Summary: Mycroft hanya ingin melihat adiknya sekali lagi. Lalu, dia dihadapkan pada buku catatan Sherlock kecil.
Moriarty the Patriot belong to Takeuchi Ryousuke and Miyoshi Hikaru
warning: OOC, gaje--
"Sir Holmes, Anda tidak berniat mengambil cuti?" tawaran Ratu yang tidak biasa itu, semata muncul sebab rasa prihatin. Lipatan gelap di bawah kedua mata bawahannya itu tampak semakin panjang saja, menyiratkan entah berapa lama tidak dipejamkan dengan benar.
Malam ketika seorang utusan menyampaikan apa yang terjadi di jembatan, bagaimana akhir dari Lord of Crime sekaligus Detektif, sang ratu ingat dengan jelas bagaimana Mycroft seketika membeku. Pria dengan wajah tegas yang tidak pernah kelihatan ragu itu kian kaku. Ketika mengomando untuk melakukan pencarian, ujung suaranya sedikit bergetar. Namun, hanya itu. Hanya sejauh itu emosinya yang tanpa sengaja dibiarkan terlihat.
"Ada banyak pekerjaan yang bertambah, sejak Albert ditahan." Mycroft bergumam. Untuk sementara, kepemimpinan MI6 memang jadi kembali dipegangnya. "Saya tidak bisa seenaknya meninggalkan tugas." Karena, kalau soal kekalutan pribadi, Mycroft percaya bukan dia satu-satunya yang mengalami.
Ratu menghela napas. "Kalau begitu, setidaknya, hari ini saja pulanglah dan istirahat."
Mycroft awalnya masih bergeming. Baru ketika ditegaskan bahwa itu adalah perintah, dia mengangguk patuh dan meninggalkan ruangan.
Namun, siapa bilang Mycroft menurut untuk kembali ke rumah? Malah, sore ini dia sudah berdiri di depan pintu 221B, disambut Hudson yang masih mengenakan setelan hitam-hitam, walaupun sudah berlalu seminggu sejak pemakaman.
"Sherlock sudah pulang?"
Hudson mengerjap bingung dengan pertanyaan itu. Dia menggeleng pelan, yang makin lama kian kuat seiring kerutan di dahinya pun bertambah dalam. "Mycroft-san, Sherlock sudah--"
"Kupikir dia melakukan beberapa trik ..." Mycroft melewati Hudson, masuk ke ruang sewa adiknya yang benar-benar lengang. Tidak ada Sherlock yang tengah duduk di kursinya, membaca surat klien atau berita kriminal dari koran harian. "Tapi sepertinya dia pergi tergesa tanpa persiapan, huh?" komentarnya selesai memindai ruangan.
Setelahnya, Mycroft mulai membuka-buka isi kardus yang telah dirapikan John sebelum pergi. Dia menemukan beberapa catatan lama, tentang kasus-kasus yang Sherlock pecahkan sebelum John datang dan membantunya menulis jurnal.
Lalu, pada tumpukan paling bawah, ada buku lama. Mycroft ingat itu catatan yang sering dibawa-bawa Sherlock ketika masih SD. Sulit membayangkan adiknya itu punya buku harian. Namun, mengingat Sherlock sangat teliti masalah tanggal, bukan hal aneh dia mencatat poin-poin kejadian penting.
2 Juni, Mycky mengalahkanku lagi dalam catur.
Mycroft ingat kejadian ini. Waktu itu Sherlock baru masuk sekolah tahun pertama, dan dia mengeluh bosan karena para guru masih mengenalkan huruf dan angka, sementara dia sudah lancar membaca buku-buku ensiklopedia.
Mycroft waktu itu belum pindah ke asrama. Dia punya banyak waktu untuk menemani adik kecilnya bermain. Dan penghitungan skor pertandingan mereka sudah dimulai secara sepihak olehnya.
15 Juni, ayah dan ibu meninggal karena kecelakaan misterius.
Mycroft juga ingat yang ini. Dia ingat menggenggam tangan Sherlock di acara pemakaman, di mana anak itu menatap peti mati dengan rasa penasaran.
"Kapan mereka akan bangun?"
"Entahlah." Mycroft ingin mengelak, tetapi kemudian menyadari bahwa konsep kematian juga merupakan sesuatu yang penting untuk dipahami. "Setidaknya, mereka tidak akan pulang ke rumah lagi."
"Hmm ..." Sherlock merenung, tampak kesepian.
Mycroft mengangguk sedikit, menegaskan penjelasan barusan. "Karena itu, menangislah, Sherly. Itu hal yang normal untuk dilakukan." Sejak Mycroft bisa melihat dengan jelas kedua bahunya bergetar
"Tapi kau tidak menangis, Aniki."
Serius, Mycroft tidak mengerti mengapa itu seolah alasan yang cukup bagi adiknya. Berbeda dengan adiknya, dia harus kuat, dia harus bisa jadi sosok yang diandalkan Sherlock. Karena itu, dia--
"Kalau aku mati, apa kau bakalan nangis, Mycky?"
"... Darimana kau dapat gagasan kalau aku akan membiarkanmu mati duluan?"
Bagaimana pun, mereka berdua adalah Holmes, yang menunjukkan perasaan secara jujur itu tampaknya sudah sulit sejak kanak-kanak. Jadilah Sherlock sampai acara usai tetap tidak menangis, dan Mycroft tidak bisa menyalahkan kalau orang-orang heran dengan kondisi mereka.
Bagaimana pun, Mycroft yakin mereka yang tidak menangis sedikit pun itu, tidak lebih aneh dari kondisi keluarga Moriarty saat pemakaman keluarga. Dia kebetulan hadir, dan secara tidak sengaja juga, menangkap seringai aneh di wajah anak pertama. Belasan tahun kemudian, alasan dari kebakaran itu baru terungkap, dan sikap Albert jadi masuk akal.
16 Juni, Aniki membongkar gudang bawah tanah.
Mycroft mengerutkan dahi. Darimana Sherlock tahu? Dia yakin melakukannya tengah malam, setelah memastikan adiknya itu lelap. Ayah mereka pernah bilang kalau ada sesuatu yang harus mereka ketahui setelah umur 17 tahun. Itu masih tiga tahun lagi buat Mycroft, tetapi dia harus mulai mencari tahu.
Mereka selama ini tinggal di pedesaan dengan tenang. Ketika Mycroft menemukan buku sejarah keluarga di gudang, tersimpan aman dalam kotak besi, dia agak terkejut dengan fakta bahwa leluhurnya adalah kriminal, dan sebagai tebusan atas kejahatannya, para anggota keluarga Holmes secara turun menurun mengabdi kepada kerajaan.
'Sherly tidak boleh tahu soal ini.'
Dengan tekad itu, Mycroft tanpa ragu membuang buku tersebut ke perapian. Dia menyaksikan lembaran-lembarannya habis terbakar, dalam hitungan detik
"Sherly," panggilnya beberapa hari kemudian, setelah memikirkan sebuah keputusan matang-matang. "Aku akan jual tanah pertanian. Ayo pindah ke kota."
"Yah, tidak masalah." Bocah itu menanggapi dengan ringan. Mycroft hampir berpikir bahwa Sherlock tidak masalah dengan apa pun, selama buku-buku dan alat percobaan kimianya aman.
Tujuan Mycroft pindah ke London sederhana saja. Dia harus mempersiapkan diri untuk segera bisa berguna untuk istana. Mempelajari iklim masyarakat dan politik dari sumbernya tentu sangat penting. Dia mungkin bakal melakukan sesuatu untuk bisa bergabung ke sekolah militer.
3 Agustus, kami pindah ke London, rumah dua lantai. Mycroft bilang dia bakal lebih sibuk mulai sekarang. Membosankan.
Mycroft menghela napas. Waktu itu Sherlock masuk sekolah umum, tahun ketiga. Dia sendiri melanjutkan ke pendidikan militer, dan hanya bisa pulang tiap akhir pekan.
"Kau tidak takut di rumah sendirian?"
"Mana mungkin!"
Uang dari warisan masih cukup untuk beberapa tahun ke depan. Mycroft yang memegang penuh pengurusannya, dan dia memberi jatah mingguan buat Sherlock setiap pulang.
29 September, Aniki belum pulang. Aku akan menunggunya di sofa.
Ada hari-hari di mana Mycroft jadi lebih sibuk dari biasanya. Terutama setelah dia menemui Ratu, dan diizinkan mengakses beberapa dokumen buat pembelajaran. Dia melewati banyak tes kecerdasan dengan skor sempurna, menonjolkan kemampuan intelektual turun temurun keluarga Holmes yang jadi aset berharga pemerintah Inggris.
Disibukkan dengan hal itu, dia memang jadi semakin jarang pulang cepat. Biasanya Mycroft datang tiap Sabtu siang, tetapi jadwal itu bergeser jadi Minggu sore.
"Kalau kau memaksakan diri untuk pulang cuma buat ngantar uang, bukannya bisa kirim lewat pos saja?" Sekali waktu Sherlock menanya.
"Aku kan pengen melihatmu juga," sahut Mycroft sambil tersenyum kecil. "Apa harimu menyenangkan, Sherly?" lanjutnya sambil mengacak rambut adiknya yang mulai panjang.
"Menyenangkan sekali." Sherlock menjawab datar. "Mycky gimana?"
"Yah, begitu."
"Ajari aku bela diri."
"Hah?"
"Lagi pengen."
"Aku tidak bisa mengajarimu dengan rutin."
"Pinjami saja buku panduan. Kalau lawan berlatih, aku punya."
30 September, bangsawan brengsek.
Sherlock bukan orang yang hati-hati dalam bicara. Dia akan jujur mengumpat ketika kesal. Namun, ketika Mycroft membaca tulisan singkat itu sekarang, spontan dia sadar sudah membuat kesalahan.
Di lingkungan militer, Holmes punya kedudukan khusus. Namun, dari sudut pandang bangsawan biasa, nama tersebut bukanlah siapa-siapa. Siapa tahu hal buruk apa saja yang sudah dialami adiknya selama bersekolah dengan para kalangan atas?
5 November, aku capek. Seasal apapun jawabanku, itu mestinya tidak bernilai nol ...
9 November, Aniki pasti pulangnya lama lagi. Tapi aku juga jadi dah biasa tidur di sofa.
10 November, Mycroft kelihatan lelah. Kalau kukasih surat panggilan guru, bisa jadi dia tambah insomnia.
Mycroft tidak ingat Sherlock pernah memberikan surat peringatan dari sekolah, atau panggilan wali murid. Hanya saja, sekali waktu dia pulang lebih cepat, dan menjumpai Sherlock tertidur di antara gelas-gelas kimia. Lampu bunsen dalam keadaan mati, untungnya. Dia mungkin bakal mengkhawatirkan kebakaran kalau tidak begitu.
Adik kecilnya tidak bisa diharapkan untuk beres-beres rumah. Mycroft biasanya membiarkan saja kalau sedang sama capeknya. Setidaknya dia punya
kamar sendiri yang tetap bersih, karena tidak masuk teritorial yang bisa diacak Sherlock. Namun, hari itu secara tidak biasa dia berinisiatif untuk merapikan rumah, dan menemukan amplop berstempel sekolah yang belum dibuka, diletak sembarangan di samping rak bumbu dapur.
"Sherly, apa ini?" tanyanya.
"Uh?" Sherlock menghampirinya sambil mengucek mata. "Kau sudah pulang rupanya, tumben ...?"
"Ini apa?" ulang Mycroft.
"Surat panggilan wali ... gegara aku berkelahi dengan sekumpulan anak bangsawan. Hmm, dari keluarga mana, ya?" Sherlock mengingat-ingat. "Stoner, Widinbank, Enders ..."
"Kenapa kau berkelahi dengan mereka?"
"Mereka harus diberi pengertian kalau orang yang di bawah itu juga punya kekuatan."
"Kau apakan mereka?"
Sherlock terdiam, tiba-tiba terlihat seperti baru saja ditanyai dengan pertanyaan yang tidak dia harapkan.
"Apa yang mereka lakukan padamu?" Mycroft mengubah pertanyaannya. Dan yang dia lihat adalah tatapan mata adiknya mendadak berkilau, tetapi dengan segera cemberutnya bertambah pula.
"Ngg, tidak apa, tidak apa! Aniki juga gak bisa datang, kan? Tidak masalah, aku bisa menangani ini sendiri, kok!"
"Kalau kau seyakin itu ..." Mycroft mengangkat bahu. Kalau Sherlock tidak mau cerita, dia bakal cari tahu sendiri detail yang rahasia.
Sherlock mengangguk dengan ekspresi yang sejujurnya meragukan. "Daripada itu, hari ini mau menemaniku latihan?"
"Boleh, aku mau lihat seberapa jauh perkembangan belajar otodidakmu."
Saat itulah, Mycroft gagal mengerti. Mengapa latihan bela diri bisa menyebabkan bekas luka bakar kecil di lengan adiknya. Dia tidak mengerti, mengapa ada garis luka yang tipis memanjang di dekat leher, daripada memar di kepalan tangan.
Namun, karena Sherlock tampaknya benar-benar tidak mau membahas, Mycroft juga sulit untuk menginterogasi. Maka, pada hari Seninnya, dia untuk pertama kalinya meninggalkan beberapa jam pelajaran pertama, dan mendatangi langsung bangunan tempat adiknya belajar.
Sherlock bilang akan menyelesaikan sendiri masalahnya, dan ternyata dia benar-benar melakukan itu ...
Bersambung ... kayaknya?
A/N:
Kupikir fanfic 'Sherlock jadi bocah' bakal publish duluan ... tapi jadi terkendala oleh keinginan bikin referensi original. Dan ya, maaf kalau ini OOC. Kepikiran gegara di playstage kayaknya Sherlock ngeluh soal masa sekolahnya ribet gegara masalah status sosial? Tapi mungkin akunya gagal paham--
Makasih dah baca (kalau ada yang baca).
•_•
