Demon Contract

.

.

.

Warning : Bloody stuff, bit ooc, Bit Gore.

Disclaimer : Genshin Impact © Mihoyo Ltd.

.

"Sebut saja namaku maka aku akan langsung datang"

.

Sungguh hari yang melelahkan bagi Lumine, dia mengambil enam misi dalam satu hari. Misi terakhirnya adalah mengantarkan surat dari Hu Tao kepada Ningguang.

Akhirnya dia bisa kembali ke rumahnya sendiri untuk istirahat. Dia melepaskan pakaian berpetualangnya dan menyimpan pedangnya. Dia melemparkan diri di kasurnya yang empuk dan memandangi batu pemberian Zhongli, tambahan bayaran baginya.

Zhongli merasa kasihan dengan Lumine sehingga memberikan tambahan bayaran kepadanya, sebuah batu yang bersinar keemasan dibawah sinar rembulan. Menurut Zhongli, dia bisa menjual batu ini. Tapi, Lumine merasa batu ini terlalu cantik untuk di jual.

Paimon telah tertidur di sebelah Lumine, dan Lumine sudah mulai tertidur. Lumine sudah di ambang kesadaran ketika Paimon terbangun.

"Huh, suara apa itu?" tanya Paimon terjaga.

"Mungkin Cuma anjing, Paimon, tidurlah," jawab Lumine. Matanya sudah terasa sangat berat, badannya seakan-akan telah melebur menjadi satu dengan kasur.

Suara gonggongan anjing mulai menghiasi rumah, Lumine memaksa untuk membuka matanya untuk mengecek apa yang terjadi. Namun tidak lama, anjing-anjing itu mulai diam. Lumine kembali memejamkan mata.

'Akhirnya tenang,' pikirnya.

"Lumine Awas!" Teriak Paimon, tetapi, Lumine telah sangat kelelahan hingga refleks nya lambat.

Sembuah hempasan melemparkan Lumine hingga ke tembok. Dengan sedikit terbatuk Lumine akhirnya sadar, dirinya mencoba bangkit.

"A-apa yang … Fatui? Ba-bagaimana … "

Lumine kebingungan bagaimana bisa Fatui memasuki rumahnya. Bagaimana mereka bisa masuk ke serenetia pot milik Lumine?

Dia segera menggapai pedangnya dan mulai melawan mereka, meskipun dia setengah telanjang sekarang. Ada tiga orang Fatui Agents dan dua orang Fatui Cincin Mage.

Kondisi Lumine sekarang sedang tidak menguntungkan karena sekarang dia kelelahan. Pegangannya terhadap pedang tidak se-erat biasanya, pandangannya sedikit kabur.

Dua orang Fatui Agents mulai melenyapkan diri, dan Lumine mulai awas. Sebuah sengatan terasa di badannya, Fatui Mage berelemen listrik mulai menyerangnya. Seolah-olah tidak membiarkan Lumine mengambil kesempatan untuk menyerang, seorang Fatui Agents yang lenyap itu memukul Lumine hingga dia terpental kesamping.

Lumine segera bangkit dan mulai mengayunkan pedangnya.

'Aku harus kuat!'

Dia berhasil mendaratkan satu tebasan kearah Fatui Mage itu. Sebuah tebasan mendarat di punggung Lumine, kini ketiga orang Fatui Agents menghilang. Tapi, karena pengalaman Lumine menghadapi kelas mereka sebelumnya, dia tahu, mereka tidak bisa menghilang lama.

Dengan menghindari serangan listrik yang di lontarkan oleh Fatui Mage, Lumine juga mencoba menebaskan pedangnya. Siapa tahu, salah satu tebasannya bisa mengenai salah satu Fatui Agents.

Akhirnya ketiganya muncul dan Lumine mengeluarkan kekuatan elemen Anemo nya dan menerbangkan mereka semua.

"Lumine! Belakangmu!" teriak Paimon.

Tapi, refleks Lumine sedang lambat, sehingga dia lambat mengantisipasi serangan yang datang. Fatui Mage yang ada di belakang Lumine melempar Lumine hingga mendarat ke gerombolan Fatui Agents yang tadi di terbangkan oleh Lumine.

Dengan berfikir cepat, Lumine menghentakkan kakinya di lantai dan sebuah gelombang geo datang dan menjauhkan Fatui Agents dari dekatnya. Lumine segera keluar dari kamarnya, menuju alam terbuka. Pertarungan di ruangan sempit seperti ini tidak menguntungkan bagi Lumine.

Dan itu di perparah dengan jumlah mereka yang lebih banyak daripada Lumine. Paimon ikut terbang di sisi Lumine untuk berlari keluar, ketika dia keluar, sebuah pemandangan tidak enak terpandang di hadapannya.

Kedua anjing milik Lumine, mati dengan terpenggal. Kedua anjing itu terbujur kaku dengan tidak lagi memiliki kepala di ruangan tengah, kolam darah terkumpul dari kedua jasad hewan itu.

"Aaaarrgghh!" teriak Lumine.

Dirinya tidak bisa percaya, anjing yang dia selamatkan dari hutan, mati. Dengan cara mengenaskan pula. Lumine mengulurkan tangan untuk mengusap mereka yang terakhir kali, meski tangan nya menjadi bersimbah darah. Kepala anjing-anjing itu terpental hingga ke belakang ruangan.

"Lumine, pikirkan itu nanti! Sekarang kita harus keluar!" ingat Paimon. Lumine pun akhirnya tersadar dan mulai berlari ke arah pintu. Tapi, mereka tidak menyadari bahwa di pintu depan sudah ada Pyroslinger Bracer. Senjatanya yang terselimuti api terarah kepada mereka.

"Dengan membawa kepalanya, kita bisa naik tingkat!" ucap salah satu Fatui Mage.

"Bagaimana bisa kalian masuk ke alam ini!" tanya Lumine sambil memegangi tangan kirinya yang tadi terkena hantaman Fatui Agents.

"Ini semua adalah berkat penemuan terbaru Dottore-sama, kami di perintah Scaramouche-sama untuk mencobanya. Dan ternyata berhasil, kini misi kami adalah membawa penggalan kepala anda ke Paduka Tsaritsa-sama."

Lumine mencoba menghunuskan pedangnya kearah Fatui Mage, Tetapi, pedangnya malah meluncur lepas dari genggamannya dan terlempar keluar jendela.

Tangannya yang berlumuran darah membuatnya seperti ini. Kini dia mengandalkan elemen yang ada di dalam tubuhnya untuk menghadapi serangan mereka.

Kemudian sebuah ledakan terdengar di telinga Lumine di sambut dengan rasa sakit yang amat sangat mendarat di tubuhnya. Mereka telah melancarkan serangan gabungan kearah badan Lumine.

"Lumine!" teriak Paimon.

Lumine masih bisa berdiri, tetapi, mungkin tidak akan lama. Dua buah peluru mendarat ke arah punggung Lumine, sementara tiga orang Fatui Agent mengelilingi nya dan memberikan sayatan-sayatan di tubuh Lumine. Ada yang dalam dan juga ada yang berupa sayatan tipis. Lumine sudah berusaha untuk menjauhkan mereka dengan anemo dan gelombang geo miliknya.

Kaki Lumine akhirnya tidak bisa menanggung beban tubuhnya hingga akhirnya Lumine terjatuh di lantai. Pandangannya mengarah ke dua bangkai anjing kesayangan Lumine itu, nafasnya menjadi berat.

"Maafkan aku tidak bisa melindungi kalian," bisik Lumine. Dia sudah tidak sanggup melawan, dia kelelahan. Lumine memejamkan matanya perlahan, menerima nasib yang akan menghampirinya.

"Kalau kau butuh apa-apa, sebut saja namaku. Aku akan langsung datang untuk menolongmu,"

Kata-kata itu terngiang-ngiang di benak Lumine. Apakah bila Lumine menyebut namanya, akankah dia datang? Dia tidak sedang berada di Tevyat. Dia berada di alam buatan Madam Ping.

Sebuah hentakkan kembali di terima Lumine hingga dia terpental ke tembok, dia kembali membuka matanya dan melihat dia telah menerima peluru besar di perutnya. Dari mulutnya sudah keluar darah, teriakan Paimon seakan-akan semakin menghilang di telinga Lumine. Kini tubuh Lumine terkapar di lantai di dekat tembok tidak berdaya. Darah sudah mulai mengalir keluar dari tubuhnya.

"Xi-Xiao, tolong aku … "lirih Lumine ketika dia melihat sebuah pedang akan menghunus kearah lehernya. Dia kemudian melihat sekelebat warna hijau terbang dan melemparkan Fatui Agent kearah tembok di belakangnya.

Mata Lumine sudah terlalu berat untuk ini, melihat orang itu datang dan mulai menghabisi Fatui yang ada di sana satu persatu membuat Lumine tenang.

"Terima kasih … " lirih lumine lagi. Matanya menutup.

Dengan kekuatan iblis yang ada di tubuhnya Xiao memenggal kepala Fatui Agent yang hendak memenggal Lumine tadi. Satu Fatui Agent telah tumbang. Dua yang lain mulai menghilang, tetapi Xiao tahu dimana lokasi mereka.

Xiao sedikit melirik kondisi Lumine yang masih terkapar di lantai, dia dengan jelas melihat bahwa mata gadis itu telah tertutup. Sebuah gejolak amarah muncul di dada Xiao. Dia bisa melihat kondisi Lumine terkepung dan di keroyok oleh segerombolan Fatui. Dia tidak bisa mentolerir hal ini.

Para Fatui itu harus mati. Xiao memasang topengnya dan mulai mengeluarkan kekuatan adeptus miliknya.

Dengan tombaknya, dia langsung menancapkan tombaknya ke dada salah satu Fatui Agent yang menghilang tadi. Sosoknya muncul dan merosot jatuh ketika Xiao menarik kembali tombaknya.

Darah mulai menghiasi rumah Lumine seperti cat yang di hamburkan tidak beraturan. Xiao mulai lompat dan menghunuskan seluruh kekuatannya kepada dua orang Fatui Mage itu.

Kedua Fatui Mage itu pun mati karena serangan Xiao. Kini tinggal satu Fatui Agent dan Pyroslinger Bracer. Dengan tombaknya, dia melontarkan senjata Pyroslinger Bracer dan langsung memenggal kepalanya.

Xiao tidak bisa merasakan Fatui Agent yang tersisa, hingga sebuah benda jatuh tertangkap oleh Xiao dan dia melemparkan tombaknya kearah sana, disana, Fatui Agent pun muncul dengan tombak yang menembus dadanya dan tertancap di tembok.

"Lumine! Lumine! Bangun!" teriak Paimon, Xiao melepas topengnya dan segera berlari ke arah Lumine. "Lumine! Kumohon jangan mati!" teriaknya lagi.

Xiao langsung memeriksa nadi dan hidung Lumine, detak jantung yang terasa seakan akan menghilang kapan saja. Nafas Lumine juga terlihat lemah, Xiao langsung ke kamar Lumine dan mengambil selimut dan menyelimutkannya ke tubuh lemah Lumine. Tubuh Lumine yang setengah telanjang membuatnya gampang menerima serangan dari musuh.

"Tenang Paimon, dia masih hidup. Akan aku bawa ke Wangshu Inn untuk di obati oleh Verr, ikut aku," ujar Xiao. Dia membopong tubuh Lumine yang berbalut selimut dan melakukan teleport ke Wangshu Inn.

Verr Goldet pun histeris dengan kondisi Lumine, darahnya pun tembus ke selimut yang di pakai untuk membungkusnya. Verr langsung mengarahkan Xiao ke sebuah ruangan dan dia mulai mengobati Lumine.

Xiao kemudian ijin pergi dulu untuk kembali ke alam Serenitia Pot milik Lumine. Dia mencari-cari Tubby. Tubby di temukan di belakang tungku perapian tempat pandai besi. Pot nya tertutup dan terikat sehingga Tubby tidak bisa keluar.

"Akhirnya aku bebas! Terima kasih Xiao-sama! Mereka sungguh menyebalkan!" kutuk Tubby.

"Bereskan kekacauan di rumah, aku telah membereskan semua makhluk hidup disana," hanya itu omongan Xiao, dia pun ke dalam rumah dan mengambil kembali tombaknya.

Dia menghentakkan tombaknya hingga darah yang menempel disana jatuh dari tombak Xiao. Banyaknya elemen geo dan anemo yang Xiao rasakan disana bisa memberikan informasi kepada Xiao, betapa berjuangnya Lumine.

Dia kemudian kembali ke Wangshu Inn dan mengecek keadaan Lumine. Dia sedikit menghembuskan nafas lega, pendarahan di tubuh Lumine sudah berhenti. Dan kini, Lumine masih belum sadarkan diri.

Tangannya terulur untuk mengusap rambut Lumine pelan, jepit rambut pemberian Xiao pun masih terpasang di rambutnya.

"Seharusnya kau memanggilku lebih awal Lumine," sesal Xiao. Tangannya terkepal, dia harusnya ikut menyalurkan energi nya untuk menambah keamanan di Serenitia Pot Lumine.

Besok dia akan menambahkan keamanan di Serenitia Pot milik Lumine, di samping Tubby yang menjaga tempat itu. Dia juga akan menyisipkan energi di dunia itu hingga bila ada orang tidak Xiao kenal, dia akan langsung kesana.

Pagi pun datang dan Lumine tidak kunjung sadar, Xiao semakin khawatir bila Lumine akan tidak sadarkan diri lebih lama. Xiao tidak makan meskipun Verr telah menyiapkan Almond Tofu kesukaannya. Dia terus menggenggam tangan Lumine, hingga dia merasakan pergerakan di tangan Lumine. Kelopak matanya berkedut dan pergerakan lainnya.

"Haahh … dimana aku?" tanya Lumine, dia masih berbaring di kasur.

"Kau ada di Wangshuu inn. Seharusnya kau memanggilku lebih awal, Lumine," kata Xiao.

"Maafkan aku, aku … tidak tahu kalau kau bisa masuk ke Serenitia Pot milikku," jawabnya.

"Itu konyol. Itu hanyalah buatan Madam Ping, aku bisa masuk kesana sesuka hati. Tapi, aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku disana kecuali kau mengundangku atau kau butuh bantuan," jelas Xiao.

"Terima kasih telah datang, Xiao," kata Lumine sambil tersenyum. Xiao bisa merasakan mukanya memerah dan dia mulai mengalihkan muka. Lumine yang melihat hal itu hanya terkekeh.

"Aku akan memberitahu Verr untuk memasakkan sesuatu untukmu," ujar Xiao sambil beranjak pergi, tetapi, Lumine memegangi tangannya.

"Xiao, tinggallah di rumahku. Aku memiliki banyak kamar disana, aku juga takut kejadian itu terulang," pinta Lumine. Xiao memikirkannya sejenak dan akhirnya dia mengangguk. Lumine sangat senang juga, kejadian penyergapan di rumahnya sedikit membuat Lumine takut. Apalagi saat itu Lumine sedang capek sekali, dan sekarang Lumine merasa badannya sakit semua. Dia takut bila harus menghadapi gelombang kedua dari penyergapan itu.

"Baiklah, asal kau tidak keberatan juga," jawabnya, Lumine tersenyum senang. "Aku akan menemui Verr sebentar," katanya, akhirnya Lumine melepaskan genggamannya dan Xiao pergi menemui Verr.

.

.

.

OWARI

.

Yahoo! Kali ini Clara mencoba untuk menulis action, walaupun mungkin tidak terlalu bagus. Terima kasih telah mampir dan jangan lupa review bila menurut kalian karya ini bagus, atau ada hal yang salah.

Terima kasih sekali lagi!