This is a work of fan fiction using characters from the Gintama world, which is trademarked by Hideaki Sorachi.

A/N: this story might be OOC, the background story and timeline do not match with actual manga or anime.

.

.

.

"Sakamoto, bertahanlah!"

"Aha.. ha.. Mutsu.."

Suaranya terdengar parau, tarikan napasnya tersengal, raut wajahnya terlihat kesakitan. Sang kapten Kaientai, Sakamoto Tatsuma, kini tengah terbaring meregang nyawa di pangkuan Mutsu sang wakil kapten.

Beberapa waktu yang lalu, sebuah pesawat perompak luar angkasa tiba-tiba melancarkan serangan pada armada utama Kaientai, Kairin Maru. Meski pun hanya satu serangan, dampak yand ditimbulkan cukup besar sampai-sampai Kairin Maru terpaksa ditopang oleh enam anak kapal lainya. Sayangnya, perompak itu berhasil kabur. Dan akibat perbuatannya, Sakamoto Tatsuma terlempar sangat keras hingga beberapa kali membentur bagian dalam kapal. Kepalanya mengalami pendarahan dan perutnya tertusuk besi pegangan tangga.

"Mutsu.. Waktuku tak banyak lagi.."

"Tidak! Sakamoto kau harus bertahan!"

"Haha.. ha.. Mutsu.." tangan pria itu berusaha meraih kepala Mutsu, pria itu berusaha mengusap bulir-bulir air mata yang mengalir di pipinya.

"Jika aku pergi sekarang, aku titipkan padamu, Kaientai, Oryo-chan, dan putraku. Sampaikan maafku padanya, aku tidak bisa menemani persalinannya"

"Satu hal lagi, sampaikan pada Oryo nama untuk putraku.."


"Kapten, terima kasih untuk kerja keras anda selama ini. Setelah menikah kami akan menetap di Bumi"

"Iya, selamat untuk pernikahanmu, Haruto dan Chika"

Mutsu tersenyum sambil melambaikan tangan kepada pasangan suami istri baru itu. Hari ini mereka resmi mengundurkan diri dari Kaientai. Juga, ini bukan kali pertama untuk Mutsu mengantarkan kepergian anggotanya. Setiap tahun pasti ada pasangan yang menikah lalu mengundurkan diri. Namun, jumlah anggota baru juga bertambah setiap tahunnya.

Surat ke 29

Tatsuma, sudah 10 tahun sejak kejadian itu. Aku baik-baik saja, Kaientai baik-baik saja, Nao-kun juga baik-baik saja. Oh ya, hari ini Haruto dan Chika menikah, dan mereka akan memulai kehidupan di Bumi.

Tok tok tok, suara pintu ruangan Mutsu terketuk. Mutsu sudah tak asing lagi dengan siapa yang mengetuk pintunya dengan nada tertentu. Ketukan itu tentu saja berasal dari Nao, anak laki-laki Sakamoto dengan Oryo.

"Mutsu-san sedang apa?" tanya pria kecil yang memiliki rambut ikal seperti ayahnya itu. Dia berjalan mendekati Mutsu seperti penasaran dengan apa yang dilakukannya.

"Aku sedang menulis, surat"

"Untuk?"

"Ayahmu, Sakamoto"

Mutsu melanjutkan kegiatannya, Nao kecil berusaha sekali mengintip apa yang dituliskan Mutsu pada secarik kertas itu. Namun usahanya sia-sia karena Mutsu dengan sigap menghalangi pandanganya. Bocah itu terlihat kesal, Mutsu hanya tertawa kecil.

Sakamoto, beberapa waktu terakhir terjadi beberapa kejadian yang berkaitan dengan keluarga kecilmu. Seperti yang kutulis di surat sebelumnya, semenjak setahun yang lalu, Oryo sudah tidak lagi bersama kami di kapal Kaientai. Namun Nao-kun yang memiliki sifat nekat sepertimu, benar-benar menolak ajakan ibunya untuk tinggal di Bumi. Jadi semenjak saat itu, Nao-kun bersamaku.

"Mutsu-san untuk apa menulis surat pada ayah? Memang ayah bisa membalasnya?"

Mutsu mengelus kepala bersurai coklat bocah itu. Sembari tersenyum padanya, Mutsu berkata "nanti kalau aku sudah pensiun jadi Kapten, Nao-kun akan jadi Kaptennya, lalu surat-surat ini pasti bisa sampai ke ayahmu". Meski kebingungan, bocah itu menurut saja dan mengangguk.

Kabar selanjutnya, kudengar Oryo menikah lagi dengan seorang pedagang kain di Edo. Kami belum sempat mendarat untuk mengunjunginya lagi. Namun disini, aku pastikan Nao tidak akan kesepian dan kehilangan sosok penting untuknya. Aku telah berjanji padamu, Kapten.


Nao tengah berlutut di depan batu nisan bertuliskan 'Sakamoto Tatsuma'. Tangannya mengatup, terlihat sedang memanjatkan do'a untuk penghuni makam itu, ayahnya. Setelah berdo'a dan menaruh bunga serta persembahan, Nao mulai berbicara kepada nisan itu.

"Ayah, bagaimana kabar ayah disana?"

"Ayah tahu, aku mendapat promosi menjadi kapten lho"

"Itu juga berarti, Mutsu-san telah tiada"

"Mutsu-san pergi dua minggu yang lalu, kami mengistirahatkannya di Rakuyo, planet asalnya"

"Dan sebaiknya aku harus segera meminta maaf pada Mutsu-san, karena aku telah lancang membuka dan membaca semua surat yang Mutsu-san tulis untuk ayah selama ini"

"Namun Nao pikir, sepertinya inilah satu-satunya cara untuk menyampaikan surat ini pada ayah"

Satu persatu Nao membacakan isi surat-surat itu. Surat dengan total 100 lembar dibacakannya semua di depan makam Sakamoto, seolah dirinya benar-benar berada di hadapan ayahandanya.

"Semua surat telah selesai kubacakan ayah, kini ayah sudah tahu semua hal yang ingin Mutsu-san sampaikan pada ayah. Sekarang, surat ini akan kubawa, jadi suatu saat nanti aku bisa membacakannya lagi berulang kali pada ayah"

"Dan sekarang, ayah bisa membalas surat, juga perasaan Mutsu-san diatas sana"

"Sampai jumpa lagi ayah"

Hari sudah menjelang malam ketika Nao beranjak dari area pemakaman keluarga di Tosa. Sambil mengulas senyum, dirinya menatap langit sambil menduga petualangan macam apa yang akan ditemuinya nanti.