[THREE SHOT ] EreMika slight EreHisu

AU / Semi Canon / rated-M

Disclaimer ; Hajiime Isayama


Suara derap langkah tegas bergema memasuki ruangan luas milik istana. Sudah diketahui siapa pemilik derap langkah ini yang tak lain adalah pasukan pengintai. Pasukan berani mati untuk menyelamatkan manusia dari serangn Titan itu telah kembali setelah menyelesaikan misi kelas S yang memakan jangka waktu cukup lama.

Levi Ackerman sebagai pasukan terhebat sepenjuru dunia juga sebagai kapten yang bertugas memimpin jalannya misi, memberikan beberapa rangkuman dari kegiatan mereka membasmi Titan pada sang Raja, Eren Yeager yang juga merupakan salah satu Titan terkuat yang berpihak pada manusia.

"Dengan ini saya nyatakan misi selesai—"

Pria bertubuh pendek namun tidak mengurangi ketampanannya itu mengakhiri sesi pidatonya yang tidak sampai lima menit. Selanjutnya ia serahkan pada Armin Arlert, sang penyusun strategi yang menjadi salah satu biang suksesnya misi ini.

Eren mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Armin. Jujur, ia bangga dengan semua yang ia dan sahabatnya itu dapatkan. Berhasil menggapai impian untuk membasmi satu per satu Titan, menjaga umat manusia, dan paling penting, tidak adanya peperangan lagi antar manusia sebagaimana tujuan fatal Eren dahulu. Setelah mendengar penerangan dari Armin dan Mikasa, bahwa umat manusia bisa hidup berdampingan dengan damai dan berkerja sama untuk memberantas Titan.

Itulah kesepatakan yang hingga saat ini menjadi tanggung jawab Eren dan Historia untuk mewujudkannya.

Begitu Armin menyelesaikan penjelasannya, barulah Eren mengutarakan pendapatnya bersama sang istri yang jauh hari telah mereka bicarakan mengenai misi ini. Pandangan Eren mengitari para pasukan khusus pengintai satu pers satu. Masih terdiri dari teman-temannya sejak jaman dahulu, yakni Connie, Sasha, Jean, Armin, dan..., Mikasa.

Eren berhenti pada sosok wanita rambut hitam dengan potongan rambut lebih panjang. Terakhir kali Eren melihat rambut Mikasa masih pendek sebatas telinga, namun sepertinya mereka sudah lama tidak bertemu hingga Eren baru menyadari bahwa rambut gadis itu sudah mulai memanjang.

"Mika—"

"Pertemuan selesai."

Ketika itu Eren harus menutup mulutnya karena kedatangan Komandan Zackly beserta para petinggi kerajaan yang akan melangsukan rapat bersama raja dan ratu. Oleh karena itu, pasukan pengintai menyudahi pertemuan mereka dan memutuskan keluar dari ruangan dimana Eren berada.

Eren hanua diam memandangi punggung tegap namun rapuh secara bersamaan miliki Mikasa Ackerman.


"Hei, Mikasa! Kau tidak mau minum? Bersenang-senanglah sedikit hari ini!"

Sasha nampak mabuk terus menawari Mikasa segelas beer ukuran jumbo. Sementara Mikasa seperti biasa akan tenang menghadapi gadis bar-bar itu.

Sekarang ia beserta rekan sejawatnya sedang menghabiskan waktu di sebuah bar dekat distrik Trost. Menurut mendiang Hannes, bar ini memiliki minuman yang terbaik sepanjang masa. Cocok untuk kalangan muda yang baru saja merayakan kemenangan setelah membunuh mahluk-mahluk raksasa itu.

Dan terbukti. Saat ini tiga dari empat berpakaian seragam di sana sudah mulai menunjukan reaksi bahagia setelah menegak banyak beer dengan porsi penuh. Lalu dua diantaranya alias Mikasa dan Armin tetap tenang duduk menikmati minumannya tanpa berniat mabuk.

"Bukankah Eren terlihat bahagia?"

Satu pertanyaan mendadak muncul dari bibir Armin. Membuat Mikasa melirik pria surai pirang itu sebentar.

"Menjadi raja memang bukan impiannya, tetapi setidaknya dia berhasil menyelamatkan manusia dari raksasa sialan itu," lanjut Armin sambil menyimpulkan senyum tipis.

"Iya, dia terlihat bahagia." Mikasa menjawab pelan dengan nada datarnya seperti biasa.

Di sana Armin belum berhenti menatap wanita itu dengan pandangan dalam.

"Apa kau juga bahagia, Mikasa?" Pertanyaan lain dari Armin yang kini terarah pada wanita itu.

Armin tahu, sebagai sahabat yang bersama Mikasa sejak kecil tentu Armin tahu bagaimana kepribadian Mikasa. Wanita itu selalu berbicara seadanya, dingin, dan tertutup. Sejak dulu Armin selalu menyukai sifat Mikasa yang tenang, tetapi kali ini, beberapa bulan ini sepertinya Armin cukup resah dengan kondisi sahabatnya itu. Wanita itu tetap tenang seperti biasanya, namun Armin tahu ada sesuatu yang janggal di balik sikapnya itu.

Mikasa banyak menyimpan luka. Sama seperti Eren. Jika dibandingkan Armin, mungkin hidup keduanya lebih memilukan. Oleh karena itu, Armin sangat berharap jika kedua sahabatnya bisa bahagia menikmati hasil jerih payah mereka selama ini. Armin sangat mengharapkan itu.

Tetapi, yang didapatkan saat ini rupanya berbeda dengan harapannya. Eren mungkin bahagia setelah menduduki posisi sebagai raja yang memudahkannya mencapai impiannya, tetapi tidak untuk Mikasa. Armin tahu bagaimana rapuhnya gadis itu selama ini, dan semakin rapuh saat Eren memutuskan untuk meninggalkannya. Pergi dari sisinya.

"Kau juga bahagia, 'kan Armin?" Dia itu berbalik bertanya dengan nada bergetar.

Armin diam tidak bisa berkata apa-apa.

"Bahagiaku adalah melihat kalian semua bahagia."

Mikasa melanjutkan dengan senyum yang sangat jarang ia tampilkan. Namun kali ini senyum pedih, mampu menyayat hati Armin kala itu.


Eren masih merenung di atas kasur yang tiga kali lebih luas dari kasur miliknya saat menjadi kadet dahulu. Pikirannya agak terganggu akibat pertemuannya dengan pasukan pengintai tadi siang. Bukan karena misi, namun karena wanita Ackerman itu.

Jelas-jelas Eren sadar jika Mikasa menjauhinya. Gadis itu berusaha menghindari kontak mata dengan dirinya. Sudah pasti terjadi sesuatu pada wanita itu 'kan?

Eren mencoba menebak, apa itu mengenai pernikahannya bersama Historia? Karena sejak dirinya menikah, saat itu pula Mikasa tidak lagi menghubunginya. Sekedar menyapa atau mengajaknya minum pun tidak pernah walau bersama Armin sekali pun.

Eren sadar jika dirinya jahat pada Mikasa. Dia tahu betul bagaimana perasaan khusus yang gadis itu berikan padanya. Sejak kecil Mikasa menaruh hati padanya, namun Eren dengan bodohnya baru-baru ini menyadarinya. Di saat pernikahannya dengan Historia akan berlangsung, barulah Eren menyadari bahwasannya perasaan cinta Mikasa cukup dalam untuknya.

Dan bohong jika dikatakan Eren tidak mencintai Mikasa juga. Sejak dulu ia mencintainya, namun selalu tidak bisa untuk mengungkapkannya. Hingga saat para petinggi menyuruhnya untuk menikahi Historia yang juga menyimpan rasa untiknya, demi ketentraman umat manusia, Eren hanya bisa menuruti dengan lapang dada permintaan itu.

Menikahi seseorang yang tidak dicintai itu cukup sulit, tahu tidak? Jangan dikira selama ini Eren tidak berusaha mencintai Historia. Pria itu mati-matian mencoba membuka hati untuk wanita itu, namun nyatanya gagal. Selalu terbayang wajah si wanita Ackerman yang menjadi penenangnya selama ini. Sulit menggantikan wanita itu, jujur saja.

"Sayang...,"

Lamunan Eren yang hanya dipenuhi oleh bayangan Mikasa seketika buyar saat hadirnya Historia dari luar kamar. Wanita berparas jelita itu menghampiri suaminya, duduk bersama di atas ranjang mereka.

"Sudah mau tidur?" tanya Historia nampak heran dengan kegiatan pria itu. Biasanya Eren tidak akan berada di atas ranjang pada jam segini. Pria itu paling anti tidur cepat.

"Sepertinya agak lelah," jawab Eren memberikan senyum tipis, sebelum bergeser memberikan jarak lebih jauh dari Historia.

Historia hanya tersenyum pahit melihat Eren yang secara terang-terangan tidak ingin memutus jarak dengan dirinya.

"Mungkin susah untuk bersama wanita yang tidak kau cintai ya, Eren?"

Eren tidak jadi menutup matanya karena interupsi pertanyaan dari Historia yang masih di posisi sebelumnya.

"Sudah hampir tiga bulan kita menikah, tapi aku masih merasa kau masih menjaga jarak denganku," wanita itu berkata lagi kini dengan nada lirih.

"Mungkinkah aku tidak pantas untuk menjadi pendampingmu?"

Kini lirihan itu semakin terdengat jelas, sampai mengeluarkan bulir-bulir air mata dari pelupuk mata wanita itu. Eren sampai bangkit dari tidurnya dengan perasaan khawatir bercampur bingung.

"Historia...,"

"Kau mencintai Mikasa?"

Pria itu tidak bisa menjawab. Hatinya tentu mengatakan ya, namun berbanding balik dengan mulutnya yang tertutup rapat agar tidak menyakiti hati Historia.

"Eren,"

Perlahan tangan dingin Historia menyentuh punggung tangan Eren. "Belajarlah untuk menerimaku. Aku sudah terlanjur sangat mencintaimu, sampai rasanya tidak akan rela jika sewaktu-waktu kau pergi dari hidupku. Tolong, cintai aku."

Historia tidak lagi menangis, kini menatap Eren dengan padangan begitu dalam. Perlahan tangan dinginnya membawa tangan Eren untuk naik ke atas, menyentuh dadanya yang masih terbungkus kain sutra merah maroon yang dikenakannya. Wanita itu mendekat, mempersempit jarak antar keduanya, sampai pada wajah mereka hanyalah tersisa satu centi. Dia kembali berucap pelan,

"Kita harus terbiasa dengan ini, Eren. Hanya melakukan ini, kau bisa menumbuhkan cinta untukku."

Ciuman yang diberikan Historia itu cukup membuat Eren tidak berkutik. Dan terjadilah, suatu kegiatan yang tidak bisa dihentikan malam itu.

Penyatuan tubuh sang raja dan ratu untuk pertama kali.

TBC