Naruto dan karakter lainnya sudah pasti bukan punya saya!

.

Sembunyi selama setahun setelah mengalami insiden yang merubah wujudnya kebentuk saat masih remaja. Naruto, yang dulunya seorang pria dewasa dan juga merupakan atlet timnas voli Jepang dengan julukan si Universaler, dimintai seseorang untuk masuk tim Kuoh Akademi dan menjadikannya juara. Yang mana tim tersebut punya reputasi buruk karena jumlah murid laki-lakinya sedikit.

.


Tap Tap Wush

Bergerak melangkah maju kakinya meloncat tinggi sambil mengayunkan lenganya, remaja rambut merah memukul bola melayang di atas net dengan keras.

Bugh Whus Bldugh

Melihat bola jatuh menukik di lantai lapangan seberang net dengan mata violetnya, remaja tersebut sedikit tersenyum saat rekan timnya datang memberi selamat dan mengucapkan terima kasih berkatnya mereka bisa menang.

Mengakhiri pertandingan dengan kemenangan, mereka jalan keluar lapangan dengan kondisi tubuh lelah berkeringat setelah mejalani 3 set pertandingan. Kemudian mengobrol sambil istirahat.

"Naruto, kudengar kau tidak sekolah, apa itu benar?" tanya pria yang diketahui remaja itu bernama Azazel.

Melihat anak yang dipangilnya dengan sebutan Naruto itu mengangguk, Azezel bertanya lagi. "Kenapa? Bukankan dengan usiamu sekarang, seharusnya kau masih bersekolah!"

"Males ah! Guru di sekolah selalu memberi PR yang bikin pusing kepala" balasnya, membuat orang-orang di sana yang kebanyakan sudah berkelurga tertawa karena mereka juga pernah merasakannya.

"Haha... Benar Naruto, kau tidak perlu sekolah! Apalagi di zaman sekarang sekolah itu cuman ngabisin biaya!" komentar pria berambut abu-abu bernama Gintoki membuat Azezel sekilas meliriknya.

"Jangan dengarkan dia, Naruto!" ucap Azazel serius menatapnya. "Sekolah itu penting! Kau bisa belajar apapun di sana dan mendapatkan ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat buat masa depanmu" lanjutnya memberi nasehat.

"Selain itu, di sana juga bisa mengembangkan bakat yang kau miliki sekarang!" sambungnya meyakinkan.

"Apanya yang perlu dikembangkan? Kau tadi lihat sendirikan kalau kemampuan bakatnya itu sudah seperti pemain proliga!" pria rambut abu-abu itu kembali menyanggah ucapan Azazel.

"Ya aku tahu! Cuma sayang saja kalau dia tidak sekolah" ucap Azazel yang kehabisan kata-kata untuk meyakinkan Naruto.

"Terima kasih pak, atas perhatiannya! Tapi jujur saya males pergi sekolah!" ucap Naruto yang padahal sebenarnya sudah berumur 25 tahun.

Namun karena kejadian setahun lalu, tubuhnya berubah wujud kebentuk yang sekarang terlihat masih remaja 17 tahunan.

"Saya pergi duluan ya" ucap Naruto berpamitan setelah memasukan barang bawaan ke dalam tas gendongnya.

"Ya hati-hati di jalan dan jangan kebut-kebutan bawa motornya!" balas Azazel memberi nasihat layaknya seperti orang tua.

"Nanti ke sini lagi yah" tambah Gintoki.

Naruto mengangguk sambil menggendong tas kemudian berjalan keluar dari gor lapangan voli yang akhir-akhir ini sering didatanginya.

Sesampainya di luar, Naruto menaiki motor Klx BF150 warna merah miliknya, lalu setelah helm cross jpx red terpakai, dia segera melaju untuk pulang.

Saat diperjalanan teringat sesuatu yang harus dibelinnya, Naruto yang sedang mengendarai motornya dengan pelan terus menatap ke sisi jalan mencari keberadaanya.

"Kyaa.."

Mendengar sebuah teriakan dari arah depan, Naruto langsung menarik rem motornya saat akan menabrak seorang gadis berambut hitam sebahu berkacamata tengah membawa barang belanjaan.

Meskipun tahu jika motornya itu tidak sampai mengenainya, Naruto yang merasa bersalah turun untuk memastikan keadaan orang yang hampir ditabraknya. "Maaf, gadis kecil! Apa kau tidak apa-apa?"

"Kau... Kalau pakai motor lihat jalan! Jangan meleng ke mana saja!" ucap gadis kacamata itu marah.

Namun gadis bernama Sona itu marah bukan karena hampir saja celaka, melainkan Naruto memanggilnya gadis kecil. Sebuah panggilan yang paling dibencinya.

"Sekali lagi saya minta maaf! Kalau ada yang sakit, mari saya antar anda berobat" Naruto dengan sikap dewasanya ingin bertanggung jawab.

"Tidak perlu! Lain kali bawa motor yang benar!" balas Sona ketus sambil berlalu meninggalkan Naruto merasa malu dinasihati orang yang jauh lebih muda darinya.

Berbalik menaiki motornya dan melupakan apa yang ingin dibelinya, pria dengan rupa remaja itu kembali melanjutkan perjalanannya dengan mata violetnya menatap fokus ke jalanan aspal seperti nasehat Sona.

Menghabiskan waktu beberapa menit di jalan, Naruto yang baru sampai di tempat tinggalnya menghela napas dalam dibalik kaca helmnya.

Pria rupa remaja itu menghela napas bukan karena lelah menjalani rutinitasnya, melainkan orang yang belakangan hari ini sering datang menemuinya dan sedikit mengganggu itu kini sedang menunggunya sambil berdiri di depan pagar rumahnya.

"Buka pagarnya!" ucap Naruto mengasongkan kuncinya.

"Buka saja sendiri!" balas yang menungunya itu seorang wanita rambut ungu gelap diikat ekor kuda dengan pakaian kaos putih ditutupi jaket jeans serta celana jeans abu-abu ketat bolong bagian lututnya.

Wanita cantik yang terlihat tomboy itu menolak karena pagar rumah Naruto yang terbuat dari besi dan tinggi itu sudah pasti berat baginya.

"Ya sudah pulang sana!" ucap Naruto turun dari motornya, lalu membuka kunci gembok pagar rumah dengan tangannya sendiri.

"Selain wujud, ternyata sifatmu juga berubah!"

"Masalah buatmu?" sambil mendorong pagar rumahnya, Naruto menatap malas wanita yang sudah dikenalnya dari masa SMA itu bernama Mitarasi Anko. Satu-satunya orang yang belum lama ini tahu perubahan pada dirinya.

Bukannya membantu menyelesaikan masalah perbahan wujudnya, wanita tomboy itu malah meminta bantuan dengan memanfaatkannya.

Di mana dia ingin memasukannya ke tim bola voli putra di Kuoh Akademi yang jumlah murid laki-lakinya sedikit. Dan tentu langsung ditolak, karena itu sama dengan menyuruhnya kembali sekolah yang menurutnya hal itu tidak mungkin dilakukan.

Selain karena malas mengerjakan berbagai tugas yang diberikan guru setelah bertahu-tahun lulus dengan susah payah, dengan usia aslinya itu sama dengan tindakan penipuan.

"Ya sangat! Sebagai sahabat kau sudah berlaku kasar padaku!" ucap Anko terlihat kesal, dan itu membuat Naruto merasa bersalah.

"Aku minta maaf!" balas pria berwjud remaja itu sebelum memasukan motornya ke garasi dan diikuti Anko yang sudah pegal berdiri langsung duduk santai di kursi teras depan rumahnya.

"Kenapa warna rambutmu diubah?" tanya Anko saat Naruto membuka helmnya meperlihatkan rambut yang tadinya pirang berubah jadi merah darah.

"Dan apaan itu? Matamu juga!" lanjutnya kaget pria rupa remaja itu menatapnya dengan mata violet, padahal mata aslinya itu biru. "Kau pakai softlens!?"

"Yah setelah kau mengenaliku dengan mudah, aku memutuskan mengubah penampilan agar tidak ada lagi yang tahu keadaanku sekarang"

"Kenapa kau terlihat seperti menyembunyikan diri, Naruto?" ucap Anko dengan wajah sedih melihat temannya yang dulu merupakan atlet timnas voli jepang, yang seharusnya bisa hidup bahagia dengan apa yang sudah dicapainya.

Sekarang malah berubah wujud kebentuk saat dia masih remaja, menghilangkan semua yang sudah dicapainya, seperti, popularitas dan gaji dari pihak sponsor, bersamaan dengan kabar kematiannya setahun yang lahu.

"Aku tidak mau dianggap orang aneh apalagi penyakitan atas keadaanku sekarang!" balas Naruto yang kini sedang membuka kunci pintu rumahnya berlantai dua. "Tidak semua orang berpikiran sama denganmu, Anko!"

Mana ada pria dewasa kembali ke usia remaja? Apa itu masuk akal?

"Tapi Yugou dan yang lainnya pasti menerima keadaanmu sekarang!" balas Anko mengusap matanya berair. "Kau tahu mereka sangat sedih saat kau tiba-tiba menghilang dan dikabarkan sudah meninggal"

"Ya aku tahu!" ucap pria rupa remaja itu sedikit bosan karena Anko sudah memberituhanya saat pertama kali melihat keadaannya.

"Tapi sekarang aku yakin mereka pasti sudah lupa denganku!" sambungnya membuat Anko sangat tidak terima dengan pernyataannya itu.

"Tidak! Mana mungkin mereka melupakanmu begitu saja! Kau itu orang paling berharga bagi kami, Naruto" ucap Anko membuat perasaan si pria rupa remaja yang ikut duduk berhadapan dengannya, tersentuh bahagia mendengarnya.

Namun baginya itu hanya masa lalu. "Sudahlah! Sekarang ada perlu apa lagi kau menemuiku..?" tanya Naruto terdengar sinis. "Jika masih sama seperti kamarin, jawabannya tetap tidak!"

Menenangkan diri sambil berpikir mengingat rencananya, Anko mulai berucap. "Coba saja dulu Naruto! Mungkin dengan itu orang-orang yang merubahmu saat kasus penculikan dulu kembali mendatangimu!"

"Yah memang itu mungkin saja!" balas Naruto sedikit tertarik dengan ucapan Anko, karena dengan itu dia bisa kembali kewujud aslinya setelah menangkap mereka.

"Tapi, apa tidak masalah jika aku sekolah? Kau tahu sendirikan kalau kita ini seumuran" ucap Naruto masih ragu.

"Selama identitasmu tetap terjaga, aku yakin itu tidak jadi masalah!" ucap Anko meyakinkan.

"Kenapa kau ingin sekali aku masuk tim Kuoh Akademi, Anko?" ucap Naruto penasaran dengan kegigihannya.

"Sebagai pelatih aku ingin membawa tim Kuoh menjuarai turnamen tahun ini dan memperbaiki reputasi sekolah yang setiap tahunnya semakin turun dengan jumlah murid laki-lakinya sedikit"

"Menurutku, dengan sifatmu yang galak! Kau pantas jadi pelatih, Anko!" ucap Naruto entah memuji atau mengejek, tapi wanita tomboy itu kini sedikit tersenyum.

"Jadi bagaimana keputusanmu? Apa kau mau membantuku?" Anko ingin tahu kepastiannya.

"Nanti biar kupikir-pikir dulu! Karena ini terlalu beresiko! kalau identitasku terbongkar, maka keberadaanku di sana akan dianggap sebagai penyusup" ucap Naruto masih ragu. "Dan itu termasuk tindak penipuan!"

"Kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa! Aku tidak mau kau mengangnggapku egois karena mementingkan diriku sendiri!"

"Aku tidak mungkin menganggapmu seperti itu, Anko! Karena kau..Ah baiklah, nanti besok akan kuberitahu gimana keputusannya!"

Meskipun tidak mau mengecewakan sahabat yang meminta bantuannya itu terlihat murung, pria rupa remaja itu tetap harus memikirkannya secara matang karena jika menyanggupinya dia harus keluar dari zona nyaman sekarang.

"Sungguh?"

"Ya!"

"Janji?"

"Yaa!"

"Awas kalau bohong!"

"Ya ya, sekarang sudah hampir malam, pulang sana!" balas Naruto kesal karena ucapannya tidak langsung dipercaya.

"Apa kau tidak mau memberiku minum dulu? Aku haus tahu, mununggumu lama di luar!" ucap Anko terlihat kembali ceria, membuat Naruto merasa dipermainkan.

"Ambil saja sendiri!" balasnya jadi tambah kesal.

Namun Anko dengan antusias segera masuk ke dalam rumah Naruto, lalu dia melihat-lihat barang di sana yang menurutnya tertata rapih untuk seorang pria yang belum berkeluarga.

Kemudian dia berdiri cukup lama dengan mata coklatnya tertuju pada beberapa bingkai poto yang terpampang di lemari. Di mana beberapa poto itu menunjukan kedekatan Naruto yang dulu berambut pirang bersama keluarganya.

Lalu Naruto dewasa yang sedang memegang piala dengan kalung mendali. Dan di salah satu poto yang terpampang itu ada dirinya, Naruto yang tersenyum di samping Yugou dan teman yang lain saat perpisahan SMA.

"Dapurnya ada di ujung sana, Anko!" ucap pria rupa remaja itu mengagetkannya. "Ah ya maaf, apa kaluargamu sudah tahu keadaanmu yang sekarang?"

"Tidak ada yang tahu selain kau! Jadi aku harap kau tidak memberi tahu yang lainnya" pintanya, membuat Anko langsung berasumsi. "Jadi kau tinggal sendirian di rumah segede ini?"

"Kau tenang saja, aku tidak akan memakanmu!" ucap Naruto membuat wajah Anko yang tahu maksudnya langsung merona.

"Apa punyamu juga ikut mengecil?"

"Dasar mesum! Pergi sana ke dapur, katanya tadi haus!" ucap Naruto mendorong punggung Anko menunjukan tempatnya.

"Lagian kau duluan yang mulai!" namun meski begitu Anko senang bisa menjahili Naruto lagi.

"Ya maaf, aku hanya bercanda" balas Naruto sambil berbalik meninggalkan Anko sendirian di dapur.

"Apa kau sudah makan?" tanya Anko yang kini mengambil gelas di rak, tapi tidak ada balasan dari Naruto, karena dia masuk ke kamarnya di lantai atas.

Mengingat Naruto yang tinggal sendirian dan tadi baru pulang, Anko yang dahaganya sudah hilang setelah minum segelas air, memutuskan membuat makanan untuknya.

Namun saat melihat kulkas yang kosong tidak ada bahan makanan untuk dimasak dan lemari atas yang isinya ramen semua, Anko berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala.

Benar-benar tidak terurus! Pikirnya.

"NARUTO..." teriak Anko kesal karena pria rupa remaja itu terlihat tidak bisa mengurus dirinya.

"Apaan sih? Brisik tau!" Naruto yang baru turun dari tangga dengan telanjang dada dan hanya memakai celana kaos pendek bekas bermain voli tadi segera jalan ke dapur.

"Kau, ieuh kenapa tidak pakai baju?" ucap Anko memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Aku yang tidak pakai baju, kenapa kau yang malu?" balas Naruto cuek mengambil gelas bekas minum Anko dan mengisinya kembali. "Oh ya tadi kenapa kau berteriak?"

"Pakai dulu baju yang benar sana! Nanti antar aku pulang sambil makan di luar!" ucap Anko menormal jantungnya berdetak cepat melihat dada sixpack Naruto yang telanjang setengah badan.

"Males, pulang saja sendiri!" balas Naruto yang langsung minum air.

"Ayolah Naruto, kali ini saja! Aku lagi males naik kendaraan umum!" ucap Anko terlihat merajuk.

"Nanti kutraktir makan bagaimana? Mau kan!" sambungnya memberi umpan.

"Kalau begitu, kenapa kau tidak naik taxi saja?" ucap Naruto menyarankan setelah meleguk habis airnya.

"Mahal anjim!" balas Anko cepat membuat pria rupa remaja itu langsung menatapnya sambil mendengus.

"Dasar tomboy!" ucapnya keluar dari dapur. "Ya sudah tunggu saja! Aku mandi dulu"

"Jangan lama-lama mandinya! Nanti aku bosan bagaimana?" ucap Anko ikut keluar dari dapur.

"Bodo amat!"

Mengalihkan perhatiannya dari Naruto sudah naik ke lantai atas, Anko melihat-lihat kembali barang yang ada ruangan tengah. Kemudian dia berhenti di depan lemari dengan banyaknya action figure dan sederetan buku komik tertata rapih.

Puas melihat action figure satu persatu, Anko duduk di sopa dan tak lama kemudian Naruto dengan rambut merah jabrig berantakan turun mengenakan jaket kulit pas ukuran tubuhnya dibiarkan terbuka memperlihatkan kaos hitam di dalamnya.

Dan bawahannya pria rupa remaja itu mamakai celana jeans ketat bolong bagian lututnya serta sepatu sneakers hitam bercorak merah senada dengan rambutnya.

"Kalau tidak tau umurmu yang sebenarnya, aku pasti akan menganggapmu anak berandalan!" ucap Anko mengomentari penampialan Naruto yang mengenakan pakaian serba hitam.

"Baguslah kalau begitu! Aku tidak mau terlihat culun!" balas pria rupa ramaja itu mengambil helm yang dipakainya tadi.

"Mana helm buatku?"

Naruto menghela napas mendengar pertayaan Anko. "Tidak ada! Nanti beli di jalan!" balasnya sambil melangkah keluar rumahnya karena selama setahun ini hidup sendiri jadi dia tidak pernah membonceng orang lagi.

Anko yang tidak mau mempermasalahkan itu mengikutinya dari belakang dengan keadaan langit di luar terlihat gelap tanda waktu sudah berganti malam. Setelah mengunci keamanan rumah, mereka berdua mulai jalan ke tempat tujuan.

Duduk tenang di jok belakang tanpa pegangan pada Naruto di depan mengendari motornya pelan, Anko, si wanita tomboy menikmati suasa malam bercahakan lampu bangunan berjejer di sisi jalanan menerangi setiap makhluk dengan aktivitasnya masing-masing.

Berbelok menghentikan laju motornya di depan toko yang buka dengan keberadaan beberapa orang di dalamnya, Naruto menyuruh Anko turun dan masuk duluan untuk memilih helm yang ingin dibelinya. Akan tetetapi si tomboy itu tetap menunggunya untuk masuk bersama.

"Nanti kita makan di sana saja yah" ucap Anko menunjuk lestoran di seberang jalan setelah Naruto membuka helmnya.

"Ogah! Di sana saja!" balas Naruto menunjuk toko yang terlihat sepi membuat kening Anko langsung berkerut. "Ramen?" balasnya sambil melihat papan iklan terpampang di sana.

"Ya! Apa kau tidak mau?" Naruto berucap saat raut wajah si tomboy menunjukan eksperi yang terlihat enggan.

"Kau jangan keseringan makan ramen, Naruto! Itu tidak baik untuk kesehatanmu!" balas Anko masih ingat betul jika di dapur pria rupa remaja itu juga terdapat banyak ramen.

"Sudahlah urusan itu nanti bahasnya! Sekarang ayo kita masuk!" ucap Naruto yang kini merasa keberadaannya diperhatikan banyak orang.

Pria rupa remaja rambut merah, mata violet itu mengajak si tomboy pergi ke dalam toko helm sambil menggandeng lengannya membuat orang-orang iri dengan kedekatan mereka.

"Punya rupa bagus memang enak! Mau gadis atau janda pasti mudah didapatnya!" ucap pria sedang duduk di motornya menunggu orderan dan temannya di sana mengangguk setuju.

Berbeda dengan pria tersebut yang iri dengan Naruto, di tempat lainnya yang memperlihatkan beberapa wanita berpakaian sexy duduk sambil merokok merasa iri dengan Anko.

"Bisa dapat barang bagus, pasti dia anak orang kaya!"

"Pasti itu! Kalau tidak punya uang banyak mana ada yang mau dengan wanita tomboy seperti dia!"

Sementara orang yang dibicarakan kini tengah bingung berkeliling memilih barang yang cocok untuk dibelinya.

"Yang ini saja!" ucap Naruto sambil menunjuk helm warna pink sangat cocok untuk wanita... Ah, dia lupa jika..

"Iekh, gak!" Anko dengan ekspresi jijik menolak mentah-mentah. "Norak tahu!" ucapnya pelan.

Naruto yang sudah menduganya berkeliling mencari lagi yang pas dengan sifat Anko yang tomboy. "Ini bagaimana?" ucapnya menunjuk helm yang sama dengan miliknya sekarang tapi berbeda warna.

"Aku ingin yang merah!" Anko kembali menolak saat ditawari helm cross jpx warna hitam.

Menahan rasa kesalnya karena si tomboy ingin helm yang sama dengannya, Naruto menghela napas sebelum akhirnya berbicara. "Tidak ada! Aku sudah mencarinya tadi!"

"Ya sudah yang ini saja!" balas Anko mengambil helmnya, kemudian pergi ke kasir diikuti Naruto yang langsung membayar biayanya.

Setelah mereka keluar dari toko helm, si pria rupa remaja itu langsung mengajak si tomboy untuk makan ramen di tempat kesukaannya. Meski sempat ditolak kedua orang itu akhirnya makan di sana.

Berberapa menit berselang mengakhiri makan bersama diselingi obrolan, mereka melanjutkan tujuannya. Duduk di belakang dengan rambut ungunya ditutupi helm, Anko merasa senang karena bisa menikmati perjalanan pulang ke rumahnya ditemani Naruto.


Bldugh

Mendengar suara pantulan bola membentur lantai tembok, Naruto yang baru datang di gor lapangan voli kemarin memarkirkan motor di tempat biasanya.

Turun dari motor sambil membuka helmnya, pria rupa remaja rambut merah itu dengan mata violetnya menatap banyak kendaraan terparkir rapih di sana .

"Sepertinya banyak orang!" gumannya.

"Naruto ayo masuk, pertandingannya sudah dimulai!" Azazel menyambut kedatangannya setelah mendengar suara kenalpot motornya.

Menghampiri pria yang tadi sempat menelpon dan memberitahunya untuk datang lebih awal dari biasanya, Naruto ikut masuk bersamanya.

Sesampainya di dalam gor pria rupa remaja itu mengerutkan keningnya saat melihat si tomboy mengenakan pakaian training hitam bersama beberapa remaja yang dia duga kalau mereka itu murid Kuoh Akademi yang dilatihnya.

Menaruh tas gendongnya, lalu membuka jaket training hitam yang dipakainya, Naruto dengan baju singlet olahraga warna putih dan celana kaos hitam pendek serta sepatu mizuno wave merage, mulai pemanasan untuk meregangkan setiap otot tubuhnya.

Bldugh

"UWOOAH"

Mendengar teriakan keras Gintoki, Naruto yang masih pemanasan meliriknya sekilas. Dia pikir, pria rambut abu-abu itu selalu semangat dan terlihat serius menghadapi lawan tandingnya tanpa pandang bulu.

Menyudahi pemanasannya, pria rupa remaja itu masuk lapangan menggantikan libero yang ada tim Azazel, dan itu membuatnya jadi pusat perhatian lawan karena dia berada di tim yang jauh lebih senior dari mereka.

Anko yang sudah menyadari keberadaannya saat masih pemanasan, memberinya kode lewat tatapan tajam untuk tidak terlalu serius menghadapi anak asuhnya.

Namun dengan seringainya, Naruto malah berpikir untuk sebaliknya.

"Seperti biasa Naruto?" Azazel yang jadi tosser memastikan umpannya terhadap si pria rupa remaja yang jadi penyemash.

"Coba Quyck, pak!" ucap Naruto yang siap-siap dengan mata violetnya menatap pemain lawan melakukan service.

Priitt

Bugh Wush

duagh

"Kasih mereka kejutan, Naruto!" ucap Gintoki setelah berhasil menahan bola pertama yang kini mengapung ke arah Azazel.

Tap Tap Tap

Di saat bersamaan Naruto juga melangkah ke arahnya.

Wush Bugh Bldugh

"UWOOH... bagus Naruto!" ucap Gintoki senang sekaligus kagum melihat gerakan cepat dan pukulan keras Naruto yang menukik tajam di garis serang tim lawan.

Sementara Anko menatap pria rupa remaja itu kesal karena pukulan cepat dan sangat keras itu sudah pasti mengejutkan anak asuhnya. Sampai Vali, remaja rambut perak yang jarang menunjukan ekspresinya pun kini mematung dengan pandangan melebar.

Sadar dari keterkejutannya tim Kuoh Akademi siap-siap membalas serangannya. "Saji umpan padaku" ucap remaja tubuh kekar mengambil ancang-ancang untuk melakukan smash.

"Sairaorg, sekarang giliranku yang mukul!" ucap Vali dari arah seberangnya terlihat ingin balas dendam dan itu membuat Saji binggung harus mengumpan pada siapa, karena mereka berdua sama-sama seniornya.

"Hei, berikan bolanya pada bocah rambut perak itu!" bisik Naruto berdiri dekat jaring net bersiap untuk memblock spiker lawan, membuat Saji yang mendengarnya pun mengerutkan kening, tapi setelah itu dia tidak bingung lagi siapa yang harus diberinya umpan.

Priitt

Melihat datangnya bola dari service lawan, Saji, remaja rambut pirang siap-siap melemaskan jari lengannya untuk menyambut bola yang kini ditahan remaja rambut coklat.

Dugh

"Maaf saji!" ucap Issei menyesal karena buruk dalam menahan bola pertamanya, membuat Saji kesal bergerak mengejar bola melenceng dari posisinya.

Menatap bola di atas kepalanya, Genshirou Saji mengangkat kedua lengannya dan langsung memberi umpan tinggi sedikit jauh dari net ke arah remaja kekar yang siap-siap meloncat.

Setelah timingnya pas, Sairaorg meloncat tinggi, lalu memukul bola dengan full power ke arah tempat yang sudah ditargetkannya

Bugh

Wush plak

Dug

.•.

Tobecontinue.


Saya membuat cerita ini karena terinspirasi dari Hikyuu dan Relife. Semoga cerita yang ini bisa menghibur kalian.

Sekian dan terima kasih.