Chapter 02
.
.
.
.
.
Akatsuki no Yona
"Senpai, setelah kupikir – pikir sepertinya kita tidak perlu menjadi kekasih. Aku merasa tak enak padamu." Ucap Yona tiba – tiba padaku hari ini.
"Astaga Yona, kau keterlaluan." Ucapku. Bagaimana tidak, aku sudah sangat senang ia menjadi kekasihku dan ia malah memutuskanku saat ini. Yah, walaupun kami berpacaran karena Yona yang meminta, tetap saja aku juga menerimanya karena memang aku menyukainya. Kulihat ia hanya tersenyum canggung lalu berlari pergi. Ck, masa iya aku dicampakkan olehnya.
Setelah insiden itu, aku jadi makin lesu dan tidak bersemangat. Saat di kelas pun semua terasa membosankan.
"Hak, kenapa wajahmu ditekuk begitu ? Seperti habis dicampakkan saja. Hahahahah." Kulirik Jaeha dengan tajam lalu berdecih kesal.
"Ohya ngomong – ngomong minggu depan sekolah kita akan tanding dengan Kouka Akademi. Ingat, kalian jangan bolos latihan, terutama kau Hak." Sahut Kija yang diangguki Shin-Ah dan Jaeha.
"Iya, bisakah kalian pergi sekarang ? Aku sedang ingin sendiri." Seperti paham dengan situasiku, mereka langsung pergi meninggalkan diriku.
Hak POV End
"Hak, maafkan aku karena bersikap seperti tadi. Tapi aku merasa kau berbeda dengannya. Dan aku tidak ingin terlalu terbawa dengan mimpi indah sesaat ini." Gumamku kecil. Kuayunkan kedua kakiku di bangku kantin sambil menunggu Lily datang.
"Yona, kau melamun lagi. Apa yang kau pikirkan ?" tanyanya sambil membawa dua mangkok mie.
"Ah tidak ada. Sepertinya ini enak, baunya sangat harum." Ujarku.
"Ohya, nanti pulang sekolah ikut aku latihan cheerleader ya, kau sudah absen dua kali heh. Kau harus ingat kalau kau itu penyemangat tim basket sekolah kita." Omelnya padaku dan aku mengangguk.
Saat kami sedang makan, tiba – tiba datang Hak dan kawan – kawan. Aku yang mulanya tak sadar dengan kehadiran mereka, mendadak langsung tersedak saat melihat siapa orang yang duduk di sampingku saat ini.
"H-hak senpai !?" ucapku. Ia menyodorkanku segelas air dan aku langsung menenggaknya.
"Kenapa kau terkejut sekali. Apa kau tidak suka aku duduk disini ?" tanyanya sambil menyipit tajam padaku. Aku sedikit tersentak dengan perubahan sikapnya padaku. Sepertinya ia masih kesal dengan kejadian tadi. Akhirnya aku mengangguk dan menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
"Hak, kau jangan ketus – ketus padanya. Jika kau seperti itu lagi, pindahlah. Biar aku yang duduk di sampingnya." Ucap Jaeha dan yang lain hanya tertawa. Aish, mereka ini hanya mengganggu makanku saja.
"Kalian, diamlah. Aku sedang menikmati makananku." Ujarku ketus dan langsung kumakan kembali ramenku. Saat kepalaku mendekat kearah mangkok, kurasakan tangan seseorang seperti menjumput rambutku. Kutengokkan kepalaku dan kulihat Hak – senpai memegang rambut sebelah kiriku sambil menatapku aneh.
"Rambutmu hampir masuk kedalam mangkok Yona, apa kau tidak membawa ikat rambut ?" tanyanya dan aku langsung merogoh sakuku. Saat kutemukan ikat rambutnya, langsung saja kuikat rambutku asal dan kembali melanjutkan makanku.
Hak POV
Apa ia tidak sadar bahwa Jaeha, Kija dan Shin-Ah sedari tadi menatapnya dengan penuh kagum, terutama saat ia menguncir rambutnya. Aku benci melihat ini, tapi aku bahkan bukan siapa – siapanya. Ckckck.
Selesai makan, ia dan Lily tampak terburu – buru ke kelas. Sepertinya guru pelajaran selanjutnya sudah datang. Saat mereka berjalan menuju kelas, kudengar mereka membicarakan mengenai tim cheerleader. Ohiya, aku baru ingat kalau mereka berdua mengikuti klub itu. Heh, sepertinya aku punya rencana bagus.
Hari ini sekolah berakhir pukul dua siang. Aku dan teman – temanku langsung menuju lapangan basket. Kulihat mereka sedang berlatih di pinggiran lapangan.
"Hak, jangan melamun, aku tahu Yona-chan sangat cantik, tapi kau harus fokus latihan hari ini." Ucap Jaeha yang seketika langsung kutendang tulang keringnya. Setelah ganti baju kami langsung pemanasan. Selesai pemanasan kami langsung mulai latihan. Kuperhatikan Yona tampak lincah dan bersemangat. Sepertinya ia sudah bisa beradaptasi dengan kehidupan yang sekarang walaupun baru beberapa hari disini.
Namun seketika mataku menyipit, bukankah pakaian yang dikenakannya terlalu minim ? Kulihat anak – anak basket melihat kearah mereka dengan tatapan berbunga – bunga. Tidak hanya teman – temanku saja ternyata, tapi seluruh anggota tim basket. Astaga, benar – benar membuatku kesal. Baru saja ingin berdiri dan menyolok mata mereka satu persatu, kulihat Yona menghampiri temannya dan sepertinya ingin meminjam sweaternya. Setelah itu ia langsung memakai sweater itu dan kembali berlatih. Senyum mengembang di bibirku seketika.
"Bagus Yona, jangan perlihatkan tubuhmu seperti tadi, untung saja aku belum mencungkil mata mereka satu persatu karena melihatmu seperti tadi." Gumamku sambil terkekeh.
"Hey kalian, ayo berlatih. Jika kalian malas, jangan harap kita menang minggu depan." Ucapku dan kami pun latihan hingga sore.
"Terima kasih kerja samanya. Kita akan latihan lagi besok sepulang sekolah." Ucapku dan mereka mengangguk.
Setelah berganti pakaian, kubereskan tasku dan bersiap pulang. Kulihat anggota cheerleader juga sudah bubar sedari tadi, jadi kemungkinan Yona juga sudah pulang. Aku berpamitan pada mereka ingin pulang duluan, namun saat tiba di pagar sekolah kulihat Yona mondar – mandir bingung di halte.
"Sedang apa dia di sana ? Seperti orang bingung saja." Karena penasaran, akhirnya kuhampiri dirinya.
"Yona, kenapa belum pulang ?" tepukku pada pundaknya dan ia menoleh kearahku.
"Ah Hak – senpai, aku bingung dimana letak supermarket. Ibuku tadi pagi menyuruhku belanja bulanan tapi aku bahkan tidak tahu dimana letaknya. Hehe." Jawabnya sambil meringis.
"Lalu Lily kemana ?" tanyaku lagi.
"Lily sudah pulang dari tadi, ia harus menjemput ayahnya katanya. Ano senpai, bisakah kau menunjukkanku dimana supermarket ?" Ucapnya sambil mengatupkan kedua tangannya dan memejam erat. Aku tersenyum melihat tingkahnya. Kupegang tangannya dan ia membuka matanya.
"Baiklah, ayo. Tapi kau harus membelikanku minuman." Ucapku dan ia mengangguk cepat dengan senang. Tanpa sadar ia langsung menggenggam tanganku dan mengajaknya pergi.
"Kearah sini Yona, bukan kesitu." Kueratkan genggaman kami dan kutarik dirinya menuju arah supermarket. Setibanya di supermarket, ia melihat orang – orang membawa keranjang belanja dan ia pun mengikuti. Aku terkekeh melihatnya, ia tampak seperti anak kecil yang kebingungan. Menggemaskan sekali sekaligus membuatku khawatir jika ia bepergian sendiri.
"Ayo Hak – senpai." Ajaknya dan aku langsung menyusul dirinya.
"Senpai, apa kau tahu yang mana susu, tepung dan juga kecap ?" tanyanya padaku dan aku langsung mengambil barang yang dibutuhkan.
"Ayo kita kesana." Kudorong troli belanjanya dan ia mengekoriku. Ia tampak terpukau melihat udang dan berbagai jenis ikan lainnya. Sepertinya ini adalah pertama kalinya.
"Wah senpai, ikan ini aneh sekali tidak mempunyai badan." Ia menunjuk sebuah gurita besar. Aku tertawa kecil melihatnya, mana ada gurita memiliki badan, tentu saja ia hanya memiliki kepala dan tentacle.
"Itu gurita Yona, apa di masa lalu makanan seperti ini tidak ada ?" tanyaku padanya.
"Tidak ada senpai, kami hanya makan sayuran dan buah – buahan dari kebun, lalu terkadang makan ikan hasil tangkapan di sungai." Jawabnya polos.
"Benarkah ? Sepertinya menyenangkan ya bisa menangkap ikan secara langsung di sungai lalu memasaknya." Ucapku padanya.
"Kau belum pernah menangkap ikan senpai ?" Aku menggeleng dan ia tertawa melihatku.
"Kau harus mencobanya senpai, itu sangat menyenangkan. Kau hanya perlu tombak untuk menangkapnya." Jawabnya antusias.
"Apa kau pernah menangkapnya ? Dengan siapa ?" tanyaku lagi dan kulihat ia melamun sebentar lalu menatapku sendu.
"Ya pernah, dengan Hak." Jawabnya pelan. Sepertinya ia teringat dengan kekasihnya, sial. Kulihat raut wajahnya berubah sedikit sedih. Kuelus kepalanya dan kutepuk kepalanya pelan.
"Yona, percayalah dia akan baik – baik saja. Aku yakin dia tidak akan meninggalkanmu sendirian. Hah, andai saja aku bisa melihat masa lalu." Ucapku dan ia terkekeh mendengarnya.
"Haha, terima kasih senpai, tapi aku juga tidak tahu kapan akan kembali ke masa lalu lagi." Ujarnya lalu pergi melihat – lihat ikan.
Aku tahu ia pasti ingin segera kembali ke zamannya, tapi entah kenapa aku merasa tidak rela dengan kepergiannya. Walaupun Yona yang sekarang dengan Yona yang dari masa lalu tidak ada bedanya dari segi fisik, namun sikap mereka dan auranya tampak berbeda. Bahkan bisa di bilang mereka sedikit bertolak belakang. Memang aku menyukai Yona masa kini, tapi tak kupungkiri bahwa Yona dari masa lalu juga telah menarik diriku.
"Maafkan aku Hak, sepertinya aku tertarik pada kekasihmu." Gumamku lalu berjalan menghampiri dirinya.
Hak POV End
Aku tidak menyangka Hak – senpai mau menemaniku belanja hari ini. Ternyata walaupun sedikit dingin, ia tetap peduli pada orang lain. Bahkan ia juga mau mengantarku pulang. Hm, ternyata orang – orang zaman sekarang baik – baik juga.
"Senpai, terima kasih banyak. Ohya, ini minuman untukmu." Aku menyerahkan sebotol minuman padanya dan ia menerimanya.
"Sama – sama. Baiklah aku pamit dulu." Ujarnya. Namun, baru saja akan pergi pintu rumahku terbuka dan keluarlah ibuku.
"Yona, kau bersama siapa ?" tanyanya. Hah, kaget sekali aku rasanya. Kulirik Hak – senpai yang tadinya sudah bersiap pergi jadi memutar tubuhnya dan membungkuk pada ibuku.
"Teman sekolahku ibu. Tadi aku belanja ditemani olehnya." Ucapku pada ibu, dan reaksinya sungguh di luar dugaan. Beliau langsung menghampiri kami dengan mata berbinar.
"Astaga kau tampan sekali nak, siapa namamu ?" tanya ibuku. Mataku melotot kaget, ibuku ini sungguh tidak tahu situasi dan kondisi. Aku jadi malu mendengar ucapannya.
"Hak tante, Son Hak." Ucap Hak – senpai sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Nak, sini mampirlah untuk makan malam. Ayo ayo masuk." Ajak ibuku dan langsung menarik tanganku serta Hak – senpai.
"Yona, bagaimana ini ?" bisik Hak – senpai dan aku hanya menghela napas pasrah.
"Terserah senpai saja, lagipula ini sudah mulai gelap, ibuku tidak akan menyerah untuk mengajakmu jika kau menolak saat ini." Ucapku dan ia terkekeh mendengarnya.
"Baiklah tante."
Di dalam rumah, ternyata ibuku sudah menata berbagai makanan di atas meja makan. Aku yang sudah lapar sejak tadi jadi tidak sabar untuk segera makan.
"Yona, ganti bajulah terlebih dahulu." Aku mengangguk dan langsung naik ke kamarku di lantai dua.
"Hak – san, silahkan duduk, jika kau ingin ke toilet ada di sebelah sana ya. Tante ingin membereskan peralatan memasak dahulu." Ujar ibuku padanya.
"Iya tante, terima kasih."
Tubuhku terasa lengket setelah latihan cheerleader tadi dan akhirnya aku memutuskan mandi dahulu. Rasanya sangat nyaman berendam air hangat seperti ini. Benar – benar nikmat sekali, bahkan kami tidak perlu pergi ke onsen jika ingin berendam air hangat. Luar biasa memang barang – barang di zaman ini. Mungkin aku akan sedikit lama berendam agar tubuhku semakin rileks.
"Ah segarnya." Kugelung rambutku dan bersandar pada bak ini.
Hak POV
Rumahnya sangat nyaman, bahkan ibunya pun sangat baik. Ternyata wajah Yona sangat mirip dengan ibunya.
"Hak – san, bisakah kau panggilkan Yona, kenapa anak itu lama sekali ya. Apa ia tertidur di kamar jangan – jangan." Ujarnya.
"Tante, panggil Hak saja, tidak perlu formal." Balasku dan beliau mengangguk senang.
"Baiklah, ohya kamar Yona dilantai dua pintunya yang berwarna putih ya." Ucapnya dan aku pun bergegas naik ke lantai dua untuk memanggilnya. Sesampainya di depan pintu bercat putih, aku mengetuk beberapa kali namun tidak ada jawaban.
"Yona, ini aku Hak. Apa kau di dalam ? Ibumu memanggilmu." Panggilku dengan sedikit keras. Tak lama pintu terbuka dan ia sedang mengeringkan rambutnya. Wangi dari aroma shampo dan sabunnya bahkan bisa tercium olehku.
"Ah senpai, tunggu sebentar." Ia kembali masuk tanpa menutup pintunya, aku sedikit melihat ke dalam kamarnya dan kulihat ia meletakkan handuknya lalu keluar kamar.
"Kenapa lama sekali Yona, kasian Hak sudah menunggumu daritadi." Ujar ibunya dan Yona hanya nyengir.
"Ayo sini duduklah, kita makan bersama." Ajak ibu Yona dan kami pun duduk di meja makan.
"Ibu, apa ayah pulang malam lagi ?" tanya Yona pada ibunya.
"Iya, ia sangat sibuk akhir – akhir ini dengan proyeknya. Sudahlah, jangan bahas ayahmu. Kita bahas kalian saja. Hehe." Yona melongo mendengarnya dan aku tertawa dalam hati. Ibunya benar – benar suka meledek, aku yakin Yona sering kesal dibuatnya.
"Jadi, hubungan kalian itu apa ? Apa benar cuma teman atau kalian berpacaran ?" Tanya ibunya yang sukses membuat Yona merengut.
"Hanya teman bu. Ibu ini ada – ada saja yang di tanya. Jangan membuatku malu di hadapan Hak – senpai." Jawab Yona.
"Benarkah itu nak Hak ?" Aku menatap ibunya dan Yona bergantian. Entah kenapa muncul ide jahil dalam pikiranku. Aku menyeringai padanya dan ia terlihat bingung.
"Kami pernah pacaran tapi sudah putus." Jawabku singkat dan Yona terlihat syok.
"Astaga, kok bisa putus. Hm pasti Yona yang memutuskanmu ya." Yona menatap garang padaku dan kini ia tambah merengut. Hahahaha, rasakan itu gadis bodoh.
"Sudahlah buu …"
"Yona, kau ini keterlaluan sekali. Memangnya kenapa kok kalian bisa putus ? Ya ampun, putriku ini sudah menyia – nyiakan kesempatan emas. Ibu tidak menyangka kau sebodoh itu. Ibu kan tidak melarangmu pacaran Yona, asal pacaran secara sehat. Ckck." Ibunya mengomelinya panjang lebar.
"Hahhh, ibu. Ayolah, itu pilihanku mau berpacaran atau tidak. Dan senpai, kau sangat menyebalkan." Ucapnya sambil melirikku tajam. Aku hanya menyeringai lalu tertawa padanya.
"Kau baru tahu aku menyebalkan hm." Balasku dan kemudian kami makan bersama. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kehangatan keluarga seperti ini semenjak kedua orangtuaku meninggal.
"Ohya Hak, kau tinggal dimana ? Apa kau sudah mengabari orangtuamu bahwa kau pulang telat ?" tanya ibunya dan aku berhenti makan sejenak.
"Aku tinggal di komplek sebelah tante, tidak jauh dari sini. Eng, orangtuaku sudah meninggal semua tapi tadi aku sudah mengabari kakekku bahwa akan pulang telat hari ini." Jawabku dan mereka terdiam menatapku.
"Kau tinggal dengan kakekmu saja nak ? Ya Tuhan, tante doakan semoga orangtuamu tenang disana, tante yakin kau akan menemukan kebahagiaan milikmu sendiri nanti." Ujarnya.
"Terima kasih tante, aku juga memiliki adik, tapi dia masih sekolah dasar." Jawabku.
"Senpai, kenapa kau tidak pernah bercerita padaku kalau kau tinggal dengan kakek dan adikmu ?" tanya Yona.
"Kau tidak pernah bertanya sebelumnya." Jawabku dan ia sedikit malu.
"Lain kali, bolehkah aku main kerumahmu ?" tanyanya lagi.
"Boleh saja. Kapan – kapan akan kuajak." Makan malam kami lanjutkan dan setelah makan aku pamit pulang.
"Tante, Hak pamit pulang dulu. Takut nanti kakek dan adikku menunggu." Beliau memintaku menunggu sebentar dan aku menunggunya di ruang tamu sambil menggendong ranselku.
"Nak, ini ada makanan yang tante buat. Kebetulan tadi tante bikin agak banyak. Kuharap kakek dan adikmu suka." Beliau menyerahkan dua kotak tempat makan berukuran sedang padaku.
"Ya ampun, ini banyak sekali. Terima kasih banyak tante dan maaf sudah merepotkan." Jawabku. Setelah itu Yona mengantarku keluar rumah.
"Aku pulang dulu Yona. Terima kasih makan malamnya." Ia mengangguk dan melambaikan tangannya.
"Ya senpai, hati – hati dijalan. Sampai jumpa di sekolah." Ucapnya sambil tersenyum lebar padaku.
Hak POV End
.
.
.
To be continued
