KEKHAWATIRAN

Hak x Yona

Four Dragons

.

.

Akatsuki No Yona © Mizuho Kusanagi

"Mau sampai kapan kau terus menolakku ?" ~Hak~

.

.

.

Pagi ini, matahari bersinar begitu cerah, walaupun kemarin Kouka diguyur hujan yang sangat lebat hingga membuat banyak sungai meluap. Setelah mandi dan berpakaian, Yona berniat menemui Kija dan Jaeha yang kebetulan sedang berada di istana.

"Ohayou minna." Ucap Yona pada keduanya. Kija dan Jaeha langsung menoleh dan tersenyum padanya lalu membungkuk sebentar.

"Ohayou hime – sama." Jawab Kija.

"Ohayou Yona – chan." Balas Jaeha sambil mengedipkan sebelah matanya genit.

"Apa kalian melihat Hak ?" tanya Yona pada keduanya. Kija dan Jaeha saling bertatapan sejenak lalu menggeleng. Yona menghembuskan napas pelan dan wajahnya tampak sedikit cemas.

"Ada apa Yona – chan ?" Jaeha bingung melihat raut wajah Yona yang sedikit cemas dan khawatir.

"Aku akan cerita pada kalian nanti, tapi sekarang aku harus mencari Hak terlebih dahulu." Yona langsung membalikkan badannya dan berjalan cepat menyisiri lorong dan halaman istana. Setiap pengawal yang dilewatinya selalu ditanya mengenai keberadaan Hak, namun jawaban mereka tetap sama, yaitu tidak tahu. Yona semakin geram dan akhirnya masuk untuk menemui Yoon dan Zeno yang sedang berada di perpustakaan.

"Pagi Yoon, Zeno, apa kalian melihat Hak ?" tanya Yona pada mereka.

"Tadi aku melihat Hak – niichan berpakaian rapi dan sepertinya hendak pergi pagi – pagi sekali. Tapi aku tidak sempat bertanya padanya akan kemana." Jawab Zeno.

"Memangnya kenapa Yona ?" Yoon heran dengan raut wajah Yona yang terlihat khawatir.

"Oh Kamisama, kenapa di saat seperti ini ia harus pergi ?" Yona tampak sedikit frustasi sekarang.

"Yona, tenanglah. Ada apa denganmu ? Apa yang terjadi ?" Yoon jadi ikut panik melihat reaksi Yona.

"Pagi ini aku mendapat kabar bahwa Taejun akan melamarku." Ucap Yona lemas.

"Ehhhhh ?! Kau tau darimana nona ?" tanya Zeno kaget.

"Tadi pagi aku mendapat surat dari suku api. Dan yang menulis adalah kakak Taejun, Kyoga." Yoon melebarkan matanya. Zeno langsung berlari keluar perpustakaan. Sepertinya ia berniat memanggil teman – teman naganya.

"Lalu apa keputusanmu ?" Yona menatap Yoon dengan berkaca – kaca.

"Andai aku bukan seorang Ratu, mungkin saat ini aku akan menyelinap dan kabur dari istana. Aku harus bagaimana Yoon ?" Yona sedikit menjambak rambutnya.

"Hey, jangan berbicara begitu. Ingatlah kau itu sudah berumur dua puluh tahun Yona. Sudah pantas untuk menikah. Kalau kau berani kabur dari istana, maka aku pastikan pengawal akan menemukanmu dalam dua puluh empat jam." Ancam Yoon. Yona berdecih kesal dan menggerutu.

"Kau ini, aku sedang panik kau malah mengancamku. Andai saja ada Hak disini hahh …" Yona memijit pelipisnya. Tak lama terdengar langkah kaki yang cepat dan pintu perpustakaan yang di buka dengan paksa. Kija, Jaeha, Zeno dan ShinAh datang dengan terburu – buru.

"Kenapa tidak memberitahu kami hime – sama ?" Kija terengah – engah dengan wajah yang terlihat agak marah.

"Aku ingin memberitahu Hak terlebih dahulu, tapi ia malah tidak ada. Maafkan aku." Yona menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Hahh, coba kau bilang daritadi Yona-chan, pasti sekarang aku dan Kija sudah pergi ke suku api untuk menghajar si Taejun agar ia mengurungkan niatnya untuk melamarmu." Ucap Jaeha berapi – api yang diangguki oleh Kija. Yona terbelalak mendengar ucapan Jaeha.

"Hey, apa kalian ingin Kouka kembali berperang heh ? Jangan lakukan itu atau kalian akan mendapatkan hukuman dariku." Jawab Yona dengan kesal. Jaeha langsung murung dan duduk disampingnya.

"Lalu sekarang bagaimana ?" tanya Jaeha.

"Bantu aku mencari Hak. Aku harus memberitahunya." Saat akan berjalan, ShinAh menahan lengan Yona.

"Yona, Hak sudah kembali. Ia ada di halaman istana bersama Jenderal Mundok dan beberapa orang yang sepertinya dari suku angin." Ucap ShinAh yang membuat Yona langsung berlari menuju halaman istana bersama teman – temannya. Setibanya di halaman istana, Yona kaget melihat Hak datang dengan pakaian yang sangat formal.

"Hak, darimana saja kau ? Aku mencarimu kemana – mana sejak tadi." Ujar Yona dan Hak hanya tersenyum sambil mencubit pipinya membuat Yona merengut.

"Hak, bersikap sopanlah pada Yang Mulia Ratu atau kucincang tubuhmu !" ucap Jenderal Mundok pada Hak dengan tatapan garang.

"Hehe tidak apa – apa kakek. Hak sudah biasa mencubitku. Ngomong – ngomong, ada apa kakek datang kesini ?" tanya Yona dan Hak langsung menarik Yona masuk ke dalam menuju singgasana.

"Ada apa Hak ?" Yona kebingungan dengan tingkah Hak yang aneh.

"Duduklah, ada sesuatu yang ingin disampaikan kakekku." Ucap Hak dan Yona yang masih bingung hanya diam menurutinya.

"Jadi, boleh aku tahu apa yang membuat Mantan Jenderal Suku Angin datang kemari hari ini dengan membawa banyak persembahan ?" Mundok langsung maju dan membungkuk pada Yona sebentar.

"Yang Mulia Ratu, hamba datang kemari dengan tujuan melamar Yang Mulia untuk cucu hamba yaitu Son Hak." Yona membulatkan matanya kaget. Apa ia tidak salah dengar saat ini ? Bukankah yang akan melamarnya hari ini adalah Taejun ? Kenapa tiba – tiba jadi Hak ?

"Aku bingung harus menjawab apa, karena ini begitu mendadak. Tadi pagi aku juga menerima surat dari Jenderal Suku Api bahwa mereka juga akan datang untuk melamarku hari ini." Seketika istana tampak sedikit riuh. Setelah Kija menenangkan situasi, terdengar beberapa langkah dari luar dan masuklah Jenderal Suku Api, Kang Kyoga bersama adiknya Kang Taejun dan beberapa orang. Yona menggelengkan kepalanya sebentar, sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan. Setelah memberi hormat pada Yona, Kang Kyoga maju menghadap Yona.

"Yang Mulia Ratu, seperti surat yang hamba kirimkan hari ini, tujuan hamba datang kemari hari ini yaitu melamar Yang Mulia Ratu untuk adik hamba, Kang Taejun." Yona mendesah pelan, kepalanya tampak pusing sekarang. Kenapa harus mendadak begini ? Dan kenapa Hak melamarnya tanpa memberitahunya ?

"Aku sudah membaca suratmu. Tapi mohon maaf, aku masih bingung harus menjawab apa, karena hari ini ada dua pihak yang melamarku secara mendadak." Jawab Yona dan membuat orang – orang suku api seketika menoleh kearah suku angin. Bahkan Taejun menatap Hak dengan jengkel. Ia tak menyangka Jenderal Muda itu juga akan melamar Yona hari ini.

"Lalu kapan Yang Mulia akan memberi jawaban dari lamaran ini ?" tanya Kang Kyoga lagi. Yona berpikir sebentar.

"Dalam waktu tiga hari aku akan menjawab lamaranmu dan juga lamaran dari suku angin." Balas Yona kemudian. Yona melirik kearah Hak dan pria itu malah menyeringai padanya. Yona menaikkan satu alisnya bingung, ada apa dengannya ?

Setelah acara lamaran selesai, Yona pamit undur diri hendak ke kamarnya. Saat akan membuka pintu kamar, tangannya tiba – tiba ditarik seseorang.

"Ikut denganku sebentar." Hak menarik lengan Yona dan membawanya ke perpustakaan.

Sesampainya di perpustakaan, Yona langsung melepaskan tangan Hak dan meninju perutnya.

"Aw, apa yang kau lakukan hime – sama ?" Hak balas mencubit pipi Yona membuat gadis itu mengaduh kesakitan.

"Lwepaskan Hak !" Setelah dilepaskan, Yona langsung menjaga jarak dengannya.

"Sekarang jelaskan padaku kenapa kau tiba – tiba melamarku Hak ?" Hak mendesah lalu duduk di salah satu kursi.

"Tadi pagi saat aku sedang berkeliling, tiba – tiba ada seorang utusan dari suku api datang. Ia memberiku sebuah surat dan saat kubaca, ternyata Kyoga berniat melamarmu untuk si Taejun. Setelah membacanya, aku langsung menyuruh salah satu bawahanku mengirim surat itu padamu dan aku langsung bergegas menuju suku angin untuk bertemu kakek." Jelas Hak santai.

"Jadi kau melamarku hari ini karena sebelumnya kau mengetahui bahwa Taejun akan melamarku ?" Hak mengangguk.

"Tapi kenapa ?" Ucap Yona. Ia duduk agak berjauhan dengan Hak. Hak berdiri dan berjalan mendekati Yona. Ia sedikit membungkukkan badannya kearah gadis itu.

"Menurutmu ?" Gadis itu mengerutkan keningnya bingung.

"Kau menginginkan tahta ?" tanya Yona polos membuat Hak mendengus kesal. Ia tak habis pikir dengan ketidakpekaan yang dimiliki oleh gadis itu.

"Kalau tujuanku hanyalah tahta, pasti aku akan memaksamu untuk menikah denganku sejak awal kau dinobatkan sebagai Ratu hime – sama. Berpikirlah lebih rasional." Balas Hak. Yona berdecih kesal. Gadis itu benar – benar bingung jika harus menebak.

"Lalu apa ?" tanya Yona.

"Kau tidak tahu ?" Hak menatap Yona dengan intens dan yang ditatap malah menampilkan raut wajah heran bercampur bingung. Hak mengusap wajahnya kasar lalu menjedukkan keningnya ke dinding saking frustasinya.

"Kau ini tidak peka sekali hime – sama." Gumam Hak pada dirinya sendiri.

"Sudahlah, itu tidak penting. Jadi, apa jawabanmu ? Kau akan memilihku atau Taejun ?" ucap Hak.

"Aku bingung Hak, ini terlalu mendadak dan aku belum siap untuk menikah." Jawab Yona membuat Hak semakin gemas.

"Kau sudah berusia dua puluh tahun hime – sama. Apalagi kini kau seorang Ratu, sudah sepantasnya kau menikah." Ujar Hak padanya.

"Aku belum siap Hak." Yona menundukkan kepalanya dan matanya nampak berkaca – kaca. Ia sangat bingung saat ini, kenapa semua orang begitu menekan dirinya hari ini. Hak yang melihat raut wajah gadis itu akhirnya menarik Yona ke dalam pelukannya.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu menjawabnya sekarang. Sudahlah jangan terlalu dipikirkan." Yona yang mendengar perkataan Hak malah menangis sesenggukan. Hak langsung mengusap kepala gadis itu berusaha menenangkannya.

Setelah Yona mulai tenang, Hak melepaskan pelukannya dan duduk di sampingnya.

"Hak, jika aku memilihmu, apa kau akan semena – mena padaku ?" tanya Yona tiba – tiba. Pria itu menatap mata Yona yang sedikit memerah. Di usapnya sisa – sisa air mata gadis itu yang masih menempel di pipinya yang seputih porselen.

"Tidak hime – sama. Apa selama ini aku pernah berlaku kasar padamu atau semena – mena padamu ?" tanya Hak padanya. Yona menggeleng.

"Jangan terlalu memikirkan banyak hal, sebenarnya yang perlu kau lakukan hanyalah cukup memilihku dan biarkan aku yang mengurus sisanya untukmu." Jawab Hak lagi. Yona mencubit tangan Hak.

"Hey, kau berbicara seolah – olah aku ini gadis tidak berguna." Hak tertawa mendengar ucapan Yona.

"Jadi, kau menerima lamaranku ?" tanya Hak lagi.

"Iya, aku menerima lamaranmu." Jawab Yona.

Hak menempelkan keningnya pada kening gadis itu dan mereka berdua tertawa bersama.

"Aku tidak menyangka kau akan menjadi calon suamiku Hak." Yona tertawa geli dengan ucapannya sendiri dan situasi yang di hadapinya saat ini.

"Itu karena aku tidak ingin kau menjadi milik orang lain Yona." Ucap Hak dalam hati. Hak sendiri tidak menyangka dirinya akan melamar Yona hari ini. Mungkin jika dirinya tidak menerima surat itu, dia masih akan tetap menyimpan perasaannya entah sampai kapan.

"Tunggu dulu Hak, kenapa kau lancang sekali membaca surat dari Kang Kyoga untukku ?" Yona menatap Hak tajam dan pria itu langsung menyentil keningnya.

"Minggu lalu kau sendiri yang bilang padaku bukan, jika ada surat yang datang aku harus membaca terlebih dahulu isinya karena kau takut jika yang datang adalah surat ancaman." Yona hanya cengengesan mendengar penjelasan Hak.

"Iya juga ya, haha. Oke, aku ingin ke kamar sekarang. Kau kembalilah menemani Kakek Mundok." Ucap Yona sambil berjalan menuju kamarnya. Setelah berjalan beberapa langkah, Yona menoleh dan dilihatnya pemuda itu berjalan mengikuti dirinya.

"Untuk apa kau mengikutiku ?" Yona mendelik tajam.

"Menemanimu ke kamar. Kau tahu, Taejun pasti sedang mencari – cari dirimu saat ini." Ujar Hak. Baru saja Hak berbicara, terdengar suara Taejun yang memanggil – manggil Yona. Gadis itu mengintip dari sela – sela pilar istana. Ia bisa melihat pemuda itu memanggil namanya berulang kali di depan pintu kamarnya.

"Hak, bagaimana ini ? Jika dia melihatku berjalan bersamamu saat ini pasti dia akan berpikiran yang tidak – tidak." Yona bingung bagaimana menghadapi adik dari Kang Kyoga itu. Karena jujur saja ia tidak ingin memiliki masalah dengan suku api.

"Katakan saja bahwa kita habis dari perpustakaan dan membahas suatu masalah." Hak memutar matanya malas melihat tingkah Taejun yang berteriak – teriak seperti anak hilang.

"Baiklah, kau tunggu sini." Yona langsung berjalan meninggalkan Hak dan menuju kamarnya.

Sesampainya di depan kamarnya, Yona memanggil Taejun dan pemuda itu menoleh.

"Astaga Yang Mulia Yona, aku daritadi memanggilmu, kupikir kau ada di dalam." Taejun tampak panik dan Yona hanya tertawa kecil lalu meminta maaf.

"Maaf Taejun, tadi Hak memanggilku ke perpustakaan dan ia ingin membahas masalah penting denganku. Jadi aku tidak langsung ke kamar." Jelas Yona senatural mungkin. Tak disangkanya Taejun langsung percaya tanpa bertanya lebih jauh lagi.

"Jadi, ada apa mencariku ?" tanya Yona lagi.

"Ano, begini, apa nanti malam kau ada acara Yang Mulia ? Jika tidak, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Yona berpikir sejenak, sepertinya malam ini ia tidak ada acara.

"Baiklah, aku bisa." Jawab Yona. Taejun tersenyum lalu berpamitan padanya.

"Jadi dia hanya ingin berbicara denganmu hm, kupikir dia akan memaksamu untuk memberikan jawaban lamarannya." Ucap seseorang di belakang Yona.

"Cih, itu kan kau. Dia lebih pemalu darimu asal kau tahu." Balas Yona lalu membuka pintu kamarnya.

"Jangan mengikutiku lagi. Aku ingin berganti paka …." Ucap Yona dengan garang, namun belum selesai berbicara Hak sudah menarik dirinya masuk ke kamar dan menutup pintunya.

"Hak, ada apa ?" Yona berusaha melepaskan diri dari pelukan Hak namun Hak menyuruhnya diam.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara ketukan pintu di kamar Yona.

"Yona – chan, apa kau didalam ?" panggil Jaeha.

"Yonaa …" panggil ShinAh juga.

Yona kaget, sepertinya teman – temannya datang ke kamarnya.

"Hak, lepaskan. Aku ingin membuka pintunya." Hak mendengus sebentar.

"Kau, gantilah pakaianmu, biar aku yang membuka pintunya." Ujar Hak membuat Yona melotot.

"Sana cepatlah, atau kau ingin aku yang mengganti pakaianmu heh ?" ledek Hak yang membuat pipi Yona bersemu. Ia langsung lari menuju sudut ruangan dan memilih pakaian yang akan digantinya.

Setelah memastikan Yona pergi, Hak membuka pintu kamar dan membuat semua yang berdiri di depan pintu kaget.

"Kenapa kau yang membukanya ? Apa yang sedang kau lakukan di dalam heh ?!" Kija langsung mengeluarkan cakarnya dan bersiap menyerang Hak.

"Tadi Taejun habis dari sini dan aku hanya menjaganya." Kija memutar bola matanya bosan.

"Hee, kau hanya alasan kan Hak ? Bilang saja kau ingin berduaan dengan Yona – chan." Jawab Jaeha sambil menyeringai.

"Terserah apa katamu. Ada apa kalian kesini ?" tanya Hak.

"Ingin bertemu Yona – chan tentu saja dan bertanya mengenai lamaran tadi." Jawab Jaeha lagi.

"Minggir kau, aku ingin bertemu hime – sama." Kija berusaha menerobos masuk namun dihalangi Hak.

"Dia sedang ganti pakaian, jangan masuk !" ucap Hak dengan tajam dan Kija langsung memerah wajahnya.

"Hah, sayang sekali. Padahal aku bisa membantunya." Sahut Jaeha yang langsung mendapat tinju dari Hak.

"Jangan bermimpi kau." Balas Hak membuat Jaeha tertawa.

"Hak, aku tidak menyangka kau akan melamar Yona – chan loh." Tutur Jaeha dengan seringainya.

"Benar, aku tidak menyangka niichan akan melamar nona. Tapi bagus juga sih, akhirnya niichan berani mengungkapkan perasaan yang di pendamnya selama ini. Hehehe." Zeno tertawa yang langsung mendapat tatapan tajam Hak.

"Hak, aku tidak akan membiarkan Yona hime – sama memilihmu." Jawab Kija berapi – api.

"Lalu, kau akan membiarkannya menikah dengan Taejun begitu ?" tanya Hak.

"Tidak, aku tidak akan membiarkan hime – sama menikah dengan pria manapun, karena hanya aku yang pantas melindunginya." Jawab Kija lagi membuat Hak dan yang lainnya langsung memutar bola matanya bosan.

"Kija, jangan bermimpi terlalu tinggi." Balas Jaeha sambil tertawa.

"Cih kalian ini." Kija memalingkan wajahnya kesal.

"Apa Yona sudah tahu tentang perasaanmu Hak ?" tanya ShinAh skakmat membuat sekumpulan pemuda itu terdiam.

"Belum." Jawab Hak singkat.

"Kau payah sekali Hak." Ucap Jaeha.

"Kau pengecut sekali Hak." Sambung Kija sambil menyeringai.

"Niichan, kau harus jantan sebagai lelaki. Katakanlah bahwa kau sudah mencintainya sejak dulu." Ucap Zeno dan membuat Hak langsung menjitak kepalanya.

"Diamlah ! Apa kalian kesini berniat menceramahiku heh. Kalau iya, pergilah ! Kalian membuat suasana hatiku memburuk." Jawab Hak.

"Cih, begitu saja marah. Ingatlah Hak, jika Yona hime – sama memilihmu, itu artinya kau akan menjadi raja di kerajaan ini. Kau punya tanggung jawab yang sangat besar Hak." Sahut Kija.

"Aku tahu itu." Balasnya.

"Memangnya kau siap ?" Jaeha menimpali.

Hak mengangguk mantab membuat keempat pria di hadapannya langsung terdiam.

"Ohya niichan, jika nona menerima lamaranmu dan kalian menikah, cepatlah memiliki anak, jangan menundanya, aku sudah tidak sabar untuk melihat keturunan dari Raja Hiryuu." Ucap Zeno dengan mata berbinar – binar membuat Hak langsung blushing dan memalingkan wajahnya.

"Zeno … Kau ini, bicaramu terlalu blak – blakan. Apa kau tidak malu ?" ucap Hak sambil menutupi wajahnya dengan sebelah tangannya.

"Hehehe, untuk apa malu. Bukankah itu wajar ?" jawabnya polos dan langsung mendapat jitakan dari Jaeha dan Kija.

"Kalian sedang membicarakan apa ?" tiba – tiba suara Yona terdengar dan membuat pemuda yang sedang berkumpul di depan pintu kamarnya itu langsung berdiri dengan tegang.

"Loh Hak, wajahmu kenapa merah ? Apa kau sakit ?" tanya Yona. Saat akan menyentuh kening Hak, Hak langsung menahan tangannya dan mengajak mereka semua masuk ke kamar Yona.

"Hahaha, dia hanya malu Yona – chan. Biarkan saja." Jaeha menyeringai pada Hak.

"Jadi, apa jawabanmu nona ? Kau memilih Hak – niichan atau Kang Taejun ?" tanya Zeno to the point pada Yona membuat semua pemuda yang ada dikamar itu melotot kearah Zeno.

"Ano…." Yona melirik Hak meminta bantuan dan Hak balas menatap dirinya.

"Biarkan hime – sama berpikir dulu. Kalian jangan menanyakannya saat ini." Jawab Hak kemudian.

"Ohya Yona – chan, ini ada sebuah buku untukmu. Aku harap kau segera membacanya." Ucap Jaeha sambil menyerahkan sebuah buku pada Yona di saat yang lain sedang ribut.

"Buku apa ini Jaeha ?" tanya Yona. Jaeha menatap Yona dalam, benar – benar polos sekali gadis ini. Ia penasaran, akan seperti apa kehidupan pernikahan Yona nantinya. Bahkan Yona sendiri tidak sadar akan perasaan Hak padanya yang jelas – jelas nyata, bahkan orang lain pun bisa melihatnya.

"Hm, cara agar hubungan pernikahanmu nanti bisa awet dan langgeng Yona – chan." Jawab Jaeha singkat sambil tersenyum. Ia sedikit bingung menerangkan apa isi bukunya, tidak mungkin ia menjelaskan bahwa buku itu berisi tentang hubungan antara suami dan istri kan ?

"Terima kasih Jaeha." Balas Yona sambil tersenyum. Jaeha mengangguk dan kembali bercanda dengan yang lainnya.

"Walaupun aku hanya bisa memandangmu dari jauh, kuharap kau bahagia dengan pernikahanmu nanti Yona." Ucap Jaeha tulus dalam hati.

Tak terasa waktu berganti malam dan Taejun mengetuk pintu kamar Yona. Gadis itu membukanya dan Taejun mengajak Yona ke perpustakaan malam itu.

"Yang Mulia, aku …" belum selesai berbicara Yona langsung memotongnya.

"Taejun, cukup panggil aku seperti biasa kau memanggilku dulu. Aku sedikit risih. Kau bisa memanggilku secara formal jika ada orang lain." Jawab Yona dan Taejun mengangguk.

"Yona – hime, begini, aku ingin bertanya masalah lamaran tadi. Apa Yona – hime sudah punya jawabannya ?" tanya Taejun langsung.

Yona menghela napas dan menatap Taejun sebentar.

"Bukankah tadi aku bilang akan memberi jawabannya dalam waktu tiga hari." Jawab Yona.

"Iya aku tahu. Tapi jika kau sudah menetapkan pilihan, aku tidak keberatan mendengarnya, sekalipun itu akan menyakitkan buatku nanti." Balas Taejun. Yona terdiam sejenak. Taejun menatap dirinya dengan serius.

"Kau yakin ?" tanya Yona. Taejun mengangguk cepat.

"Walaupun lamaran ini begitu mendadak, tapi sepertinya aku akan menerima lamaran dari Hak." Ucap Yona singkat. Taejun terdiam cukup lama sebelum akhirnya menghela napas pasrah.

"Aku sudah menduganya. Boleh aku tahu alasan kau menerima lamarannya ?" tanya Taejun. Wajahnya terlihat kecewa.

"Mungkin salah satunya karena ia adalah teman kecilku yang paling dekat denganku. Dia sudah tahu sifatku seperti apa, dan saat kami masih berkelana dulu, ia terus melindungiku dan memprioritaskan diriku walaupun tak jarang nyawanya selalu dalam bahaya. Entahlah, ia seperti mengerti sekali dengan diriku. Aku sendiri juga bingung, kenapa ia melamarku hari ini, padahal Hak adalah pemuda yang tampan dan banyak gadis yang menyukainya. Aku merasa diriku ini hanyalah gadis manja dan merepotkan. Kau tahu sendiri aku bagaimana bukan." Jelas Yona panjang lebar membuat Taejun tertegun. Dari penjelasan Yona, terlihat bahwa sepertinya gadis itu sedikit menaruh hati pada Hak membuat Taejun tidak bisa berbuat apa – apa lagi.

"Begitu rupanya. Sepertinya aku kalah telak ya jika sainganku adalah Hak." Taejun tertawa pelan. Walaupun ia dan Yona adalah teman sejak kecil juga, namun mereka tidak terlalu dekat, itu karena Taejun lebih sering berada di suku api di banding di istana Hiryuu.

"Taejun, maafkan aku." Yona menundukkan kepalanya dan Taejun memegang bahu Yona.

"Tidak apa – apa, tolong angkat kepalamu Yona – hime. Aku senang kau mau jujur padaku malam ini. Walaupun ini menyakitkan bagiku, tapi aku bisa mengerti. Kau tahu hime – sama, sebenarnya banyak pria di kerajaan ini yang menaruh hati padamu, hanya saja mereka minder melihat Hak selalu berada di sampingmu. Mungkin jika Hak tidak berada di istana, akan ada banyak pemuda dari berbagai penjuru yang mengirim surat lamaran padamu." Ujar Taejun membuat Yona tersipu.

"Benarkah ? Kupikir selama ini aku adalah gadis yang tidak menarik sehingga tidak pernah menerima surat lamaran dari siapapun." Jawab Yona dengan sedikit malu. Taejun menatap wajah polos gadis di hadapannya. Sepertinya harapannya agar bisa memperistri Yona harus kandas saat ini.

"Yona – hime, bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya ?" pinta Taejun dan Yona tersenyum lalu mengangguk. Ia berdiri dan merentangkan tangannya. Taejun langsung memeluknya. Yona menepuk – nepuk punggung Taejun seperti berusaha menenangkan. Mereka tidak tahu jika sedari tadi Yoon mendengar pembicaraan itu.

"Baiklah aku pamit dulu Yona – hime, kuharap pernikahanmu nanti lancar dan kau bahagia selalu." Ucap Taejun berpamitan.

"Terima kasih Taejun, aku harap kau bisa menemukan gadis yang lebih baik dariku nanti. Kita akan tetap menjadi teman oke, jadi kuharap kau tidak terlalu sungkan padaku kedepannya." Balas Yona dan mengantar kepergian Taejun. Setelah itu ia kembali ke perpustakaan dan duduk sambil menopang dagunya.

"Ternyata dia pria yang jantan juga ya. Aku salut pada keberanian dan ketegaran hatinya." Ucap Yoon dari balik rak buku.

"Yoon, kau mendengar pembicaraan kami ? Sejak kapan ?" tanya Yona kaget. Yoon berjalan menghampiri Yona dan duduk disebelahnya.

"Sejak awal aku mendengarkan pembicaraan kalian. Lagipula kau kan tahu jika perpustakaan adalah tempatku bukan ?" ucap Yoon sambil menyeringai.

"Jadi kau juga mendengar pembicaraanku dengan Hak tadi siang ?" tanya Yona cemas.

"Kau dan Hak tadi siang kemari ? Hah sayang sekali aku sedang berada di dapur saat itu. Kalian membicarakan apa ?" Yoon tampak penasaran dan Yona menjitak kepalanya.

"Untung kau tidak ada. Kau ini kepo sekali." Yona merengut kesal dan Yoon terkekeh.

"Hahaha, sepertinya aku tahu apa yang kalian lakukan tadi siang." Jawab Yoon tertawa meledek.

"Tidak ada yang kami lakukan, jangan berpikiran macam – macam Yoon. Kami hanya duduk dan berbicara." Jelas Yona sedikit panik.

"Iya, iya, tenanglah. Kau ini mudah sekali panik Yona." Yona menghela napas dan melipat kedua tangannya.

"Tapi ngomong – ngomong, yang dikatakan Taejun benar loh Yona." Ucap Yoon tiba – tiba.

"Yang mana ?" tanya Yona bingung.

"Bahwa banyak pria yang mengagumimu dan tertarik padamu, hanya saja mereka takut ingin mendekatimu karena Hak selalu di sampingmu." Ucap Yoon.

"Kau tahu darimana heh ? Apa benar Hak sangat ditakuti di luar sana sampai – sampai tidak ada yang berani mendekatiku ?"

"Dari banyak orang, saat aku kebetulan ke pasar, ke rumah makan, dan tempat lainnya, banyak pemuda yang membicarakanmu. Bahkan, kudengar Pangeran dari kerajaan apa aku lupa namanya juga tertarik padamu, hanya saja rumor tentang Hak yang menakutkan membuat mereka sungkan dan segan. Mereka tidak ingin mencari masalah dengannya." Jelas Yoon membuat gadis itu mendesah panjang.

"Yoon, katakan yang sejujurnya. Menurutmu, bagaimana penampilanku sekarang ?" tanya Yona sambil menatap Yoon serius. Yoon menatap Yona dari atas sampai bawah.

"Em, menurutku kau cantik. Yah walaupun kulitmu tidak sehalus kulitku." Yoon sedikit mengejek diakhir.

"Cih, dasar pria cantik." Balas Yona dengan mencibir.

"Hey, aku ini tidak cantik, tapi tampan." Yoon merengut dan Yona terkekeh melihatnya.

"Ada yang menghibur diri rupanya." Ledek Yona, gadis itu kemudian pamit dan pergi dari perpustakaan.

Sebulan kemudian, acara pernikahan Yona dan Hak digelar. Banyak sekali tamu yang hadir, baik kerajaan tetangga maupun yang jauh pun hadir. Malamnya, Hak masih sibuk berbicara dengan banyak tamu dan Yona yang sudah lelah akhirnya berbisik pada Hak.

"Hak, bisakah aku ke kamar ? Rasanya aku lelah sekali saat ini." Ucap Yona berbisik dan Hak menoleh padanya.

"Baiklah, biar kuantar." Yona menggelengkan kepalanya.

"Kau disini saja, tidak enak dengan para tamu. Biar Yoon dan Kija yang mengantarku ke kamar." Jawab Yona, kemudian Hak mengangguk. Di panggilnya Yoon dan Kija, setelah itu Yona berpamitan pada beberapa tamu dan mereka bertiga berjalan menuju kamar gadis itu.

"Yona, kau tidak berniat pindah ke kamar mendiang orang tuamu ? Bukankah kamar mereka jauh lebih besar ?" tanya Yoon.

"Entahlah, aku akan memikirkannya nanti. Aku sangat lelah hari ini." Jawab Yona dengan mata yang sedikit sayu. Angin malam yang dingin membuat dirinya sesekali menggigil kedinginan, padahal baju yang dikenakannya hari ini sangat banyak dan tebal.

Sesampainya di depan pintu kamar, sudah ada Zeno dan Jaeha yang menunggu.

"Hime – sama, masuklah. Kami akan menjagamu disini. Tenang saja." Ucap Kija dan diangguki oleh Jaeha dan Zeno.

"Baiklah. Di mana ShinAh ?" tanya Yona.

"Dia sedang berjaga di gerbang istana untuk mengawasi acara ini bersama Jenderal Geun Tae. Yona – chan, apa kau perlu dayang untuk membantumu ?" Jawab Jaeha.

"Um, begitu. Tidak Jaeha, aku bisa melakukannya sendiri. Baiklah. Aku masuk ya." Yona membuka kamarnya dan masuk. Setelah menutup pintu, ia langsung duduk di depan cermin dan melepas beberapa aksesoris yang melekat di rambutnya. Ternyata melepas aksesoris rambut dan membersihkan sisa riasan memerlukan waktu yang cukup lama, karena sudah sangat lelah dan mengantuk, akhirnya ia memilih tidur masih dengan pakaian pengantinnya.

Tengah malam, saat dirinya sedang tertidur nyenyak, ia mendengar ada yang memanggil namanya. Dengan susah payah ia membuka kelopak matanya dan nampak Hak yang duduk di pinggir ranjang.

"Hak, sudah selesai ?" Yona berusaha bangun dan di bantu Hak.

"Apa kau tidak ingin mengganti pakaianmu ?" tanya Hak pada Yona.

"Aku mengantuk sekali Hak, sepertinya besok saja." Jawab Yona dan bersiap kembali merebahkan tubuhnya.

"Biar kubantu. Kau tidak akan nyaman nanti tidur dengan pakaian seperti itu." Jawab Hak dan seketika mata Yona langsung terbuka lebar.

"A-aku bisa sendiri Hak." Ujar Yona dengan gugup.

Hak menatap Yona lama sebelum akhirnya tertawa.

"Biar kubantu, aku tahu kau sangat lelah. Tenang saja, aku tidak akan macam – macam padamu malam ini karena aku juga lelah sekali." Jawab Hak sambil terkekeh. Yona memalingkan wajahnya yang memerah dan akhirnya ia berdiri. Hak membantunya melepas pakaian pengantin yang melilit tubuhnya. Ia baru sadar jika baju yang ia pakai sangat banyak dan berlapis. Setelah mengganti bajunya, kini giliran Hak yang berganti pakaian.

"Biar kubantu Hak." Yona berdiri di depan Hak dan membantu membuka pakaian yang dikenakannya. Saat gadis itu membuka pakaiannya, Hak terus menatapnya dengan intens membuat yang ditatapnya merasa malu dan sedikit risih.

"Apa ada sesuatu yang aneh di wajahku ?" tanya Yona tanpa melihat Hak.

"Rasanya seperti mimpi hari ini aku menikah denganmu." Jawab Hak pelan.

"Hm, benarkah ?" Yona mencubit pipi Hak membuat Hak mengaduh kesakitan.

"Bukan mimpi kan ?" ledek Yona dan tertawa.

"Cih kau ini. Bisakah kau sedikit lembut pada suamimu ini hm ?" tanya Hak sambil menyeringai.

Gadis itu kembali melanjutkan kegiatannya membuka pakaian Hak. Kemudian, ia mengambilkan pakaian bersih untuk pria itu. Selesai membantunya berganti pakaian, Yona duduk di ranjang dan menata bantalnya. Gadis itu menoleh kearah Hak, dilihatnya pria yang saat ini sudah menjadi suaminya itu sedang duduk sambil membaca beberapa surat. Yona berjalan menghampiri dan duduk di sebelahnya.

"Surat dari siapa ?" tanya Yona.

"Temanku, Ayame, penduduk suku angin." Jawab Hak. Yona mendelik padanya.

"Sini kubaca." Yona mengambil surat itu dan membacanya.

Hak, selamat atas pernikahanmu dengan Yang Mulia Ratu.

Maaf aku tidak bisa datang ke pernikahanmu karena aku sedang hamil besar saat ini.

Tolong titipkan salamku untuk Yang Mulia Ratu ya.

Maaf dulu aku pernah membuatnya cemburu hehehe.

Semoga pernikahan kalian langgeng dan segera mendapat momongan.

"Sudah selesai ?" tanya Hak. Yona menatap Hak lalu mengembalikan surat tersebut.

"Maafkan aku Hak." Ucap Yona merasa bersalah. Tidak seharusnya ia bersikap kekanakan seperti tadi. Hak tersenyum dan mengelus kepala Yona.

"Tidak apa – apa. Jadi, kau tidak perlu cemburu padanya lagi kan sekarang ?" ledek Hak.

"Kau sangat menyebalkan Hak. Aku hanya sedikit salah paham padanya dulu. Lagipula aku tidak cemburu kok. Jangan menertawaiku." Balas Yona sambil merengut kesal. Hak terkekeh geli melihat tingkah istrinya itu dan kembali membaca surat lainnya. Tangannya mengambil sebuah surat yang terlihat sedikit berbeda. Ia kemudian membukanya dan membaca isinya.

Yang Mulia,

Mungkin surat ini akan mengungkapkan isi hatiku selama ini yang tidak pernah tersampaikan.

Sebenarnya aku berniat mengajukan lamaran untukmu tiga bulan yang lalu,

Hanya saja aku sedikit segan karena ada Jenderal Son Hak yang selalu berada di sampingmu.

Mungkin aku pria yang pengecut, ingin mengenalmu lebih jauh saja aku tidak berani.

Tapi aku sudah mencintaimu saat pertama kali bertemu denganmu di istana Hiryuu.

Mungkin kau tidak akan ingat wajahku seperti apa.

Kau tidak hanya cantik, tapi juga sosok yang kuat dan mengagumkan.

Aku sudah banyak mendengar kisahmu selama ini,

Dan saat aku bertemu denganmu, kau benar – benar gadis yang sangat mempesona bagiku.

Walaupun perasaanku hanya bisa kutulis melalui surat ini,

Aku ingin mengungkapkan bahwa aku mencintaimu Yang Mulia Ratu.

Kuharap kau bahagia dengan pernikahanmu.

Dari Penggemarmu

Hak terdiam membaca surat itu. Ia merasa dirinya sangat pengecut sekarang, bagaimana tidak ? Bahkan seseorang yang jauh saja berani mengungkapkan perasaannya pada Yona walaupun hanya melalui surat, sedangkan dirinya sampai saat ini tidak berani mengungkapkan perasaannya pada gadis itu.

"Aku tidak menyangka ada yang mengirimiku surat cinta di hari pernikahanku." Ujar Yona sambil melirik isi surat itu. Yona melihat Hak yang sejak tadi terdiam. Ia menyentuh pundak Hak.

"Hak, kau tidak apa – apa ?" tanya Yona sedikit cemas. Hak memandang Yona lama lalu tersenyum.

"Tidak apa – apa, aku tidak menyangka ternyata di luar sana ada seseorang yang begitu tulus mencintaimu hime – sama." Ucap Hak dengan senyum yang terlihat kaku.

"Dan aku yang sudah menjadi suamimu saat ini bahkan belum pernah mengungkapkan perasaannya padamu sama sekali." Ujar Hak dalam hati.

"Hak, panggil aku Yona. Kita sekarang sudah menikah. Dan satu lagi, katakan jika kau tidak suka dengan suratnya Hak, jangan menyembunyikan perasaanmu sendiri." Ucapan Yona tepat mengenai hatinya.

"Bukannya tidak suka, aku hanya sedikit cemburu padanya." Yona menatap Hak dan ia tidak suka dengan raut wajah Hak saat ini. Ia mendekatkan tubuhnya dan mencium pipi Hak cepat.

"Yona…." Hak kaget dengan ciuman Yona yang tiba – tiba. Dilihatnya gadis itu menutupi wajahnya yang sudah semerah tomat.

Hak sadar bahwa ini saatnya ia mengungkapkan perasannya. Ia memegang wajah Yona dan berusaha membuka tangan Yona yang menutupi wajahnya. Saat Yona melihat kearahnya, Hak langsung menciumnya dengan lembut.

Beberapa detik kemudian, Hak melepaskan ciumannya dan dilihatnya Yona yang tampak mematung sambil menatapnya tanpa berkedip. Hak tersenyum dan menyentil kening gadis itu untuk menyadarkannya.

"Hakkk, k-kau menciumku ?!" Yona langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya membuat Hak terkekeh geli.

"Memangnya kenapa ? Bukankah kita saat ini suami istri ? Itu hal yang wajar bukan ?" balas Hak.

"Kau menakutkan Hak." Ucap Yona masih sambil menutup mulutnya.

"Kamisama, dia sudah mengambil ciuman pertamaku." Yona bergumam sendiri yang masih dapat didengar Hak.

"Tenang saja, yang tadi itu juga ciuman pertamaku." Timpal Hak. Yona menoleh cepat.

"Kau bohong, bukankah kau dan Ayame dulu berpacaran ? Aku tidak percaya jika ini adalah ciuman pertamamu." Hak langsung menatap Yona kesal.

"Ck, Ayame itu hanya teman kecilku dulu. Kami sama sekali tidak pernah pacaran. Asal kau tahu, dari dulu aku sudah mencintaimu Yona, mana mungkin aku mencium gadis yang tidak kucintai." jelas Hak membuat Yona langsung membulatkan matanya kaget. Ia terkejut mendengar pernyataan cinta Hak saat ini.

"K-kau mencintaiku ? Dari dulu ?" Hak menatap Yona tajam dan menggeser posisi duduknya menjadi lebih dekat dengan gadis itu.

"Iya, kau keberatan ?" tanya Hak sambil mendekatkan wajahnya pada Yona.

"T-tidak, aku tidak menyangka saja. Terlalu banyak kejutan yang ku dapatkan hari ini." Yona menatap Hak tanpa kedip, dan saat pria itu hendak menciumnya lagi Yona langsung mendorong dada Hak dan menutup mulutnya.

"Kenapa kau menjauh heh ?" Hak menaikkan satu alisnya jengkel.

"Bukankah tadi kau sudah menciumku ?" ujar Yona membuat Hak mendengus jengkel.

"Mana mungkin aku puas hanya dengan berciuman sebentar saja. Bahkan malam masih sangat panjang dan ini adalah malam pertama kita sebagai pengantin baru." Gumam Hak.

Tanpa aba – aba Hak langsung menggendong Yona dan membawanya ke ranjang. Hak menahan kepala Yona agar gadis itu tidak menjauh darinya.

"Aku sudah mengungkapkan perasaanku, jadi bagaimana perasaanmu padaku saat ini hm ?" tanya Hak pada Yona.

"Entahlah, aku tidak tahu. Yang pasti kau adalah orang yang paling berharga bagiku setelah ayahku. Aku ingin kau selalu berada di sisiku Hak." Jawab Yona dengan jujur. Hak memeluknya dan mencium puncak kepalanya.

"Walaupun jawabanmu kurang memuaskan, tapi aku masih bisa menerimanya. Akan aku buat kau jatuh cinta padaku Yona." Ucap Hak.

"Kau ini." Yona menyamankan dirinya di pelukan Hak.

"Selamat tidur Yona. Aku mencintaimu." Ucap Hak lirih. Yona perlahan menutup matanya.

"Selamat tidur juga Hak." Balasnya pelan.

Keesokan paginya, Yona membuka matanya dan dilihatnya Hak sudah tidak ada disampingnya. Ia langsung bangun dan membersihkan dirinya. Saat sedang bercermin, Hak masuk ke dalam kamar dan menghampiri Yona.

"Kau ada acara hari ini ?" Yona menggeleng.

"Bagaimana jika kita berjalan – jalan di pasar hm ?" tanya Hak lagi.

"Boleh, tapi bagaimana caranya agar tidak ketahuan ?" Tanya Yona.

"Kita akan menyamar."

Selesai mengganti pakaian, mereka langsung menyelinap keluar dari istana. Setibanya di pasar, Hak mengajak Yona makan di sebuah kedai kecil.

"Pangsitnya enak sekali Hak." Ucap Yona.

"Memang iya, ini adalah kedai langgananku. Biar kupesankan lagi untukmu." Hak memesan satu porsi lagi untuk Yona dan gadis itu langsung memakannya dengan lahap. Selesai makan, Hak mengajaknya ke sebuah toko kain, Yona melihat – lihat dengan perasaan kagum.

"Hak, ini bagus sekali." Hak melihat Yona memperhatikan sebuah kain berwarna biru bercorak merah yang sangat indah.

"Kau suka ?" Yona mengangguk dan Hak langsung menyuruh pelayan untuk mengemasnya. Terakhir mereka menghampiri toko yang menjual aksesoris. Yona mencoba beberapa aksesoris dan matanya menangkap sebuah tusuk rambut yang sangat indah berwarna lavender.

"Hak, bagaimana menurutmu ?" pria itu berjalan menghampiri Yona. Gadis itu menatap tusuk rambut itu dengan mata berbinar – binar.

"Sangat bagus. Sini kupakaikan." Hak mengambilnya dan memakaikannya di rambut Yona.

"Bagaimana ?" Yona sedikit memiringkan kepalanya untuk melihat tusuk rambutnya.

"Kau terlihat sangat cantik." Ujar Hak yang seketika membuat gadis itu tersipu malu.

"B-benarkah ? Baiklah, kau harus membelikanku ini Hak." Yona memalingkan wajahnya yang memerah dan berjalan mendahuluinya. Hak terkekeh melihat tingkah gadis itu. Setelah membayar, mereka bergandengan tangan sambil berjalan kembali menuju istana.

Setibanya di istana, Zeno melihat keduanya sedang berjalan mengendap – ngendap dan saat sudah sampai di depan kamar, Zeno mengejutkan mereka berdua.

"Hayo, darimana saja kalian ?" Zeno menyentuh pundak Yona dan Hak bersamaan membuat keduanya berjengit kaget. Hampir saja Hak meninjunya jika saja yang menyentuh pundaknya itu bukan Zeno.

"Cih, jangan mengagetkanku Zeno." Zeno tertawa dan mempersilahkan keduanya masuk untuk berganti pakaian. Selesai berganti pakaian, Zeno mengajak mereka berdua ke perpustakaan.

"Ada apa Zeno ?" tanya Yona penasaran. Zeno hanya diam saja dan sesampainya di perpustakaan, mereka diberi kejutan oleh teman – temannya."

"Hime – sama, ini hadiah pernikahan untukmu dariku." Ujar Kija sambil malu.

"Ya ampun, terima kasih Kija. Kenapa kau repot – repot membelikanku hadiah segala ?" Yona menerimanya dengan senang. Kija hanya tersenyum malu sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Tidak apa – apa hime – sama." Kija kembali duduk di kursinya. Lalu, Jaeha dan ShinAh berjalan mendekati Yona.

"Yona – chan, ini hadiah dariku. Kau bisa membukanya sekarang jika penasaran dengan isinya." Ucap Jaeha sambil menyeringai. Seringai Jaeha yang tidak biasa itu membuat Hak langsung menghajar wajahnya.

"Kau kasar sekali padaku Hak. Ugh ..." Jaeha berusaha berdiri dengan sempoyongan.

"Yona, ini hadiah dariku. Maaf aku tidak bisa membelikanmu barang yang mahal." Kata ShinAh.

"Tidak apa – apa ShinAh. Aku sudah sangat senang kalian disini, apalagi sampai repot – repot memberikanku hadiah." Yona tersenyum dan menerima bingkisan dari ShinAh.

"Nona, ini aku ada kupon makan gratis di kedai selama satu minggu. Kuharap kau menerimanya. Hehehe. Jujur aku bingung ingin memberi nona apa. Ohya, ini ada dua kupon juga untuk berendam air panas. Kalian berdua bisa pergi kapan – kapan." Yona tertawa menerima hadiah dari Zeno.

"Terima kasih Zeno." Balas Yona.

"Yona, ini ada sedikit hadiah dariku, tolong diterima ya. Ohya, Iksu titip salam untukmu. Katanya besok ia akan kesini." Ujar Yoon sambil menyerahkan bingkisannya.

"Terima kasih Yoon. Benarkah ? Syukurlah akhirnya aku bisa bertemu lagi dengannya, sudah lama sekali rasanya kita tidak bertemu dengannya kan." Teman – temannya mengangguk setuju. Mungkin sudah setahun lebih mereka tidak bertemu. Yoon saja hanya bisa berkirim surat dengan Iksu karena perjalanan ke rumah lamanya membutuhkan waktu yang cukup lama, belum lagi medan yang dilalui sangat terjal.

Selesai menerima berbagai hadiah dari teman – temannya, mereka semua duduk santai mengobrol. Seminggu lagi akan ada upacara pengangkatan Hak menjadi Raja, dan Yona bersyukur ia masih bisa bersama teman – temannya hingga saat ini.

"Eh iya, ngomong – ngomong apa kalian sudah melakukan malam pertama ?" celetuk Jaeha membuat suasana yang tadinya ribut jadi hening. Wajah Yona memerah sempurna. Walaupun ia tidak begitu mengerti apa maksud perkataan Jaeha, tapi ia jadi malu karena teringat akan ciuman pertamanya semalam dengan Hak.

"Y-ya kau ! Berhentilah mengatakan hal – hal aneh Jaeha !" Kija menggebrak meja dengan wajahnya yang sudah memerah sempurna.

"B-benar yang dikatakan Kija, Ryokuryuu, kau tidak berhak menanyakan itu heh." Yoon menimpali ucapannya sambil menutup sebagian wajahnya yang memerah. ShinAh diam saja tidak mengerti maksud pembicaraan ini dan Zeno menggelengkan kepalanya melihat reaksi ShinAh.

"Polos sekali anak ini ckckck. Berbeda sekali dengan teman – temannya." Zeno memandangnya prihatin.

Hak yang mendengar pertanyaan Jaeha langsung mengambil tombaknya dan mengarahkannya ke Jaeha.

"Katakan sekali lagi lalu ucapkan selamat tinggal pada dunia, mata sipit." Ancamnya. Jaeha meringis ngeri melihat ekspresi Hak. Pria itu melemaskan jari – jari tangannya dan bersiap untuk meninju Jaeha.

"Yona – chan, lihatlah ! Hak kasar sekali padaku, padahal aku hanya bertanya." Jaeha mengadu pada Yona berusaha mencari perlindungan.

"Cih, itu bukan urusanmu mata sipit. Pertanyaanmu itu membuatku ingin menghajarmu." Jawab Hak.

"Heh, tapi kenapa Hak – niichan harus marah ? Kalian kan tinggal menjawabnya sudah atau belum." Sahut Zeno yang seperti membela Jaeha. Jaeha mengangguk cepat dan mengacungkan jempolnya kearah Zeno.

"Jadi, apa yang kalian lakukan semalam ?" tanya Jaeha lagi sambil mengelap darah yang keluar dari hidungnya. Benar – benar menjijikkan.

"K-kami s-semalam b-berciuman." Cicit Yona kecil. Hak mendecih mendengar jawaban Yona. Pasti teman – temannya akan sangat heboh setelah ini.

"Brak …. Hanya itu ?!" balas Jaeha sambil menggebrak meja membuat Kija dan Yoon berjengit kaget. Yona menatap Jaeha dengan ekspresi bingung lalu mengangguk.

Jaeha menepuk jidatnya sendiri dan mendesah panjang. Ia kembali duduk dan raut wajahnya terlihat kecewa.

"Hey, kenapa malah kau yang terlihat kecewa bodoh ?! Harusnya Hak yang kecewa !" sambung Yoon sambil menendang kaki Jaeha dari bawah meja.

"B-benarkah kalian hanya berciuman ?! Tidak lebih ?!" celetuk Kija. Yona mengangguk mantap dan Zeno seketika tertawa.

"Nona, kau polos sekali. Hahahaha….. Hak – niichan, kau harus sabar yaa," ucap Zeno masih sambil tertawa. Hak langsung mengeluarkan aura membunuhnya membuat semua yang duduk di situ langsung terdiam kaku.

"Bisakah kita tidak membahas itu heh ? Kalian ini benar – benar kurang ajar. Menikahlah jika kalian penasaran. Ck, sialan." Hak mengumpat sambil menatap tajam mereka satu – persatu.

"Hak, sudahlah. Jangan marah – marah." Ujar Yona sambil mengusap lengan Hak berusaha menenangkan. Hak masih merengut sebal dan Yona yang kehabisan akal akhirnya berdiri dan mencium pipi Hak membuat semua yang melihat terbengong melihatnya. Sepertinya Yona sudah mulai berani menunjukkan kemesraannya sekarang, pikir mereka.

"Sudah, jangan marah." Kata Yona sekali lagi dan eskpresi wajah Hak langsung berubah setelah di cium gadis itu. Ia menyeringai lalu menundukkan kepalanya dan mencium bibir Yona sekilas. Kija langsung pingsan setelah melihat adegan itu dengan darah yang mengalir dari hidungnya, sedangkan Jaeha tertawa sambil berusaha mengelap darah yang juga keluar dari hidungnya.

"Wow, kalian berani sekali menunjukkan kemesraan di depan umum ya. Good job." Jaeha mengacungi jempolnya. Zeno sendiri malah berdiri di belakang ShinAh sambil menutup kedua mata pria itu rapat – rapat.

"Kalian ini, jangan menodai ShinAh heh, ia masih suci dan murni. Tidak seperti kalian." Zeno menyalahkan semua yang ada di ruangan itu dan ShinAh yang sedari tadi tidak mengerti dengan pembicaraan mereka hanya diam saja tanpa bertanya apapun.

Setelah adegan itu, mereka kembali berbincang hingga siang hari. Setelah itu Kija pamit hendak menemui seseorang, sedangkan Zeno pamit untuk makan siang. ShinAh juga pamit hendak mengecek keadaan sekitar istana. Terakhir, saat Jaeha berpamitan pada Yona, ia membisikkan sesuatu di telinga gadis itu.

"Yona – chan, kau sudah membaca buku dariku ?" tanya Jaeha berbisik. Yona menggelengkan kepalanya.

"Bacalah buku itu hari ini. Kau ingin membuat Hak senang kan ?" Yona berpikir sebentar kemudian mengangguk.

Setelah teman – temannya pergi, Yona pamit pada Hak ingin ke kamar sebentar sebelum makan siang.

"Baiklah, jangan lama – lama. Kebetulan aku ada pertemuan kecil dengan pemimpin suku air, kita akan bertemu di ruang makan ya." Hak mengelus dan mengecup kepala Yona lalu pergi. Yona langsung berlari menuju kamarnya dan membuka buku yang di kasih Jaeha. Sampulnya terlihat biasa saja, hanya ada gambar seorang pria dan wanita yang sedang berpelukan. Ia membaca halaman pertama masih dengan ekspresi biasa.

"Sepertinya ceritanya menarik." Gumam Yona lalu melanjutkan bacaannya. Selang beberapa menit kemudian wajahnya memerah dan jantungnya terasa berdebar – debar. Bahkan ia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya saat ini. Tubuhnya terasa panas dan pikirannya sedikit kacau. Keringat dingin bahkan mengalir di pelipisnya. Ia masih terus membaca buku itu dan sedetik kemudian ia menutup buku itu kencang dengan nafas yang terengah – engah.

"Buku macam apa ini ? Apa benar itu bisa menjaga hubungan pernikahan tetap awet ? Kenapa isinya menakutkan seperti itu ?!" ujar Yona sambil mengelap keringatnya. Ia kemudian keluar dari kamarnya karena merasa gerah. Buku yang tadi di bacanya masih terngiang – ngiang di kepalanya hingga kini. Ia berjalan menuju ruang makan dengan sedikit linglung.

Saat makan, Hak heran melihat istrinya itu hanya melamun dan seperti tidak berselera makan.

"Yona, kau tidak suka dengan makanannya ?" tanya Hak sambil melihat gadis itu yang hanya mengaduk – aduk makanannya. Yona yang dari tadi melamun, kaget saat mendengar suara Hak. Ia jadi canggung dan sedikit salah tingkah.

"Bukan Hak, aku akan memakannya sekarang." Yona langsung melahap makanannya tanpa melihat kearah Hak. Hak bingung dengan perubahan sikap dan ekspresi Yona saat ini. Sepertinya Yona menyembunyikan sesuatu darinya.

"Yona, apa yang kau sembunyikan dariku ?" tanya Hak to the point. Yona menahan sendoknya dan menatap Hak dengan takut.

"Tidak ada Hak. Hehehe." Yona meringis kemudian kembali melanjutkan makannya.

Hak yang tidak ingin memperpanjang masalah ini akhirnya memilih diam. Selesai makan, Hak kembali bertemu dengan beberapa orang penting kerajaan, sedangkan Yona memilih berjalan santai di halaman belakang istana. Ia duduk di salah satu batu besar dan kembali memikirkan buku yang dibacanya.

"Sepertinya aku tidak sanggup melakukannya. Itu terdengar menyakitkan dan menyeramkan. Apa semua perempuan yang menikah harus merasakan sakit saat melakukan hubungan intim dengan suaminya ?" gumam Yona pada dirinya sendiri. Ia tidak sanggup membayangkan dirinya sendiri jika ada di posisi itu.

Malamnya, Yona kembali membaca buku itu dengan perasaan was – was. Sejujurnya ia penasaran dengan kelanjutan ceritanya, tapi ia juga takut. Akhirnya ia memutuskan akan membaca dua halaman saja malam itu. Selesai membaca dua halaman tersebut, Yona kembali merasakan sensasi seperti tadi siang. Jantungnya berdebar, pikirannya kacau dan tubuhnya terasa panas. Ia berusaha mengipasi dirinya menggunakan kipas tangan dan saat itulah Hak masuk ke dalam kamar. Ia bingung melihat istrinya seperti kepanasan padahal cuaca malam itu cukup dingin.

"Yona, kau tidak apa – apa ?" tanya Hak sambil duduk di sampingnya menatap Yona.

"Hm tidak apa – apa. Hanya sedikit gerah." Jawab Yona sambil mengipasi dirinya. Hak yang tidak puas dengan jawaban Yona, belum lagi Yona sedari tadi tidak memandang wajahnya membuat ia geregetan dan tangannya langsung memegang bahu Yona lalu memutar tubuh istrinya itu agar menghadap dirinya. Dilihatnya wajah istrinya yang cantik itu sedikit memerah.

"Yona, kau demam ?" Hak menempelkan punggung tangannya di kening Yona dan suhunya biasa saja.

"Tapi kenapa wajahmu memerah ?" Yona diam saja tidak menjawab. Hak terus memandanginya dan entah kenapa ia merasa terpancing dengan ekspresi wajah Yona saat ini. Perlahan ia mendekati wajahnya dan mencium gadis itu dengan lembut. Ditahannya kepala Yona agar tidak menjauh.

Cukup lama mereka berciuman dan Hak merasa hasratnya naik ke permukaan. Sebenarnya ia ingin melakukannya kemarin malam, hanya saja ia dan Yona sangat lelah dengan pesta pernikahan mereka. Dan sepertinya, malam ini ia menginginkannya. Di sela – sela ciumannya, Hak mulai berusaha membuka pakaian Yona, padahal saat ini mereka masih berada di sofa. Ciumannya kini turun ke lehernya dan saat itulah Yona mendesah membuat Hak melebarkan matanya. Ia cukup senang mendengarnya karena itu artinya istrinya juga menikmatinya. Baru saja akan melanjutkan kegiatannya, Yona tiba – tiba mendorong dirinya dan bergerak menjauh. Ia merapikan kembali pakaiannya dan wajahnya sedikit ketakutan. Hak mengernyit bingung dan menggeser posisi duduknya mendekati Yona, tapi gadis itu malah bergeser menjauh.

"Ada apa denganmu ?" Hak bingung dengan tingkah istrinya itu.

"Stop, jangan mendekatiku Hak." Pria itu berhenti dan menatapnya dengan penuh heran.

"Kau kenapa ? Kuperhatikan sikapmu mulai aneh saat kita makan siang tadi. Apa yang sedang kau pikirkan ?" Yona menatap Hak dengan sedikit ketakutan, ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan jantungnya mulai berdebar.

"Hak, jangan menyentuhku." Ucap Yona kemudian sambil tetap menyilangkan tangannya.

Hak menghela napas, apa gadis itu belum siap saat ini ? Padahal ia sudah menginginkannya.

"Sepertinya kau belum siap melakukannya malam ini." Ucap Hak sambil menyandarkan dirinya pada sofa. Raut wajahnya terlihat kecewa.

"Maafkan aku Hak." Yona menundukkan kepalanya dan Hak yang tidak tega dengan istrinya itu mengusap kepala gadis itu lalu beranjak bangun untuk mengganti pakaiannya.

"Tidak apa – apa, kita bisa melakukannya lain kali." Jawabnya. Walaupun hati kecilnya menginginkannya, tapi ia tidak ingin memaksa Yona, karena ia ingin gadis itu melakukannya karena ingin bukan hanya karena paksaan dirinya.

Keesokan malamnya, Hak berusaha memancing Yona dan gadis itu masih tetap menolaknya. Begitupun malam selanjutnya. Hal itu membuat suasana hatinya jadi memburuk dan banyak orang yang ketakutan dengan Hak saat ini.

Di malam selanjutnya, setelah mengadakan rapat dengan semua kepala suku, Hak kembali berjalan ke kamarnya dengan tubuh yang lumayan lelah. Sesampainya di kamar, dilihatnya Yona sedang merebahkan tubuhnya di ranjang dengan posisi telungkup. Di tangannya, terdapat buku entah apa yang sedang dibacanya. Hak duduk di sampingnya dan Yona yang menyadari kehadiran Hak langsung bangun dan duduk.

"Kau ingin mandi ? Aku sudah menyiapkan pakaian gantimu. Sini biar kulepas pakaianmu." Yona bersiap memegang baju Hak saat kedua tangannya kini dicengkeram Hak.

"Yona, katakan padaku sekarang. Mau sampai kapan kau terus menolakku eh ?" Hak menatap tajam Yona dan yang ditatap malah berusaha menghindari pandangan. Hak memegang wajah gadis itu agar menatap dirinya. Yona terlihat gelisah sekali dan Hak merasa sudah habis kesabarannya.

"Katakan Yona. Apa kau terpaksa menikah denganku ?" tanya Hak tiba – tiba membuat Yona terkejut. Ia menggelengkan kepalanya.

"Tidak Hak." Yona menggigit bibirnya.

"Lalu kenapa kau terus menolakku ? Apa kau tidak menginginkan seorang anak ?" tanya Hak lagi.

"Bukan begitu ….." Hak menatap mata istrinya lekat – lekat. Gadis itu bingung bagaimana mengatakannya pada Hak. Tapi melihat ekspresi suaminya itu yang sepertinya sedih karena terus mendapat penolakan darinya membuat hatinya luluh.

"Aku tidak mau melakukannya karena itu sangat menyakitkan dan menakutkan Hak. Apa setiap gadis yang menikah harus merasakan seperti itu ?" tanya Yona pelan dan Hak menghela napas panjang. Kini ia mengerti penyebab Yona selalu menolak dirinya. Sepertinya istrinya itu ketakutan dengan malam pertama yang akan dijalaninya. Hak tersenyum lalu memeluk gadis itu.

"Jadi itu yang kau takutkan. Kupikir kau tidak menyukaiku mankanya tidak mau disentuh olehku. Sejujurnya aku tidak tahu itu akan menyakitkan atau tidak untukmu nanti, tapi aku akan mencoba agar kau tidak merasakan sakit saat melakukannya." Jawab Hak sambil mengusap kepala Yona.

"Apa ini yang pertama kali bagimu Hak ?" tanya Yona polos. Hak mengernyit sebal pada Yona, apa dia pikir dirinya ini pria brengsek yang suka bermain wanita. Dicubitnya pipi istrinya itu dengan gemas.

"Tentu saja Yona, memangnya aku ini pria macam apa yang akan meniduri seorang wanita yang bukan istriku. Bukankah ini juga yang pertama kalinya untukmu ?" Yona meringis mendengar jawaban Hak.

"Maafkan aku hehe. Berarti ini adalah yang pertama kalinya untuk kita ya. Ahahaha." Yona menggaruk belakang kepalanya canggung.

"Hahh, baiklah aku mandi dulu." Hak bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Sedangkan Yona menutupi wajahnya dengan bantal. Ia merasa malu dan tidak enak pada Hak. Hampir saja Hak salah paham pada dirinya karena ia terus menolaknya. Ia bertekad akan melakukannya malam ini bersama Hak apapun yang terjadi.

Selesai mandi, Hak mengambil pakaian yang disiapkan Yona dan memakainya. Matanya memandang ke seluruh penjuru kamar untuk mencari keberadaan istrinya dan dilihatnya Yona sedang duduk di depan cermin sambil memakai sesuatu. Hak berjalan mendekatinya dan memeluk gadis itu dari belakang.

"Apa yang kau lakukan hm ?" Hak mencium rambut Yona yang sangat harum. Ia baru menyadari jika pakaian Yona saat ini sedikit terbuka. Apa istrinya itu sudah siap melakukannya malam ini heh ?

"Memakai wangi – wangian." Yona terlihat gugup dan Hak yang sudah tidak sabar langsung memutar tubuh Yona dan menciumnya. Ia menggendongnya menuju ranjang dan malam itu mereka berhasil melakukannya.

Keesokan paginya, Hak bangun dan melihat kearah samping. Yona masih tertidur dengan lelap. Pria itu kemudian menarik tubuh Yona kedekapannya. Gadis itu melenguh sebentar lalu membuka matanya.

"Hak …" panggil Yona.

"Hm … ?!" sahutnya.

"Ohayou." Ucap Yona padanya. Hak melirik ke bawah dan istrinya tersenyum padanya.

"Ohayou. Apa tidurmu nyenyak ?" tanya Hak. Yona mengangguk.

"Hak, kita harus bangun. Hari ini kakekmu dan Taewoo akan datang bukan ? Aku ingin melihat mereka berdua." Ucap Yona.

"Baiklahh~" Dengan malas Hak bangun dan mereka bersiap – siap.

Selesai berpakaian, mereka berdua keluar dan kakeknya itu terlihat di ujung lorong sedang berbincang dengan Taewoo dan Haendae.

"Jiji ?!" panggil Hak. Mereka berdua berjalan mendekati Kakek Mundok yang seorang mantan Jenderal Suku Angin itu.

"Oh Hak, Yang Mulia Ratu, selamat pagi." Kakek Mundok menundukkan kepalanya memberi salam dan hormat pada Yona diikuti Taewoo dan Haendae.

"Selamat pagi Yang Mulia Ratu." Ucap kedua pemuda itu.

"Selamat pagi Kakek Mundok, Taewoo dan Haendae. Apa kalian sudah sarapan ? Jika belum, ayo sarapan bersama kami." Ajak Yona yang diangguki oleh Hak.

"Bolehkah ?" tanya Haendae yang langsung di jitak oleh Taewoo.

"Ish kau ini." Taewoo merasa malu karena tingkah sahabatnya itu. Kakek Mundok hanya berdehem untuk menenangkan keduanya.

"Tidak apa – apa. Ayo ikut kami." Yona langsung menggandeng kedua pemuda itu dan berjalan lebih dahulu.

"Ah Yang Mulia." Taewoo dan Haendae merasa malu saat Yona menggandeng tangan mereka. Betapa beruntungnya Hak – niichan bisa menikah dengan Yang Mulia Ratu, pikir mereka berdua.

Setibanya di ruang makan, Yona mengajak keduanya agar duduk di sebelahnya. Dan suasana ruang makan yang biasanya sepi sekarang jadi ramai. Yona benar – benar senang sekali saat ini. Terlihat dari raut wajahnya yang begitu ceria dan membuat dirinya terlihat makin mempesona. Bahkan tak jarang kedua pemuda itu memandanginya karena senyum Yona yang menawan, membuat Hak sedikit jengah melihatnya.

"Hey kalian berdua. Makanlah, jangan hanya memandangi istriku atau bola mata kalian akan kucungkil heh ?!" ucap Hak membuat keduanya salah tingkah. Sedangkan Kakek Mundok dan Yona malah tertawa melihat ekspresi Hak.

"Kau ini berlebihan sekali Hak, mereka hanya mengagumi Yang Mulia Ratu kau tahu ?" ucap Kakek Mundok. Hak berdecih sebal.

"Itu benar. Kau tidak perlu cemburu pada mereka Hak." Yona mencibir Hak membuat pria itu memalingkan wajahnya kesal. Walaupun ia tahu Yona tidak akan tertarik pada mereka berdua, tetap saja ia merasa kesal entah kenapa.

"Nii – chan, beruntung sekali kau bisa menikah dengan Yang Mulia Ratu, andai saja aku yang terlebih dahulu bertemu dengan beliau, mungkin saat ini yang akan menjadi suaminya adalah aku." Ujar Taewoo sambil menyeringai pada Hak.

"Kalian berdua, pindahlah. Biar aku yang duduk di samping Yona." Ucap Hak memerintah. Tapi keduanya malah mengabaikan dan kembali melanjutkan kegiatan sarapan mereka.

"Astaga kalian ini. Ohya kakek, bagaimana kondisi suku angin saat ini ? Aku ingin sekali bisa berkunjung kesana kapan – kapan." Ucap Yona.

"Suku angin dalam kondisi baik – baik saja saat ini Yang Mulia, jika Yang Mulia ingin berkunjung kesana maka kita bisa mengatur jadwal kunjunganmu nanti." Balas Kakek Mundok.

Selesai makan, mereka berjalan – jalan di sekitar istana, tak lama Kakek Mundok dan Taewoo berpamitan karena masih memiliki urusan yang harus di selesaikan.

"Hak, tiba – tiba aku rindu ayah dan ibuku." Ucap Yona sambil memandang kepergian Kakek Mundok dan Taewoo. Hak menoleh dan mengusap kepalanya.

"Kalau begitu, bagaimana jika besok kita pergi ke makamnya ?" jawab Hak sambil tersenyum pada istrinya itu.

"Hm, baiklah." Walaupun orang tuanya telah tiada, kini Yona memiliki Hak sebagai pendamping hidupnya, belum lagi ada teman – temannya yang akan selalu di sampingnya. Ia sangat bersyukur akan hal itu. Berharap bahwa kebahagiaan yang dirasakannya ini tidak cepat sirna.

.

.

.

.

.

~Omake~

"Hak, bisa tolong bangunkan Gin – chan, aku ingin membangunkan Ken – chan." Yona menyuruh suaminya itu membangunkan anak pertama mereka, sedangkan ia sendiri bergegas menuju kamar anak keduanya.

"Ck, anak itu sangat susah bangun. Kenapa harus aku yang membangunkannya ?" Hak menggerutu dalam perjalanan menuju kamar anaknya itu. Setibanya di depan kamar putranya, ia membuka pintu kamar dan langsung berjalan menuju ranjang. Dilihatnya putranya masih terlelap padahal hari sudah mulai siang. Perempatan siku muncul di kening Hak.

"Gin, bangunlah ! Mau sampai kapan kau tidur ? Jika kau tidak bangun juga, mulai malam ini kau harus tidur di hutan belakang selama tiga hari tiga malam." Ucap Hak dengan penekanan. Putranya seketika langsung bangun dan berdiri dihadapan Hak.

"Cih, tega sekali berkata begitu pada anakmu. Aku bangun siang juga gara – gara kemarin kau menyuruhku latihan dengan paman Jaeha dan Kija hingga tubuhku babak belur otou – sama." Hak memukul kepala anaknya itu.

"Kau ini sudah empat belas tahun, dan kemampuanmu masih sangat jauh dari yang kuharapkan. Jadi jangan mengeluh dan cepat bersiap. Paman ShinAh akan mengajarimu teknik berpedang hari ini. Dia sudah tiba sejak pagi." Hak berlalu pergi meninggalkan kamar putranya, dari belakang terdengar teriakan girang putranya itu karena tahu hari ini akan berlatih bersama ShinAh.

"Anak itu." Hak tersenyum dan berjalan menuju ShinAh. Setibanya di ruang latihan, ia melihat putranya yang kedua sudah berdiri di sana dan sudah memegang sebuah pedang kayu.

"Ohayou otou – sama." Sapa anak keduanya dan Hak mengangguk.

"ShinAh, maaf putraku yang pertama sepertinya akan lama tiba disini, sebaiknya kalian mulai lebih dahulu." Ujar Hak. Baru selesai berbicara, tiba – tiba pintu ruangan di buka dengan kencang dan masuklah putra pertama Hak dengan raut wajah senang,

"Shisou, ohayou. Yoroshiku onegaishimasu." Putra pertamanya itu terlihat senang sekali menatap ShinAh dan Hak hanya bisa menggelengkan kepalanya heran dengan sikap putra pertamanya yang aneh.

"Dia mirip sepertimu Hak." Ucap Yona dari belakang Hak.

"Cih, darimananya. Jelas – jelas itu sepertimu Yona." Balas Hak.

"Rambutnya seperti dirimu dan sifat jahilnya sama sepertimu." Jawab Yona tidak mau kalah.

"Tapi sifat cerobohnya sama sepertimu Yona, namun harus kuakui matanya mirip sekali denganmu." Jawab Hak sambil tersenyum.

"Dan mata Ken – chan mirip sekali denganmu Hak." Yona tertawa kecil melihat pertengkaran kedua putranya itu.

"Yona, terima kasih. Terima kasih karena sudah bersedia bersamaku hingga saat ini." Ujar Hak tiba – tiba sambil menatap istrinya itu. Yona mengangguk dan memeluk suaminya itu.

"Tidak perlu berterima kasih Hak, aku juga sangat bahagia bisa bersamamu. Aku mencintaimu." Ucap Yona dan berakhir dengan kecupan Hak dikepalanya.

.

.

.

.

End