Judul: Makan Malam
Karakter: Midoriya Izuku, Kirishima Eijirou
Semburat senja terlukis indah di langit sore itu. Dedaunan hijau meneteskan sisa air hujan tadi siang. Hujan itu membawa hawa sejuk bagi kota metropolitan. Mengusir rasa pengap yang mampu membuat manusia berkeringat.
Termasuk pemuda berambut hijau yang kini sedang menikmati jalanan sore itu. Ia gunakan jaket sewarna rambutnya untuk menghalau dingin yang membuat tubuhnya kedinginan. Di tangannya ada kotak makan yang sudah terbungkus rapi.
Midoriya mengantarkan kotak makan itu bukan tanpa alasan, apalagi hanya alasan "kebaikan." Ia tidak mungkin mau mengakuinya. Ia beralibi, jika temannya terus sakit akan menyebabakan jadwal harian 'rumah tangga' mereka rusak.
Sakitnya Kirishima disebabkan beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Minggu, setelah event organisasinya selesai, ia terguyur hujan. Baru selesai ia mengangkat berbagai properti, ia harus merasakan dinginnya air hujan.
Sampai di kost, ia menggigil dan keesokan harinya ia mulai bersin-bersin. Pelan tapi pasti ia menyadari suhu tubuhnya yang mulai meningkat. Hal itu ia hiraukan karena kegiatan yang begitu padat. Tapi, itu semua berhenti saat Midoriya memaksa pemuda berambut jabrik itu beristirahat, sehari saja.
Tapi hari ini berbeda, suhu tubuhnya sudah normal, hanya tersisa sedikit pening yang menghinggapi kepala. Bersin-bersin juga sudah tidak timbul lagi. Ia pun bisa mengikuti kuliah lagi dan kebetulan berakhir ketika matahari telah meninggalkan singgasananya.
Setelah mengemasi barang-barangnya, ia pun melihat ponselnya. Ada pesan singkat dari partnernya, "Aku perjalanan ke Fakultasmu, Kirishima-kun. 10 menit lagi sampai. Tunggu di tempat biasanya."
Melihat pesan itu membuat sudut bibirnya terangakat, tersenyum singkat. Padahal tadi siang sudah ia pinta temannya itu untuk tidak perlu repot-repot membawakan makan itu kepadanya. Ia juga sudah agak baikan, menurutnya.
Tapi Kirishima tahu betul dengan sifat keras kepala pria hijau itu. Ia akan melakukan apa yang menurutnya perlu dilakukan, termasuk mengantarkan makanan kepadanya.
Setelah pamit kepada teman sekelasnya, bahwa ia tidak akan pulang bersama mereka, ia pun memutuskan untuk pergi ke tempat biasanya Midoriya menemuinya. Sebuah taman belakang fakultas dengan berbagai macam flora yang sedang berbunga.
Tempat itu bukanlah tempat favorit, malah bisa dibilang tempat yang dihindari oleh mahasiswa, karena rumor yang beredar mengatakan tempat ini angker jika senja telah tiba. Tapi hal itu tidak berlaku untuk mereka berdua.
Midoriya dan Kirishima tidak akan terpengaruh dengan rumor itu. Maka tempat ini menjadi taman biasa dengan suasana remang karena lampu yang hanya ada dua untuk ukuran taman yang begitu luas.
Taman benar-benar sepi, tidak ada orang lain selain dirinya dan suara angin dingin yang berhembus. Menggosok-gosokkan telapak tangannya agar tidak kedinginan. Sesekali mengecek smartphone untuk melihat beberapa post di instagram.
"Kirishima-kun!" Suara itu memasuki pendengaran laki-laki bersurai merah itu. Membuat dirinya menoleh ke arah suara yang memanggil. Reflek tangannya melambai. Heboh? Ya itulah dia.
Mereka berdua duduk berhadapan, duduk di atas kursi besi dengan dudukan berbentuk anyaman besi, membuat air hujan mudah untuk jatuh. Tangan Midoriya membuka bekal yang telah ia siapkan. Memperlihatkan menu yang cukup mewah untuk Kirishima. Bisa dibilang Midoriya memang pandai memasak, hanya dengan bahan yang minimal mampu membuat makanan sekelas restoran internasional. Hiperbola? Ya, itu adalah kalimat yang biasa diucapkan oleh Kirishima.
"Bagaimana tadi kerja kelompokmu, Midoriya?" Ia bertanya sambil mengambil sendok stainless steel yang terbungkus rapi dalam plastik. Tangan Midoriya juga tak kalah sibuk membuka satu per satu kotak bekal yang ia bawa.
"Yah, sudah selesai, bahkan lebih cepat dari perkiraanku. Itu karena Bakugo-san sudah mencari bagiannya dan sudah menyusunnya menjadi makalah. Sisanya hanya menggabungkannya dengan milikku." Midoriya menceritakannya sambil mengunyah beberapa brokoli hijau yang sekarang sudah lumat di mulutnya.
"Temanmu itu memang benar-benar ambis ya, wkwk. Kapan-kapan ajak dia main ke apartemen kita." Tawa Kirishima menggema di taman yang sunyi itu.
"Aku tidak yakin dengan itu, Kirishima-kun. Kurasa dia bukan orang yang tiba-tiba mau diajak untuk main ke apartemen tanpa ada alasan yang jelas." Netranya menerawang ke langit, membayangkan teman bersurai kuning pucat itu bertamu di apartemennya. Kepalanya menggeleng cepat mencoba menghapus imajinasi yang mungkin tidak akan terjadi, mungkin tidak dalam waktu dekat.
Sekarang makanan mereka sudah habis, menyisakan kotak bekal dengan sisa minyak sayur dan alat makan yang sudah kotor. Tangan 'keibuan' Midoriya dengan cekatan membereskan segalanya yang ada di meja. Kirishima tengah meneguk air dari botol(teman)nya.
"Kirishima-kun! Ini milikmu!" tangan tan itu menyerahkan botol yang lain.
"Habiskan yang ini dulu, Midoriya. Setelah ini habis baru kemudian gunakan yang baru."
"Haaah," helaan nafas panjang dari laki-laki bersurai hijau hanya dibalas cengiran oleh si surai merah. Midoriya sekarang sudah bisa SEDIKIT memaklumi temannya itu. Dia bukan orang yang ingin membagi botolnya, atau perlatan pribadi yang lain. Ia lebih memilih untuk memberi temannya barang baru atau bersih ketimbang harus berbagi. Bukan apa-apa, ia hanya tidak ingin menularkan atau ditulari penyakit melalui konsep berbagi itu.
Ia pun SEDIKIT mau berbagi karena sudah menjadi kebiasaan teman sekamarnya itu dan ia tidak bisa menghentikannya, lagi pula ia juga sudah tahu 'luar dalam'aka kebiasaan Kirishima dalam hal kebersihan. Jadi sekarang ia tidak sejengkel dulu, ketika masih baru bertemu.
"Midoriya, ayo ke supermarket, aku ingin beli Ocha," rengek Kirishima sambil membawa kotak bekal yang sudah kosong itu. Keduanya sudah beranjak dari tempat mereka sebelumnya. Kini mereka berdua berjalan beriringan menuju halte bus kampus. Sekitar 20 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke daerah apartemen mereka.
"Kirishima-kun, ingat! Kita masih punya serbuk teh untuk diseduh." Midoriya menatap temannya itu heran. Bagaimana bisa ia membeli Ocha di supermarket padahal baru dua hari yang lalu temannya itu merengek membeli serbuk teh seduh.
Kenapa harus merengek? Karena keuangan 'rumah tangga' mereka dipegang oleh surai hijau itu. Uang itu digunakan untuk membeli kebutuhan pokok mereka atau untuk membeli peralatan rumah tangga.
"Ayolah, Midoriya. Rasanya benar-benar berbeda dengan teh seduh. Nanti kubelikan susu kesukaannmu, gimana?" Midoriya yang mendengar traktiran itu pun mulai goyah pendiriannya.
"Tidak, Kirishima-kun..." kemudian ia jabarkan alasan panjang kali lebar untuk menolak permintaan Kirishima itu.
Perjalanan pulang mereka, di dalam bus, diiringi dengan perdebatan kecil tentang perbandingan ocha seduh dan ocha kalengan yang ada di supermarket. Perdebatan itu berakhir dengan Midoriya, dengan terpaksa, menuruti permintaan Kirishima.
Menurut Reader-san, apa alasan Midoriya menuruti permintaan Kirishima? :')
Jika Reader-san ada usulan judul atau tema silahkan tinggalkan komentar.
Lynniaa: Maaf banget baru bisa update T.T Pair KiriDeku? Wkwk saya Cuma pengen bikin friendship agak bormance gitu. Saya pilih karakter ini pun karena saya cocokkan karakternya dengan pengalaman sebenarnya, wkwk.
FYI ini gak bakal jadi BxB ya! Jadi jangan berharap lebih, wkwk.
