Selamat membaca.


Chapter 2: Butterfly Club

Suasana gaduh di bangku penonton hening seketika setelah Naruto menyelesaikan perkataannya. Beberapa ada yang terdiam kaget dan sisanya masih memproses apa yang dikatakan Naruto. Sementara dengan Kaguya, gadis cantik bersurai perak itu menatap remaja pirang yang saat ini sedang menginjak kepala Riser dengan tatapan sulit dimengerti. Entah itu tatapan tertarik atau menyelidik. Satu hal yang Kaguya sadari bahwa firasatnya kali ini salah. Kaguya dengan santainya berbicara jika Riser akan menang. Tapi ia harus menelan kembali perkataannya yang jauh dari fakta.

Sedangkan siswi yang mengajak Kaguya melihat pertandingan ini tersenyum tipis saat mengetahui ketuanya tidak henti menatap Namikaze Naruto tanpa berkedip.

Di arena pertandingan, Naruto sekilas menengok ke arah bangku penonton yang tiba-tiba sepi tanpa suara, ia lalu memfokuskan pandangannya lagi ke orang bernama Riser Phoenix. Naruto menggesek-gesekan telapak sepatunya ke rambut Riser yang membuat rambut terawat itu kotor.

"SIALAN! JAUHKAN KAKIMU ITU DARI KEPALAKU! APA KAU TIDAK TAHU AKU BERASAL DARI KELUARGA BANGSAWAN PHOENIX?"

"Tidak." Jawab Naruto singkat plus datar yang membuat emosi Riser semakin memuncak.

"KAU AKAN TAHU AKIBATNYA JIKA BERANI MELAWAN PHOENIX!"

Tak mempedulikan bacotan Riser, Naruto mengangkat tangan kanannya hingga sejajar dengan dada. Jari telunjuknya ia acungkan tepat di depan jantung Riser. Jari remaja pirang itu mulai berubah menjadi emas. "Bagaimana kalau aku menghancurkan jantungmu? Apa kau masih bisa meregenerasikan organ paling penting yang saat tidak berfungsi maka akan mati?"

[Golden Bullet]

Dor!

Peluru tajam yang terbuat dari emas murni itu tepat mengenai punggung kiri Riser sampai tembus ke depan. Peluru yang dibuat oleh Naruto sama cepatnya dengan peluru asli. Naruto menggunakan Mana yang telah dikompresikan lalu diledakkan dalam skala kecil agar dapat mendorong peluru emas itu. Cara ini terinspirasi dari gerak piston pada mesin saat langkah kompresi di mana piston bergerak naik ke atas untuk mengompresikan campuran udara dan bahan bakar, selanjutnya busi akan memercikkan bunga api dan terjadilah ledakan (pembakaran) yang membuat piston kembali terdorong ke bawah.

"HAHAHA PERCUMA SAJA KAU MELAKUKAN ITU! AKU INI A-B-A-D-I!"

"Begitu ya …, bahkan jantung yang telah rusak pun tidak membuatnya mati." Naruto melihat kobaran api di lubang punggung Riser, setelah api itu padam lubang yang tadinya menganga kini hilang seperti tidak terjadi apa-apa. Naruto mengakui Riser memiliki regenerasi yang cepat.

Riser meronta-ronta dengan liar sampai membuat Naruto harus melompat untuk menjaga jarak. Mata remaja keturunan Namikaze itu sedikit membulat ketika melihat Riser lepas dari kekangan paku emasnya, namun Riser harus merelakan kedua tangannya putus. Sepuluh detik kemudian kedua tangan itu telah kembali utuh.

Naruto menyadari sesuatu, 'Jadi begitu.'

Riser telah bangkit berdiri sambil memasang seringai sombongnya. Ia menatap tajam Naruto dengan iris mata yang berubah menjadi warna kobaran api tanda seluruh Mana-nya benar-benar telah dikompresikan.

"Kau mengatakan akan mengalahkanku dalam waktu satu menit? Kehehe, SATU MENIT DARI MANA HOY?! Bahkan sekarang kau tidak bisa membuatku terluka sedikitpun."

Sorak-sorak kembali terdengar dari bangku penonton setelah Riser mengatakan itu. Naruto hanya diam saja sambil merubah kedua tangannya menjadi emas.

"Aku masih memiliki waktu 30 detik sebelum satu menit benar-benar habis. Dan saat itulah kau akan kubuat daging cincang."

[Golden Sword: Excalibur Mimic]

Naruto membuat replika pedang Excalibur Mimic dengan kekuatan elemen emasnya. Meskipun hanya sebatas replika, tapi kekuatan dan ketajaman dari pedang ini hampir menyamai atau bahkan melebihi aslinya. Sebuah pedang yang terbuat dari logam mulia dengan ketajaman super, bahkan ujung pedang itu memiliki sudut 0,5 derajat.

"Aku baru ingat, ada pelangganku yang meminta dibuatkan daging cincang manusia untuk restorannya."

[Infinite Accel: Star Light]

Naruto menghilang dari tempatnya berdiri, satu detik kemudian tubuh Riser terluka karena irisan pedang tanpa ia sadari, detik berikutnya ia terkena lagi, lagi, lagi … entah sampai kapan Riser harus menerima tebasan pedang sangat cepat itu, bahkan Riser tidak memiliki waktu untuk membuat sihir pertahanan. Seluruh tubuh Riser diselimuti oleh api tanda sedang melakukan proses regenerasi.

Naruto adalah satu-satunya pelaku yang melakukan itu. Dengan pedang emas yang berada di genggamannya dan teknik Accel, Naruto bisa menebas musuh sangat cepat sampai tidak bisa terlihat. Remaja pirang itu bahkan sanggup memberikan 5 tebasan hanya dalam waktu satu detik. Apa jadinya jika Naruto melakukannya dalam waktu 25 detik? Jika orang normal yang terkena maka mungkin 5 detik ia sudah meregang nyawa.

Para penonton yang sedang menyaksikan jalannya pertandingan akan melihat sebuah bintang berwarna emas dengan pusatnya adalah Riser. Itu adalah efek yang ditimbulkan ketika Naruto bergerak sangat cepat sambil membawa benda yang akan berkilau ketika terkena sinar matahari.

Star Light nama teknik sihir Naruto, benar-benar menampilkan bintang yang bersinar.

25 detik telah berlalu, Naruto kembali ke tempatnya dengan sebulir keringat yang mengalir melalui pelipisnya. Kondisi Riser saat ini benar-benar parah dengan luka tebasan di sekujur tubuh. Api regenerasinya perlahan padam karena keturunan Phoenix itu kehabisan Mana. Riser lalu pingsan tanpa bisa melihat wajah datar Naruto.

Siswa kelas satu yang merupakan murid pertukaran itu menghilangkan pedang emasnya menjadi partikel debu emas yang terbawa oleh angin. Suasana di colosseum kembali hening sampai Grayfia mengumumkan akhir pertandingan.

"Melihat Riser Phoenix yang pingsan, maka pemenang pada pertandingan kali ini adalah Namikaze Naruto sebagai penantang. Sesuai peraturan yang tertera, harga kepala Namikaze Naruto akan ditambah setengah dari harga kepala Riser Phoenix yang berjumlah 19.000.000. Total untuk harga kepala Namikaze Naruto adalah 20.000.000."

Para penonton langsung bersorak seketika.

"Uooo, kau hebat murid baru!"

"Terima kasih karena telah mengalahkan siswa brengsek itu!"

"Naruto-sama sangat keren~"

Yap, kini giliran orang-orang yang telah diinjak-injak oleh Riser yang bersorak keras. Mereka sangat bahagia karena seseorang telah mengalahkan bajingan itu. Naruto yang cukup mendengar dengan jelas apa kata-kata mereka hanya diam. Sedikitnya ia tahu kenapa mereka bahagia. Naruto telah melihat Riser melakukan pelecehan seksual pada dua orang siswi di kantin tanpa ada satupun orang yang menegur.

Naruto kemudian berjalan keluar dari arena pertandingan. Tujuannya saat ini adalah kantin untuk mengisi perutnya yang kosong.

Kaguya yang masih berada di bangku penonton seketika berdiri disusul oleh gadis cantik di sampingnya. Iris mata peraknya lalu memandang serius gadis di samping yang merupakan sekertarisnya. "Aku akan merekrut siswa bernama Namikaze Naruto. Laki-laki berpotensi sepertinya tidak boleh jatuh ke tangan klub lain!"

Sementara sekertaris Kaguya hanya tersenyum lalu mengangguk.

Di ruang kepala sekolah, Azazel menatap tertarik pada layar laptopnya yang menampilkan arena pertandingan dengan Riser sedang dibawa oleh unit medis menuju ruang kesehatan. "Kupikir Naruto akan melakukan sesuatu yang menggemparkan beberapa hari lagi. Aku tidak menyangka di hari pertamanya ia telah mendapatkan 'nama' yang akan membuatnya terkenal. Ini akan lebih menarik dari pada yang aku bayangkan, khu khu khu."


Berita Riser Phoenix yang telah dikalahkan oleh murid pindahan bernama Namikaze Naruto kelas 1-B beredar dengan cepat, bahkan berita itu sampai pada 10 siswa berperingkat paling tinggi. Naruto telah mengukirkan namanya sendiri di sekolah ini. Ia menjadi bahan obrolan hampir di semua kelas.

Naruto juga telah membuat beberapa ketua klub merasa tertarik untuk merekrutnya. Buktinya sekarang, belum genap sepuluh langkah setelah Naruto keluar dari kelasnya untuk pergi ke asrama, di depannya sudah berdiri dua gadis cantik yang salah satunya termasuk ke dalam The Five Most Beautiful Women.

Naruto berjalan pelan sambil membaca novel di koridor yang lumayan sepi. Di jam-jam seperti ini murid-murid biasanya kembali ke asrama atau melihat pertarungan di colosseum. Jam sekolah sudah berakhir.

Duagh!

"Aduh." Naruto menabrak seseorang tanpa sengaja. Anehnya justru ia yang terpental.

"Sepertinya kau memiliki saat-saat di mana konsentrasimu tertuju pada satu titik dan kehilangan pengawasan pada sekitarmu, benar begitu, Namikaze Naruto?"

Naruto melihat siapa yang telah menghalangi jalannya, seorang- bukan, tapi dua gadis cantik yang sama-sama bersurai panjang berdiri di depannya. Mereka memakai pin perak yang berarti mereka anak kelas 2.

"Maaf Senpai karena telah menabrakmu. Aku memang tidak menyadari apa saja yang ada di sekitarku." Kata Naruto sambil membungkuk. Bagaimana pun ia tidak mau mencari masalah yang ujung-ujungnya membuatnya repot. Lebih baik berbicara sopan dan meminta maaf, lagi pula ini memang sepenuhnya salah Naruto karena tidak memperhatikan sekitar.

"Jangan formal seperti itu. Perkenalkan, namaku Ootsutsuki Kaguya, ketua Butterfly Club. Dan ini adalah sekertarisku." Kata gadis itu sambil menunjuk teman di sampingnya.

Naruto melihat gadis yang grogi itu, sepertinya ia tipe gadis pemalu.

"A-ano … etto … n-namaku Kahiyang Kirana, salam kenal Namikaze-kun." Gadis yang memiliki rambut hitam mengkilat dan panjang sepunggung itu membungkukkan badan. Jari-jemarinya tidak sadar ia mainkan, sorot matanya tidak menatap Naruto melainkan hal lain.

"Maaf karena sifat pemalu Kirana selalu keluar jika berbicara dengan orang asing." Kata Kaguya.

Naruto mengangguk saja, ia sekilas melihat iris mata Kirana yang berwarna emas di balik kacamata yang gadis itu pakai. Sungguh warna langka. Jika dipandangi lebih lama, Kirana adalah gadis cantik dengan warna kulit putih bersih, postur tubuh yang tidak terlalu tinggi juga tidak pendek, hiasan kepala berupa jepit berwarna pink di atas telinga kiri untuk mengganjal poninya.

"Namaku Namikaze Naruto, salam kenal." Kata Naruto sambil merentangkan tangan ke depan untuk berjabat tangan.

Kirana menatap gugup tangan besar Naruto. Butuh beberapa lama sampai ia memberanikan diri untuk menerima tangan itu. Namun baru saja tangannya sedikit bersentuhan dengan tangan Naruto secara refleks Kirana menjauhkan tangannya, ia lalu bersembunyi di balik punggung Kaguya.

Gadis perak itu menghela nafas sesaat lalu menerima jabatan tangan Naruto agar pemuda itu tidak merasa malu. "Salam kenal juga, Naruto-kun … etto, boleh kupanggil seperti itu?"

"Tentu saja."

Naruto menyudahi jabat tangannya lalu menatap wajah Kirana yang setengahnya terhalang oleh badan Kaguya. 'Andai saja dia tidak memiliki sifat pemalu seperti itu maka dia bisa menjadi populer dikalangan laki-laki.'

"Ehem, Naruto-kun, bisakah kau ikut kami sebentar?" Tanya Kaguya.

Naruto menghela nafas singkat. "Kaguya-senpai, apa kau ingin merekrutku ke dalam klubmu?" Tanya Naruto.

"Rupanya kau cepat mengerti. Aku memang berniat merekrutmu ke dalam klubku karena melihat pertarungan hebatmu saat istirahat. Dan aku baru melihat anak kelas satu sudah bisa menguasai pengendalian Mana level 3." Jawab Kaguya sambil memuji remaja pirang itu.

Pengendalian Mana memiliki tiga tingkatan,

Level 1, pengguna harus merapal mantra dan menciptakan lingkaran sihir untuk mengeluarkan tekniknya.

Level 2, pengguna tidak harus merapal mantra dan cukup menciptakan lingkaran sihir untuk mengeluarkan tekniknya.

Level 3, pengguna tidak perlu merapal mantra dan menciptakan lingkaran sihir. Penyihir yang memiliki pengendalian Mana level 3 bisa membuat seluruh tubuhnya terlapisi oleh elemen yang dikuasai. Contohnya adalah Naruto, ia bisa memanipulasi dan mengendalikan elemen emasnya sesuka hati tanpa perlu merapal mantra dan menciptakan lingkaran sihir.

"Begitulah. Sejak kecil ayahku selalu memprioritaskanku untuk berlatih mengendalikan Mana sebelum masuk ke tahap pengendalian elemen." Balas Naruto. "Jadi di mana markas klubmu?" Perkataan Naruto secara tidak langsung menyetujui ajakan Kaguya untuk ikut bersamanya.

Kaguya tersenyum tipis. "Kita tidak akan ke markas. Kita akan ke ruangan tempat pengambilan misi. Lagi pula anggota yang lain sedang menjalankan misi untuk menaikkan harga kepala."

"Memangnya ada cara lain untuk meningkatkan harga kepala?" Bingung Naruto karena Motohama tidak pernah menceritakan hal ini.

"Tentu saja. Jika Naruto-kun ingin mengetahuinya ayo ikut kami!"


Ruang tempat mengambil misi berada di samping kanan gedung utama. Cukup dekat dari kelas Naruto. Saat pertama mereka masuk ke dalam, Naruto melihat sebuah ruangan megah dengan bangku dan meja yang ditata seperti ruangan rapat bagi para pejabat negara. Ada beberapa murid di ruang ini, sepertinya mereka hendak mengambil misi. Rata-rata murid di sini memakai kalung yang sama.

"Besar juga ruangan ini." Gumam Naruto. "Bisa Kaguya-senpai jelaskan tentang misi di sekolah ini?" Tanya Naruto.

Kaguya mengangguk lalu menatap Kirana melaui ekor matanya. Kirana yang tahu maksud ketuanya langsung grogi. Ia disuruh untuk menjelaskan tentang misi pada Naruto. Sesuatu yang sulit baginya meskipun kata orang mudah.

"Kirana yang akan menjelaskannya, Naruto-kun. Aku ada urusan sebentar dengan ketua OSIS. Aku akan kembali ke sini 10 menit lagi." Kata Kaguya lalu pergi ke luar meninggalkan Naruto dan Kirana.

Naruto mengalihkan pandangannya dari Kaguya yang sudah menghilang di balik pintu, ia lalu menatap Kirana yang memalingkan wajahnya ke arah lain. "Jadi …,"

"A-ano … etto … b-bagaimana aku menjelaskannya ya … s-sebenarnya pihak sekolah membuat sistem misi ini untuk membantu para murid yang kehilangan harga kepala. Murid laki-laki yang harga kepalanya nol akan diberi nama Pochi, sedangkan untuk siswi diberi nama Mike. Mereka sama-sama diartikan sebagai hewan peliharaan. Siapapun yang harga kepalanya nol hak mereka akan dicabut dan harus menuruti apa saja kemauan murid yang memiliki harga kepala. T-tanda mereka kehilangan harga kepala adalah memakai kalung yang sama."

"Jadi itu alasannya mereka tidak memberontak saat Riser melakukan pelecehan seksual." Gumam Naruto. "Bisa kau jelaskan lebih detail?" Pinta Naruto.

Kirana mengangguk gugup, sesekali ia memandang wajah Naruto namun cepat-cepat dialihkan lagi karena terlalu malu. "A-ada beberapa tingkatan misi yang bisa diambil. D-dimulai dari misi rank-D yang berhadiah harga kepala 500.000, lalu rank-C yang berhadiah harga kepala 1.000.000, tingkat selanjutnya adalah rank-B yang berhadiah harga kepala 3.000.000, lalu rank-A yang berhadiah harga kepala 5.000.000, d-dan terakhir tingkatan misi paling sulit adalah rank-S yang berhadiah harga kepala 10.000.000." Jelas Kirana yang diakhiri dengan helaan nafas panjang.

"Apakah misi yang ada di sini adalah permintaan orang lain?"

"B-bukan, misi di sini murni dari pihak sekolah. Lagi pula semua misi yang ada hanya perintah untuk mengalahkan monster di Dungeon."

'Dungeon ya … jadi ingat masa lalu.' Batin Naruto sambil mengingat-ingat pengalaman pertamanya masuk ke dungeon. "Aku ingin melihat monitor misi lebih dekat."

"K-kalau begitu akan kuantar."

Naruto dan Kirana menuruni tangga yang hanya memiliki beberapa anak tangga saja. Seseorang berlari mendekati mereka dengan tergesa-gesa dan tidak sengaja menyenggol bahu Kirana, menyebabkan keseimbangan gadis pemalu itu hilang dan hampir jatuh. Beruntung ada Naruto yang reflek menangkap tubuh ramping Kirana.

Posisi mereka saat ini seperti sedang melakukan salah satu gerakan dansa di mana Kirana yang berada di bawah dan hampir jatuh, tangannya tidak sengajanya dilingkarkan ke leher Naruto. Sedangkan remaja pirang itu melingkarkan tangannya ke punggung Kirana untuk menahan tubuhnya.

Wajah Kirana memerah padam karena malu berada di posisi seperti ini, apalagi dengan orang yang baru dikenalnya. Iris mata emasnya bergerak ke sana-ke sini untuk menghindari kontak dengan iris biru Naruto yang seindah langit.

"Kau tidak apa-apa, Kirana-senpai?" Tanya Naruto.

"L-l-lepaskan aku!"

"Kalau aku lepaskan nanti Senpai jatuh."

"M-m-maksudku bantu aku dulu lalu lepaskan aku."

Naruto membantu Kirana berdiri dan melepaskan genggamannya. Mereka berdua saling membuang pandangan. Pipi Naruto sedikit bersemu merah.

"Ayo lanjutkan perjalanan." Kata Naruto.

"Umm." Gumam Kirana pelan sambil mengangguk.

Mereka sampai di tempat papan misi. Tidak ada yang bersuara lagi setelah kejadian memalukan tadi. Kaguya yang datang pada saat tepat menjadi pencair suasana. Naruto dan Kirana menghela nafas lega setelah Kaguya datang.

"Maaf karena datang lebih dari sepuluh menit. Bagaimana Naruto-kun, apa kau sudah tahu detail tentang sistem misi?" Tanya Kaguya.

Naruto mengangguk singkat. "Kirana-senpai menjelaskan padaku dengan detail."

"Wow itu berita yang mengejutkan. Kupikir Kirana si pemalu ini tidak bisa melanjutkan kalimatnya setelah berbicara lima detik dengan orang asing. Kerjamu bagus, Kirana." Puji Kaguya sambil menepuk-nepuk bahu sekertarisnya.

Kirana tidak menanggapi Kaguya karena terlalu malu untuk bersuara. Ia membenarkan letak kacamatanya yang sedikit miring.

"Kaguya-senpai, apa kita bebas mengambil misi?" Tanya Naruto.

"Tentu saja."

"Apa yang akan terjadi jika misi itu gagal?"

"Sebenarnya tidak akan berpengaruh pada harga kepala. Kau mungkin akan mengalami luka-luka saat berada di dalam dungeon."

Naruto mengangguk mengerti, ia lalu membaca deretan misi yang tersedia dengan teliti. Remaja pirang itu cukup tertarik untuk melakukan misi. Kaguya hanya mendiamkan Naruto yang terlihat serius, sedangkan Kirana masih berusaha untuk menekan rasa gugupnya.

Kirana, gadis cantik dengan iris mata berwarna emas itu merasakan sentuhan kasar di rambut lurusnya, bahkan ia dapat merasakan bahwa sentuhan itu mirip seperti tarikan. Ia menengok ke belakang dan melihat seorang pria dengan wajah mesum tengah memainkan rambutnya.

"H-hentikan!" Teriak Kirana sambil berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan laki-laki itu.

Naruto dan Kaguya yang menyadari Kirana dalam bahaya langsung menatap tajam siswa kelas 2 yang memiliki rambut putih sebahu.

"Jauhkan tangan kotormu dari Kirana!" Kata Kaguya dingin.

"Ngahaha ohohoh, rupanya di sini ada ketua Butterfly Club. Aku tersanjung bisa melihat gadis paling cantik di sekolah. Sekarang ayo kita ke kamarku!" Siswa itu asal bicara sambil menarik pergelangan tangan Kaguya.

Kaguya yang diperlakukan layaknya gadis jalanan tidak terima, emosinya naik dengan cepat lalu melepaskan pegangan laki-laki itu dengan kasar. Sorot mata Kaguya sangat tajam seperti harimau yang mengintai mangsanya. "Hentikan perbuatan tak tercelamu ini!"

"Ngahaha, kalau malu bilang saja. Aku tahu kau ingin bermain bersamaku nanti malam, bukan? Tenang saja, aku tidak marah jika harus menunda permainan panas ini. Ngahaha kalau begitu aku menunggumu di kamarku. Jangan lupa, namaku Freed Zelzan dan kamarku no-"

Buakh!

Kaguya tanpa sadar memukul wajah memuakkan Freed dengan tangan yang terlapisi es. Ia sudah sangat jijik melihat wajah mesum ditambah percaya diri itu. Freed jatuh terduduk dengan darah keluar dari sudut bibirnya.

Perbuatan Kaguya mengundang banyak perhatian di ruangan ini. Beruntung tidak ada satupun murid yang ada kecuali mereka, sisanya hanya beberapa guru.

Seorang guru yang bertugas di sini menghampiri Kaguya. "Penggunaan sihir untuk melukai seseorang di luar pertandingan resmi sangat menentang hukum. Kaguya-san apa kau sadar dengan perbuatanmu ini? Kuharap kau bersedia menanggung hukumannya." Kata guru yang berambut perak panjang itu.

"Maafkan aku Rossweisse-sensei. Aku akan mempertanggung jawabkan perbuatanku." Kata Kaguya yang diakhiri dengan helaan nafas panjang untuk menenangkan emosinya.

"Baiklah, kalau-"

"Tunggu dulu!" Freed berteriak cukup keras, memotong ucapan Rossweisse. "Aku yang akan menentukan hukuman untuk wanita seperti dia!" Kata Freed yang sudah berdiri.

Naruto protes. "Tentu saja kau tidak bisa menentukan hukuman seperti apa. Kau hanya murid di sekolah ini."

"Diam kau anak kelas satu!"

"Freed-san memiliki hak untuk menentukan hukuman sebagai orang yang dirugikan. Tentu saja hukuman itu harus tidak jauh berbeda dengan hukuman yang sudah ditentukan pihak sekolah. Jadi kemungkinan tersangka akan lebih dirugikan kecil." Jelas Rossweisse. Namun penjelasan itu terdengar tidak masuk akal bagi Naruto.

"Sekarang tentukanlah hukuman seperti apa untuk Kaguya-san."

Freed menyeringai lebar. Jadi ini yang dia incar. Mendapatkan hak untuk menentukan hukuman, sama saja dengan menyuruh seorang Pochi atau Mike. Posisi Kaguya berada dalam bahaya, atau ….

"Sepertinya temanmu ini memiliki paras yang cantik," Kata Freed sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Kirana. Gadis yang didekati oleh laki-laki asing itu pun menutup mata, takut melihat wajah mesum Freed.

"Yosh, aku sudah menentukan hukumannya. Sensei, aku ingin bertarung dengan gadis ini. Apa boleh?"

"Kirana-senpai tidak ada kaitannya dengan masalah ini. Kau tidak bisa melakukan apa-apa padanya." Kata Naruto cepat.

Guru berambut perak itu menggeleng. "Tidak. Kirana-san juga ikut terlibat. Jadi permintaan Freed-san bisa terpenuhi."

"A-a-apa tidak ada pilihan lain, Freed-san?" Tanya Kirana takut.

"Hmm, sebenarnya ada," Jawab Freed lalu membisikkan sesuatu yang membuat kedua mata Kirana melebar.

"B-baiklah, aku akan menerima tantangannya."

"Tunggu Kirana! Kau tidak tahu apa yang akan dilakukan bajingan itu padamu." Kata Naruto yang mengkhawatirkan Kirana. Sepertinya Kirana bukan tipe orang yang suka bertarung. Ia bisa menyimpulkan seperti itu karena sifat gadis itu yang pemalu dan grogi jika berdekatan dengan orang asing.

"Percuma saja bocah pirang. Kau tidak akan bisa mencegahnya karena ini adalah … HUKUMAN!"

"Karena kedua belah pihak telah menyetujuinya, aku sarankan kalian cepat pergi ke colosseum."


Suasana di colosseum saat ini sepi meskipun sedang ada pertandingan. Mungkin orang-orang telah pergi ke asrama untuk istirahat. Di bangku penonton hanya ada Naruto seorang. Kaguya sedang berbicara dengan Kirana di ruang tunggu. Tidak lama kemudian Kaguya datang dan duduk di samping Naruto.

"Kau membicarakan apa dengan Kirana-senpai?"

"Hanya mengkhawatirkannya dan menanyakan alasan Kirana menyetujui pertarungan ini." Jawab Kaguya dengan nada tidak suka.

"Jadi apa alasannya?"

"Ingat saat Freed berbisik? Bajingan itu membisikkan pilihan kedua adalah menolak. Tapi jika Kirana menolak maka bajingan itu akan memperkosaku." Kata Kaguya yang suaranya semakin pelan di akhir namun Naruto masih bisa mendengar dengan jelas. Kedua pipi Kaguya bersemu merah, bukan karena malu atau apa, tapi ia sedang marah besar.

"Jadi begitu. Gertakan yang cukup bagus untuk mengelabui gadis lugu seperti Kirana-senpai. Bagaimana dengan orang yang bernama Freed itu? Apa dia berbahaya?"

"Entahlah, tapi saat ini ia memiliki harga kepala 56.000.000, bajingan itu berada di peringkat 83, Kirana berada di peringkat yang lebih rendah." Jawab Kaguya.

"Memang berapa harga kepala Kirana-senpai?"

"40.000.000, Kirana berada di peringkat 108."

"Bukankah itu harga kepala yang lumayan tinggi? Itu berarti Kirana-senpai sering melakukan pertarungan." Asumsi Naruto sambil melihat Kirana dan Freed yang memasuki arena pertarungan.

"Kau keliru, Kirana hanya pernah bertarung sekali saat masih di kelas satu. Ia mendapatkan harga kepala itu dari penantang kelas tiga tahun lalu, sekarang sudah lulus. Sebenarnya aku tidak terlalu hafal betul bagaimana kekuatannya. Yang pasti Kirana merupakan tipe orang cinta damai dan sebisa mungkin menghindar dari pertarungan. Bahkan ia tidak pernah melakukan misi bersama teman klub lainnya dengan alasan tidak terlalu suka bertarung."

Naruto menerawang ke atas. "Kalau begitu besar kemungkinan kemampuan Kirana-senpai mengkarat."

"Itulah alasanku kenapa mengkhawatirkannya. Aku tidak mau dia kenapa-napa."

Naruto memegang bahu Kaguya untuk menenangkannya. "Yang bisa kita lakukan hanya berdoa. Itu saja."

Beberapa detik kemudian, suara Grayfia mulai terdengar.

"Namaku Grayfia Lucifuge, aku adalah guru yang mengatur peringkat seluruh murid sekolah. Pertandingan antara Freed Zelzan sebagai penantang dan Kahiyang Kirana sebagai penerima tantangan akan segera di mulai. Tidak boleh ada yang membunuh. Peraturan sama seperti pertandingan biasa meskipun ini pertandingan hukuman. Jika kalian sudah siap maka mohon acungkan tangan."

Kirana dan Freed mengangkat tangan.

"Baiklah, pertandingan dimulai!"

Freed mengeluarkan senjatanya berupa pedang dan pistol. Wajahnya tidak berhenti memperlihatkan seringai kejam. Sementara itu Kirana hanya diam, matanya tidak bisa terlihat karena sekarang ia sedang menunduk.

"Menyerah diri ya? Maaf saja, itu tidak bisa."

Freed berlari cepat menuju Kirana, ia lalu menghunuskan pedangnya tepat ke leher gadis itu. Sepertinya ia berniat untuk membunuh. Di bangku penonton, Kaguya dan Naruto menatap khawatir.

"Matilah! Aku ingin melihat wajah putus asa dari wanita tercantik di sekolah! Ngahahaha."

Stab!

Laju pedang Freed terhenti oleh tangan Kirana yang diselimuti suatu cairan kental berwarna putih.

"A-apa ini? lengket sekali. Hoy kau, cepat lepaskan pedangku!" Teriak Freed sambil berusaha membebaskan pedangnya dari cairan lengket yang menyelimuti tangan Kirana.

"Baiklah." Kata Kirana. Kali ini tidak ada nada gugup, yang ada hanya nada datar. Bahkan nada itu lebih datar dari Naruto.

Kirana meninju wajah Freed dengan tangan satunya yang terselimuti oleh cairan kental putih. Anehnya cairan itu kini berbentuk keras, tidak seperti yang satunya.

Freed tersungkur, hidungnya mengeluarkan darah. Ia lalu bangkit berdiri lagi dan kembali menyerang Kirana.

Trank! Trank! Trank!

"Sial! Kenapa pedangku tidak bisa membelah benda aneh itu?!" Kata Freed kesal karena Kirana berhasil menahan sayatan pedang menggunakan cairan kental putih yang telah dipadatkan.

"Percuma saja. Pedangmu tidak akan bisa membelah getah karet milikku. Apa kau tahu sifat istimewa dari getah karet?" Tanya Kirana dingin sambil memandang tajam Freed.

Freed seketika menyadari sesuatu.

"Benar. Getah karet- atau yang sekarang kuubah menjadi karet memiliki sifat tahan panas dan gesekan. Kau tahu ban mobil? Butuh beberapa tahun untuk membuat ban itu aus. Pedang karatanmu tidak akan bisa menembus karetku yang dipadatkan dengan konsentrasi tinggi."

[Rubber Latex: Punch]

Duakh!

Freed menerima pukulan telak di perutnya. Ia kembali tersungkur dan memuntahkan darah segar. "Sial sial sial sial! Kalau pedang tidak bisa maka aku akan menggunakan ini!" Freed mengacungkan pistolnya.

"Percuma, lihat baik-baik pistolmu,"

Freed kemudian melihat kondisi pistolnya dan terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Aku telah memasukkan getah karetku ke dalam pistolmu dan menghancuran strukurnya. Seharusnya sekarang peluru itu tidak akan keluar meskipun tuasnya kau tekan."

Freed mulai merasa ketakutan, ia menjatuhkan pistolnya dan melihat wajah Kirana, di saat itu Freed merasakan malaikat maut sedang menghampirinya.

Seorang gadis pemalu dan lugu di luar, namun saat bertanding jiwa petarungnya muncul. Kirana adalah manusia unik yang cinta damai namun tidak segan-segan dalam pertarungan. Gadis itu lalu menunjuk Freed, iris mata emasnya bersinar di balik kacamata bening itu, mengkilap tajam seakan mencekik siapa saja yang melihat mata itu.

"Aku akan …

.

.

.

… Menghancurkanmu."

Bersambung


[25/04/2021]