AN: Fanfic ini merupakan spin-off dari fanfic Golden Magic. Happy reading!


Golden Magic: Pirate King

Naruto © Masashi Kishimoto

One Piece © Eiichiro Oda

Ditulis tanpa mengharapkan keuntungan materil sedikit pun

Warning: Out of Character, Over Power Naru!

Summary: Setelah mengalahkan Diehauser, Tobio menemui Naruto di ruang kerjanya dan memberikan buah aneh. Merasa perlu memeriksanya lebih lanjut, Naruto menggunakan kemampuan Time Stone-nya. Tanpa disangka, mereka berdua sampai di sebuah dunia yang sangat berbeda dengan dunianya. Tujuannya? Tentu, mencari Magic Stone lain!

AN: Untuk perjalanan awal Naruto di East Blue, saya akan mengambil beberapa referensi pulau dan kota dari game Assassin's Creed IV Black Flag dan Assassin's Creed Rogue. Silahkan cek Youtube untuk melihat gambaran pulau-pulaunya. Atau ke Google aja. Bebas.

.

Fanfiction 2021/BijiBapakMu/Fanfiction 2021

.

Arc I: Morrigan's

Chapter 1: New World


Naruto menguap bosan setelah menyelesaikan tumpukan kertas yang ada di mejanya. Hari ini adalah hari yang tenang setelah kemarin ia mengalahkan Diehauser Belial. Ia melirik kursi wakilnya yang kosong, sudah lebih dari 10 menit ia meminta Coriana untuk membeli minuman dan camilan ringan, gadis itu belum kunjung datang juga.

Naruto mengalihkan perhatiannya pada pintu saat ia mendengar suara ketukan. "Masuk!"

Saat pintu dibuka, ia bisa melihat Tobio yang datang sambil membawa buah aneh di tangannya.

"Aku menemukan ini semalam di hutan belakang sekolah," kata Tobio sambil menyimpan buah tersebut di atas meja.

Naruto memerhatikan sebentar. Ia tak pernah melihat buah berbentuk aneh seperti ini. Sekilas, buah ini berbentuk seperti apel, tetapi warnanya biru cerah dengan pola riak air di berbagai sisi. "Kau tahu jenis buah ini?" tanya Naruto.

Tobio hanya menggeleng pelan sebagai jawabannya.

"Mungkin saja buah itu berasal dari dimensi lain, seperti Asgard." Fenrir berkata sambil menyeringai, nampaknya ia bisa mencium sesuatu yang menarik.

Tak ada yang salah dengan perkataan Magical Beast tersebut. Beberapa benda memang dapat melintasi dimensi jika seseorang menghendakinya. Dimension Travel memang sudah menjadi bagian dari jenis sihir yang diketahui semua orang bahkan sejak ratusan tahun lalu. Hanya saja, sangat jarang orang yang bisa menguasainya.

Jika benar perkataan Fenrir, mungkin ini adalah tiketnya menuju dunia para dewa Nordik, atau mungkin ini akan menghantarkannya pada dunia lain yang belum ia kenal. Siapa tahu, di sana terdapat Magic Stone yang ia cari. Tak ada salahnya untuk mencoba.

Naruto mengangguk pelan setelah memikirkan beberapa rencana. Ia menyunggingkan senyum tipis seperti biasanya. "Aku penasaran dengan buah ini, apa kau ingin ikut aku untuk memeriksanya?"

Tobio tersentak kemudian tersenyum lebar. "Apakah berarti aku bisa melintasi waktu sepertimu?"

"Tentu saja," kata Naruto.

"Kalau begitu, aku ikut!"

"Bagus." Naruto sudah memutuskan bahwa ia akan mengajak Tobio untuk memeriksa dari mana asal buah aneh itu. "Tapi, aku perlu sedikit persiapan. Kita tak tahu dunia atau zaman macam apa yang ada di depan. Kita akan bertemu di hutan belakang sekolah tepat jam 12 malam, gunakan seragam Espadamu. Persiapkan semuanya, Tobio."

"Serahkan padaku."


Tepat jam 12 malam, Naruto dan Tobio sudah bertemu di hutan belakang. Mereka berdua memakai seragam Espada sesuai perintah Naruto. Tobio terlihat seperti tak membawa apa-apa, ia menyimpan semua barangnya di dimensi penyimpanan. Sementara Naruto terlihat hanya membawa katananya.

Naruto mengeluarkan Time Stone dari tubuhnya. Proses perjalanan waktu akan dimulai. Tobio memegang bahu Naruto agar ia ikut terseret saat batu itu mulai bekerja. Beberapa saat kemudian, muncul pedaran cahaya kuning yang sedikit penyilaukan perlahan memakan mereka berdua, lalu lenyap saat cahaya kuning itu hilang.


Port Menier, East Blue

Di sebuah pulau yang tertutupi oleh salju, Naruto dan Tobio muncul. Mereka berdua membuka mata dan melihat ke sekeliling. Tak ada apa pun selain salju dan pepohonan. Naruto kemudian mengonsentrasikan sensornya, setelah beberapa saat ia menatap Tobio.

"Aku tak merasakan pancaran mana di sekitar sini, tapi aku merasakan beberapa hawa manusia tak jauh di depan."

Tobio mengangguk. "Aku juga. Apa mungkin dunia ini bukan dunia kita?"

"Bisa jadi. Hawa di sini sangat berbeda dengan dunia kita yang dipenuhi energi sihir."

Naruto dan Tobio memutuskan untuk menepi dan duduk sebentar di pohon yang tak jauh dari posisi mereka. Hawa di sini sangat dingin, beruntung seragam Espada di desain untuk menahan hawa rendah. Mereka tak terlalu terganggu dengan dinginnya salju.

"Jadi, apa yang akan kita rencanakan?" tanya Tobio.

Naruto tersenyum tipis. "Menjelajahi sebentar dunia ini tak buruk, kita harus mencari informasi tentang keberadaan Magic Stone yang lainnya. Jika di dunia ini ada, maka kita akan mengambilnya."

Tobio mengangguk. "Begitu, pertama-tama kita harus mencari informasi, kan?"

"Tentu. Dengan kemampuanku dan Kyoka Suigetsu aku bisa menghipnotis seseorang untuk menjawab semua yang aku tanyakan. Beruntung, di depan kita ada beberapa hawa manusia. Tidak, mungkin puluhan. Kita akan ke sana."

Tobio yang sebelumnya bersender ke batang pohon berdiri tegak sambil merentangkan tangannya. "Sudah lama aku tak beraksi. Jika seandainya terjadi pertempuran, biarkan aku yang membereskan semuanya."

Naruto menyeringai. "Lakukan sesukamu."

Mereka berdua lalu pergi menuju tempat yang dipenuhi hawa manusia. Letaknya tak terlalu jauh dari posisi mereka. Setelah Naruto dan Tobio sampai, mereka bersembunyi di balik batu besar sambil melihat keadaan.

Di bawah mereka, tepatnya di bibir pantai, terlihat puluhan orang yang memakai seragam sama. Naruto dan Tobio tentu tahu bawah kumpulan orang itu adalah tentara. Tetapi, mereka tak pernah mengenal seragam itu sama sekali.

Para tentara tersebut sedang membuat kemah. Ada satu hal yang menarik perhatian mereka berdua, dua buah kandang besi besar dengan belasan orang di dalamnya.

Tobio menoleh pada Naruto. "Kau memikirkan hal sama denganku, bukan?"

Naruto tersenyum. "Besar kemungkinan yang ditawan adalah bajak laut. Pakaian dan aksesoris mereka menunjukkan bawah mereka adalah bajak laut. Lalu, jika aku tak salah berarti pasukan itu adalah Marine dari negara tertentu."

"Angkatan laut ya?" Tobio sedikit berpikir.

Naruto dan Tobio bukan orang yang bodoh. Setelah mengetahui situasi, mereka berencana untuk membebaskan bajak laut itu dan mencari informasi dari mereka. Terlalu merepotkan jika berurusan dengan pasukan yang memiliki segudang protokol itu.

"Jadi, pertempuran tak akan terelakkan lagi?" tanya Tobio dengan seringai tipis.

Senyuman Naruto mengembang. "Lakukan sesukamu."

"Baiklah!"

Tobio melompat menuju puncak batu raksasa itu. Posisinya masih belum diketahui. Ia menghitung berapa total jumlah pasukan musuh. "Hmm, 32 ya … lumayan untuk pemanasan."

Setelah perkatannya ia melompat dan mendarat tepat di kerumunan pasukan itu. Semua perhatian langsung tertuju pada dirinya dan pasukan itu menyiapkan senjata masing-masing setelah diberi perintah oleh atasan.

Puluhan senapan laras panjang teracung padanya.

"Siapa dan dari mana kau? Apa kau bagian dari bajak laut? Jawab aku!"

Tobio melirik orang yang tadi bertanya padanya lewat ekor mata. Jika dilihat dari atribut yang ia kenakan, Tobio bisa tahu bahwa dia adalah pemimpin pasukan ini. Ia sedikit tersenyum. "Aku bukan siapa-siapa, aku juga bukan bajak laut. Tapi, tujuanku ke sini untuk membebaskan bajak laut."

Rahang sang pemimpin pasukan itu mengeras. Ia merentangkan satu tangan ke atas. Siap memberi aba-aba. "Semua pasukan, tembak!"

Tobio menyeringai tipis lalu bergumam. "Hari ini cuacanya sangat cerah."

Belum sempat pasukan itu menekan pelatuk senapannya, pergerakkan mereka terhenti karena sesuatu yang menancab di tubuh mereka dari belakang. Perlahan, genangan darah mulai mencemari salju yang putih.

Semua tercengang melihat suatu benda hitam yang ujungnya runcing menusuk mereka semua. Itu adalah kekuatan Tobio. Ia bisa membuat berbagai macam senjata dari bayangan yang ada. dalam kasus ini, Tobio menggunakan bayangan pasukan itu.

Hanya dalam sekali gerakan tangan, Tobio mampu membunuh puluhan pasukan sekaligus. Satu per satu mereka ambruk setelah nyawa terlepas dari tubuhnya. Para bajak laut yang menatap hal mengerikan di depan mereka hanya bisa melotot sambil membuka mulut. Sangat mengerikan, batin mereka kompak.

Mereka lalu menatap ngeri dengan keringat dingin yang membeku sebelum menetes melalui pelipis. "To-tolong ampuni kami," ucap salah seorang dari mereka.

Tobio tak berbicara dan segera melepas kunci kandang besi itu. Naruto keluar dari tempat persembunyiannya kemudian menghampiri Tobio.

"Kerja bagus," ucap Naruto.

"Terima kasih," kata Tobio.


Saat ini, Naruto dan Tobio sedang menghadap belasan bajak laut yang baru mereka bebaskan. Hawa kepemimpinan Naruto dapat dirasakan oleh semua orang dan itu membuat mereka secara tak sadar ciut dan diam. Naruto memerhatikan satu per satu bajak laut itu mulai dari ujung kanan hingga ujung kiri. Total ada 15 orang.

"Kalian semua adalah bajak laut, benar?" tanya Naruto dengan nada lembut. Tetapi di kuping mereka suara remaja berambut pirang itu bagaikan malaikat pencabut nyawa.

Mereka mengangguk dengan ketakutan.

"Mana orang yang memegang jabatan kapten kapal?" Naruto bertanya lagi.

Tak ada yang menjawab untuk beberapa saat. Setelah itu, seseorang maju satu langkah dan menjawab dengan terbata-bata. "Ka-kapten serta wakil kapten kami sudah dibunuh oleh angkatan laut."

"Begitu." Naruto mengangguk mengerti. Ia terdiam sesaat sambil melihat sebuah kapal yang berada tak jauh dari bibir pantai. "Apakah itu kapal kalian?"

Mereka semua mengangguk.

Naruto dan Tobio saling pandang kemudian mengangguk bersamaan. "Kalau begitu, aku yang akan mengisi jabatan kapten dan temanku, Ikuse Tobio yang akan menjadi wakil kaptennya. Namaku Namikaze Naruto. Ada ada yang keberatan?" Naruto sedikit mengeluarkan hawa intimidasi agar semua orang mengangguk.

Benar saja, mereka cepat-cepat mengangguk.

"Bagus! Aku tak peduli sebutan bajak laut kalian sebelumnya, tapi mulai sekarang kalian adalah bagian dari Espada Kaizoku-dan!"

"Aye, Kapten!" seru mereka mulai menghilangkan rasa takut.

"Tugas pertama kalian adalah mengumpulkan semua suplay yang ada di pulau ini. Ambil semua barang yang berguna!"

"Aye, Kapten!"

Lalu para bajak laut yang berjumlah 15 orang itu segera menyebar menjalankan perintah Naruto. Ada yang melucuti semua senjata dari pasukan marine yang telah mati, ada juga yang menyisir pulau guna mencari bahan makanan. Sementara Naruto dan Tobio memeriksa beberapa tenda.

Proses itu berjalan hingga matahari hampir terbenam. Kini, di depan mereka sudah terdapat tumbukan barang yang berguna. Seperti senjata dan pakaian bersih. Suplai makanan dan air bersih juga cukup untuk seminggu perjalanan di laut.

Tobio bertugas mencata semua persediaan mereka. Setelah mencatat semuanya ia melaporkannya pada Naruto. "Ada 50 pedang, 20 senapan, 40 pakaian bersih untuk pria, beberapa suplai makanan segar dan sisanya ratusan peluru."

Naruto mengangguk. "Baiklah teman-teman!" Naruto berjalan sambil melihat kondisi kru bajak lautnya yang bisa dibilang tidak enak dipandang. "Pertama, ganti baju kalian! Kalian terlihat seperti bajak laut miskin. Kedua, ambil masing-masing satu pedang dan senapan. Setelah semua selesai sisanya bawa ke dalam kapal dan kita siap berlayar."

"Aye, Kapten!"

Sesuai perintah Naruto, mereka mengganti pakaian. Kini bajak laut Espada terlihat tidak seperti gembel lagi. Cukup enak untuk dipandang mata. Setelah semuanya selesai, mereka mengangkut suplai ke dalam sekoci. Ada dua sekoci di sana. Naruto dan Tobio memakainya satu serta sisanya digunakan krunya untuk memindahkan suplai secara bergiliran.

Kini, Naruto sudah berada di dek kapal. Ia melihat-lihat kondisi kapal yang dirasa cukup bagus dan terawat. Saat ia menuju belakang kapal ia bisa melihat nama Morrigan. "Jadi kapal ini namanya Morrigan ya, tak terlalu buruk."

Naruto yang ditemani Tobio masuk ke dalam captain's cabin. Terlihat nyaman untuk ditempati dengan ruangan yang luas dan terdapat kasur tidur di sebelah meja kapten. Di tengah terdapat meja bundar dan di atasnya ada map yang judulnya bertuliskan East Blue.

"Jadi kita sedang berada di East Blue ya," gumam Naruto.

Tobio memerhatikan peta itu dengan serius. Begitu banyak pulau yang tergampar di peta itu dan tentu saja, peta ini tak sama seperti peda dunianya. Positif bahwa mereka berada di dunia lain.

Naruto duduk di kursi kapten. Cukup nyaman dengan penerangan yang redup. Ia bisa bersantai di sini saat kondisi sedang terkendali. Naruto juga melihat dua buah peti emas dan satu lemari pakaian. Ia membuka dua buah peti emas itu dan kosong. Besar kemungkinan sudah diambil oleh bajak laut lain atau pasukan marine. Setelah itu, ia memeriksa lemari pakaian dan melihat beberapa setel pakaian.

Sementara dengan Tobio, ia melihat beberapa pedang yang terpajang di dinding. Kemungkinan besar pedang-pedang ini adalah senjata sang kapten sebelumnya.

"Bagaimana, kau merasa nyaman dengan kapal ini?" tanya Naruto yang menutup kembali lemari itu.

Tobio mengangguk. "Lumayan meski kapal ini tak besar."

"Kapal ini jenisnya adalah Sloop-of-war dengan panjang 48 meter. Sedikit lebih kecil dari kapal jenis Brig."

"Kau sepertinya lumayan tahu tentang kapal, Naruto?" tanya Tobio yang mulai tertarik.

Naruto tersenyum tipis. "Pengetahuan umum adalah salah satu senjata."

Setelah berbincang sebentar, mereka berdua keluar dan melihat para krunya sudah selesai memindahkan semua suplai dan siap berlayar. Naruto berjalan menuju kemudi kapal yang berada di atas captain's cabin sementara Tobio berdiri di sampingnya.

"Baiklah semuanya! Angkat jangkar dan kembangkan layar! Kita akan bergerak dengan kecepatan penuh!"

"Aye, Kapten!"

Layar mengembang dan menunjukkan simbol tengkorak dengan lambang tambah di tengahnya. Hari ini adalah hari lahirnya Espada Kaizoku dengan kaptennya bernama Namikaze Naruto dan kapal yang suatu saat akan menjadi legenda, Morrigan.

Bersambung


AN: Sudah lama saya tak kembali ke fandom Naruto x One Piece. Semoga fic ini menghibur. Sekedar informasi, kapal Morrigan berasal dari game Assassin's Creed Rogue. Jika kalian ingin melihat bentuk kapalnya kayak gimana, kunjungi Youtube atau Google. Awalnya saya ingin pakai kapal Jackdaw tapi gk jadi.

Well mungkin segitu saja, beberapa chapter ke depan pulaunya masih akan mengambil dari game Assassin's Creed Rogue. Kalau yang udah pernah maininnya pasti mudah ngebayanginnya.

Jangan lupa review, favs, dan follow.

[03/04/2021]