Heat

Haikyuu FurudateHaruichi, aku menulis cerita ini hanya karena aku mencintai Libero Mungil yang bernama Nishinoya Yuu.

Warning : OOC AF, POV 1, ini cerita manis-manis doang, Omegaverse, trus ... aman kok ini cerita. Cerita ini bisa membuat norang sakit mata, jadi mohon siapin lem G, eh bukan obat mata di sebelah anda.

Pairing : Ushijima x Nishinoya (You can thanks me later)

Summary

Nishinoya tidak pernah mengalami heat di sepanjang hidupnya. Hingga pertandingan Karasuno dan Shiratorizawa diadakan. Ushijima Wakatoshi, satu-satunya alfa yang pernah ditemuinya membuatnya merasakan heat untuk pertama kali. "Aku kemari untuk memintaku menjadi mate-ku." "Apa?" omegaverseAU Ushi/Noya

Happy Reading

Kalau kalian bertanya, apa keajaiban dalam hidupku? Maka aku akan menjawab, 'Menjadi omega yang tidak pernah mengalami heat'. Meskipun bagi sebagian besar omega—terutama omega betina yang berharap akan menemukan alfa dan mendapatkan keturunan dari mereka, sementara jumlah alfa tidak lebih dari seratus orang yang diindetifikasi setiap tahunnya—tidak mengalami heat adalah hal yang mengerikan dan mengkhawatirkan.

Bagiku siklus heat adalah gangguan, sehingga tidak mengalaminya terasa bagaikan keajaiban di antara kemalangan. Aku tidak pernah ingin menjadi omega. Mereka adalah sub gender yang perlu dilindungi, sedangkan aku tidak ingin menggantungkan diri pada orang lain. Saat kecil, aku—setidaknya—mampu mengira-ngira gender keduaku. Aku hidup dalam kemungkinan yang menakutkan. Ibu seorang keturunan omega. Nenek yang tak sempat kutemui memiliki pengalaman tidak mengenakan sebagai omega. Orang tuaku takut tentang gender keduaku nanti. Bahkan memintaku untuk mengurungkan niat bermain voli—terima kasih untuk kakek karena beliau meyakinkan ibuku—saat pindah ke Miyagi, aku segera mulai mendaftar voli.

Kehidupanku berjalan lancar hingga masuk SMA. Kelas satu SMA adalah saat yang menegangkan, karena bukan hanya karena itu adalah SMA, tetapi juga saat dimana tes gender kedua diadakan. Aku masih bisa mengingat, saat aku menatap kosong kertas hasilnya. Omega. Ibu menangis karena itu. Ayah mencoba menenangkan kami. Kakek memberi semangat pada kami bahwa menjadi omega tidak seburuk itu, tetapi tidak ada satu pun dari kami yang percaya.

"Omega jantan hampir mustahil, bagaimana bisa Yu, oh tuhan!"

Yeah, kenyataannya aku menjadi satu dari hampir mustahil itu.

Ibu mengira aku sudah tidur, tetapi malam itu terlalu mengejutkan hingga aku tidak bisa melakukannya. Berhari-hari kemudian aku mencoba menenangkan ibu dengan mengatakan semua baik-baik saja, dan memang semua baik-baik saja. Berbulan-bulan aku meminum supresant, tetapi tidak pernah mengalami heat. Ketakutan itu terasa begitu bodoh hingga aku selalu tertawa bila mengingatnya.

Sekalipun begitu, Ibu selalu mengingatkanku untuk meminum supresant dan periksa ke dokter, yang menurutku tidak perlu. Karena, satu, aku tidak heat, hingga aku mulai berpikir mungkin orang-orang itu salah mengidentifikasikan gender keduaku; dua, aku tidak pernah bertemu alfa seumur hidupku; tiga, omega jantan tidak akan hamil karena kami tidak diciptakan dengan rahim, meski begitu, feromon kami akan tetap menarik nafsu alfa, tetapi kembali pada poin dua, aku tak pernah bertemu alfa.

"Kalau kau memang berniat terus bermain olahraga, tetap minum supresant-mu. Olahraga adalah ajang pembuktian kekuatan, dan pasti ada banyak alfa yang mengikutinya."

Aku meringis mendengarnya. Karena memang benar, tahun berikutnya, di kelas dua, alfa pertama muncul di depanku—dan banyak lagi ketika aku melihatlist pemain nasional—tetapi sekarang, sebelum nasional, alfa itu berdiri di depanku seperti last bos.

"Nishinoya, kau yakin bisa bermain?"

Aku menyeringai senang. "Kiyoko-san mengkhawatirkanku."

Kiyoko-san mengabaikanku. "Jangan lupa meminum supresant-mu!"

"Eh? Nishinoya-san itu omega?" tanya Yachi terkejut. "Aku pertama kali melihat omega."

"Ya, aku omega!" kataku sembari menyeringai. "Aku selalu meminum supresant-ku, kok. Jangan khawatir! Lagipula aku tidak pernah heat."

"Jangan meremehkannya, Nishinoya!" desah Kiyoko-san lelah. Wanita Beta ini selalu mengkhawatirkanku, dan dia begitu cantik sehingga aku mendekatinya. Meskipun begitu, Kiyoko-san tidak pernah melihatku lebih dari sekadar omega yang dianggapnya perlu dilindungi. Aku melakukan berbagai hal untuk meyakinkannya, dan itu berhasil dengan baik. Sayangnya, semua orang menganggapku berisik. "Ushijima itu alfa. Kau tidak pernah bertemu alfa sebelumnya. Fakta bahwa kau tidak heat malah lebih mengkhawatirkan."

"Aku akan baik-baik saja. Sungguh!"

"Baiklah," kata Kiyoko-san menyerah. "Aku akan tetap mengatakannya pada Takeda-sensei untuk jaga-jaga, dan tetap minum supresant-mu. Segera katakan padaku jika terjadi sesuatu."

"Yup!"

Semua berjalan baik-baik saja seperti yang kujanjikan. Setidaknya selama pertandingan. Pada akhirnya aku harus menghadapi Ushijima dan—meski mungkin orang itu tidak sengaja—feromon Ushijima begitu pekat menghantamku. Meskipun begitu, ketertarikannya pada Shoyo, membuat feromon-nya tidak begitu sulit dihadapi.

Setidaknya selama pertandingan.

Menjadi omega bukan hanya memiliki ketidak stabilan organ reproduksi, tetapi juga memiliki insting yang kuat untuk 'membaui' emosi alfa lain dari feromon-nya. Ushijima memberikan emosi yang menghentak-hentak di akhir pertandingan. Campuran antara ketidak percayaan—karena kami mengalahkannya—dan insting tertantang alfa-nya.

Aku meneguk ludah ketika kami bersalaman di balik net selepas selebrasi kemenangan. Matanya yang kecoklatan terasa mengintimidasi. Tubuhnya yang besar dan gagah terasa seribu kali lebih besar bila dihadapannya. Apalagi ditambah dengan feromon yang membuat keberadaannya lebih mengintimidasi.

Ada desir janggal di darahku. Rasanya seperti sesuatu terbangkitkan, dan aku tidak yakin itu adalah hal yang baik. Napas terasa berat, dada panas, dan kepalaku mulai berkunang. Ini buruk. Sialan. Inikah yang mereka rasakan ketika heat menyerang.

Aku segera melepas tanganku dari Ushijima dan terhuyung mundur. Tanganku memegangi dada. Rasa panas itu muncul lebih mengerikan daripada demam yang datang tiba-tiba.

"Ryu!"

Ryu menoleh, dan seketika itu juga wajahnya memucat. "Noya-san!"Dia segera memapahku, hanya alfa dan omega yang mampu membaui feromon satu sama lain, dan nampaknya Ushijima juga menyadarinya. Mata kami bertatapan begitu lama, hingga Ryu dan Takeda-sensei membawaku mundur. Tatapan Ushijima sama sekali tak terbaca.

Di ruang kesehatan, aku meminum dua pil supresant, dan efeknya segera datang bersama dengan kantuk yang berat. Beberapa hari kemudian aku baru diberi selamat oleh dokterku atas heat pertamaku. Sejujurnya, aku tidak tahu apa yang pantas diberi selamat tentang itu.

"Tetap minum obatmu secara teratur, kau terlambat dari waktu heat-mu, jadi kita tidak tahu kapan heat keduamu datang. Lagipula, apa benar heat-mu terpancing karena kau bertemu alfa?"

Aku mengangguk.

Dokter itu tersenyum, dan meresepkan kembali jenis supresant lain. Aku tidak tahu apa bedanya, dia bilang supresant, biru untuk sehari-hari, merah untuk kedatangan heat yang tiba-tiba. Dia memintaku untuk mencatat tanggalnya. Supresant merah memang bsa meredakan heat dengan cepat, tetapi efeknya tidak baik untuk jangka panjang, sehingga dia memintaku untuk segera istirahat saat merasa heat-ku datang.

Hal yang tidak menyenangkan lain tentang masa heat adalah semua tim Karasuno menjadi lebih berhati-hati denganku.

"Aku baik-baik saja," kataku meyakinkan mereka. Tetapi, kalau saja hanya dengan kata itu semua kekhawatiran mereka berakhir, aku tidak akan merasa kesulitan sejak awal. "Ini kan tidak seperti seorang alfa tiba-tiba muncul dan memakanku."

Suga-san memijat kepalanya heran. "Terkadang aku bingung kenapa omega bisa seceroboh kau, Nishinoya?"

Yah ... itu kan bukan salahku, tetapi aku hanya menjawabnya dengan cengiran.

Kalau menurut kalian masalahnya berakhir sampai di sana, oh kalian salah besar. Dua minggu sejak pertandingan itu, seseorang menunggu di rumah. Aku bisa mencium feromon-nya ketika membuka pintu. Seluruh darahku terasa membeku ketika melihat Ushijima duduk sembari memegang gelas teh bersama ibu yang menatapnya sembari tersenyum.

"Ushijima-san datang untuk meminta maaf," kata Ibu. Ushijima mengangguk. Aku bisa merasakan dia berhati-hati mengontrol feromon-nya. Pada akhirnya para alfa memiliki pelatihan mereka sendiri untuk melindugi omega. "Nah, karena Yu sudah datang, aku akan tinggalkan kalian bicara berdua. Kamu bisa kan, Yu?"

"Ah ... yeah. Terima kasih, Bu."

Ibu mengangguk dan kembali mengurusi pekerjaannya. Aku tidak bisa menemukan kakek di mana pun dan Ayah belum pulang.

"Maaf untuk sebelumnya," kata Ushijima. "Aku tidak tahu kau omega."

Ini sedikit memalukan. Ushijima mengatakannya dengan sungguh-sungguh hingga membuatku gugup. Aku mengusap belakang kepala, dan duduk di depannya.

"Bukan salahmu. Aku hanya ... tidak pernah heat selama ini."

"Nishinoya-san sudah menjelaskannya," katanya. Kami tidak mampu berbicara satu sama lain sehingga hanya keheningan yang menelan kami. Setelah detik demi detik yang terasa lama, Ushijima kembali berkata, "Ini pertama kalinya aku bertemu omega."

"Sama," kataku. "Ini pertama kalinya aku bertemu alfa."

"Seharusnya aku mengontrol feromon-ku sejak awal."

"Bukan salahmu. Kau kan tidak tahu."

Oh ayolah, Ushijima, sedikit berekspresilah sehingga aku tahu apa yang kau pikirakan! Wajahmu yang datar hanya membuatku kebingungan, dan feromon yang kau kontrol tidak membantu. Aku menghirup napas perlahan lewat mulut, untuk berjaga-jaga.

"Tetapi seharusnya aku mengecek tentang gender kedua lawanku. Ini salahku."

Aku mengangkat tangan demi menghentikan kekeras kepalaannya.

"Aku yang seharusnya berterima kasih, karena berkatmu aku bisa heat seperti omega pada umumnya, meski aku tidak pernah bertemu omega lain, selain ibu."

"Omega dan alfa sangat langka."

"Benar." Ushijima berhenti. Aku bisa merasakan keragu-raguannya. Seolah dia tidak bisa memutuskan apakah dia akan lanjut bicara, atau tidak. Sehingga aku sedikit memancingnya. "Apa hanya itu yang ingin kau bicarakan?"

Ushijima menatapku dalam-dalam. Sedikit feromon-nya keluar tak terkendali.

"Aku kemari untuk memintamu menjadi mate-ku."

Aku tersedak ludahku sendiri. "Apa?"

Bukannya menjawab, Ushijima kembali bertanya, "Apa kau tahu tentang mating antara alfa dan omega?"

"Ya. Tentu. Mereka mengajariku banyak hal tentang itu. Pasangan yang ditakdirkan, takdir, jodoh, semacam itu." Aku masih mencoba mengendalikan diri. "Apa hubungannya dengan itu?"

"Aku tidak bisa mengeluarkan bau feromon-mu dari kepalaku selama ini. Itu pastilah tanda bahwa kau adalah pasangan jiwaku."

"Itu karena kau tidak pernah mencium feromon omega lain."

Ushijima mengerutkan alis. "Jadi, menurutmu aku salah paham?"

"Iya," jelasku. "Dengar! Aku ini lelaki."

"Omega jantan," koreksi Ushijima. "Dan aku alfa."

Aku bukan orang yang sabar menjelaskan sesuatu pada seseorang. Jelas semakin tidak sabar dengan perilaku Ushijima yang tidak tertebak. Dia benar-benar meyakini—dan keras kepala khas sifat alfa yang selalu kudengar—keinginannya untuk menjadikan mate-nya. Yang mana itu mustahil karena satu aku laki-laki, dan dua kami baru bertemu dua kali.

Sayangnya semua alasan itu tampak tidak masuk akal bagi Ushijima.

"Aku bisa merasakan bahwa kau adalah mate-ku, Nishinoya."

"Tidak," bantahku. "Kita bahkan baru pertama bertemu di luar lapangan."

"Kalau kita terus bertemu setelah ini, apakah kau akan percaya?"

"Tidak."

"Kalau begitu aku akan kembali."

Alfa keras kepala bajingan. Aku memang sudah mendengar rumor tentang orang ini mengikuti Oikawa dengan 'kau seharusnya pergi ke Shiratorizawa'dan aku tidak mau menjadi orang kedua yang dia kejar tanpa kenal menyerah.

Dan memang Ushijima bukan orang yang mudah menyerah. Dia selalu datang, hampir setiap hari. Aku tidak tahu kenapa dia sekeras kepala ini, tetapi ada sesuatu dalam diriku yang menganggap keberadaannya menenangkan. Ushijima juga mulai mengeluarkan feromon -nya dan membuatku terbiasa dengan itu. Ajaibnya adalah feromon Ushijima memberiku kenyamanan seperti menenggak dua pil supresant biru.

Ibu selalu membuka pintu lebar-lebar. Baginya, memiliki alfa apalagi mate adalah impian setiap omega, kecuali aku tidak pernah ingin memimpikannya. Yan terburuk, dokterku menyarankan untuk membawa Ushijima di pertemuan berikutnya.

Hal lain—selain keluhan—adalah rupanya Ushijima adalah orang yang menyenangkan. Di balik intimidasinya sebagai alfa, dia rupanya begitu polos. Entah berapa kali aku dibuat tertawa dengan wajahnya yang serius ketika mengamati hal konyol atau saat mendengar lelucon konyolku. Sebagai pribadi, Ushijima adalah orang yang menyenangkan.

Ada juga Tendou, middle blocker, sekaligus teman masa kecil Ushijima yang menyenangkan diajak biacara. Aku bisa mengobrol dengannya sepanjang hari, kalau saja Ushijima tidak mulai merasa kesal dengan kedekatan kami.

Pernah suatu ketika heat-ku datang tiba-tiba. Meskipun begitu, menjadi omega dalam masa heat tidak seberbahaya kelihatannya selama tidak ada alfa di sekitarku. Para beta tidak bisa mencium feromon, tetapi rasanya tetap mengerikan. Saat itu, aku sedang bersama Shoyo untuk membeli sepatu baru, dan melupakan obatku di rumah.

Bodoh. Bodoh. Bodoh.

Aku mengutuk diriku berulang kali. Pandanganku semakin mengabur, sedangkan aku mengurung diri di bilik toilet departemen store. Rasa panas begitu menyiksa seolah seseorang membakarku dari dalam. Seluruh tubuhku menginginkan sentuhan-sentuhan. Semakin lama semakin tak tertahankan. Selama ini aku tidak pernah membiarkan heat-ku hingga organ reproduksiku bereaksi. Setiap kali heat pil supresant biru cukup untuk menjaga hawa panas itu.

Namun ini pertama kalinya aku benar-benar ingin disentuh hingga ke tahap, aku tidak perlu siapa pun yang melakukannya. Aku mencengkram rambut kuat-kuat. Tidak boleh. Aku tidak boleh melakukannya. Aku harus bisa menahan semua ini meski hanya mengandalkan semangat.

"Noya-san, kau tidak apa-apa?" Suara Shoyo terdengar panik, tetapi aku tidak bisa benar-benar memfokuskan perhatianku padanya. "Aku ... aku akan menelpon Yachi, tidak, Tanaka-san ... tidak ... astaga, aku harus menghubungi siapa?"

"Ushijima," rintihku sembari memeluk diriku sendiri di atas kloset. "Panggil Ushijima, gunakan ponselku!"

Aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Semuanya terasa kabur. Aku tidak lagi berada dalam kondisi terwarasku, hingga bau itu, rasa hangat dan janji terlindungi dari bau itu mulai memasuki benakku. Seperti akhirnya mampu menghirup udara saat tenggelam. Feromon ini tidak mengandung nafsu sama sekali. Hanya kumpulan baru menangkan yang begitu familier hingga aku merasa ingin menghempaskan diri padanya.

"Nishinoya, ini aku," panggilnya dari balik pintu. "Buka pintunya!"

Panggilan itu terasa begitu memabukkan, tanpa kusadari aku telah membuka pintu dan menghambur dalam pelukan Ushijima yang telah menunggu dengan pandangan yang sulit diartikan. Aku tidak bisa membawa diriku untuk memperhatikan hal lain selain feromon Ushijima dan ketenangan serta kehangatan yang dijanjikannya. Aku mengalungkan diri pada lehernya dan menghirup dalam-dalam aroma itu.

Aku bisa merasakan jakun Ushijima naik dna turun, tetapi pikiranku terlalu sibuk untuk menempelkan tubuh. Aku ingin meleburkan diri dengannya, menjadi satu dengan aroma Ushijima yang menenangkan. Kemudian tubuhku terasa begitu ringan. Ushijima menggendongku di dadanya dengan begitu mudah, tetapi aku tetap mengalungkan tanganku di antara lehernya.

"Aku akan mengatasinya. Jangan khawatir!"

Suara Ushijima hanya berupa desisan tertahan, seolah dia sedang kesulitan untuk bernapas. Beberapa menit kemudian aku mulai merasa tenang dan tertidur di pelukannya. Saat akhirnya, kewarasanku kembali, aku malu setengah mati.

Ibu memarahiku habis-habisan. Beruntung Ushijima mampu mengontrol feromon-nya untuk menenangkanku. Kalau saja itu bukan Ushijima, dan alfa lain menemukanku dalam kondisi itu dan menghantamku dengan feromon penuhnafsu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi.

Aku baru sadar bahwa Ushijima telah melewati banyak hal sulit karena kejadian itu. Petugas keamanan menghentikannya, tetapi Shoyo meyakinkannya. Sebenarnya mereka khawatir ketika alfa mendatangi omega yang tengah heat. Apalagi tidak ada mark mating di antara mereka. Bibir Ushijima juga robek karena dia gigit kuat-kuat. Lelaki itu menahan seluruh kebuasannya, yang mana itu sangat sulit. Apalagi bagi alfa muda sepertinya. Akan tetapi berkat kejadian itu, semua telah menunjukkan hal yang tak bisa lagi kubantah.

Fakta bahwa Ushijima Wakatoshi adalah mate-nya. Meskipun feromon alfa yang terkontrol memang bisa menenangkan heat omega, hanya mate-ku lah yang bisa menghentikan heat tanpa bantuan obat.

"Terima kasih," ucapku sembari menunduk. Aku yakin wajahku merah padam.

"Apa kau sekarang baik-baik saja?"

"Ya. Heat-ku sudah selesai."

Ushijima mengangguk, dan menepuk kepalaku. Sentuhan itu terasa begitu benar hingga aku ingin menyentuh tangannya, dan mengusapkan pipiku padanya seperti kucing kecil. Namun, alih-alih melakukannya, aku semakin menunduk.

"Kau tahu, aku ..." Sial. Aku bahkan tidak bisa mengatakannya dengan jelas.

Melihat kesulitanku, Ushijima meraih tanganku hati-hati. "Jadilah mate-ku!"

Aku segera mendongak, hanya untuk bertemu keseriusannya. Aku mengamati setiap ekspresinya. Garis rahangnya yang kokoh. Mata coklatnya yang dingin, tetapi di balik itu semua, Ushijima memiliki segudang kepolosan yang menggemaskan. Rambutnya yang acak-acakan. Setiap otot-ototnya yang kuat. Lengannya yang kokoh. Feromon-nya yang melingkupiku. Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian aku tersenyum lebar.

"Ya."

Mata Ushijima melebar. Kemudian aku bisa merasakan kesenangannya meluber bersama feromon-nya. Ushijima memelukku erat, begitu kuat hingga aku merasa seluruh tulang rusukku dihancurkan olehnya. Aku menepuk-nepuk punggungnya, sebelum dia menjauhkanku.

"Kita harus segera mengadakan pertemuan keluarga."

"Hei! Aku masih SMA."

"Aku tidak bilang kita harus menikah sekarang. Mating harus dilakukan setelah ada persetuan dari pihak orang tua, dan mendaftar secara resmi. Aku yang akan mengurusnya."

Aku mengangguk. "Okay."

Ushijima tidak bermain-main. Dia membawa kedua orang tuanya dan mengurus semua surat-surat. Dengan itu kami telah secara resmi menjadi mate. Mungkin terdengar begitu merepotkan, tetapi bagi omega yang rentan, mating artinya memberikan seluruh hidupnya pada alfa yang dipilihkan. Oleh karena itu, untuk melindunginya, perlu adanya surat resmi secara hukum dan persetujuan dari orang tua.

Mating bukan berarti menikah. Sebagian besar dokter menyarankan untuk segera melakukan mating bagi omega yang telah menemukan alfa-nya. Tentu saja, semua itu harus didasari dengan komitmen yang serius. Akan tetapi, campur tangan takdir dalam meyakinkan omega dan alfa, bahwa mereka berjodoh sangat membantu kami.

Alfa dan Omega adalah gender kedua yang amat langka, tetapi ada banyak kasus mengerikan yang menimpa omega karena ketidak mampuan mereka mengontrol feromon. Karena itulah, memiliki Ushijima tidak hanya membuatku mampu mengontrol feromon yang bisa menarik nafsu alfa lain secara penuh, juga akan menghentikan heat yang membuatku kesulitan melanjutkan aktivitas.

Prosesi yang begitu sakral dan romantis di saat yang sama. Ushijima menatapku dalam-dalam. Kedua orang tuaku memberi kami privasi, dan Ushijima memberiku waktu untuk menenangkan diri dibantu dengan feromon-nya.

"Pelan-pelan saja!" kata Ushijima menangkan. "Aku tidak ingin menyakitimu."

"Apa kau akan menggigit leherku hingga putus?"

Ushijima mengerutkan keningnya bingung. Aku tertawa pelan. "Aku bercanda."

"Aku selalu tidak bisa mengikuti candaanmu."

"Kau kan memang tidak bisa bercanda."

"Aku sedang mengusahakannya."

"Yeah," aku bergumam tak acuh. Kedua tanganku menangkup rahang Ushijima yang kuat. "Apa kau yakin akan menerimaku sebagai mate-mu?"

"Aku sudah memutuskannya sejak pertama kali melihatmu."

Aku tersenyum, kemudian mencium bibirnya tanpa ragu. Rasa hangat tiba-tiba melingkupiku. Perasaan aman dan tentram menghentikan dentuman jantung yang gugup. Ushijima membalas ciumanku perlahan. Kami sama-sama buruk melakukannya, tapi rasanya tetap luar biasa.

Ushijima yang pertama kali melepas ciuman kami, dan membawaku dalam pelukannya. Aku bisa merasakan deru napasnya di leherku. Deretan giginya mulai terasa geli. Kemudian pelukannya mengerat. Aku menutup mata, ketika gigi-gigi itu mulai menekan belakang leherku. Rasa pedih itu dengan cepat digantikan dengan rasa bahagia yang menggebu-gebu.

Aku baru menyadari telah menahan napas gugup ketika Ushijima mencium bekas gigitannya. Cukup dalam hingga meneteskan darah, tetapi begitu lembut hingga terasa seperti kecupan manis. Aku bisa merasakan titik feromon-ku telah berubah. Mungkin tidak langsung memiliki bau sepertinya, tetapi aku bisa merasakan sesuatu dalam diriku berbeda.

Ushijima menjauhkan kepalanya, sedangkan aku memegangi bekas lukaku.

"Ini pengalaman yang ... waw."

"Dengan ini kau adalah milikku."

"Dan kau juga milikku," tukasku tidak mau kalah.

Ushijima tersenyum. "Ya. Aku milikmu, dan hanya milikmu," lantas menyatukan dahi kami, dan berbisik, "Aku mencintaimu."

END

A/N

Ini apa sih wkwkwk ... Omegaverse-ku mungkin rada anu, karena menurutku ada hal yang lebih romantis dan nggak cuma ena-ena. Meskipun begitu maaf ya kalau nggak romantis sama sekali wkwk ...

Aku tuh punya keyakinan gini, bila kehidupan punya sistem entah itu Omegaverse dan soulmate, pasti ada peraturan-peraturan dan hal-hal untuk mencegah itu. Jadi, omegaverse di sini kalau mau mating, harus daftar secara resmi kayak nikah, tapi ini bukan nikah. Lagipula mating sama artinya mendesikasikan seluruh hidupnya, nggak mungkin grasa grusuk, kan? Dan jadilah ini cerita, wkwkwk

Dan Omega sama Alfa itu langka banget, makanya cuma ada satu atau dua yang lain beta.

Aku berharap kalian enjoy, meski pakai POV 1nya Noya. Mungkin ada beberapa yang khilaf pakai POV 3, maafin ya.

Oke sekian dulu bacotan sana hari ini di kerak pair UshiNoya satu ini, kalau ada kesalahan saya mohon maaf, terima kasih sudah membaca dan ...

(Nggak ah, aku nggak mau janjiin cerita lain, ntar ngutang jadinya)

Sampai jumpa di fanfic selanjutnya.

Bubay