[THREE SHOT] EreMika slight EreHisu
AU / Semi Canon / rated-M
Disclaimer ; Hajiime Isayama
"Mikasa!"
Sasha nyaris kehilangan suaranya akibat berteriak memanggil nama si gadis Ackerman itu. Mikasa yang tidak peka atau mungkin sengaja mengabaikan panggilan Sasha itu hanya mendengkus ketika wanita penyuka kentang itu terengah-engah seraya membungkuk menyentuh lututnya.
"K-kau tuli ya? Kenapa susah sekali dipanggil!" rutuk Sasha kesal kendati mendapat respon datar wanita itu.
"Ada apa?" Mikasa bertanya pelan mengenai tujuan Sasha memanggilnya saat ini.
Sasha berdecak, setelah merasa napasnya mulai teratur kembali. Melihat Mikasa yang begitu anteng padahal dirinya hampir mati kehabisan nafas, kadang memang menjengkelkan. Untung saja mereka adalah teman, kalau tidak mungkin Sasha sudah mengajak duel wanita rambut gelap itu.
"Tentang acara penyambutan kehamilan Ratu Historia nanti malam di Istana. Kau bisa datang?"
Mikasa tidak memberi respon cepat. Hanya diam dan membuat Sasha menyipitkan mata.
"Jangan bilang kau tidak bisa?"
Yah, mungkin saja memang tidak bisa. Mikasa terlalu malas untuk datang ke acara yang tidak begitu penting untuk dirinya.
"Tidak bisa."
Sasha berdecak lagi. Sudah menduga jawaban Mikasa akan sama seperti sebelumnya.
"Ayolah Mikasa! Kau sudah lama tidak berpesta, lagipula ini adalah hari penting bagi Eren dan Historia 'kan? Mereka pasti mengharapkan kehadiramu!"
"Dan malah menyakiti hatiku." Mikasa melanjutkan dalam hati.
"Mikasa,"
"Sudah kubilang aku tidak bisa."
Sasha pun tidak bisa memaksa wanita itu lebih keras. Yang ada Mikasa akan marah padanya dan Sasha tidak ingin mendapat bogem mentah dari wanita bertenaga kuda itu. Baiklah.
"Ya sudah kalau begitu aku tidak lagi memaksa." Sasha berguman lemah, "tapi, jika berubah pikiran, kau bisa langsung menemuiku dan kita berangkat bersama."
Mikasa menjawabnya dengan anggukan tipis, disusul dengan langkahnya yang mulai bergerak meninggalkan Sasha yang masih menatapnya kasihan.
"Dasar Eren sialan! Andai dia tahu bagaimana ulahnya sampai membuat Mikasa seperti ini, pasti dia akan menyesal!" rutuk Sasha seraya memaki sang raja titan yang menjadi alasan mengapa Mikasa tidak berniat datang ke acara nanti malam.
Andai saja Mikasa kuat menahan rasa sakit, tentu dia akan datang ke acara itu. Andai saja ia bisa berlagak baik-baik saja saat melihat Eren bersama Historia, andai saja..., dia bisa ikhlas melepaskan pria itu, dan andai saja rasa cintanya tidak begitu dalam pada Eren, dan begitu seterusnya pengandaian yang tentu tidak akan terwujud. Mikasa akan tetap mencintai Eren bagaimanapun juga. Dan dia tetap tidak tahan untuk melihat pria itu bersama wanita lain.
Egois memang. Tapi memang begitu kenyataannya. Mikasa merasa rasa ketidakadilan datang padanya. Dia lebih dulu mengenal Eren, memberi segalanya pada pria itu, berjuang bersama, namun lihat? Lihat balasan yang pria itu berikan padanya? Hanya rasa sakit yang ia berikan pada Mikasa yang mati-mati berjuang hidup untuk dirinya.
Kalau begitu, kenapa dia tidak mati saja sejak dulu? Kenapa harus repot-repot menyambung hidup jika alasan hidupnya kini telah membuangnya sia-sia. Dan Historia, wanita itu..., wanita yang entah sejak kapan menyukai Eren. Mencintai prianya hingga berhasil mendapatkannya. Cih! Mikasa yakin jika wanita itu memakai orang dalam alias para petinggi untuk mendapatkan Eren. Dasar jalang sialan!
Kemudian waktu malam ini hanya ia habiskan dengan mengumpat pasangan suami istri sialan itu. Sambil menangis tentunya. Membayangkan bagaimana kedua orang itu akan menyambut kelahiran anak mereka, bersuka cita, sedangkan dirinya akan berakhir menjadi wanita malang.
Mikasa mengasihani dirinya sendiri.
Tok tok!
Suara ketukan pintu yang awalnya Mikasa abaikan, tetapi terjadi berulang-ulang bahkan tidak berhenti. Mikasa geger karena merasa acara galaunya terganggu dengan datangnya seseorang.
Mikasa tidak pernah berharap bahwa si pengetuk pintu apartemennya adalah sosok itu. Tetapi pada kenyataanya, sang raja tembok alias Eren Yeager lah yang menjadi perusak suasana galau Mikasa malam ini. Pria itu di sana, berdiri di ambang pintu apartement Mikasa.
Hanya diam tanpa ekspresi kala menyambut pria itu. Beruntung Mikasa tidak lagi menangis, namun tetap saja menyisakan jejak airmata di wajah yang sembab. Yah, katakan bahwa saat ini ia tidak bisa menyembunyikan perihal kegiataan menangisnya.
"Ada apa?" tanya Mikasa mengeluarkan suaranya sebiasa mungkin.
"Kau tidak datang ke acara undanganku," pria itu membalas dengan tatapan lurus ke arah Mikasa, sementara lawan bicaranya berusaha membuang muka.
"Aku sedang tidak enak badan." Mikasa menjawab sebisanya. Masih menghindari tatapan bola mata berwarna emerald itu.
"Apa tidak ada alasan lain? Sedari dulu kau selalu memakai alasan yang sama, Mikasa. Aku tahu kau tidak selemah itu," Eren nampak tidak puas dengan jawaban yang wanita itu berikan. Bahkan tangannya tidak tinggal diam untuk menahan pintu, menjaga jika sewaktu-waktu Mikasa menutup pintunya paksa.
"Tidak ada."
"Mikasa,"
"Lalu untuk apa kau kemari?" Kini Mikasa memberanikan diri untuk menatap Eren. Wajah tampan sang raja itu bahkan bisa menghipnotisnya walau dalam keadaan seperti ini.
"Menemuimu."
Mikasa berdecak sinis, "dan itu tidak penting. Tidak perlu repot-repot menemuiku, Raja Yeager. Harusnya kau kembali ke istana, menemani istrimu yang sedang hamil muda."
Pria itu membalas tidak kalah sarkas, "bukankah itu hak ku untuk datang kemari? Apa menemuimu adalah suatu kesalahan?"
Rasanya Mikasa tidak sanggup untuk menjawab lagi. Pertahanannya akan runtuh jika dirinya terus-terusan berhadapan dengan pria itu.
"Iya kesalahan. Kau datang kemari adalah kesalahan."
"Untuk diriku," Mikasa melanjutkan dalam hati.
"Pergi dari sini, Eren." Kemudian ia memutuskan untuk tidak lagi berlama-lama bertahan di ambang pintu bersama pria itu. Mikasa nyaris menutup pintu, namun tertahan oleh tangan kokoh pria itu.
"Bagaimana kalau aku tidak mau pergi?" Eren sukses membuat Mikasa mengerjapkan matanya kaget, karena tindakannya yang begitu memaksa.
"Aku akan memaksamu." Dengan sekuat tenaga Mikasa mendorong pintu apartemennya. Dan dengan kekuatan yang sama pula, Eren menahan pintu itu.
Keduanya sama-sama adu kekuatan di sana. Walau Eren tahu bahwasannya ia akan kalah melawan Mikasa perihal ini, namun ia tidak menyerah. Pintu itu hampir tertutup nyaris dimenangi oleh Mikasa, jika saat benar-benar pintu itu tertutup Eren berkata,
"Aku peduli padamu, Mikasa. Aku kemari hanya ingin mengatakan bahwa aku menyesal, menyesal membuatmu seperti ini."
"Bohong!"
Eren sempat terkejut dengan jawaban tegas oleh Mikasa. Mata onyx wanita itu tersirat kemarahan yang baru kali ini dilemparkan pada dirinya.
"Mikasa-"
"Pergi! Sebelum aku benar-benar membencimu, Eren!"
Eren tertohok. Hatinya cukup ngilu saat mendapati ujaran kebencian dari wanita itu. Dirinya sempat oleng, namun segera tersadar sesaat sebelum jarak pintu hanya menyisakan tiga centi lagi untuk tertutup.
"Aku mencintaimu. Kamu harus tahu jika aku kemari untuk mengatakan itu."
Diam sesaat. Perlahan pertahanan pintu itu tidak sekeras tadi, wanita di balik sana mungkin sedang terkejut saat mendapati ucapan tidak biasa dari Eren. Oleh karena itu, dengan segera pria itu mengambil kesempatan untuk menggunakan tenaganya untuk mendorong pintu itu kembali. Nyatanya, Mikasa tidak lagi menahan pintu itu, wanita itu hanya diam dengan pandangan ke arah bawah. Sementara Eren berhasil menjadi pemenang, dan tidak tinggal diam untuk menarik pinggul wanita itu merapat padanya. Menciumnya liar tanpa menerima penolakan, bersamaan dengan pintu yang mulai tertutup sempurna.
TBC~
Haii, bagaimana untuk chapter kedua? Berminat untuk lanjut? Ditunggu reviewnya yah sobatt
