The Admiral
NARUTO: Masashi Kishimoto
AZUR LANE:
Warning: Typo, OOC, DLL
Start Story
Wajah Nagato merenggut pertanda sedang kesal atau tak suka. Ia sudah semalaman seperti ini terus semenjak kembali dari perjalanannya, sehingga membuat saudarinya terus berusaha untuk meredakan amarahnya. Penyebabnya sederhana, dia telah gagal untuk bertemu dengan dewanya. Yang mereka temukan di sana hanyalah bangkai Sirene yang amat banyak. Dirinya yakin kalau itu adalah perbuatan sang dewa. Namun, keberadaan yang ia cari tak ada di sana. Mengapa ia pergi dan tak menunggu mereka datang menyambutnya.
"Tenanglah, Saudari," ujar saudarinya dengan sedikit takut.
"Bagaimana aku bisa tenang, Mutsu?!" balas Nagato yang sepertinya sedang frustasi, "Apa sang dewa telah melihat perbuatan kita yang menggunakan teknologi Sirene dan menganggap itu salah, sehingga dia marah?" hanya itu kesimpulannya dalam hati. Ia tahu seorang dewa pasti dapat melihat segala sesuatu yang dilakukan oleh pemujanya.
Mutsu tak tahu harus berkata apa. Ia dapat dengan jelas bisa melihat kekecewaan di mata saudarinya. Di antara mereka semua, Nagato lah yang paling menantikan kehadiran sang dewa. Namun, dirinya juga tak tahu harus berkata apa untuk menghibur saudarinya itu.
"Yang mulia, maaf jika saya tak sopan," ujar suara di belakang mereka. Dia adalah salah satu dari pengawal mereka yang selalu bertugas di sini, "Tapi menurut saya penyebab hilangnya sang dewa pasti bermaksud baik," ujarnya membuat Nagato memperhatikan dengan alis terangkat.
"Apa maksudmu?" tanya Nagato.
"Aku yakin, ia sedang menguji keimanan kita, Yang mulia. Alasan mengapa dia menghilang pasti ingin melihat sejauh mana keyakinan padanya. Pasti di suatu tempat, sang dewa sedang menanti kita para pemujanya," ujarnya.
Nagato hanya diam tak bersuara tanpa ekspresi. Namun, dalam hatinya ia memikirkan perkataan dari pengawalnya itu. Memang benar, seorang dewa seharusnya bijaksana dalam melakukan sesuatu dan perbuatannya tak perlu dipertanyakan lagi, apalagi jika dewa itu turun dari surga setelah sekian lamanya mengawasi mereka. Ia yakin, Sakura Empire saat ini sedang diuji untuk melihat seberapa besar keyakinan mereka sebelum sang dewa merasa puas dan datang kemari guna memenuhi ramalan itu secara sempurna.
"Mungkin kau benar," ujar Nagato tanpa memandang wajah gadis itu. Ia hanya tertarik untuk memandang perkamen kuno di depannya, "Ngomong-ngomong, bagaimana perkembangan misi yang dilakukan Akagi?" tanyanya.
"Dia belum memberi kabar, yang mulia. Tapi sepertinya dia akan bergerak tak lama lagi," jawab si pengawal.
Nagato hanya mengangguk pelan saja sebagai respons. Sejujurnya ia juga masih ragu dengan keinginan yang diutarakan Akagi tentang mencari data. Namun, dirinya juga tak melihat alasan untuk menolak, "Baiklah. Jika dia kembali nanti, suruh dia menemui ku," ujarnya sembari memberi sebuah isyarat tanga pada kedua pengawalnya. Mereka yang tahu maksud isyarat itu segera mengangguk dan pergi meninggalkan majikan mereka di sana.
"Mutsu, aku ingin sendiri dulu saat ini," Mutsu tak punya pilihan. Jika saudarinya sudah seperti ini, maka jalan terbaiknya adalah menurutinya. Kakaknya itu sering menyendiri jika ada sesuatu yang membebani pikirannya. Dengan itu, Mutsu langsung ikut pergi meninggalkan ruangan setelah membungkuk sedikit.
Dalam diamnya, Nagato berpikir tentang sesuatu yang akan membuat Dewanya senang nantinya. Sesuatu yang bisa membuktikan keimanan mereka pada sang dewa, entah apa itu kira-kira tapi haruslah sesuatu yang luar biasa, "Mungkin aku harus segera mengumpulkan orang untuk membangun kuil ... Sepertinya itu tidak buruk," gumamnya sembari melihat bunga sakura yang berguguran dengan seulas senyum.
.
Enterprise mendecih. Keadaannya saat ini tidak begitu bagus karena saat ini markas mereka sedang diserang oleh Sakura Empire yang menggunakan Sirene. Terlebih lagi, salah satu dari mereka tiba-tiba saja memunculkan mahkluk raksasa dengan wujud rubah yang sangat berbahaya jika dibiarkan saja.
Ia tak tahu harus apa sekarang. Jika dia merubah kapalnya dalam mode pertarungan, maka pemuda yang ia temukan ini pasti akan jatuh ke laut, diam di sini pun juga sangat beresiko.
"Ini buruk," gumamnya.
Tiba-tiba saja untuk sesaat ia merasakan aura yang amat mencekam dari arah belakangnya yang terasa seperti semalam ketika lingkaran aneh itu muncul. Ia mencoba melihat apa itu, dan benar saja ... Di sana, ia melihat pemuda yang dirinya selamatkan telah sadarkan diri dan berdiri sendiri. Namun, rasanya ada yang berbeda darinya. Dia bisa melihat dengan jelas sesuatu berwarna merah terus menguar darinya.
"Sepertinya di sini benar-benar kacau,"
Deg!
Enterprise secara naluriah langsung melangkah mundur. Ia tak tahu mengapa, tapi rasanya suara yang ia dengar dari si pirang ini sarat akan kekejian. Bahkan, apakah suara barusan itu benar-benar manusiawi? Ini aneh, tapi rasanya hawa orang ini berbeda dengan yang tadi malam. Terutama mata merah itu.
"Tak perlu takut seperti itu. Aku ada di pihakmu ... setidaknya untuk saat ini," ujar pemuda itu lagi. Rupanya benar, suara yang tadi ia dengar sangat tidak manusiawi.
"S-siapa kau ini?" Enterprise terus memasang posisi siaga, seolah-olah orang di depannya ini dapat melenyapkan dirinya kapan saja.
" Sudah kubilang, tenang saja. Lagian aku juga tak bisa membiarkan bocah yang memiliki tubuh ini dalam bahaya," jawabnya. Enterprise kurang paham dengan apa yang dia maksudkan barusan. Namun, satu hal yang bisa ia pahami dengan jelas adalah kalau orang sedang berbicara dengannya sekarang ini, secara teknis bukanlah orang yang sama yang dia temukan semalam.
Tanpa berkata apa pun lagi, si pemuda itu ... Atau makhluk yang mengendalikan tubuhnya maju beberapa langkah ke depan dengan ekspresi jijik bercampur amarah yang ditujukan pada monster rubah putih jauh di depan sana, " Beraninya makhluk rendahan sepertimu memiliki wujud seperti itu," tangannya diangkat ke arah depan dengan sebuah jari telunjuk diacungkan pada monster itu. Sesaat kemudian, kumpulan partikel-partikel energi terkumpul di ujung jarinya dan membentuk sebuah bola seukuran kelereng berwarna hitam.
Enterprise kembali mundur selangkah. Perasaan berbahaya terus menggerogotinya ketika orang itu memunculkan sebuah bola hitam kecil. Mungkin terlambat mengatakan ini. Namun, ia tahu kalau yang berada di depannya itu bukanlah manusia biasa.
"Terima ini sebagai hukumanmu!" bersamaan dengan itu, kelereng kecil itu melesat dengan cepat menuju makhluk di depannya.
.
Kaga menyeringai keji tatkala melihat kekacauan yang dia buat di depan matanya. Melihat orang lain dalam keadaan kacau selalu menyenangkan baginya. Namun, sebenarnya bukan itu tujuan utama mereka menyerang pangkalan ini ... Tapi, menikmati perburuan dan pertarungan adalah suatu kesenangan baginya.
"Tunjukkan! ... Tunjukkan lebih banyak lagi wajah putus asa kalian," di sana, ia melayang dengan tawa layaknya seorang maniak.
Sementara itu, Cleveland yang berada di garis depan hanya bisa mendecih saja. Posisi mereka saat ini begitu tak menguntungkan karena markas ini diserang saat kondisinya masih melemah. Jika itu hanya Siren, maka tak mengapa tapi sayangnya 3 orang dari Sakura Empire juga terliba dalam hal ini dan sepertinya 2 diantara-Nya adalah petarung yang cuku veteran.
"Gawat!" Cleveland langsung bergerak maju ke arah Monster itu tatkala melihat salah satu sekutunya dari Royal Navy berhasil dijatuhkan. Sebisa mungkin ia harus menolongnya.
Boom!
Boom!
Beberapa kali meriam kapal miliknya terus menembakkan persenjataan miliknya guna menghentikan Monster yang sedang mendekati gadis Unicorn itu. Namun, sebanyak apa pun dia melontarkan amunisinya, makhluk itu tak berhenti sama sekali, dan malah membuka mulutnya lebar-lebar untuk bersiap memangsa Unicorn kecil yang tak berdaya.
"Sial!"
Jrassh
Ia tak tahu apa yang barusan terjadi. Namun, secara sekilas ia bisa melihat sesuatu yang melesat ke arah rubah raksasa itu. Akibatnya, monster itu langsung tak bergerak dan tumbang seketika, "A-apa barusan?!" Ia tak bisa berkata apa-apa. Yang barusan itu terjadi begitu cepat. Namun, ia tak terlalu memikirkan itu dan bergegas menolong Unicorn untuk bangkit. Selama itu berkemungkinan berada di pihak mereka, maka ia tak masalah.
"Berdirilah," ujarnya sembari menggendong gadis kapal induk ringan itu.
Karena penasaran, Cleveland mengalihkan pandangannya pada arah dari mana datangnya benda yang barusan melesat itu. Sontak, harapan terlukis jelas dalam ekspresinya. Di sana ... Di kejauhan, sebuah kapal induk abu-abu sedang mengarah ke sini. Di atasnya, berdiri seorang wanita berambut putih panjang yang mengenakan kemeja tanpa lengan yang dihasi mantel hitam dengan angka 6 dan sebuah topi kapten. Dialah yang disebut The Big E, atau kadang juga si hantu kelabu yang merupakan peraih medali terbanyak dari Eagel Union, Enterprise.
Namun, ia tak sendiri. Cleveland bisa melihat dengan jelas di sampingnya Enterprise berdiri seseorang yang tak dikenalnya seperti sedang mengacungkan jarinya. Ia bertanya-tanya, siapa dia? Kansen tipe baru, kah? Ah, sudahlah. Bukan waktunya memikirkan itu.
"Ayo kita pergi!" dengan itu, Cleveland segera mundur bersama Unicorn di gendongannya.
Sementara itu, Kaga hanya menyeringai senang saja ketika melihat sesuatu yang menarik minatnya. Ia tak terlalu peduli dengan 'Peliharaannya' yang tumbang di bawah, tentunya dirinya sedikit terkejut barusan. Namun, sayangnya melihat orang yang dijuluki hantu kelabu itu membuatnya semakin bersemangat, "Si hebat E, kah? Kheh, sudah lama aku ingin melawanmu."
·
"Cih, sedikit meleset, ya? Padahal aku ingin langsung ke kepalanya," dari kata-katanya sepertinya ia terlihat kesal. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan seringai di wajahnya.
Terkejut? Tentu saja! Siapa yang tidak? Ia benar-benar tak percaya kalau bola seukuran kelereng kecil itu bisa langsung melumpuhkan makhluk raksasa di sana. Ia semakin penasaran, siapa orang di depannya ini. Namun, bukan saatnya memikirkannya sekarang, "Aku berterima kasih," ujarnya sembari mengangguk sedikit.
Orang itu tak membalas ucapan Enterprise barusan tapi malah melompat dari kapal dan menapakkan kakinya di atas air, "Aku tak melakukannya untuk kalian, makhluk rendahan," walaupun kesal dipanggil seperti itu, tapi Enterprise tidak bodoh untuk mencari masalah di saat seperti ini apalagi dengan sosok yang tidak ia ketahui.
Enterprise juga melakukan hal yang sama dengan mengubah kapal miliknya ke mode tempur yang lebih fleksibel dan memunculkan sebuah busur di tangan kanannya, " Dengar, aku tak boleh terlalu membebani tubuh bocah ini di saat-saat seperti sekarang. Jadi, ini yang terakhir,"
Si pemuda mengangkat tangan kanannya. Sesaat kemudian, begitu banyak energi yang terkumpul di sana dan membentuk sebuah tangan mengerikan yang lumayan besar dan berwarna merah bercampur hitam. Wush! Dalam satu ayunan, tangan itu langsung memanjang dengan jarak yang tak masuk akal.
Duar!
Duar!
Dan dalam satu ayunan itu pula, seluruh kapal Siren yang dihantam ikut meledak tanpa sisa atau tenggelam ke dasar laut. Enterprise hampir menganga melihat. Hanya dalam satu kali gerakan, semua Siren yang begitu banyak langsung berkurang dengan drastis, "Beginikah, ia menghancurkan semua Siren malam itu?" hatinya takjub.
"Kau harus menjelaskan semuanya saat bocah ini terbangun nanti," ia berucap sembari berbalik ke arah Enterprise.
Prajurit wanita itu bisa melihat kalau ada yang berubah pada pemuda itu. Tanda goresan di pipinya yang tampak seperti kumis itu mulai menipis, matanya yang merah dan mencekam secara perlahan-lahan telah berubah menjadi saphrie layaknya samudra. Ia menutup matanya kembali dan tak sadarkan diri lagi.
Untungnya Enterprise dengan sigap langsung memeluknya guna mencegah orang itu tenggelam, "Aku tak benar-benar mengerti, tapi ... Terima kasih," ujarnya.
Ia bisa melihat kalau ada yang menuju kemari. Namun, rasanya ia tak perlu waspada tentang hal itu karena yang datang kemari itu adalah salah satu rekannya sesama Eagel Union, "Enterprise! Syukurlah kau tepat waktu!" ujar gadis itu dengan raut wajah yang lega. Namun, ia agak bingung kenapa Enterprise seperti sedang memeluk seseorang.
"Cleveland, kah?"
"Ngomong-ngomong, siapa dia?" ia melihat pemuda itu dengan rasa penasaran. Namun, bukannya menjawab, Enterprise malah mengoper pemuda itu pada dirinya dan tentu saja membuatnya kaget.
"Eh? Eh? Ada apa ini?"
"Tak ada waktu untuk pertanyaanmu! Jagalah orang itu baik-baik," tanpa melihat ke belakang, Enterprise langsung melesat dengan cepat ke arah medan pertarungan. Di sekitarnya, beberapa pesawat muncul dari anak panah yang ia tembakkan barusan.
Dengan berbagai pertanyaan di kepalanya, ia maju untuk mengusir musuh di depannya. Atas nama Azur Lane dan Eagel Union.
.
Di tempat yang tak terlalu jauh dari markas Azur Lane, di atas sebuah kapal induk seorang gadis berambut cokelat yang diikat Pony Tail berdiri di bagian depan. Ia mengenakan gaun merah yang dengan sangat murah hati memberikan tampilan dada indah miliknya pada dunia, dilengkapi dengan Kimono putih berkerudung berhiaskan ukiran-ukiran bunga emas dan matanya yang dihiasi Eyeliner Orange turut menambah kesan cantik pada dirinya. Juga, sebuah pedang yang terselip di pinggangnya.
Sedari tadi, bibirnya yang menggoda terus bersenandung ria dan jelas hal itu membuatnya terlihat bahagia. Mungkin tak akan ada yang menyangka jika dia seperti ini sudah semenjak pagi ... Atau semalam, "Mou, Zuikaku, kau terlihat senang semenjak semalam," ujar suara seseorang dari belakangnya.
Zuikaku berbalik pada pemilik suara itu. Di sana ... Berdiri seorang wanita berambut perak yang menatapnya dengan senyuman. dia mengenakan kimono yang berwarna sama dengan yang digunakan oleh Zuikaku hanya saja dengan tampilan yang lebih anggun serta sebuah rok hitam, dan di tangannya ia memegang sebuah seruling, "Tentu saja, Shokaku-Nee! Bahkan, aku berani bertaruh kalau seluruh Sakura Empire saat ini sedang bahagia!" jawabnya dengan penuh antusias.
Shokaku hanya tersenyum saja melihat antusiasme dari adiknya itu yang sudah berlangsung sejak semalam. Yah, bukan berarti dia tak senang juga, tapi sudah lama ia tak melihat Zuikaku bersemangat seperti ini, "Ya, kau benar. Tapi rasanya masih sulit dipercaya kalau ramalan yang sudah dinanti lama itu telah terpenuhi dalam semalam," ia tersenyum.
"Mou, Nee-San! Jangan berkata seperti itu, bagaimana jika dewa kita mendengarnya dan pulang ke langit?" ujar Zuikaku dengan pipinya yang digembungkan, sehingga membuat kakaknya ingin sekali mencubitnya.
"Aku tahu, aku tahu. Kalau itu terjadi, maka impian adikku untuk menjadi pelayan dewa akan pupus sudah. Fufufu."
"Eh?!" Zuikaku langsung mundur selangkah dengan perasaan malu dan terkejut yang terlukis jelas di wajahnya. Tunggu!? Bagaimana kakaknya bisa mengetahui 'Rahasia kecilnya' itu, padahal dirinya sudah berusaha menyembunyikannya?
Shoukaku tahu apa yang adiknya itu pikiran hanya dengan melihat ekspresi wajahnya saja, "Fufufu, jangan pikir kamu dapat menyembunyikan sesuatu dari Onee-Chaan mu ini, ya," ujarnya dengan sebuah senyuman yang ditutupi.
Memang, sejak lama dia secara diam-diam telah memantau kegiatan adiknya itu dan mengetahui kalau selama ini, Zuikaku dan beberapa gadis lainnya secara sembunyi-sembunyi telah mendirikan sebuah perkumpulan rahasia dan berlatih menjadi seorang pelayan dewa ataupun Miko.
Mendengar itu, bahu Zuikaku langsung merosot seketika. Ia tak menyangka jika sudah sejak lama ternyata kakaknya sudah mengetahui aktivitas rahasia mereka secara diam-diam. Sigh! Padahal selama ini dia mengira hal itu aman tersembunyi.
"Sudah ... Sudah, apapun keinginan Zuikaku, Onee-Chan akan selalu mendukungmu," ujarnya sembari merangkul dan menaruh kepala adiknya itu di dadanya, sehingga membuat Zuikaku tersenyum. Yah, memang sebuah ikatan saudari yang amat kuat.
"Terima kasih, Nee-San," balasnya.
"Yah, aku juga tak bisa bilang kalau diriku memiliki keinginan yang sama denganmu," ucapnya dalam hati.
Bagaimanapun juga, sosok dewa yang mereka nantikan itu adalah sosok yang begitu terkenal di Sakura Empire walaupun ia belum pernah datang kemari. Jadi, tak heran jika keinginan setiap gadis di sana di dalam hati kecil mereka adalah dapat menjadi pelayanannya ... Tak terkecuali Shokaku sekalipun.
[ Kapal induk divisi 5, kalian dengar? ]
Sebuah suara tiba-tiba saja menginterupsi kegiatan kakak-beradik mereka. Di dekat keduanya, sebuah benda aneh berwarna merah sedang melayang-layang. Sepertinya suara barusan juga berasal dari sana, "Akagi-Senpai, ada apa?" jawab Zuikaku. Sepertinya benda itu berfungsi sebagai saluran komunikasi di antara mereka.
[Segeralah kemari, kami akan segera mundur. Namun, Kaga terluka oleh Enterprise ]
Sorot wajah kagak kembali bersemangat tatkala mendengar nama yang sangat terkenal diantara seluruh fraksi yang ada. Enterprise katanya? Bukankah dia orang yang dijuluki sebagai Gray Ghost? Sebenarnya, sudah lama ia ingin sekali untuk melawan gadis yang dikatakan sebagai kapal induk terkuat dari Eagel Union itu untuk membuktikan kemampuannya sebagai seorang kapal induk juga ... Yah, sudah pasti dewa mereka tak akan mau menjadikan orang yang tak kompeten sebagai pelayanannya.
"Baiklah, kami akan langsung ke sana," balasnya.
"Mou, para Senpai dari divisi 1 itu selalu saja melakukan seenaknya hatinya dan menyuruh-nyuruh kita," Shokaku berkata dengan nada frustasi yang dibuat-buat. Namun, semua hal yang ia sebutkan itu benar adanya. Divisi 1 selalu saja menganggap mereka hanyalah junior ingusan yang bisa disuruh-suruh, "Malangnya aku."
Zuikaku hanya menghela nafasnya saja sebelum akhirnya tersenyum. Bagi dirinya, ini adalah kesempatan yang bagus untuk membuktikan kemampuan mereka agar tak selalu diremehkan oleh para senior itu, "Sudahlah, Nee-San. Ini adalah kesempatan yang bagus!" pedangnya langsung dihunuskan. Bersama dengan itu, kobaran api muncul di sekitarnya dan pesawat Nakajima B5N yang ada di belakangnya langsung lepas dengan sendirinya ... Tanpa aba-aba, ia langsung melompat ke atas salah satu pesawat itu, lalu secara bersamaan kapalnya juga berubah menjadi peralatan tempur.
Kakaknya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya itu. Terkadang Zuikaku bisa menjadi seorang gadis polos yang bersemangat. Ia pun juga sama, kapalnya langsung diubah menjadi peralatan dan langsung menyusul adiknya itu.
"Tunggu, Zuikaku!"
.
Cleveland akhirnya bisa bernafas dengan lega sekarang karena Enterprise berhasil memukul mundur musuh yang barusan menyerang. Awalnya dia sempat khawatir dan takut ketika muncul lagi satu kapal induk Sakura Empire yang lain. Namun, untunglah itu hanya pengalihan untuk Enterprise saja. Sepertinya mereka lebih memikirkan rekannya yang terluka. Yah, bagus untuk mereka di sini.
"Ngomong-ngomong ... Dia ini siapa, sih?" berbicara soal sesuatu yang tak terduga.
Ia penasaran, mengapa bisa-bisanya Enterprise membawa seorang manusia ke daerah mereka yang notabenenya adalah medan tempur yang bisa terjadi kapan saja. Apalagi orang ini dalam keadaan tak sadar. Tak mungkin, kan, Enterprise menculik orang ini?
"Duh, kau berat sekali, Tuan," ujarnya sembari secara perlahan-lahan mencoba menyeretnya kembali ke markas. Tinggi badan dan postur orang ini sama sekali tak membantu bagi dirinya yang lebih kecil.
"Cleveland!"
Nampak dari kejauhan, seseorang sedang menuju ke arahnya dengan cepat. Yah, ia bisa bersyukur dan merasa tertolong sekarang karena setidaknya ada yang datang membantunya di sini. Jujur, orang ini sangat berat.
"Nevada, syukurlah kau di sini. Aku merasa tertolong,"
Nevada adalah seorang wanita dewasa dengan rambut pirang pucat yang menutupi satu matanya. Ia juga mengenakan seragam Maid, "Yah, Enterprise sudah memberi tahukan situasinya padaku," ujarnya sembari mengambil si pria dari Cleveland dan mengangkatnya seperti karung beras dengan mudah, "Yah, orang ini sudah membantu kita tadi. Jadi, setidaknya kita harus membalas budi," lanjutnya sambil mulai berjalan pergi dari sana.
"Eh, apa maksudmu?" tanyanya sembari memiringkan kepala. Ia bingung apa maksudnya.
Nevada hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan, "Entahlah. Itu akan sulit dijelaskan sekarang. Lebih baik kau tanya padanya nanti," tanpa sadar, mereka sudah sampai di tepi dermaga.
Enterprise datang menghampiri mereka berdua dan mengecek kondisi pemuda pirang itu. Ia menghela nafas ketika telah memastikan kalau orang ini baik-baik saja, "Segera bawa dia ke markas agar mendapat perawatan!" Ia benar-benar sadar kalau ini akan membuat rekan-rekannya penasaran atas perbuatannya ini ... Yah, dan hal itu tak bisa terelakkan.
"Kau harus menjelaskan ini nanti padaku," minta Cleveland atau lebih tepatnya sebuah tuntutan. Enterprise hanya mengangguk saja dengan hal itu.
Mungkin nanti saat dia bercerita orang-orang akan menganggapnya gila ... Atau tidak, mengingat dunia mereka saat ini sudah cukup gila.
.
Ia membuka kedua matanya secara perlahan. Yang pertama ia lihat adalah langit-langit ruangan yang didominasi oleh warna putih, pandangannya dialihkan ke bawah dan mendapati hampir seluruh tubuh bagian atasnya dililit oleh perban dan bau obat menusuk hidungnya.
Ia bertanya-tanya di mana ini? Seingatnya rumah sakit Konoha tidak terlihat seperti ini. Dirinya mencoba bangun dan duduk di tepi ranjang. Secara perlahan, mencoba mengingat-ingat kembali semuanya. Yah, ia ingat tentang Konoha, Elemental Nation, jinchuuriki, dan perang dunia Shinobi keempat. Terakhir kali dia ingat adalah pertarungan bersama rekan setimnya dalam upaya melawan Kaguya. Namun, setelah itu semua menjadi kabur. Ia mencoba mengingat tapi sayangnya itu membawa sakit pada kepalanya.
"Kurama, kau dengar aku?" tak ada jawaban dari makhluk misterius yang maksudkan. Tapi ia bisa merasakan kehadirannya di dalam tubuhnya walaupun agak lemah.
"Di mana sebenarnya aku?" gumamnya.
Ia berjalan menuju pintu keluar sambil menahan rasa sakit yang lumayan pada tubuhnya. Yah meskipun begitu, dirinya tak tahu di mana ini sebenarnya, oleh sebab itu ia harus mencari tahu sendiri, "Sebaiknya kupastikan sendiri," ucapnya meninggalkan ruangan itu.
...
Dirinya menyusuri lorong-lorong di sana dengan perlahan sambil tangannya tetap bersandar di dinding. Harus ia akui kalau interior di sini cukup indah ... Cukup indah untuk membuatnya yakin kalau dia tidak berada di rumah sakit Konoha. Melihat jendela di sana dan memutuskan untuk mengintip ke luar.
"Oh, sial!"
Namun, apa yang ia lihat di sana membuatnya harus menerima fakta kalau ia tak berada lagi di Konoha. Yah, seingatnya tempat kelahirannya itu tak memiliki pemandangan laut di mana pun. Ia membiarkan wajahnya diterpa oleh sejuknya angin laut sembari mengatur nafasnya.
"Oke, tenang ... tenang. Cobalah untuk mengingatnya secara perlahan," ucapnya pada diri sendiri.
Secara samar-samar, dia bisa mengingat tentang kejadian semalam yang entah bagaimana bisa dirinya muncul di laut dan banyak benda aneh berwarna merah yang terlihat seperti kapal. Namun, karena mereka menyerangnya, ia tak punya pilihan lain selain menghancurkan semuanya dengan sisa tenaga setelah pertempuran melawan Kaguya. Lalu setelahnya, seorang wanita berambut panjang yang menggunakan busur datang padanya. Yah, itulah yang ia ingat sebelum semuanya gelap. Namun, tetap saja dia tak bisa mengingat akhir pertarungannya melawan Kaguya.
Merasa percuma saja merenung di sini, ia memutuskan mencari tahu tentang tempat ia berdiri saat ini. Ia punya dugaan. Namun, itu harus dibuktikan terlebih dahulu dan dia berharap dirinya salah. Tanpa memperdulikan kondisinya yang parah, pemuda ini dengan cerobohnya langsung melompat ke luar jendela, padahal dia berada di lantai dua saat ini.
Stab!
"Ouch!" Akibatnya, ia harus rela kedua kakinya merasakan sakit yang menjalar dikarenakan kondisinya yang belum pulih betul. Entah apa yang dia pikirkan, bukankah dia bisa mencari tangga terlebih dahulu?
Mengabaikan rasa sakitnya barusan, ia memilih untuk melangkahkan kakinya dan memperhatikan sekitarnya, "Aku masih berharap Kaguya tidak melemparku ke tempat yang aneh-aneh," gumannya sembari meninggalkan tempatnya mendarat barusan.
.
Cleveland dan Wales kini sedang berjalan bersama. Di tangannya, dia membawa vas lengkap dengan bunganya. Keduanya sedang menuju ke tempat di mana pemuda pirang itu terbaring, "Hey, Wales. Apa benar kalau pemuda itu yang menghancurkan armada Siren yang berjaga di luar markas?" ia bertanya sambil menatap vas di tangannya. Ia masih belum bisa percaya dengan apa yang dikatakan Enterprise tadi. Bagaimanapun juga, sulit dipercaya jika manusia biasa bisa melakukan itu. Bahkan, ia kalau pemuda itu juga yang menumbangkan rubah raksasa.
"Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi Enterprise sendiri yang mengatakan itu sehingga sulit untuk tidak percaya," dia menghela nafas guna sedikit menghilangkan beban di kepalanya. Belum seminggu markas ini di tempati tapi masalah yang datang sudah begitu banyak. Mulai dari fenomena semalam, penyerangan di pagi hari, dan munculnya pemuda aneh yang tak biasa, "Yah, kita harus menunggu yang mulia Elizabeth agar para petinggi bisa memulai rapat,"
Cleveland juga merasakan hal yang sama dengan Wales. Hal-hal yang terjadi dalam kurun waktu kurang 24 jam ini benar-benar membuat kepalanya sakit, "Kau benar, kita hanya harus menunggu pemimpin kalian saja, mengingat untuk sementara ini kepemimpinan di Eagle Union diambil alih oleh Enterprise dan dia sudah di sini," jawabnya.
Ia tiba-tiba berhenti dan pegangan pada vas di tangannya semakin erat, "Wales," panggilnya pelan tapi cukup untuk membuat rekan Royal Navy nya itu berhenti.
"Ada apa, Cleveland?"
Cleveland diam sejenak sambil melihat ke bawah, ia menggigit bibirnya sendiri sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum lebar seperti biasanya, "ah sudahlah lupakan saja," ucapnya sambil mempercepat langkahnya, dan tentunya itu membuat Wales bingung.
Tanpa sadar karena keasikan ngobrol, keduanya telah dekat dengan ruangan yang menjadi tujuan mereka saat ini, "Sepertinya ada seseorang di dalam," ujar Cleveland saat melihat pintu yang terbuka.
Namun, ia langsung melebarkan matanya tatkala melihat ke dalam ruangan itu, "Eh, dia tidak ada di sini?! Kemana dia?!" ya, manusia pirang yang seharusnya terbaring tak sadarkan diri di sini telah menghilang.
"Tenanglah," ujar Wales menepuk pundak gadis Eagle Union itu, "Dia masih terluka, jadi seharusnya belum jauh dari sini. Ayo kita cari!" ia mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Tapi entah mengapa jendela yang terbuka di ujung lorong sana membuatnya sedikit was-was.
"Hei, menurutmu dia tidak melompat keluar jendela, kan?" Sepertinya Cleveland punya pemikiran yang sama dengannya.
"Sayangnya satu-satunya jalan ke lantai 2 adalah yang kita lalui barusan. Bukankah kau dan aku cukup lama berada di bawah?" jawabnya sambil memijat kepalanya yang sedikit sakit.
"Jadi ….. OH, SIAL!" Dengan tergesa-gesa, langsung saja Cleveland berlari ke jendela sana dan melihat ke bawah. Namun, ia tak menemukan apapun di sana.
"Ayo kita cari di sekitar pangkalan!" ujar Wales yang langsung dibalas anggukan oleh Cleveland yang langsung menyusul meninggalkan lorong barusan.
.
Dirinya terus berjalan-jalan hingga akhirnya sampai pada tempat yang ia asumsikan sebagai yang indah dengan pohon-pohon sakura di sekitarnya. Yah, tempat ini tak jauh dari bangunan tempat dirinya terbangun tadi. Namun, anehnya dia belum bertemu seseorang di sini.
"Tidak mungkin ini hanya ilusi, kan?" Ia sudah lelah berjalan. Walaupun tak biasanya begini, mungkin karena tubuhnya belum pulih lah penyebabnya, bahkan Kurama saat ini tak menjawab saat dirinya menghubungi menggunakan Link. Jadi pada akhirnya, lebih baik beristirahat dulu di bangku taman ini.
"Oi, kau yang di sana!"
Karena penasaran, ia langsung melihat suara siapa barusan itu dan mendapati 2 orang wanita sedang menuju ke arahnya, "Kau memanggilku?" tanyanya menunjuk diri sendiri guna memastikan kalau memang dirinyalah yang dimaksud.
"Tentu saja. Memangnya ada orang lain selain kita di sini?" jawab Cleveland, "dasar! Jangan bikin orang takut, dong,"
Wanita pirang bersanggul di sebelahnya hanya menghela nafas saja, "Anda masih belum pulih, sebaiknya jangan dulu keluar," timpalnya membuat pemuda itu hanya menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Namun, ada hal yang ia ingin tanyakan pada mereka di sini.
"Ngomong-ngomong, ini di mana dan siapa kalian," tanyanya. Dua wanita itu hanya saling menatap menanggapi pertanyaan remaja itu, "Aku yakin sekali kalau sebelumnya aku masih berada di medan perang," ia melihat ke bawah dengan gigi gemeretak
Keduanya saling menatap sebelum Salah satu di antara mereka maju ke depannya dan memberikan senyum lembut padanya, "Aku yakin kita harusnya saling bertukar penjelasan saat ini," ujarnya sembari membantu rekan pirangnya berdiri.
Ia menerima bantuan itu dengan senang hati dan memberikan sebuah anggukan pertanda setuju dengan usulan tersebut, "Oh iya, apakah aku bisa mendapatkan sesuatu untuk dimakan? Beberapa hari ini aku sama sekali belum makan," ujarnya dengan malu-malu membuat dua wanita itu terkekeh.
"Tentu saja" Wales menjawab.
Dalam hati kedua wanita itu, ada sedikit rasa iba pada rekan pirang mereka. Sepertinya sebelum dibawa kemari, orang ini telah cukup menderita. Walaupun telah disembunyikan dengan baik, tapi Wales bisa mengetahuinya dari sorot matanya ... Sorot mata yang sama dengan beberapa gadis kapal senior yang pernah bertarung dalam serangan balik melawan Siren dulu sekali.
TBC
Preview
Naruto menyipitkan matanya pada loli pirang dengan pakaian bangsawan itu, "Jadi, kalian berencana memberikanku jabatan yang secara teknis memiliki kuasa untuk memerintah dan mengatur orang-orang di sini?"
"Tidak sepenuhnya Absolut, tapi begitulah."
Naruto dengan cepat langsung melompat ke samping sambil merendahkan posisi tubuhnya guna menghindari peluru dari gadis kapal perang yang mengincar kepalanya barusan.
"Oh, sial! Seharusnya aku tidak meledakkan bangunan kuil tadi."
Ya, dia membutuhkan pengalih perhatian agar Edinburgh dan Sheffield dapat lolos dari pasukan pengejar. Secara kebetulan, sepertinya ada bangunan kuil yang belum selesai sepenuhnya sehingga membuatnya berpikir tak apa jika ini diledakkan.
"Tunjukkan iman kalian pada dewa dan bunuh iblis penghancur kuil itu!!"
Para gadis Sakura Empire meraung dengan amarah yang menjadi-jadi.
Yah, lihat sisi baiknya, Naruto. Setidaknya rencanamu berhasil.
"Maaf sudah menginjak kakimu, Lady Hood," ia memberikan busur hormat layaknya seorang bangsawan sejati.
"Tak masalah, Laksamana. Sebuah kehormatan untuk mengambil hak menjadi pasangan dansa pertamamu."
Pertama-tama, terima kasih atas reviews dan dukungan yang kalian berikan. Nah! izinkan saya untuk membalasnya
Guest 1: I can't guarantee that will happen. making the scale of the war between Azur Lane and Sakura Empire for me was not easy. However, it was likely that Sakura Empire would only sin later for some reason.
Guest 2: Yah, Itu memang Naruto di sana. yah benar katamu kalau ninja dan Armada laut mungkin tidak nyambung. Namun, itulah Fanfiksi. Kita tidak harus terpaut pada batasan seperti itu. jika dipikir-pikir, banyak konsep crossover yang lebih tak nyambung tapi bagus di FFN. Jadi saya rasa itu tak masalah dan hanya tinggal membuat unsur-unsur nya saja.
BTW , saya membuat ia tidak mengingat akhir dari pertarungan melawan Kaguya dan bagaimana dia bisa sampai ke sini. sengaja untuk membuat nasib Elemental Nation menjadi samar-samar agar Reader bisa menyimpulkan sesuka hati mereka.jika kalian menganggap Elemental Nation hancur, maka begitulah.Dan sebaliknya, mungkin hanya Naruto yang berkorban di sana.
Oh dan jangan berharap dulu dalam waktu dekat ini ada adegan Action.
makasih semua
see you again next time
