BABY
Pair : Draco x Harry
Ratting : T
Harry Potter belong J.K. Rowling
Mereka tidak bisa terus-terusan memanggil nya bayi. Maka dari itu pagi pagi sekali sebelum matahari terbit, Harry yang sedang memasak memikirkan nama yang cocok untuk si kecil.
Dan dia memutuskan untuk berdiskusi dengan Draco setelah pemuda itu bangun. Diskusi dimulai saat mereka sarapan, Draco tidak terlihat terlalu perduli soal nama, dan saat Harry bertanya pendapatnya dia hanya mengatakan satu kata yang terlintas di benak nya.
"Scorpius"
Kening Harry berkerut, dia sedikit tidak menyukai nama itu, "Sangat kuno! Tidak bisakah nama yang lebih bagus untuk anak-anak?!"
Draco mendengus dan mengunyah sarapan nya dengan malas, "Kau meminta pendapatku, dan aku memberimu. Mengapa kau protes sekarang?"
"Itu kuno!"
Draco memutar matanya. "Dia anak anak untuk sekarang, pada akhirnya dia akan menjadi dewasa dan tua."
Harry terdiam beberapa saat. Menatap Draco, sebelum mencondongkan tubuhnya, dan meletakan tangan di dahi Draco.
Tangan Harry kering dan lembut, juga hangat saat itu menempel di kening nya. Draco menghindari sentuhan nya. Menatap Harry dengan mata yang melotot. Harry tertawa pelan dan kembali ke kursinya.
Draco pulang ke apartemen nya sebelum pergi kuliah, dia memiliki kelas pagi ini, sementara Harry sore nanti. Mereka memutuskan untuk bergantian berjaga, meski Draco sesekali menggerutu.
Sekarang jam sudah menujukan pukul 10 pagi, dan Harry telah memanaskan bubur untuk si kecil yang bermain dengan bebek karet di depan televisi.
Dia membawa mangkuk yang berisi bubur dan botol susu ke depan televisi. Si kecil yang melihat kedatangan Harry menjadi bersemangat dan terlihat gembira, bahkan tertawa sampai menampakkan gusi yang belum di tumbuhi gigi.
"Waktunya makan~" Harry meletakan botol susu di atas meja, dan duduk di karpet lembut bersama si kecil.
Dia meniup bubur bayi yang agak panas, memastikan nya aman untuk di telan. Dia menyuapi nya sambil berfikir keras tentang nama seperti apa yang harus dia beri.
Semakin dia memikirkan nya semakin sulit menemukan nama yang bagus. Dan itu membuatnya pusing sampai pada titik ia ingin membenturkan kepalanya ke tembok.
Dia putus asa untuk beberapa saat dan masih bersikeras bahwa dia tidak akan menggunakan saran Draco dengan memberi nama si kecil Scorpius. Jika Draco mendengarnya mungkin dia akan terluka.
Harry menghela nafas dan menyuapkan suapan terkhir pada si kecil. Dia beranjak ke dapur untuk mengambil air minum.
Saat dia sedang menuang air kedalam gelas sebuah pemikiran terlintas di benak nya dan dia dengan cepat kembali menjadi hidup setelah menyerupai Zombie karena putus asa.
Merasa suasana hati Papa nya cukup baik, si kecil mengoceh, Harry dengan hati-hati membantu bayi nya minum. Harry mengambil botol susu, membiarkan si kecil dengan mandiri memegang botol dan kembali bermain dengan bebek karet yang semalam dia beli.
Harry mengambil ponsel nya dan mengirim pesan untuk Draco, mengatakan bahwa dia telah menemukan nama yang cukup bagus untuk si kecil.
Draco Fucking Malfoy
Online
Aku telah menemukan nama yang cocok untuk bayi nya!
10.11
[Sungguh? Apa itu? Aku harap bukan nama konyol yang kau rencanakan.]
10.13
Bagaimana dengan Darley?
10.14
[Cukup bagus. Lalu apa nama belakang nya?]
10.15
Harry terdiam, jika Draco tidak menginginkan bayi ini, Harry bisa menggunakan nama belakang keluarganya. Tentu saja. Tapi agak egois jika dia hanya memikirkan nya sendiri.
Ponsel nya berdering, panggilan dari Draco masuk. Harry mengangkatnya,
"Halo?"
"Ck. Bodoh, aku akan pulang ke rumahku hari ini. Aku tidak tahan tidur di tempatmu dan memberi makan nyamuk. Antarkan saja bayi nya ke apartemen ku, Blaise akan menjaganya."
Harry merenung. "Aku pikir kau tinggal dengan orang tuamu."
Draco mendengus, "aku bukan bocah 12 tahun lagi. Tentu saja aku memiliki apartemen sendiri, apartemen Blaise bersebelahan dengan ku. Antar saja ke sana dia akan menjaga bayi nya, kau dengar? Atau kau mulai tuli?"
"Omong kosong, omong kosong. Aku tidak percaya pada teman mu itu. Bagaimana kalau kau dan dia bersekongkol untuk kembali membuang Aley ku ketempat sampah!"
"Potter, kau ini bodoh atau apa! Jika kau ingin melewatkan kelasmu terserah, jangan ganggu aku!"
Harry mencibir dan menutup sambungan telfon. Dia meletakan ponsel nya di sofa dan menatap tidak minat pada televisi yang menyala.
Mata hijau itu bergulir menatap bayi yang baru saja mendapatkan nama tanpa nama belakang, tidak belum biarkan dia dan Draco berdiskusi dulu.
"Aley, kemari~"
Si kecil menoleh, dan merangkak ke arah Harry dengan antusias. Harry berdiri dan menggendong nya.
Dia mencium pipi tembam itu gemas. "Kita akan jalan-jalan hari ini." Gumam nya.
Harry memiliki beberapa alasan untuk tidak memberi tahu 2 sahabatnya soal ini, atau semua nya akan kacau.
Harry berjalan ke kamar untuk mengganti pakaian si kecil. Memakaikannya topi kelinci imut. Harry memegangi dadanya, berakting dramatis begitu melihat betapa menggemaskan nya Darley.
Dia meraih ponsel dari saku celananya dan mengambil gambar Darley yang duduk di kasur dengan menggigiti ujung pakaian nya.
Memastikan foto yang diambil dengan sudut dan pencahayaan yang sempurna, Harry memasukan kembali ponselnya ke saku. Dia meraih Aley dan membawa si kecil keluar kamar.
Mematikan televisi, mengunci pintu dan pergi bersenang-senang. Lupakan tentang gerutuan Draco. Harry tidak akan mempercayakan putra nya dengan Zabini. Tidak akan.
Mata hijau itu bercahaya seperti bintang bintang saat menatap Harry dari samping. Senyum nya lebar dan mengoceh sepanjang jalan. Harry sesekali menanggapinya dengan ciuman dan membalas kata kata si kecil seolah mereka sedang mengobrol.
Begitu sampai di lantai dasar Harry segera menutupi kepalanya dengan tudung dari hoodie yang dia kenakan. Menunggu taksi untuk pergi ke taman bermain khusus anak-anak dan cafe ramah binatang.
Tentu saja dia tidak akan lupa dengan tas kecil yang berisi kebutuhan si kecil, seperti susu, kue bayi, popok dan minyak.
Begitu sampai di tempat tujuan, Harry segera membawa Aley kecil untuk bermain, mengawasinya sepanjang waktu dan membiarkan si kecil bersosialisasi dengan bayi bayi lain yang berkunjung.
Beberapa ibu muda duduk di sampingnya, mengobrol banyak hal bahkan kegiatan malam mereka bersama sang suami. Harry benar-benar tidak bisa mendengar lebih dari ini.
Dia menggeser duduk nya sedikit lebih jauh, menghela nafas lega saat dia hanya bisa mendengar samar-samar apa yang di kata kan para wanita itu.
Seorang wanita paruh baya duduk di samping nya. "Oh, apa kau kesini untuk menemani seseorang?"
Harry mengangkat kepalanya. Dan dengan bingung menjawab. "Tidak?"
Wanita itu tersenyum. "Lalu bersama adik mu?"
Harry menggaruk kepalanya dan tersenyum canggung. Bukan adik, aku bersama anak ku. Oh, apakah Aley sudah resmi menjadi Potter? Ah, terserah, dia anak ku! Apapun itu dia anak ku!. Harry menjawab dengan sopan. "Tidak, aku bersama putraku."
Wanita itu terlihat sedikit terkejut. Mungkin heran karena penampilan Harry yang masih begitu muda, namun sudah punya anak? Anak muda jaman sekarang, mereka tidak bisa menahan diri. Wanita itu mengeluh dalam hatinya.
"Baiklah kalau begitu..." Wanita itu mengangguk, dan terlihat memperhatikan satu persatu bayi bayi yang bermain.
"Yang mana satu putramu?" Tanya nya.
Harry menggerutu, Betapa ingin tahu nya kau tentang urusan orang lain, huh! Dia mengukir senyum, "Yang di pojok, bermain dengan balok"
Wanita itu meneliti kembali, dan dia tanpa sadar menepuk pundak Harry. "Sangat tampan! Dia pasti mirip dengan ibu nya..." Wanita itu terkekeh.
Wajah Harry berubah suram, persetan mirip ibu! Aku bahkan tidak tahu siapa ibu nya! Ia tertawa canggung dan menolak menjawab.
"Siapa namanya?" Tanya wanita itu lagi.
Harry menghela nafas, "... Darley"
Wanita itu berkedip. "Oh, nama yang bagus, nama yang bagus."
...
Harry memangku Aley dan memberinya roti bayi. Membiarkan si kecil makan setelah bermain, remahan roti yang basah mengotori pakaian dan sebagian wajah si kecil.
Harry membuka tas kecil yang dia bawa untuk mengambil tisu. Menunggu si kecil selesai bermain main dengan remahan roti di tangan nya yang basah karena liur.
Ia membuang roti ketempat sampah saat melihat putra nya sudah tidak lagi berminat memakan roti yang tinggal separuh, meraih tangan si kecil dan mengelap nya dengan tisu basah. "...kau lelah?"
Harry mengelap wajah Aley, si kecil menutup matanya, dan merapatkan bibirnya saat rasa basah menyapa permukaan kulitnya. Alis tipis si kecil berkerut, membuat Harry mau tak mau tertawa melihat ekspresi menyedihkan itu.
Membuang tisu ke tempat sampah, Harry membersihkan tangan nya. Menggendong si kecil dan mengambil botol susu, berniat menidurkan nya. Mungkin rencana pergi ke cafe ramah binatang harus di tunda. Mereka bisa pergi lain kali.
Mata bulat si kecil menatap sayu, sementara Harry berusaha menidurkan nya. Mengelus kening si kecil, menepuk pantat nya, dan sesekali memberinya ciuman.
Anak ini benar-benar membuat Harry jatuh cinta. Menangis sedih di pojokan. Dia berencana akan pulang ke rumah dan bolos kuliah untuk hari ini.
"Ya ampun, tampan sekali... " Seseorang berbisik di sebelahnya. Harry menoleh dan mendapati seorang anak kecil berusia sekitar 6-7 tahun berdiri, memandangi Aley dengan mata bersinar.
Gadis kecil itu kemudian menatap Harry, "siapa nama adik ini? Apa dia tidur?"
Harry tersenyum lembut. "Dia tidur." Bisiknya. Gadis kecil itu mengangguk semangat. "... Namanya Aley,"
Sekali lagi menatap Harry dengan mata yang di penuhi bintang. "Apakah ini anak mu?"
Harry tersenyum canggung. "... Bisa di bilang begitu,"
Gadis kecil itu dengan bingung bertanya, "kenapa kalian tidak mirip?"
Harry membeku. Entah kenapa dia merasa hati nya terluka, dia dengan lesu menjawab. "Dia mirip, Father nya."
Sekarang gadis kecil itu menatap dengan bingung.
Harry buru-buru beranjak pergi sambil mengucapkan salam perpisahan.
...
Harry sudah berencana kalau dia akan bolos hari ini. Jadi saat jam menunjukan angka 16.45 dia masih bersantai.
Si kecil sudah bangun dari tidur siangnya, dan menonton televisi di sofa sambil bermain boneka. Sebenarnya itu tidak bisa di bilang bermain, yang di lakukan si kecil lebih seperti penyiksaan terhadap boneka beruang itu.
Menggigitnya, mencekiknya, menarik tangan boneka hingga terjungkal, membanting boneka malang itu. Di katakan menggigit juga tidak, si kecil belum memiliki gigi.
Harry berada di dapur, membuat susu untuk si kecil. Dan saat dia hendak kembali ke depan televisi sambil mengguncang botol susu, suara bel pintu menghentikan langkahnya.
Harry menatap Aley kemudian pintu secara bergantian. Dengan menghela nafas Harry mengambil langkah menuju pintu.
Dia sudah memikirkan alasan untuk mengusir tamu itu. Dan saat pintu di buka, Draco dengan wajah suram berdiri di depan nya. Terlihat jengkel, keringat memenuhi dahinya.
"Oh, kau. Kau bilang mau pulang dan bermanja dengan ibumu." Harry mempersilahkan Draco masuk.
Meliriknya dengan kesal Draco membanting pintu hingga tertutup. "Kau menjengkelkan!" Raung nya di depan wajah Harry.
Harry akan menyumpal botol susu ini kemulut Draco kalau pemuda itu berteriak lagi di depan wajahnya.
"Kau mau teh atau sesuatu yang lain?" Harry dengan wajah malas meninggalkan Draco yang dipenuhi emosi.
Draco mendengus dan mengikuti di belakang Harry. "Teh hangat. Jangan terlalu banyak gula."
Pemuda berkacamata itu mengangguk.
"Kenapa kau tidak menjawab telfon ku?"
Mendengar pertanyaan itu, Harry menoleh. "Oh?" Harry lupa, dia belum mencharge ponselnya. Mungkin saat Draco menelfon kebetulan ponselnya mati.
"Ponsel ku mati. Jadi aku tidak tahu."
Draco mencibir. Dia meninggalkan Harry dan berjalan menuju ruang tengah, dan mendapati Aley sedang mencekik boneka beruang dengan ekspresi tak berdosa.
"... Darley?" Panggil Draco pelan.
Si kecil menoleh ke sumber suara, tersenyum lebar dengan mata berbinar saat melihat Draco yang berjalan mendekat.
Draco duduk di sofa, si kecil segera merangkak ke pangkuannya. "Merindukan ku heh?"
Dengan tangan yang memegangi kedua sisi di tubuh si kecil, Draco mengangkat nya ke udara, kemudian menjatuhkan ciuman di perut, membuat si kecil menggeliat dan tertawa terbahak-bahak.
Dengan perlahan menjatuhkan tubuh Darley ke sofa dan menggodanya sampai tersedak tawa.
Harry meletakan teh hangat yang diminta Draco di atas meja beserta botol susu si kecil. Dia hanya duduk dan memerhatikan kedua orang itu berinteraksi.
"Kau sungguh tidak pergi mengunjungi orang tuamu?" Harry bertanya penasaran.
Draco berhenti menciumi perut si kecil dan menatap Harry. "Tidak. Aku sudah meminta Blaise untuk mengatakan pada Pansy bahwa aku tidak bisa datang mengunjungi mereka hari ini."
Draco duduk, mengangkat tubuh si kecil dan meletakan nya di pangkuan. "Kau tiba-tiba mematikan sambungan telfon setelah menuduh ku. Aku pikir kau bunuh diri, karena itu aku mengendarai mobil seperti di kejar anjing gila sepanjang jalan. Dan berlari ke sini, Lift nya penuh jadi aku menggunakan tangga. Kau tau aku hampir mati!" Draco melotot.
Harry tertawa, "Maaf?"
Draco menghela nafas, "Pergi kuliah sana. Kekasih Weasley kecil mu itu mungkin menunggumu bersama Granger."
Harry bergumam. Pergi ke kamarnya dan memutuskan untuk membatalkan niat bolosnya. Mengambil tas dan beberapa buku.
Draco mengantarnya sampai pintu bersama Darley. Harry mencium kening si kecil sambil mengatakan sampai jumpa.
"Yaya, pergilah pergilah." Ujar Draco.
Harry melambaikan tangannya, dan sebelum menutup dia berkata. "Jangan lupa memandikan Aley, sampai jumpa, Father~"
Draco membeku, matanya melirik ke arah Darley yang memasang tampang bingung. "Bagaimana cara memandikan bayi?" Gumamnya.
Setelah beberapa saat terdiam dia meraung, "HARRY!"
dan tawa Harry bergema dari kejauhan.
