ALLURING KISS

Disclaimer: Semua tokoh dalam Naruto adalah milik Masashi Kishimoto. Love story milik Taylor Swift. Love Story of Us milik saya

WARNING : Bahasa tidak baku, AU, typo, OOC, umpatan, dsb

don't like don't read!

.

.

.

Chapter 2

(1)

Yakuza adalah organisasi kriminal namun legal karena diakui oleh pemerintah. Namun tentu saja aktivitas yang mereka lakukan terbatas karena aktivitasnya bisa dikategorikan perilaku kriminal. Lihat saja apa yang dilakukan oleh Sasuke dan kawanannya. Sebut saja Naruto si jabrik kuning, Shikamaru si jenius pemalas dan Sai si senyum palsu. Di depan mereka tergeletak mayat dengan darah terciprat kemana-mana namun tidak ada ekspresi berarti dari keempatnya kecuali Sai yang masih setia dengan senyum manis nan palsunya.

"Segitu saja?" Sai memandang ketiganya.

"Mudah sekali." Naruto menimpali.

Sasuke dan Shikamaru tidak menanggapi.

"Aku tidak tau apa yang Madara-sama pikirkan, namun tugas ini bukankah terlalu mudah?" Naruto menyatakan pendapatnya.

"Kita memang tidak tau apa yang mereka rencanakan, tapi.." Shikamaru sengaja menggantungkan perkataannya dan dengan kedua mata coklatnya mengarahkan ketiga temannya yang lain untuk melihat apa yang dia lihat di depannya.

"Sepertinya aku tau rencana mereka, iyakan Sasuke?" sambung Shikamaru.

"Hn."

Tidak lama, 2 orang pemudi sudah berdiri berhadapan dengan mereka dengan rambut pirang dilengkapi 2 pistol genggam di kedua tangannya dan sosok kurang familiar dengan rambut merah jambu tanpa senjata. Keduanya mengenakan pakaian hitam longgar dan masker hitam.

"Ino Yamanaka." Shikamaru mengucap nama itu tanpa ada niatan memperkecil volume suaranya.

"Yo, pemalas! Ckckck, benar-benar dan sungguh-sungguh sangat liar ya. Ada apa dengan semua darah ini?" Ino, perempuan berambut pirang layaknya barbie itu mendecak mengejek.

"Bukannya kalian sudah terbiasa dengan darah, Yamanaka?" Naruto, lelaki yang memiliki rambut hampir sama dengannya itu berujar memberikan pendapatnya.

"Yah, bukan itu maksudku bodoh. Hanya saja, ini kelihatan seperti pekerjaan amatir dan bukannya Yamaguchi Gumi. Penekanan jelas terdengar dibuat mengejek. "Lagian, memangnya siapa disini yang tidak terbiasa dengan darah?"

"Si rambut permen kapas, mungkin?" Pernyataan atau pertanyaan ini jelas berhasil mengalihkan pandangan semua orang kepada yang menjawabnya. Sepertinya semua agak takjub karena selama pekerjaan mereka melakukan pembasmian, Sasuke belum sekalipun mengeluarkan suaranya. Sampai-sampai Naruto mengira nafasnya sudah bau. Benar-benar pemikiran tidak penting.

Namun tak berselang lama, pandangan itu akhirnya teralih kepada satu-satunya gadis berambut merah muda di sana. Nampaknya belum ada yang mengenalnya melihat interaksi mereka yang berbicara hanya kepada Ino.

"Pffft, permen kapas? Imutnya Teme membayangkan permen kapas di kepalanya." Naruto tertawa-tawa menjengkelkan

".."

Tidak ada yang merespon kecuali Ino yang menaikkan salah satu alisnya ke atas.

"Gadis ini? Sakura? Tidak terbiasa dengan darah?" Ino merangkul Sakura seraya membuat pose seperti mengenalkannya kepada teman-teman pembunuhnya(?).

"Kalian belum mengenalnya ya, jadi biar ku kenalkan, dia Sakura Haruno, blackshadownya Triad!"

Dan sebuah seringai penuh semangat namun ber'aura sekelam malam diam-diam ditampilkan oleh Sasuke.

.

.

.

(2)

"Wah, Shikamaru kamu benar-benar tidak akan mengatakan apa-apa?" Naruto yang duduk dibelakang bersama dengan Sai mengisi kekosongan suara di dalam mobil yang sedang dijalankan dengan Shikamaru yang memegang kemudi.

"Sudah kubilang kau begitu bodoh." Shikamaru menjawab singkat.

"Setuju." Sai bahkan menambah kekesalannya.

Hingga mereka sampai di "Night Out Bar" Naruto masih bersungut-sungut kepada ketiga temannya dan tentu saja ketiganya hanya diam tidak merespon.

"Apa mereka sudah datang?" Sasuke bertanya.

"Sepertinya belum." Shikamaru yang merasa ditanya Sasuke akhirnya menjawab setelah melihat ponselnya yang tidak memuat kabar dari Ino.

"Sepertinya kita harus bersabar, kodrat lelaki kurasa," Sai menimpali sambil mengikuti langkah ringan mereka melewati pintu kaca bar itu.

"Kalian salah, mereka sudah disini." Naruto mengarahkan ketiga temannya dengan dagunya menunjuk sosok gadis yang tengah melompat-lompat tidak karuan jauh di depan mereka. Tetapi mereka sangat yakin seyakin-yakinnya kalau itu adalah Ino. Kelihatan sekali dia begitu menikmati pesta yang ada. Pesta kemenangan kalau mau disebut, karena bagaimanapun mereka pasti menang dimanapun berada. Yamaguchi Gumi memang sehebat itu, dengan Madara Uchiha sebagai bos besar paling diakui di dunia hitam. Jadi sebut saja ini pesta untuk istirahat mereka setelah membasmi tikus-tikus para pembelot di organisasi mereka.

Tanpa pusing memikirkan hal lainnya, keempatnya kompak mencari tempat untuk merehatkan badan masing-masing. Kecuali Sasuke yang sepertinya sedang mencari sesuatu karena pandangannya yang masih berkeliling di area bar itu.

Aha! Tidak jauh dari tempat Ino Yamanaka berbuat gila, menurut Sasuke dilihatnya rambut merah jambu menjuntai jatuh disekitar bahunya. Tanpa memperdulikan ketiga temannya yang lain, dihampirinya sang gadis yang berhasil membuatnya begitu penasaran akan eksistensi keberadaannya sejak awal.

.

"Kau mabuk." Sasuke menjulurkan tangannya mengelap sisa minuman yang tinggal di sudut bibir Sakura. Gerakannya begitu alami seakan-akan dia sudah melakukannya bertahun-tahun.

"Pftt. Wah.. Yang Mulia Sasuke Uchiha ternyata begitu peduli pada gadis mabuk." Sakura berucap dengan senyum menempel di wajahnya. Tampaknya, alkohol sudah menguasai setengah kesadaran sang gadis.

"Hn, terserah. Yang pasti yang kulakukan ini hanya kulakukan padamu." Sasuke mendekatkan tempat duduknya hingga dia bahkan bisa memeluk pinggang Sakura.

"Siapa yang percaya?" Mendekatkan wajahnya, Sakura balas meletakkan satu lengannya di pundak Sasuke.

"Terserah sekarang kau mau percaya atau tidak, tapi aku bisa memegang perkataannku." Sasuke dengan penuh percaya diri berucap dan masih senantiasa memandangi Sakura seakan hanya dia saja yang ada di dunianya.

"Kau seorang Uchiha, keturunan asli kelompok Yamaguchi Gumi, menurutku kau bisa melakukan apa saja, termasuk mempermainkan para gadis."

"Termasuk dirimu?"

"Tentu saja tidak, aku kuat dan aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Bahkan sekarang?"

"Ya, bahkan sekarang."

"Aku ingin menciummu."

"Aku tidak mau."

"Aku akan menciummu."

"Tidak bisa."

"Bisa."

"Belum tentu."

"Tapi aku tidak meminta izin darimu"

Segera Sasuke hampir mencapai pinggang Sakura ketika tangan pria itu terjulur untuk memeluknya namun Sakura berhasil berkelit. Tentu saja, Sakura sudah dilatih untuk hal-hal seperti ini untuk membuatnya selamat sementara waktu. Sementara waktu yang benar-benar singkat jika lawannya adalah Sasuke karena detik berikutnya pria di depannya berhasil memutar dan memeluknya dari belakang. Sakura kemudian berkelit lagi dan berhasil. Dilangkahkannya kakinya yang jenjang untuk kabur namun hanya membuatnya berakhir di atas sofa dengan tubuh Sasuke diatas tubuhnya.

"Kupikir kau terlalu pemaksa untuk sebuah ciuman."

"Kalau itu dirimu, sepertinya aku bisa melakukan apa saja." Sasuke sudah memperpendek jarak diantara mereka.

"Aku belum pernah berciuman." Seruan Sakura agaknya berhasil menghentikan gerakan Sasuke dalam mendekatkan mereka berdua. Namun ada kilat sulit dipahami di mata pria di depannya.

"Sepertinya kau senang." Kalimat selanjutnya yang diucapkan Sakura membuat Sasuke tersenyum namun aktivitas kedua lengannya makin melingkari pinggang sang gadis. Posisi Sasuke jika dilihat dari atas seakan-akan menenggelamkan Sakura. Tubuh besar Sasuke dengan tambahan mantel tebalnya menenggelamkan tubuh kecil Sakura dalam dekapannya, namun bukan tubuh anak kecil karena payudara Sakura sempat menekan dadanya dan lekuk tubuhnya terasa di lengannya.

"Kelihatan ya?." Sasuke menarik nafas keras dan seketika posisi mereka berbalik. Sasuke berada dibawahnya dengan lengan yang masih senantiasa melingkari pinggangnya, mendekapnya.

"Ini juga yang pertama bagiku, jadi jika aku benar-benar menciummu apa yang akan kau lakukan?" Lanjut Sasuke. Kilatan mata pria yang memandangnya sempat membuatnya merinding, ada perpaduan frustasi dan gairah?

"Maka kau harus minta maaf." Sakura sepertinya ingin mengembalikan kesadarannya juga dengan membalas percakapan kecil mereka.

"Aku tidak akan meminta maaf karena tidak meminta maaf berarti ciuman ini bukan kesalahan." Sasuke tiba-tiba menghapus jarak diantara mereka berdua dan memberikan ciuman pertama yang memabukkan.

Sasuke semakin menekan tubuhnya, memperdalam ciuman mereka dengan kesan memaksa karena Sakura menyambutnya. Salah satu tangannya masih berusaha menahan bobot tubuhnya dan satu lagi telah menyisir rambut Sasuke. Suara erangan terdengar, membuat pusaran gairah Sasuke meningkat minta dipuaskan. Tanpa melepaskan ciuman keduanya, Sasuke berhasil membuat keduanya dalam posisi duduk di sofa tersebut. Ada siulan anggun yang bergonta-ganti menggoda keduanya, namun aroma tubuh yang menyatu membuat mereka semakin mabuk dan Sakura membiarkan Sasuke yang makin menekannya dan memperdalam ciumannya.

Sepertinya malam ini akan berakhir panjang.

Karena pasangan yang berciuman di sudut, Ino yang mengamuk segera setelah melihat Sakura dan teman Sasuke yang hanya diam, melongo, tersenyum palsu.

.

.

.

(3)

Fugaku memandang tajam anak bungsunya. Sasuke dengan tampang datar ala Uchihanya jelas tidak peduli. Perdebatan sebelumnya jelas membuat Sasuke ingin sekali bersorak dan memberi gelar ceyangan pada salah satu sahabatnya, Shikamaru. Ini dia. Rencana para orangtua untuk mengendalikan Triad dengan cara sadis, lebih tepatnya jalan politik dengan titik akhir pernikahan. Sasuke jadi ragu, apa Yamaguchi Gumi serapuh itu hingga harus melakukan cara kotor seperti ini. Membentuk tali keluarga dengan menikahkan keturuan asli Yamaguchi Gumi yaitu Sasuke Uchiha dengan keturunan asli Triad yaitu Hinata Hyuuga.

Dibesarkan dalam keluarga penuh darah tidak membuat Sasuke terlalu bereaksi akan tamparan yang baru saja diterimanya. Ayahnya begitu murka. Jelas saja, amanah untuk menikah turun langsung dari sang pemimpin tertinggi. Tetua dari organisasi mereka bukan orang sembarangan yang bahkan dalam perintahnya tidak pernah disebut dua kali. Biar begitu, nyali Sasuke patut diancungi jempol. Hingga harus membuatnya berhadapan langsung dengan kakek buyut sekaligus pemimpin tertinggi, Madara Uchiha.

.

.

.

"Sakura."

"Saya tidak berminat Tou-chan." Sakura lekas menjawab.

"Jika tidak, kenapa menyambut Uchiha?" Kizashi murka, namun berusaha menekan amarahnya.

"..."

"Sakura.." Kizashi menggeram.

Awalnya baik-baik saja. Jika bukan karena nama putrinya disinggung-singgung selama rapat dengan para pimpinan tadi, Kizashi tidak akan senewen. Sangar-sangar begini, Kizashi masih sangat menyayangi putri satu-satunya ini. Walau kadang tingkahnya tidak terdefenisi. Kadang begitu kuat. Levelnya saja sudah blackshadow, tangan kiri pimpinan tertinggi Hiashi Hyuuga. Kadang buat masalah bisa menyeret seisi dunia.

"Uchiha terlalu tidak terbayangkan oleh Tou-chan. Mereka berbahaya dan Tou-san takut mereka menyakitimu." Kizashi pelan-pelan menjelaskan.

"Uchiha yang menawarkan, aku hanya menyambut!" Sakura tidak terpengaruh sama sekali.

"Begini tingkahmu Sakura?" Jawaban Sakura buat Kizashi pening, begitu pening hingga mampu menaikkan beberapa oktaf suaranya.

"Lalu bagaimana lagi? Sudah terjadi kok." Sepertinya Sakura sudah terlalu malas untuk mendebat.

"Hah, Tou-chan tidak mau tau, pokoknya besok temui Hiashi-san dan jelaskan semuanya." Kizashi sudah gemas setengah mati.

.

.

.

(4)

Ruangan itu mencekam. Tidak ada suara namun tetap membuat nyaman penghuninya. Bos besar Yamaguchi Gumi tidak lain dan tidak bukan Madara Uchiha dengan salah satu keturunannya jelas bukan perpaduan yang patut diharapkan. Terutama jika itu Sasuke, yang digadang-gadang akan menjadi penggantinya kelak.

"Jadi, bagaimana dengan Hyuuga?" Madara untuk hitungan yang sangat jarang memulai.

"Basa-basi huh? Sangat bukan Madara-sama."

Sangat bukan Uchiha lebih tepatnya. Madara menyeringai. Keturunanya yang satu ini jelas salah satu kesayangannya. Jarang-jarang seorang Madara menampakkan ekspresi di wajah tua namun masih tampan itu.

"Ya atau tidak?" Madara bertanya lagi.

"Tidak!" Sasuke menjawab mantap.

"Haruno huh?" Madara makin menyeringai.

"Aku tidak akan bertanya darimana anda mengetahuinya." Sasuke masih sekalem wajah yang ditampakkannya.

"Kau pikir bisa?" Madara ingin mendapat keuntungan kali ini.

"Saya bisa membuat Metpen bekerja sama dengan kita. Bahkan saya bisa membuat mereka bertekuk lutut dan tidak akan berani menyinggung Yamaguchi Gumi." Akhirnya Sasuke mengeluarkan tawarannya. Tawaran yang bukan main-main. Metpen hanya setingkat di bawah Yamaguchi Gumi. Menaklukkan Metpen artinya menaklukkan semua dunia kegelapan.

Madara sebenarnya tidak terlalu haus kekuasaan. Tidak akan ada yang mampu menandingi Yamaguchi Gumi di dunia gelap mereka. Memang sepopuler itu. Hanya saja, dia telah menulis Sasuke sebagai kandidat pemegang kekuasaan tertinggi nantinya. Artinya, Madara sebisa mungkin mengantarkannya pada setiap masalah dan bagaimana dia akan menyelesaikannya. Seperti sekarang.

"Kuulangi, kau pikir bisa?"

"Tentu saja." Sasuke dengan mantap menjawab sekali lagi.

Dengan ini, Madara menyadari Sasuke sudah begitu persiapan sepertinya. Dilihat dari ketenangan pembawaannya dan jawaban mantap yang diberinya. Sepertinya, gadis Haruno yang didengarnya begitu berharga bagi cucunya.

"Baiklah." Madara menyepakati.

"Selalu ada mutualisme dalam negoisasi." Sasuke melirik melalui sudut matanya. Sepertinya belum mau mengakhiri pembicaraan mereka.

"Apa maumu?"

"Umumkan dengan jelas bahwa saya tidak akan bertunangan dengan Hyuuga. Saya berharap pertemuan dengan Triad dipercepat dan calon istri saya diboyong sekalian."

"Tentu." Madara tidak keberatan sama sekali.

"Jika saya boleh menambahkan, calon istri saya luarnya saja kalem, tapi di dalam begitu galak, liar dan susah dijangkau. Saya berharap kerjasama kakek." Madara mengerti maksudnya. Boss besar selalu ditakuti, bukan begitu?

"Tentu saja, cucuku."

.

.

.

"Sakura Haruno!" Hiashi memanggil.

"Ya, Lord." Sakura memenuhi perkataan ayahnya, melakukannya untuk menghindari perdebatan sepele lainnya.

"Apa hubunganmu dengan Sasuke Uchiha?" Hiashi tidak kelihatan marah, namun tidak kelihatan senang juga."

"Tidak ada, Lord." Sakura menjawab seadanya.

"Lantas? Bukti mengatakan kau melanggar tindakan di luar aturan kita. Aturan untuk tidak bersinggungan dengan Yamaguchi Gumi." Hiashi dengan wibawanya akhirnya membuat Sakura lemas juga. Meski dia berhadapan dengan tuan yang dilayaninya langsung, sudah pasti auranya sudah Sakura kenal. Jelas yang satu ini sudah masuk serius mode on.

"Itu tipuan, ak-"

"Aku tidak mau tau Sakura." Selaan ini membuat Sakura merasakan firasat tidak baik. "Besok, temui Madara Uchiha dan katakan ya pada lamaran calon penerusnya." Perintah Hiashi tegas

"APAAA?" Sumpah, pernyataan sang bos besar hampir membuatnya kencing di celana.

"Perlu diulangi S.A.K. .?"

"Apa? Tidak. AKU. TIDAK. MAU." Keras kepala seperti biasa.

Hiashi sangat mengenalnya. Tangan kirinya. Tangan kiri kebanggaan Triad. Organisasi gelap yakuza kelas menengah. Jelas jauh dari predikat Yamaguchi Gumi yang besar, nomor satu dan tertua. Namun Triad juga tidak segoyah itu, pekerjaan mereka bersih, seperti jauh dari narkoba dan jelas dibangun dengan fondasi kerja keras. Sakura adalah salah satu anak kebanggaannya. Namun Hiashi akui, kelakuannya minus alias kurang ajar minta ampun.

"Pergi atau kejayaan Haruno terpaksa berakhir karena ulahmu."

"Sialan, ini jelas jebakan."

"Salahkan dirimu yang terjebak nona."

Sakura menggeram marah. Padahal niatnya hanya main-main malah berakhir diancam begini.

"Baik, aku akan pergi, namun bukan untuk lamarannya." Dengan ini, Hiashi menang.

.

.

.

Fin?