Naruto by Masashi Kishimoto
Irresistible by stillewolfie
alternate universe, girls love, random, ficlet
.
.
Sakura melangkah pelan-pelan, mengabaikan butiran pasir yang menempel dibalik telapak kaki yang telanjang.
Iris hijau terlihat bersembunyi dibalik topi bundar berwarna putih. Ia memandang seorang gadis, melangkah membelakangi. Mereka berjalan dengan langkah yang sama, teredam dengan desiran ombak dibalik matahari terbenam. Gadis itu tak mengacuhkan berbagai fenomena yang terjadi, terlalu tenggelam pada punggung kecil dengan rambut gelap yang terurai cantik.
"Naruto-kun—" Sakura mendongak, menatap dengan tubuh kembali tegap. "Menolakku."
Sakura tidak perlu diberitahu. Dia sudah tahu dan fakta akan selalu begitu.
Hinata Hyuuga berhenti melangkah, memandang ke depan; enggan berbalik untuk menatap seorang teman yang menyisihkan waktu untuk menemaninya pergi ke pantai sepi tanpa wisatawan. Gadis dengan mata pucat seperti cahaya bulan tetap menatap hampa, ke arah hamparan pasir yang tidak memiliki objek bagus untuk dipandang. Ia berusaha untuk mengabaikan rasa sakit yang tiba-tiba muncul dalam hati dan pikiran.
"Dia masih suka padamu," Hinata berkata, melanjutkan. Sakura tetap melangkah, mendekatinya. "Dia tetap menyayangimu seperti dulu, Sakura-san."
Sakura tidak peduli. Dari awal, ia tahu dan tidak ingin peduli.
"Apa yang harus kulakukan untuk membuatnya melihatku?"
Sakura berhenti. Namun, ia melangkah lagi.
Hinata terdiam saat tiba-tiba angin pantai menghantam keduanya, membuat ujung pakaian mereka terangkat dan bergerak-gerak. Gadis itu menahan tangisan, mencoba untuk membunuh rasa iri yang timbul akibat seseorang. Mereka terperangkap dalam cinta segitiga, yang melibatkan seorang pemuda pirang dengan berbagai karisma. Hinata tetap cinta meski berkali-kali ditolak; tetap sayang walau fakta mengatakan bahwa sang pujaan takkan berpaling dari gadis cantik berambut merah muda.
Naruto Uzumaki menyukai Sakura Haruno. Sesederhana itu.
"Aku tidak bisa berpaling," Hinata berbisik, mengutuk rasa dari cinta mati yang membunuh diri. "Sakura-san, aku tidak ta—"
Hinata tidak mampu melanjutkan kata-kata, terperanjat dengan topi bundar yang mendadak muncul di atas kepala. Gadis itu tidak siap saat tubuh berpaling secara tiba-tiba, terperangah kala menemukan Sakura yang kini berdiri begitu dekat. Mereka terdiam dengan mata saling memandang; napas saling beradu kuat, bibir hampir menempel mesra.
Sakura menatap Hinata, terlihat serius dan tidak ingat dibantah.
Hinata terpana, memandang Sakura seperti akan diterkam oleh puluhan singa.
"Apa aku terlihat menyukainya?" Sakura mulai berbicara setelah sekian lama. Iris hijau terlihat fokus pada mata perak yang bergetar tidak paham. "Aku tidak peduli dengan Naruto. Aku juga tidak peduli dengan perasaanmu yang tak terbalas itu."
Hinata mengerjap dua kali, ingin menunduk dan menangis. "Aku tahu…"
"Tapi, aku peduli padamu."
Hinata seketika tertawa kecil, terdengar miris. "Menyedihkan, ya?"
Sakura tidak membalas. Dia memegang tangan kanan milik Hinata, menolak gadis itu pergi dari sisinya.
"Kau adalah musuhku," Hinata menarik napas, terkesan tidak rela. Ia menundukkan kepala, masih menahan tangisan. "Sakura-san adalah musuhku … untuk mendapatkan hati Naruto-kun. Meski begitu, aku tidak mau…" Ia mengecilkan suara, mendongak untuk menatap mata hijau yang berbinar seperti warna dedaunan. "…aku tidak mau membencimu—"
Hinata merasa dirinya telah dibungkam dengan begitu cepat. Dia terkejut saat melihat warna merah muda telah muncul di dalam penglihatan, mendominasi pikiran tanpa diperintah. Iris perak itu langsung membulat, sangat lebar karena bibir yang telah dicium secara paksa.
Sakura menciumnya.
Gadis itu memberikan kecupan-kecupan manis; pada bibir bagian atas, pada bibir bagian bawah. Berkali-kali, sampai puas. Berulang-ulang, hendak merasakan. Hinata tampak sulit percaya saat tahu bahwa bibir miliknya telah basah oleh jilatan mesra. Sakura menciumnya dengan penuh sayang sekaligus dikabuti hasrat.
Hinata terengah kala bibir mereka terlepas. Sakura menggumam, merasa bahagia saat melihat pipi gembul itu dihiasi oleh semburat merah.
Sakura bersumpah, menerima perasaan dari seorang pemuda bukanlah keinginan utama. Ia lebih memilih untuk bekerja keras dalam mendapatkan cinta Hinata. Ia ingin melindunginya, berjalan di sisinya; sekarang, selamanya.
Hinata terdiam dengan bibir terbuka. Ia memandang Sakura yang tampak serius, tidak bercanda.
Matahari terlihat hampir tenggelam, menyinari mereka.
"Hinata?"
…
"Aku mencintaimu."
…
…
END
