RENJANA
Naruto by Masashi Kishimoto
Tidak mengambil keuntungan apapun atas fic ini
standar warning applied
.
Malam sabtu yang panas di bulan juni, hawa diluar terasa lembab dan menyebalkan. Baru tadi siang Hinata memakan semangka besar yang merah dan manisnya sudah tidak diragukan, tapi pada malam ini, keinginannya untuk memakan semangka lagi, cukup menggoda.
Semenggoda bibir kemerahan yang sedang dia perhatikan dengan teliti beberapa menit terakhir ini, iya. Bibir milik sulung Uchiha yang tengah tertidur di ruang televisi seorang diri.
Hinata sungguh tak tahu diri, tak tahu malu, tak ingat Tou-san, Kaa-san, Hanabi, Neji-nii dan karakternya sendiri kalau sudah menyangkut makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini.
"Kami-sama…tampan sekali," racau gadis itu pelan.
Sungguh godaan luar biasa, Itachi Uchiha, teman kakak sepupunya, Neji Hyuuga. Sedang tertidur sendiri di sofa.
Rambut hitamnya yang panjang tergerai sedikit akibat ikatan rambut yang mengendur, tak cukup berani menutupi rupa tampan Khas Uchiha. Kemeja putih yang kancing paling atasnya dilepas, serta kedua lengan yang digulung asal, semakin menempelkan gambaran luar biasa pada Uchiha berusia dua puluh enam tahun itu.
Itachi tertidur seelegan imajinasi Hinata di tiap waktu-waktu menyenangkan yang hanya berani ia bayangkan tapi pesimis untuk terealisasi.
Napas halus pria itu teratur sekali, si manic hitam seperti patung buatan seniman yunani yang dipindahkan dari museum ke rumah Hinata.
Kesempatan yang sungguh langka, Hinata ingin menyimpan memori ini sebanyak dia bisa, ah dia memang rakus sekali jika soal Itachi Uchiha.
Hinata bertumpu pada lututnya tepat di depan Itachi, posisi yang sama, yang tak berubah sedikitpun sejak gadis itu pertama kali mendapati Itachi tertidur setelah menyelesaikan kelas kuliahnya yang membosankan dan membuat ngantuk.
"Aku tadi melakukan kebaikan apa?" Hinata bertanya pelan pada dirinya sendiri, ini sungguh keberuntungan luar biasa.
Itachi adalah crush-nya seumur hidup! Pria yang selalu jadi subjek utama di tiap doa yang dia panjatkan pada Tuhan, pria yang sama pula yang menjadi curhatan dan kegalauannya selama ini. Melihat Itachi sedekat ini adalah rejeki, rejeki berlimpah, Kami-sama sedang baik sekali padanya, sampai saat ini, mencuri lihat pada Itachi saja sudah keberuntungan luar biasa, tapi ini lebih dari luar biasa, kalau Hinata menemukan kata jauh di atas kata luar biasa,dia akan memakainya untuk keadaannya sekarang.
rasanya ingin menghentikan waktu untuk bisa berlama-lama memandangi wajah rupawan keturunan unggul keluarga Uchiha.
Mata putih dengan semburat ungu melihat kembali pada bibir tipis Itachi.
"Kami-sama…" ucapnya lagi, Hinata merasa kotor, berdosa, sejak kapan dia ingin sekali merasakan rasanya bibir seorang pria? Pergulatan hatinya mungkin kalau divisualisasikan segaduh debat petinggi pemerintahan sana, Itachi adalah sesempurnanya pria yang pernah Hinata temukan sepanjang dua puluh tahun dia hidup di bumi.
Itachi pintar, tampan, ramah, tidak sombong, dan baik sekali pada Hinata. Tidak seperti kebanyakan Uchiha yang irit bicara dan enggan mengumbar senyum, Itachi adalah anomali yang Hinata syukuri dengan sepenuh hati.
Kakak Uchiha sasuke, berbeda dengan adiknya yang merupakan teman sekelas Hinata yang jutek, Itachi adalah manusia paling diinginkan untuk Hinata lihat, yang dari kecil sudah sering berkunjung ke kediamaan Hyuuga, yang sering menjadi guru tutor dadakan untuk setiap mata pelajaran yang tak dia pahami Maupun pelajaran yang pura-pura tak dia pahami.
Kenapa orang semenawan itu dipandangi penuh nafsu begini oleh perempuan yang Hinata yakin hanya dianggap sebagai adik saja, Dia bahkan belum berani melihat video dewasa, kenapa malah bertingkah genit begini? Oh Kami-sama…
Hinata menggigit bibir bawahnya keras, rasa bersalah tetapi penasaran tercampur aduk. Ini adalah kesempatannya untuk mencuri rasa milik itachi, tapi jika dilakukan diam-diam begini berarti dia melakukan pelecehan kan? Hinata menentang pelecehan, kenapa malah dia yang kemungkinan besar akan menjadi salah satu pelakunya. Tidak bisa dimaafkan!
Hinata menarik napas dalam, salah satu upaya untuk mengendalikan diri dan menjernihkan pikirannya yang kusut bagai benang ruwet.
"Tidak bisa," ujarnya mantap, meski seberapa inginpun Hinata mencuri ciuman Itachi, seberapa langkanya kesempatan yang pasti tidak bakal datang dua kali, tapi melakukan hal sepihak begini adalah kesalahan. Hinata mencintai Itachi, hampir seperti memuja bahkan, tapi masih menghormati Itachi sebagai manusia yang pasti memiliki beberapa hal yang dia mau dan tidak mau.
Hinata mengeluarkan ponsel dari tas yang tergantung di tangan kanannya.
"Kalau memotret saja tidak apa-apa kali ya," gumamnya, mencoba meyakinkan diri, walau bagaimanapun harus ada kenangan sebagai bukti bahwa momen ini adalah nyata, bukan halu saja.
Jepretan kamera mengabadikan pose tidur Uchiha utachi. Hasil foto yang pasti akan dilihat tanpa bosan oleh Hinata di tiap kesempatan yang dia punya.
"Hinata, kau kah itu?" ditengah kegiatan memalukannya, suara neji terdengar sayup-sayup dari arah dapur.
Hinata berdiri secepat dia bisa, bertingkah seolah dia sedang melakukan hal normal dan biasa-biasa saja.
Kepala neji muncul diambang pintu dapur, "ji-san, ba-san dan Hanabi sudah pergi ke pernikahan anak Nara-san di Kyoto, kembali lagi besok."
Hinata mendesah, dia baru saja ingat akan fakta ini, padahal kemarin sudah diumumkan langsung oleh orangtua-nya.
"Hinata, bangunkan Itachi, dia sudah dua jam tertidur sejak kemari setelah perjalanan dari Osaka. Aku akan membuat makan malam untuk kita terlebih dahulu."
"Kenapa Itachi-nii tidak ke apartementnya saja?" Tanya Hinata tak mengerti.
"Entahlah, mungkin sudah lelah sekali, lagipula rumah kita lebih dekat dengan stasiun daripada apartementnya." Neji kembali tenggelam didapur,sebelum sedetik kemudian sudah melongokan kepalanya lagi. "kubawa dia kemari sekaligus untuk hadiahmu yang ke dua puluh."
Blush, wajah Hinata memerah sempurna. Sementara yang meledek menampilkan kekehan kemenangan, memperlihatkan wajah paling menyebalkan sepanjang Hinata bisa mengingat.
Okey, jadi Neji Tahu kalau Hinata mengalami jatuh cinta luar biasa ke teman dekatnya ini. "lagipula ulang tahunku masih jauh desember nanti," gerutu Hinata pelan.
Hinata kembali bertumpu ke lututnya, kembali memperhatikan Itachi.
"Kami-sama, kuatkan Hinata." Doa pelan si gadis bersurai indigo panjang.
Dengan gemetar, dengan kepercayaan diri yang minus sekali, Hinata mencoba menyentuh lengan Itachi, berniat membangunkannya.
"itachi-nii," panggilnya pelan, yang tidak dihiraukan oleh si empunya.
Kali ini Hinata menyentuh pipi Itachi, "lembutnya," kata Hinata dalam hati. Sementara Itachi masih terdiam, membuat Hinata tergelitik untuk menyentuh bagian lain selain pipi.
Jari telunjuknya perlahan mulai menyusuri rahang keras khas laki-laki milik si sulung Uchiha, meraih lekukan sempurna hidung bangir pria itu, lalu merasakan betapa panjang dan lebatnya bulu mata Itachi.
"Indah sekali," puji hinata setulus hati.
Hinata terlalu terlena sampai melupakan jarak yang menipis, semakin melihat Itachi, semakin tertarik untuk memperhatikannya lebih lanjut, mungkin hanya tinggal sejengkal ketika tanpa persiapan, tanpa aba-aba dan pemberitahuan, bola hitam obsidian terlihat dari balik kelopak mata yang terbuka.
Hyuuga sulung terdiam, mati kutu ketika perbuatan lancangnya ketahuan. Remote imajiner menyetel tubuhnya menjadi mode pause.
"Hinata-chan," sapa Itachi pelan, tidak ada kekagetan yang terlihat di raut mukanya, "sudah lama sekali tidak berjumpa, apakah sekarang sudah malam?"
Hinata mengangguk, belum melebarkan jarak, otak yang biasanya menyalurkan perintah untuk bergerak sedang tidak bekerja, bagaimana akan bekerja bila kinerja otak gadis itu sedang pontang panting mengalami kegaduhan masal. Rusuh!
Gadis itu rasanya bisa mendengar pesan-pesan darurat dari penjuru otaknya, yang mendadak kisruh karena suara yang keluar dari mulut Itachi, suara pelan bagai bunyi lonceng menyenangkan yang berdentang membentuk gema kepenjuru indera yang Hinata punya.
Hinata ingin menjauh, memalukan sekali posenya sekarang ini, tapi Hinata pun masih ingin mendengarkan lebih jauh kalimat itachi yang akan dikeluarkan pria itu kemudian. Kenapa dia mendadak jadi disfungsi begini.
"Hinata-chan?" panggil Itachi lagi, kali ini sembari tersenyum, kemudian terkekeh, menampilkan barisan giginya yang rapi dan putih.
Kalau Hinata bisa mengumpat, rasanya dia ingin mengumpat, Itachi bagai musuh yang memporak porandakan garis pertahanan Hinata dalam sekali serang saja. Kacau. Bagaimana bisa Itachi melakukan hal kecil, amat remeh tapi berakibat dahsyat begini.
Tak bisakah Itachi berpura-pura tidak ada apa-apa dan bersikap seolah tidak melihat wajah merah Hinata, yang kepiting rebus saja tidak berani membandingkan kemerahannya.
"Hei," kali ini Itachi mencubit pipi tembam adik temannya ini, merasakan sensasi menyenangkan takala menyentuh pipi kenyal itu.
Tidak, tidak, Hinata sungguh mati. Mati. Mati ditempat. Selamat tinggal keluarga Hyuuga.
Ini bagaimana dia bersikap agar tidak canggung begini? Sepertinya sudah terlambat kan? Sudah tertangkap basah begini kan?
"Itachi pada Hinata, Itachi pada Hinata," godaan Itachi kembali terdengar.
Iya, iya, Hinata tahu kalau dia harus segera sadar dan normal kembali. Tapi sungguh, tubuh, otak dan organnya mendadak tidak berfungsi, mohon bantuannya tuan Itachi, salah dia juga kan Hinata jadi seperti ini.
Mungkin sinyal SOS dari seluruh tubuh Hinata sampai juga di otak jenius Uchiha sulung, entah ide dari mana, tapi rasanya menyenangkan juga, Itachi makin mendekatkan jarak dan kemudian mengecup pelan bibir gadis imut di depannya ini. Tidak lama, hanya berapa detik, yang ternyata ampuh juga.
Hinata menjauh, bukan karena dia bisa bergerak lagi, tapi karena sepertinya otot dan tulang kakinya mendadak lenyap dan tak mampu menumpu tubuh.
Apa-apaan lagi ini, Hinata beruntung setengah hidup, dia bagai ketiban bulan kalau begini caranya.
"Kau sedang apa Hinata?" Tanya Neji yang mendekati ruang tengah keluarga Hyuuga, penasaran kenapa dari tadi tak ada suara Itachi dan Hinata yang terdengar, meski adik sepupunya ditugasi untuk membangunkan Itachi.
Hinata yang bersimpuh tepat di hadapan Itachi tidur menoleh cepat, menggeleng-geleng pelan.
Muka merah sampai Neji rasa dia bisa melihat uap panas muncul dari kepala Hinata, tapi justru menggeleng tanpa perkataan membuat Neji memicingkan mata, Mencurigakan sekali.
"Apa yang kau lakukan pada Hinata, Itachi?" uh, interogasi dimulai.
Itachi menggeleng sembari tertawa kecil, "Tentu saja tidak melakukan apa-apa." Tapi pandangannya lurus tepat pada Hinata yang kini mencari-cari satu titik fokus sebagai pelarian atensi.
Neji memutar matanya bosan, mereka berdua ini. Kenapa merepotkan sekali.
"Hinata, ku rasa kau harus bersih-bersih dan ganti baju terlebih dahulu karena sebentar lagi makan malam sudah siap."
Hinata menatap Neji seperti narapidana yang mendapatkan pengampunan hukuman. Berbinar-binar seperti Neji adalah sang juru selamat.
"B-baik Neji-nii."
Gadis itu bangkit, sedikit limbung lalu bergegas ke kamarnya.
.
.
.
Tring, bunyi ponsel Hinata yang menandakan ada pesan singkat yang masuk.
From : Itachi-nii
sebagai permintaan maaf kejadian tadi, ayo kita bertemu sabtu besok.
aku akan menjemputmu.
Dan pekikan terdengar sampai ke tempat Neji dan Itachi berdiam diri.
.
.
.
"Jangan bilang kau benar-benar akan mendekatinya?" Neji bertanya, terperangah."Pedofil."
"Dia sudah dua puluh tahun, Neji," ucap Itachi ringan.
"Ku kira perkataanmu dahulu hanya main-main saja!"
"Kau meragukan perkataan Uchiha?" tanya itachi sambil lalu, Si sulung Uchiha beranjak pergi ke dapur, "Kau tidak ada dango nih?"
Neji tak menanggapi, "Kau masih sama pedofilnya dari sepuluh tahun yang lalu."
Tawa riang Itachi mengalun kembali, "Siap-siap lah kakak ipar, mungkin beberapa bulan lagi kau sudah bisa di panggil Neji-ji-san."
Neji menimpuk Itachi dengan bantal sofa yang paling terdekat dengan tubuhnya, "Kalian harus menikah dulu, sialan."
End
Halo,
saya Terra, author lama (tidak terkenal, tentu saja)
yang dulu sempat menelurkan beberapa karya di sini, tapi saya hapus semuanya karena mendadak hilang inspirasi.
Setelah bertahun-tahun akhirnya ingin kembali lagi ke fanfiction (rencananya juga mau ke wattpad)
Mohon bantuannya.
Saran dan kritik dibutuhkan untuk author yang kurang pengalaman ini.
