka untuk modus dan juga apa-apaan kata-kata terakhirnya itu. Ayah mana sih yang mengajarinya hal semesum ini?!.

"Kau ini yah! Sini kemari biar aku adukan dengan ibumu!" ujar Kagami kesal. Tangannya hampir bergerak menarik tangan sang bocah sebelum akhirnya tangannya mematung diudara saat mendengar balasan sang bocah dihadapannya.

"Aku tidak punya ibu!" empat kata itu meluncur tanpa ragu bahkan tanpa intonasi sedih, seolah kata-kata tersebut tidak bermakna apapun bagi sang bocah. Kagami tertegun, hatinya tiba-tiba terasa sesak. Sedetik kemudian rasa kesal itu menguap entah kemana.

"Maaf" ujar Kagami merasa bersalah. Sang bocah lantas terdiam membuat suasana terasa sangat hening.

Kruyuuuk!

Suara lapar itu kembali berbunyi hanya saja suaranya bukan berasal dari perut Kagami melainkan dari perut sang bocah dihadapannya. Kagami yang tidak tega lantas mengulurkan tangan pada sang bocah.

"Kau lapar kan? ayo ikut, kebetulan aku sedang cari makan" ajak Kagami. Namun tawarannya langsung ditolak saat itu juga. Perempatan kesal seketika membanjiri dahi Kagami. Ugh syukur-syukur Kagami sudha mau berbaik hati.

"Papa bilang jangan mau diajak orang asing siapa tau orang asing itu penculik!" Detik selanjutnya Kagami mengangguk paham, ada benarnya juga sih. Kagami jadi malu dibuatnya.

"Kau tidak perlu takut, aku Kagami Taiga, mulai hari ini adalah tetanggamu" Sang bocah masih menatap Kagami tidak percaya. melihat ketidakpercayaan dari bocah dihadapannya Kagami langsung menekan tombol sandi dipintu apartemennya, beberapa detik kemudian pintu apartemennya terbuka.

"Lihat ini apartemenku berhadapan langsung dengan apartemenmu!" sambung Kagami lagi.

"Kok bibi bisa tau ini apartemenku!" Tanya sang bocah heran.

"Kau tadi tertidur didepan rumahmu sendiri bocah!" ujar Kagami.

Mendengar itu kedua pipi sang bocah langsung bersemu merah. Ugh rasanya malu sekali ketahuan tidur didepan pintu, padahal dulu sebelum ada orang yang menempati kamar sebelah, bocah tersebut sudah terbiasa tidur didepan pintu apartemennya hanya karena ia lupa sandinya sendiri.

"Mau ikut makan tidak?" tawar Kagami yang langsung diangguki oleh sang bocah. Kagami tersenyum tipis dan langsung menggandeng tangan sang bocah.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau tidur diluar?" tanya Kagami penasaran. Sang bocah kembali merenggut malu.

"Dai lupa sandinya!" balas sang bocah singkat.

"Kalau begitu kenapa tidak minta tolong pada resepsionis?" bocah bersurai biru tua menggeleng sebagai jawaban.

"Biasanya papa pulang untuk membukakan pintu, tapi hari ini sepertinya papa sedang sibuk" wajahnya tertunduk sedih.

"Seharusnya kau menulis sandimu dibuku jadi kau tidak perlu merepotkan papamu bukan?" Kagami kembali memberi solusi.

"Sebenarnya Dai ingat kok sandi rumahnya cuma Dai pengen papa pulang karena Dai kesepian dirumah. Meski cuma beberapa menit Dai cuma pengen waktu sama papa!" Awalnya kagami cukup terkejut dengan alasan si bocah tapi pada akhirnya Kagami Taiga mengerti.

Bagaimanapun juga bocah dihadapannya ini hanyalah anak-anak yang masih membutuhkan perhatian orang tuanya. Ugh kagami jadi ingin menonjok papa si bocah. Tapi jika dipikir-pikir lagi kagami juga pernah diposisi si bocah.

lima tahun sebelumnya Kagami memilih untuk tinggal di Tokyo seorang diri, karena tinggal dirumahpun rasanya percuma saja. Orang tua Kagami baik Mom dan Juga Dad-nya selalu sibuk dan hampir pulang dijam Kagami tidur dan bekerja dijam sebelum Kagami bangun. Jadi Kagami memutuskan untuk memulai hidupnya secara mandiri dengan berpisah negara. Saat itu umur Kagami baru menginjak usia 17 belas tahun.

Awalnya Kagami hampir mengeluh tapi mengingat orang tuanya bekerja untuk masa depannya Kagami jadi mengerti betapa keras perjuangan orang tuanya untuk dirinya yang bebal ini. Kagami juga jadi paham bagaimana rasanya hidup mandiri meski tidak sepenuhnya karena setiap bulan sekali Kagami akan dikirimi uang.

"Hey bocah, lain kali jangan lakukan itu lagi. kau bisa mengganggu pekerjaan papamu!" ujar Kagami datar.

" Tapi?!"

"Kalau kau bosan atau lapar kau bisa datang ke apartemenku!" satu senyuman tulus Kagami berikan untuk sang bocah, hal itu jelas membuat bocah bersurai biru tua tersipu malu.

"Mungkin hari ini kau belum mngerti kenapa papamu sibuk tanpa pernah ada waktu sedikitpun untukmu, tapi percayalah semua yang dilakukan papamu itu tidak lebih untukmu juga. Jadi sepulang papamu kerja peluk dia dan katakan kau sangat menyayanginya!" sambung Kagami lagi.

Dalam benaknya sebenarnya Kagami yang ingin melakukan itu semua. Dan seandainya waktu bisa diputar kembali Kagami tidak ingin pindah ke Tokyo, karena dengan begitu mungkin saja Kagami tidak akan mengenal orang itu dalam hidupnya.

Diluar dugaan Bocah bersurai biru tua mengangguk semangat. wajahnya yang tadi tertekuk kini terganti dengan senyuman lebar khas anak-anak. melihatnya Kagami ikut tersenyum pula.

"Baiklah mulai hari ini Dai akan menjadi anak yang baik!" ujarnya semangat. "Taiga-nii boleh ku panggil begitu?" ujar sibocah lagi

"Tentu, dan ngomong-ngomong siapa namau?"

"aku Aomine Daiken!"

TBC